Anda di halaman 1dari 1

LEPASNYA SIPADAN DAN LIGITAN

Sengketa Ligitan dan Sipadan sebenarnya sudah terjadi sejak masa kolonial antara
pemerintah Hindia Belanda dan Inggris. Pulau Sipadan pernah dimasukkan dalam peraturan
tentang Perlindungan Penyu ( Turtle Preservation Ordinance ) oleh pemerintah Inggris pada
tahun 1917. Keputusan ini ditentang oleh pemerintah Hindia Belanda yang merasa memiliki
pulau tersebut. Sengketa kepemilikan pulau itu tak kunjung reda, meski gejolak bisa teredam.
Kemudian, sengketa Ligitan dan Sipadan kembali muncul ke permukaan pada 1969. Tak ada
penyelesaian tuntas sehingga kasus ini kembali mengambang. Lalu, Pemerintah Indonesia-
Malaysia sepakat membawa kasus ini ke mahkamah Internasional pada tahun 1997. Dalam
putusan Mahkamah Internasional yang jatuh pada 17 Desember 2002, Indonesia dinyatakan
kalah. Untuk menghadapai sengketa ini Indonesia sampai menyewa lima penasehat hukum
asing dan tiga peneliti asing untuk membuktikan kepemilikannya. Sayangnya, segala upaya
itu mentah di depan 17 hakim MI. Malaysia dimenangkan oleh 16 hakim, sementara hanya 1
orang yang berpihak kepada Indonesia. Kemenangan Malaysia, kata menteri Luar Negeri
Hasan Wirajuda berdasarkan pertimbangan efektivitas, yaitu pemerintah Inggris ( penjajah
malaysia ) telah melakukan tindakan administratif secara nyata berupa penerbitan peraturan
perlindungan satwa burung, pungutan pajak terhadap pengumpulan telur penyu sejak
tahun1930 dan operasi mercu suar sejak 1960-an. Dalam kasus ini, pemerintah Indonesia
menyatakan rasa kecewa yang mendalam karena upaya yang telah dilakukan oleh empat
pemerintahan Indonesia sejak tahun 1997 ternyata tidak berhasil ( Sumber : PKN IX,
Depdiknas ). Pelajaran yang dapat kita petik adalah bahwa lepasnya Ligitan dan Sipadan
sebenarnya merupakan peringatan penting bagi pemerintah untuk lebih memerhatikan
pulau-pulau di Nusantara yang jumlahnya tidak kurang dari 17.506 pulau di seluruh Indonesia.
Dalam kasus perbatasan Indonesia-Malaysia, Indonesia selalu kalah dari dahulu sampai
sekarang, ini artinya Malaysia mengetahui persis kelemahan-kelemahan Indonesia (dengan
bantuan Inggris tentunya). Dan di sisi lain, Malaysia menutup rapat-rapat kelemahan yang
dimilikinya ( termasuk berlindung dalam negara-negara persemakmuran bekas jajahan Inggris
) agar tidak sampai diketahui atau ditembus oleh Indonesia. Oleh karena itu, saatnya bagi kita
untuk menutupi kelemahan-kelemahan Indonesia ( khususnya dalam diplomasi internasional
) dan menerapkan sistem HANKAMRATA serta wajib militer bagi rakyat Indonesia, agar camar
bulan dan wilayah NKRI lainnya tidak berpindah ke pangkuan negara lain.

Anda mungkin juga menyukai