d. Gabungan Kata
(1) Gabungan kata yang biasa disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus, unsur-unsurnya
ditulis terpisah. Contoh: duta besar, orang tua, kambing hitam.
(2) Gabungan kata yang mungkin menimbulkan salah baca, dapat diberi tanda hubungun
untuk menegaskan pertalian di antara unsur yang bersangkutan.
Contoh: alat pandang- dengar, ibu-bapak, anak pegawai-teras, buku sejarah-lama.
(3) Gabungan kata yang sudah di anggap satu kata di tulis serangkai.
Contoh: Alhamdulillah, akhirulkalam, daripada, bumiputra.
e. Kata Ganti ku, kau, mu dan nya
Kata ganti ku dan kau ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya; kau, mu¸dan nya
ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Contoh : Buku ini ku baca.
Jangan sampai kau melupakan hal itu!
Itu bukan milikmu.
f. Kata Depan di, ke dan dari
Kata Depan di, ke dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
Contoh :
Kiki pergi ke Jakarta.
Lilis berasal dari Sumatera Utara.
Erva berdiri di depan tugu Monas.
g. Kata Sandang si dan sang
Kata sandang si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
Contoh : Anak itu digelari sang pengembara.
Syarifah tidak menyukai si malas itu.
enulisan Kata
A. Kata Dasar
Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.
Misalnya: Kantor pos sangat ramai.
Buku itu sudah saya baca.
(kedua kalimat ini dibangun dengan gabungan kata dasar)
B. Kata Turunan
1) Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya.
Misalnya: berbagaI ketetapan sentuhan
gemetar mempertanyakan terhapus
2) Jika bentuk dasar berupa gabungan kata, awalan, atau akhiran ditulis serangkai dengan
kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya.
Misalnya:
diberi tahu, beri tahukan
bertanda tangan, tanda tangani
3) Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus,
unsur gabungan kata itu ditulis serangkai.
Misalnya: memberitahukan
ditandatangani
C. Bentuk Ulang dan Kata Ulang
Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung.
Misalnya:
anak-anak, buku-buku, berjalan-jalan, dibesar-besarkan, gerak-gerik, huru-hara, lauk-
pauk, mondar-mandir, porak-poranda, biri-biri, kupu-kupu, laba-laba.
D. Gabungan Kata
1) Gabungan kata yang lazim disebutkan kata majemuk, termasuk istilah khusus, unsur-
unsurnya ditulis terpisah.
Misalnya:
duta besar, kerja sama, kereta api cepat luar biasa, meja tulis, orang tua, rumah sakit, terima
kasih, mata kuliah.
2) Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan salah pengertian
dapat ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan pertalian unsur yang berkaitan.
Misalnya:
alat pandang-dengar (audio-visual), anak-istri saya (keluarga), buku sejarah-baru (sejarahnya
yang baru), ibu-bapak (orang tua), kaki-tangan penguasa (alat penguasa).
3) Gabungan kata berikut ditulis serangkai karena hubungannya sudah sangat padu
sehingga tidak dirasakan lagi sebagai dua kata.
Misalnya:
acapkali, apabila, bagaimana, barangkali, beasiswa, belasungkawa, bumiputra, daripada,
darmabakti, halal-bihalal, kacamata, kilometer, manakala, matahari.
4) Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu
ditulis serangkai.
Misalnya:
adibusana, antarkota, biokimia, caturtunggal, dasawarsa, inkonvensional,
kosponsor, mahasiswa, mancanegara, multilateral, narapidana, nonkolesterol.
Jika bentuk terikan diikuti oleh kata yang huruf awalnya kapital, di antara kedua unsur kata
itu ditulisakan tanda hubung (-).
Misalnya: non-Asia
neo-Nazi
Sikecil si kecil