LAPORAN PENELITIAN
Disusun oleh:
Kelompok 15102
HALAMAN PENGESAHAN
Oleh:
Disetujui oleh:
Ageng Sunjoyo,S.Ked 14233
Gisca Ajeng W. N, S.Ked 14640
Adrianus Akbar, S.Ked 14549
Izza Zukhrufia, S.Ked 14689
Fiko Ryantono, S.Ked 14537
Afif Avicenna, S.Ked 14694
Samuel Yudhistira, S.Ked 14625
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan survei ini. Tugas ini
penulis laksanakan untuk menambah ketrampilan dan pengetahuan terutama
dalam bidang ilmu kesehatan masyarakat. Semoga ilmu ini dapat penulis gunakan
saat mengabdi sebagai tenaga kesehatan kepada masyarakat Indonesia.
Proses penyelesaian laporan penelitian ini tidak terlepas dari bantuan berbagai
pihak. Untuk itu, penulis hendak berterima kasih kepada :
1. Ketua Departemen Kebijakan dan Manajemen Kesehatan, Fakultas
Kedokteran Universitas Gadjah Mada yang telah memberi izin untuk
melaksanakan penelitian.
2. dr. Guardian Yoki Sanjaya, M. Hlth.Info, selaku dosen pembimbing, yang
telah memberikan ilmu, masukan, dan dukungan moral dalam proses
penelitian.
3. Camat Mergangsan, Kota Yogyakarta beserta jajaran, atas izin dan
dukungannya selama pelaksanaan penelitian.
4. Lurah Keparakan, Kecamatan Mergangsan, Kota Yogyakarta, beserta
jajaran atas izin dan dukungannya selama penelitian.
5. Ketua RW XI, Kelurahan Keparakan, Kecamatan Mergangsan, Kota
Yogyakarta, atas izin dan dukungannya selama pelaksanaan penelitian.
6. Seluruh warga RW XI, Kelurahan Keparakan, Kecamatan Mergangsan,
Kota Yogyakarta, atas partisipasinya dalam mengikuti penelitian
7. Seluruh staff dan karyawan Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas
Kedokteran Universitas Gadjah Mada, atas dukungannya sehingga
penelitian ini dapat berjalan dengan lancar.
Penulis juga memohon maaf kepada semua pihak apabila terdapat kesalahan
selama pelaksanaan kepaniteraan klinik. Semoga hasil survei ini dapat
bermanfaat bagi pihak – pihak yang berkepentingan.
Yogyakarta, April 2016
Penulis
4
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................ii
KATA PENGANTAR.............................................................................................iii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iv
DAFTAR TABEL...................................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................vii
DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................viii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Gambaran Wilayah Kerja..........................................................................1
B. Latar Belakang Masalah............................................................................3
C. Rumusan Masalah.....................................................................................5
D. Tujuan Kegiatan........................................................................................5
E. Manfaat Kegiatan......................................................................................5
F. Tinjauan Pustaka...........................................................................................6
1. Demam Berdarah Dengue......................................................................6
2. Pengetahuan.........................................................................................14
3. Pemberdayaan Dan Kesejahteraan Keluarga (PKK)...........................17
4. Kerangka Teori....................................................................................19
BAB II....................................................................................................................20
METODE PENELITIAN.......................................................................................20
A. Jenis dan Rancangan Penelitian..............................................................20
B. Lokasi dan Waktu Penelitian...................................................................20
C. Subjek Penelitian.....................................................................................20
D. Variabel Penelitian...................................................................................21
E. Definisi Operasional................................................................................21
F. Instrumen Penelitian...................................................................................21
G. Jenis dan cara pengumpulan data............................................................22
H. Pengolahan dan Analisis data..................................................................22
I. Alur Penelitian............................................................................................23
J. Kelamahan dan Keterbatasan Kegiatan......................................................24
BAB III..................................................................................................................25
5
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
pada bulan Januari-Maret angka kejadian DBD masih nol yang kemudian
meningkat drastis di bulan April yang mencapai 17 kasus.
C. Rumusan Masalah
D. Tujuan Kegiatan
E. Manfaat Kegiatan
Hasil peneitian ini diharapkan dapat memberi manfaat baik bagi institusi,
peneliti, maupun subyek penelitian.
a. Bagi institusi :
1. Mendapatkan gambaran tingkat pengetahuan ibu-ibu PKK terhadap
penyakit dan pencegahan demam berdarah di RW XI Kelurahan Keparakan,
Kecamatan Mergangsan, Kota Yogyakarta sehingga dapat memberikan solusi
maupun rekomendasi terkait data tersebut.
2. Menggunakan data proporsi tingkat pengetahuan ibu-ibu PKK terhadap
penyakit dan pencegahan demam berdarah di RW XI Kelurahan Keparakan,
Kecamatan Mergangsan, Kota Yogyakarta sebagai landasan pengembangan
penelitian berikutnya.
b. Bagi peneliti :
1. Melatih peneliti untuk terjun langsung mempraktikkan ilmu kesehatan
masyarakat yang sudah dipelajari di kampus.
c. Bagi subyek penelitian :
1. Mendapatkan edukasi mengenai penyakit dan pencegahan demam
berdarah.
14
F. Tinjauan Pustaka
Gambar 12. Rerata jumlah kasus tahunan demam dengue dan demam berdarah
dengue yang dilaporkan ke WHO tahun 1955-2007
b. Definisi
Demam dengue dan demam berdarah dengue (dengue haemorrhagic fever)
adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi
klinis demam, nyeri otot dan/atau nyeri sendi yang disertai lekopenia, ruam,
limfadenopati, trombositopeniadan diathesis hemoragik. Pada DBD terjadi
perembesan plasma yang ditandai oleh hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit)
atau penumpukan cairan di rongga tubuh. Sindrom renjatan dengue (dengue shock
syndrome) adalah demam berdarah dengue yang ditandai oleh renjatan/syok
(Suhendro et.al.,2006).
c. Etiologi
Virus dengue adalah virus yang menyebabkan demam dengue dan demam
berdarah. Virus dengue termasuk dalam genus Flavivirus, keluarga Flaviviridae.
Flavivirus merupakan virus dengan diameter 30nm terdiri dari asam ribonukleat
6
rantai tunggal (single chained ribonucleic acid) dengan berat molekul 4 x 10 .
Terdapat 4 serotipe virus tipe yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Masing-
masing serotipe virus tersebut dapat menyebabkan demam dengue atau demam
berdarah dengue, keempat serotipe ditemukan di Indonesia dengan serotipe DEN-
3 merupakan yang terbanyak dan mempunyai dampak klinis yang terberat
diantara serotipe lain, diikuti dengan DEN-2 setelahnya. Terdapat reaksi silang
antara serotipe dengue dengan Flavivirus lain seperti Yellow fever, Japanese
encephalitis dan West Nile virus (Suhendro et.al.,2006).
d. Patofisiologi
Fenomena patofisiologi utama DBD adalah meningginya permeabilitas
dinding pembuluh darah, menurunnya volume plasma, terjadinya hipotensi,
trombositopenia dan diatesis hemoragik. Plasma merembes selama perjalanan
penyakit mulai dari permulaan masa demam dan mencapai puncaknya pada masa
renjatan. Nilai hematokrit meningkat bersamaan dengan menghilangnya plasma
17
Tersangka DBD/Infeksi
Virus Dengue
berdasarkan Karakteristik
Nilai tanda klinis, periksa
Rawat Inap Rawat Jalan Hb, Ht, Trombosit bila
demam menetap setelah
hari sakit ke-3
Minum banyak 1,5-2
L/hari, parasetamol,
kontrol tiap hari sampai
demam turun, periksa Hb,
Ht, Trombosit setaip hari Perhatian untuk orang tua
Pesan bila timbul tanda syok
seperti gelisah. Lemah,
Masyarakat kaki/tangan dingin, sakit perut,
BAB hitam, BAK kurang
19
Berdasarkan Umur:
Umur merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya perubahan perilaku
pada seseorang. Dapat disimpulkan bahwa perbedaan rentang usia yang semakin
tinggi dapat menjadi faktor penentu dalam bagaimana seseorang berperilaku
Berdasarkan Pendidikan
Pendidikan seseorang akan menjadi faktor yang mempengaruhi kesadaran akan
pentingnya arti kesehatan baik pada diri sendiri maupun pada lingkungan.
Semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang seharusnya diimbangi dengan
tingkat pendidikan yang dicapai juga.
Zulaikhah berpendapat bahwa tingkat pendidikan yang ditempuh akan
berpengaruh terhadap tingginya tingkat pengetahuan terhadap demam berdarah
secara khusus dalam kasus ini. Selain itu pada studi tersebut dinyatakan bahwa
sebagian besar responden hanya melakukan praktik pencegahan dengan kategori
cukup, hal tersebut dinyatakan tidak sesuai dengan tingkat pengetahuan yang
dimiliki responden. Untuk itu berdasarkan data tersebut uji statistik untuk
menunjukkan kemaknaan antara variable pengetahuan masyarakat dengan praktik
pencegahan tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna karena masyarakat
pada studi tersebut hanya sebatas memahami tetapi tidak mengaplikasikan pada
kehiudpan sehari-hari (Zulaikhah, 2014)
Pada studi kasus dengan cakupan yang serupa tetapi dilaksanakan di tempat yang
berbeda yakni di kota Yogyakarta didapatkan bahwa perilaku pencegahan atau
aplikasi yang dilaksanakan oleh warga sebanding dengan tingkat pengetahuan dari
warga (Lathu, 2012)
f. Lingkungan Hidup
Nyamuk Aedes aegypti seperti nyamuk lainnya mengalami metamorfosis
sempurna yaitu telur – jentik – kepompong – nyamuk. Stadium telur, jentik dan
kepompong hidup di dalam air. Pada umumnya telur akan menetas menjadi jentik
dalam waktu kurang lebih 2 hari setelah telur terendam air. Telur dapat bertahan
hingga kurang lebih selama 2-3 bulan apabila tidak terendam air, dan apabila
musim penghujan tiba dan kontainer menampung air, maka telur akan terendam
kembali dan akan menetas menjadi jentik. Stadium jentik biasanya berlangsung 6-
20
8 hari, dan stadium pupa (kepompong) berlangsung antara 2-4 hari. Pertumbuhan
dari telur menjadi dewasa 9-10 hari. Umur nyamuk betina dapat mencapai 2-3
bulan.
Pergerakan nyamuk dari tempat perindukan ke tempat mencari mangsa dan ke
tempat istirahat ditentukan oleh kemampuan terbang. Jarak terbang nyamuk betina
biasanya 40-100 meter. Namun secara pasif misalnya angin atau terbawa
kendaraan maka nyamuk ini dapat berpindah lebih jauh (Yuswulandari, 2010).
g. Variasi Musiman
Pada musim hujan tempat perkembang biakan Aedes aegypti yang pada musim
kemarau tidak terisi air, mulai terisi air. Telur-telur yang tadinya belum sempat
menetas akan menetas. Selain itu pada musim hujan semakin banyak tempat
penampungan air alamiah yang terisi air hujan dan dapat digunakan sebagai
tempat berkembangbiaknya nyamuk Aedes aegypti. Oleh karena itu pada musim
hujan populasi nyamuk Aedes aegypti terus meningkat. Bertambahnya populasi
nyamuk ini merupakan salah satu faktor yang menyebabkan peningkatan
penularan penyakit dengue (Yuswulandari, 2010).
h. Tempat Perkembangbiakan Nyamuk Aedes aegypti
Tempat perkembangbiakan utama nyamuk Aedes aegypti ialah pada
tempat-tempat penampungan air berupa genangan air yang tertampung di suatu
tempat atau bejana di dalam atau sekitar rumah atau tempat-tempat umum,
biasanya tidak melebihi jarak 500 meter dari rumah. Nyamuk ini biasanya tidak
dapat berkembangbiak di genangan air yang langsung berhubungan dengan tanah.
Jenis tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti dapat dikelompokkan
sebagai berikut :
1. Tempat Penampungan Air (TPA), yaitu tempat-tempat untuk menampung
air guna keperluan sehari-hari, seperti: tempayan, bak mandi, ember, dan
lain-lain.
2. Bukan tempat penampungan air (non TPA), yaitu tempat-tempat yang
biasa
menampung air tetapi bukan untuk keperluan sehari-hari, seperti : tempat
minum hewan peliharaan (ayam, burung, dan lain-lain), barang bekas
21
2. Pengetahuan
a. Definisi
Pengetahuan merupakan hasil belajar, yang merupakan internalisasi dari
informasi data dan pengalaman. Pengetahuan biasanya didapat dari pengalaman
pribadi, dari guru, orang tua, teman, buku dan media massa. Pengetahuan terjadi
setelah seseorang melakukan pengindraan terhadapa suatu objek tertentu.
Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan,
pendengaran, penciuman. Peraba. Dan perasa. Sebagian besar pengetahuan
berasal dari mata dan telinga. Pengetahuan (kognitif) merupakan domain yang
sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang. Dari pengalaman dan
penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih
langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo,
2007).
b. Tingkatan Pengetahuan
Domain kognitif dibagi menjadi enam tingkatan pengetahuan (Notoatmodjo S,
2007), yaitu :
1) Tahu (know), yaitu seseorang mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya, termasuk mengingat kembali (recoil) sesuatu yang spesifik
dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diperoleh.
Tahu merupakan tingkatan terendah yang dapat diukur dengan
23
4. Kerangka Teori
Pengetahuan Ibu-ibu
PKK tentang DBD
Gambaran Umum Pencegahan DBD
DBD Perilaku Masyarakat Melalui Gerakan 3M
Gejala DBD Plus
Pencegahan DBD
↓ Kejadian Demam
Berdarah Dengue
: Bagian yang diteliti BAB II
METODE PENELITIAN
: Mempengaruhi
28
D. Variabel Penelitian
penelitian akan dikategorikan menjadi tiga kelompok, yaitu baik, sedang, dan
kurang baik dengan mencari definisi sebagai berikut:
a. Baik, apabila responden mendapatkan skor jawaban di atas sama dengan
persentil 75.
b. Sedang, apabila responden mendapatkan skor jawaban di antara persentil 50
sampai dengan persentil 75.
c. Kurang baik, apabila responden mendapat skor jawaban bawah sama
dengan persentil 50.
G. Jenis dan cara pengumpulan data
kemudian dicocokan dengan berbagai referensi yang ada, meliputi studi pustaka
dan observasi selama acara berlangsung.
I. Alur Penelitian
1. Keterbatasan kegiatan
Keterbatasan dalam kegiatan ini antara lain keterbatasan waktu dalam
mengumpulkan data karena hanya dilakukan sewaktu.
2. Kelemahan kegiatan
Kelamahan saat pelaksanaan kegiatan ini adakah tidak semua ibu PKK
yang menjadi target kegiatan dapat hadir di lokasi karena terbentur urusan
masing-masing.
32
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kalau untuk teman sekampus.. wah kayaknya sih tidak ada, tapi nggak tahu
juga.’
“Anak saya nggak kemana-mana sih, cuma ke sekolah aja sama main di
sekitar rumah. Sehari sebelum sakit memang sempet ikut lomba di SMM, di
daerah Bugisan. Kalau di sekitar sini itu awalnya itu di RT 55, terus RT 56,
kemudian RT 50 di dekat sini. Baru anak saya mulai sakit. Kalau di sekolah
belum ada laporan sih ada yang sakit DB.”
Mengenai perilaku pencegahan demam berdarah, untuk perilaku 3M plus,
narasumber belum melakukannya dengan baik sebab belum semua tindakan 3M
plus dilakukan, seperti tergambar pada kutipan di bawah. Hal ini merupakan salah
satu faktor risiko untuk terjadinya demam berdarah.
“Di sini bak mandinya pakai ember, jadi airnya selalu diganti. Tapi saya
memang tidak pernah menaburkan bubuk abate di bak mandi. Kalau sampah sih
selalu dibuang di tempat sampah. Kalau malam juga biasanya pakai baygon
elektrik, tapi memang banyak pakaian yang digantung di kamar.”
“Bak mandi di rumah selalu di kuras, saya lupa berapa hari sekali karena
biasanya bapak yang menguras, tapi tidak menaburkan bubuk abate. Dulu
pernah ada ibu-ibu PKK yang membagikan bubuk abate tapi sekarang sudah
nggak pernah lagi. Di rumah memang banyak tumpukan sandal dan tumpukan
pakaian, jadi ya bisa saja banyak nyamuk di situ.”
Untuk faktor lingkungan sendiri, dari hasil pengamatan dan juga
pengakuan narasumber memang terdapat selokan yang penuh sampah dengan air
menggenang.
“Di depan rumah juga ada kalen, di kalennya itu memang sudah lama
penuh sampah, jadi airnya tidak mengalir.”
B. Karakteristik Sampel
C. Pengetahuan Subjek
Pengetahuan yang diambil untuk diuji pada penelitian ini adalah meliputi
gambaran umum mengenai infeksi virus dengue, gejala dari demam dengue
maupun demam berdarah dengue dan pencegahan infeksi dengue itu sendiri. Hasil
penelitian tingkat pengetahuan ditampilkan dalam bentuk tabel distribusi
frekuensi benar-salah dari setiap pernyataan yang diberikan. Penilaian tingkat
pengetahuan responden tentang demam berdarah secara umum disajikan dalam
Tabel 4.
Tabel 9. Karakteristik Dasar Responden
Persentil Nilai
1% 77.27
5% 81.82
10% 81.82
25% 81.82
36
50% 81.82
75% 86.36
90% 86.36
95% 90.91
99% 90.91
10
8
BAIK
6 SEDANG
Jumlah Responden
KURANG
4
0
SMP SMA D3 S1
Tingkat Pendidikan
sedang juga berada pada tingkat pendidikan SMA. Dapat dilihat dari grafik di atas
bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan ibu-ibu PKK tidak berkorelasi secara
linier dengan tingkat pengetahuan yang semakin baik mengenai penyakit dan
pencegahan demam berdarah.
Penelitian yang dilakukan oleh Dhimal et al. (2014), Al-Dubai et al.
(2013), dan Rozita et.al (2006) mendapatkan korelasi positif antara tingkat
pendidikan yang lebih tinggi dengan pengetahuan dan perilaku responden
terhadap upaya pencegahan demam berdarah.
Nursalam (2008) berpendapat bahwa semakin cukup umur seseorang,
tingkat kematangan dan kekuatan dalam berpikir akan lebih baik. Notoatmodjo
(2007) menyatakan bahwa pendidikan dapat memengaruhi pola hidup seseorang,
terutama dalam memotivasi sikap untuk berperan dalam pembangunan. Pada
umumnya, semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin mudah seseorang
menerima informasi. Tingkat pendidikan yang telah ditempuh oleh responden,
membentuk pola pikir dan kemampuan untuk menerima informasi dengan baik.
Hal inilah yang mendukung terbentuknya pengetahuan yang baik pada responden.
Beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang menurut
Notoatmodjo (2007) yaitu pendidikan, media massa/informasi, sosial budaya dan
ekonomi, lingkungan, pengalaman, dan usia. Dengan pendidikan tinggi, seseorang
akan cenderung mudah untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain
maupun dari media massa. Semakin banyak informasi yang masuk maka semakin
banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan. Namun, perlu
ditekankan bahwa seorang yang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak
berpengetahuan rendah pula. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh di
pendidikan formal, akan tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan non formal.
Dalam kaitannya dengan sosial budaya dan ekonomi, kebiasaan dan tradisi dapat
dilakukan orang-orang tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau
buruk. Dengan demikian seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun
tidak melakukannya. Status ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya
suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial
ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan seseorang. Lingkungan
berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang
38
10
8.9 8.6
9
8 7.3
7
6
5
4
3
2
1
0
gambaran umum gejala pencegahan
yang
dihadapi masa lalu. Usia berpengaruh terhadap daya tangkap dan pola pikir
seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap
dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik.
nomor tujuh dalam kuisioner yang dibagikan kepada responden. Kemaknaan dari
pernyataan nomor tujuh adalah untuk pengetahuan responden mengenai
kekerapan untuk usaha dilakukan pembasmian nyamuk seperti menguras bak
mandi sampai ke upaya untuk fogging. Selain itu ada sebagian kecil responden
yang salah dalam menjawab pernyataan nomor empat. Pernyataan nomor empat
lebih dimaksudkan untuk mengetahui gambaran umum responden mengenai
tempat nyamuk Aedes aegypti bersarang, jika responden mengetahui pastilah
responden dapat melakukan tindakan aktif pencegahan atau upaya aktif
pencegahan yang lebih tepat.
tindakan pencegahan yang baik juga. Menurut Chadijah et al (2011), salah satu
metode yang paling efektif untuk memberantas vektor demam berdarah adalah
dengan meningkatkan partisipasi masyarakat yaitu dengan membentuk Juru
Pemantau Jentik atau Jumantik. Saat ini, Kelurahan Keparakan belum mempunyai
Jumantik tersendiri, melainkan bergantung pada Jumantik dari Puskesmas.
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN
A. SIMPULAN
B. SARAN
Adapun saran yang bisa penulis berikan berdasarkan hasil analisis kegiatan
adalah sebagai berikut :
1. Perlunya penyuluhan terkait upaya pencegahan demam berdarah untuk
meluruskan pemahaman masyarakat bahwa fogging bukanlah satu –
satunya upaya pencegahan.
44
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1
II. Pengetahuan
Berilah tanda centang (√) pada jawaban Anda anggap paling sesuai!
No Pernyataan Benar Salah
Penyakit demam berdarah ditularkan oleh nyamuk
1.
Aedes Aegypti
Nyamuk penular demam berdarah paling sering
2.
menggigit manusia pada malam hari
Penyakit demam berdarah menyebar baik di desa
3.
maupun di kota
Nyamuk penular demam berdarah hanya bersarang di
4.
tempat-tempat yang berisi air bersih
Virus DB dapat ditularkan jika nyamuk Aedes Aegypti
5. menggigit orang yang terkena DB, lalu berpindah
menggigit orang lain
Ciri-ciri nyamuk Aedes Aegypti berwarna hitam dan
6.
belang-belang (loreng) pada seluruh tubuhnya
Perkembangan hidup nyamuk DB memerlukan waktu 1-
7.
2 hari
Saat daya tahan tubuh baik, virus dengue akan mati
8. dalam tubuh manusia dalam waktu kurang lebih 1
minggu
9. Saat musim hujan, risiko penularan DB lebih besar
10. Nyamuk demam berdarah hanya menyerang anak-anak
Batuk dan pilek merupakan salah satu gejala demam
11.
berdarah
Jika terjadi perdarahan (hidung, kulit, mulut, dubur),
12.
penderita DB harus segera dibawa ke rumah sakit
Kencing berkurang merupakan salah satu gejala bahwa
13.
penderita demam berdarah perlu dibawa ke rumah sakit
Demam berdarah ditandai dengan adanya bintik-bintik
14.
merah pada kulit
Gejala utama demam berdarah adalah demam tinggi
15.
mendadak disertai penurunan nafsu makan
Pertolongan pertama pada penderita demam berdarah
16.
adalah diberi minum sebanyak-banyaknya
17. Tindakan yang paling tepat dalam mencegah penyakit
demam berdarah adalah pemberantasan sarang nyamuk
(PSN)
Cara pemberantasan sarang nyamuk yaitu dengan
18. melakukan penyemprotan/pengasapan yang dilakukan
petugas kesehatan
Bak mandi dan tempat-tempat air yang terbuka, dikuras
19
hanya bila terdapat jentik-jentik di dalamnya
Dalam penanggulangan jentik DB yang berkembang
biak di tempat penampungan air/kamar mandi,
20.
seharusnya cara mengurasnya dilakukan seminggu 1
kali
21. Menaburkan bubuk abate tidak termasuk upaya 3M plus
Menutup tempat penampungan air merupakan salah satu
22.
cara pemberantasan sarang nyamuk
Benar Persen
No Pernyataan pada kuesioner
N %
Penyakit demam berdarah ditularkan oleh nyamuk
1. 23 100
Aedes Aegypti
Nyamuk penular demam berdarah paling sering
2. 23 100
menggigit manusia pada malam hari
Penyakit demam berdarah menyebar baik di desa
3. 23 100
maupun di kota
Nyamuk penular demam berdarah hanya bersarang di
4. 20 86.9
tempat-tempat yang berisi air bersih
5. Virus DB dapat ditularkan jika nyamuk Aedes Aegypti 23 100
menggigit orang yang terkena DB, lalu berpindah
menggigit orang lain
Ciri-ciri nyamuk Aedes Aegypti berwarna hitam dan
6. 23 100
belang-belang (loreng) pada seluruh tubuhnya
Perkembangan hidup nyamuk DB memerlukan waktu 1-
7. 0 0
2 hari
Saat daya tahan tubuh baik, virus dengue akan mati
8. dalam tubuh manusia dalam waktu kurang lebih 1 23 100
minggu
9. Saat musim hujan, risiko penularan DB lebih besar 23 100
10. Nyamuk demam berdarah hanya menyerang anak-anak 23 100
Batuk dan pilek merupakan salah satu gejala demam
11. 5 21.7
berdarah
Jika terjadi perdarahan (hidung, kulit, mulut, dubur),
12. 23 100
penderita DB harus segera dibawa ke rumah sakit
Kencing berkurang merupakan salah satu gejala bahwa
13. 22 95.6
penderita demam berdarah perlu dibawa ke rumah sakit
Demam berdarah ditandai dengan adanya bintik-bintik
14. 23 100
merah pada kulit
Gejala utama demam berdarah adalah demam tinggi
15. 23 100
mendadak disertai penurunan nafsu makan
Pertolongan pertama pada penderita demam berdarah
16. 23 100
adalah diberi minum sebanyak-banyaknya
Tindakan yang paling tepat dalam mencegah penyakit
17. demam berdarah adalah pemberantasan sarang nyamuk 22 95.6
(PSN)
Cara pemberantasan sarang nyamuk yaitu dengan
18. melakukan penyemprotan/pengasapan yang dilakukan 5 21.7
petugas kesehatan
Bak mandi dan tempat-tempat air yang terbuka, dikuras
19 22 95.6
hanya bila terdapat jentik-jentik di dalamnya
Dalam penanggulangan jentik DB yang berkembang
biak di tempat penampungan air/kamar mandi,
20. 23 100
seharusnya cara mengurasnya dilakukan seminggu 1
kali
21. Menaburkan bubuk abate tidak termasuk upaya 3M plus 5 21.7
Menutup tempat penampungan air merupakan salah satu
22. 23 100
cara pemberantasan sarang nyamuk
Lampiran 4. Evaluasi dan Dokumentasi Kegiatan