Disusun Oleh:
Drs. H. ISSADUR ROFIQ
NIM. 21702081002
FAKULTAS MENEJEMEN
UNIVERSITAS ISLAM MALANG
MEI 2018
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peranan bank dewasa ini sangat dominan dalam perekonomian masyarakat
di Indonesia pada umumnya. Hampir setiap kegiatan perekonomian masyarakat
tidak terlepas dari peran bank maupun lembaga keuangan lainnya diluar bank.
Dalam menjalankan aktifitasnya, bank menawarkan berbagai produk yang berisi
kegiatan pendukung perekonomian masyarakat, mulai dari jasa menabungkan
uang masyarakat, pengiriman uang atau jasa-jasa yang lainnya intinya
mempermudah masyarakat melakukan aktifitas bisnis dan perekonomian sehari-
hari. Karena sebagian besar Bank Konvensional dan Syariah hanya mencakup
untuk kalangan masyarakat atas dan menengah keatas, dengan salah satu
penyebabnya adalah letak dari tempat bank tersebut, yakni hanya ada di perkotaan
saja, sehingga orang-orang yang ada di pedesaan ataupun kecamatan kurang bisa
menjangkau.
Sehingga untuk merangkul masyarakat ekonomi lemah, maka pemerintah
mengatur untuk didirikannya Bank Perkreditan Rakyat di tingkat kecamatan, dan
desa. Yang bertujuan agar semakin meratanya pelayanan keuangan bagi seluruh
masyarakat.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian, dasar pemikiran, dan sejarah berdirinya Bank
Perkreditan Rakyat Syariah?
2. Bagaimana tujuan, strategi, dan usaha-usaha BPR Syariah?
3. Bagaimana ketentuan dan tata cara pendirian BPR Syariah?
4. Bagaimana Organisasi/Manajemen BPR Syari’ah?
5. Bagaimana kendala dan strategi pengembangan BPR Syariah?
BAB II
PEMBAHASAN
D. Organisasi/Manajemen BPRS
1. Kepengurusan
Menurut ketentuan pasal 19 SK DIR BI 32/36/1999, kepengurusan BPR
syariah terdiri dari Dewan Komisaris dan Direksi di samping kepengurusan, suatu
BPR syariah wajib pula memiliki Dewan Pengawas Syariah yang berfungsi
mengawasi kegiatan BPR syariah. Jumlah anggota Dewan Komisaris BPR syariah
harus sekurang-kurangnya 1 (satu) orang. Sedangkan direksi BPR syariah
sekurang-kurangnya harus berjumlah 2 (dua) orang.
Anggota direksi dilarang mempunyai hubungan keluarga dengan:
a. Anggota Direksi lainnya dalam hubungan sebagai orang tua, termasuk
mertua, anak termasuk menantu, saudara kandung termasuk ipar,
suami/istri.
b. Dewan Komisaris dalam hubungan sebagai orang tua, anak, dan
suami/istri.
Untuk menjaga konsistensi dan kelangsungan usaha BPR syariah,
ditentukan bahwa:
a. BPR syariah dilarang melakukan kegiatan usaha secara konvensional.
b. BPR syariah tidak diperkenankan untuk mengubah kegiatan usahanya
menjadi BPR konvensional.
c. BPR syariah yang semula memiliki ijin usahanya sebagai BPR
konvensional dan telah memperoleh ijin perubahan kegiatan usaha
menjadi berdasarkan prinsip syariah, tidsk diperkenankan untuk
mangubah status menjadi BPR konvensional.
BPR syariah yang telah mendapatkan ijin usaha dari Direksi Bank
Indonesia wajib melakukan kegiatan usaha selambat-lambatnya 60 (enampuluh)
hari perhitungan sejak tanggal ijin usaha dikeluarkan. Sedangkan laporan
pelaksanaan kegiatan usaha wajib disampaikan oleh Direksi BPR syariah kepada
Bank Indonesia selambat-lambatnya 10 (sepuluh) hari setelah tanggal dimulainya
kegiatan operasional. Apabila dalam waktu melakukan kegiatan usaha lebih dari
waktu yang telah ditentukan maka Direksi Bank Indonesia membatalkan ijin usaha
yang telah dikeluarkan.
2. Pembukaan Kantor Cabang
BPR syariah dapat membuka kantor cabang hanya dalam wilayah propinsi
yang sama dengan kantor pusatnya. Pembukaan kantor cabang BPR syraiah dapat
dilakukan hanya dengan ijin Direksi Bank Indonesia. Rencana pembukaan kantor
cabang wajib dicantumkan dalam rencana kerja tahunan BPR syariah.
BPR syriah yang akan membuka kantor cabang wajib memenuhi
persyratan tingkat kesehatan selama 12 (duabelas) bulan terakhir tergolong sehat.
Dan dalam pembukaan kantor cabang BPR syariah wajib menambah modal disetor
sekurang-kurangnya sebesar jumlah untuk mendirikan BPR syariah untuk setiap
kantor.
A. KESIMPULAN
1. BPR syariah bisa diartikan sebagai lembaga keuangan sebagaimana BPR
konvensional, yang operasinya menggunakan prinsip-prinsip syariah.
2. Berdirinya BPR Syariah di Indonesia selain didasari oleh tuntutan
bermuamalah secara Islam yang merupakan keinginan kuat dari sebagian
besar umat Islam di Indonesia, juga sebagai langkah aktif dalam rangka
restrukturisasi perekonomian Indonesia yang dituangkan dalam berbagai
paket kebijaksanaan keuangan, moneter, perbankan secara umum.
3. Status hukum BPR diakui pertama kali dalam Pakto tanggal 27 Oktober
1988, sebagai Paket Kebijakan Keuangan, Moneter, dan Perbankan.
4. Tujuan BPR Syari’ah adalah meningkatkan kesejahteraan ekonomi umat
Islam, menambah lapangan, membina semangat ukhuwah islamiyyah
melalui kegiatan ekonomi.
5. Dalam mendirikan BPR syariah harus mengacu pada bentuk hukum BPR
syariah yang telah ditentukan dalam UU Perbankan.
6. Dalam pandangan penyusun BPR menurut teori sudah mengacu pada
prinsip-prinsip Islam Ahlus Sunah Wal Jamaah mengedepankan
kemaslahatan umat yang rohmatan lil ‘alamin.
B. SARAN
Demikian makalah ini kami susun. Apabila ada kesalahan dalam menyusun
makalah kami mohon maaf. Kritik dan saran sangat kami butuhkan agar kami apat
menyusun makalah lebih baik. Harapan kami, semoga makalah ini bermanfaat
bagi pembaca.
DAFTAR PUSTAKA