Secara ortografis ada empat macam kata yang harus diperhatikan penulisannya, yaitu kata dasar,
kata berimbuhan, kata ulang, dan kata gabung atau gabungan kata.
gemetar
keterbelakangan
kersatuan
Kalau bentuk dasarnya adalah gabungan kata, maka awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan
kata yang langsung mengikutinya atay mendahuluinya.
Contoh:
bertanggung jawab
menganak sungai
sebar luarkan
garis bawahi
lipat gandakan
tata bahasa
kereta api ekspres
buku pelajaran bahasa Indonesia
Gabungan kata yang sudah dianggap sebagai sebuah kata ditulis serangkai menjadi satu.
Contoh:
matahari
hulubalang
apabila
barangkali
daripada
bumiputera
bilamana
Untuk mengetahui apakah gabungan kata itu seudah dianggap sebagai sebuah kata atau belum
harus dilihat dalam kamus.
Kalau sebuah gabungan kata sekaligus diberi awalah dan akhiran maka harus ditulis serangkai
sebagai sebuah kata.
Contoh:
melipatgandakan
perkeratapian
ketidakadilan
dimejahijaukan
pembumihangusan
Kalau salah satu unsur dari gabungan kata itu (biasanya unsur pertama) tidak dapat berdiri
sendiri serangkai sebagai sebuah kata.
Contoh:
antarkota
mahasiswa
prakata
nonbaku
internasional
multinasional
semipermanen
saptakrida
dwiwarna
caturtunggal
purnawirawan
Tetapi bentuk-bentuk (kata) yang hanya muncul dalam pertuturan dengan satu-satunya kata lain
yang menjadi pasangannya, tetap ditulis terpisah dari kata pasangannya itu. Misalnya kata-kata
pora, renta, kerontong, bugar, dan belia pada gabungan kata.
Contoh:
pesta pora
tua renta
kering kerontang
sebar bugar
muda belia
Untuk menghindarkan salah baca dan salah pengertian, maka di antara unsur-unsur gabungan
kata itu boleh diberi garis penghubung.
Contoh:
buku sejarah-baru