Oleh:
Muhammad Khusnul Yaqin
2706 100 020
Dosen Pembimbing:
1. Prof. Dr. Ir. Sulistijono, DEA.
2. Budi Agung Kurniawan, S.T., M.Sc.
PENGARUH PREHEAT DAN POSTHEAT
TERHADAP LEBAR HAZ, STRUKTURMIKRO, DAN
DISTRIBUSI KEKERASAN PADA PROSES
PENGELASAN SMAW BESI COR KELABU FC 25
Latar Belakang
Cast Irons
Kadar karbon tinggi (≥ 2%C) → Weldability rendah
→ Kenapa koq diLas???
Proses las
SMAW
Batasan Masalah
1. Penelitian ini menggunakan bahan besi cor kelabu yang homogen.
2. Parameter pengelasan dianggap konstan pada setiap spesimen.
3. Pengaruh kondisi lingkungan diabaikan.
4. Bentuk dan ukuran groove pada setiap spesimen dianggap sama.
Tujuan Penelitian
1. Mengetahui pengaruh preheat dan postheat pada pengelasan
SMAW besi cor kelabu terhadap retak las dan lebar HAZ.
2. Mengetahui distribusi kekerasan (weld metal, HAZ, dan base
metal) akibat adanya perbedaan perlakuan (preheat dan postheat).
3. Menganalisa strukturmikro yang terbentuk pada besi cor kelabu
dengan adanya pengaruh preheat dan postheat pada pengelasan
SMAW.
Manfaat Penelitian
1. Memberikan solusi penanganan masalah pengelasan besi cor untuk
perbaikan struktur komponen automotive dan konstruksi logam.
2. Sebagai literatur pada penelitian yang sejenisnya dalam rangka
pengembangan teknologi khususnya bidang pengelasan.
TINJAUAN PUSTAKA
• Menurut AWS (American Welding
Society), pengelasan adalah proses penyambungan
material yang dilakukan dengan memanaskan
material tersebut hingga temperatur las, dengan
atau tanpa menggunakan tekanan (pressure), hanya
dengan tekanan (pressure), atau dengan atau tanpa
menggunakan logam pengisi (filler).
• Mengelas Menurut Suratman, S.Pd. (2007) adalah
salah satu cara menyambung dua bagian logam
secara permanen dengan menggunakan tenaga
panas. Tenaga panas ini diperlukan untuk
mencairkan bahan dasar yang akan disambung dan
kawat las sebagai bahan pengisi. Setelah dingin dan
membeku, terbentuklah ikatan yang kuat dan
permanen.
Klasifikasi Besi Cor
─ 28-35
Lanz 3,3 1,1 1,0
Besi Cor Khusus
Tabel 2.3 Klasifikasi Elektroda Terbungkus Untuk Pengelasan Besi Cor (JIS Z 3252-1976)
DFC Ni 1,8 max 1,0 max 2,5 max 0,04 max 0,04 max 92 min - -
DFC Ni Fe 2,0 max 2,5 max 2,5 max 0,04 max 0,04 max 40-60 sisa -
DFC NiCu 1,7 max 2,0 max 1,0 max 0,04 max 0,04 max 60 min 2,5 max 25-35
DFC CI 1,0-5,0 1,9 max 2,5-9,5 0,20 max 0,04 max - sisa -
DFC Fe 0,15 max 0,8 max 1,0 max 0,03 max 0,03 max - sisa -
Tabel 2.4 Sifat dari Beberapa Elektroda Untuk Pengelasan Besi Cor
Suhu
Jenis Besi Kelas Tingkat Penam- Efisiensi Kemampuan Sifat Mampu Sifat Mampu
Pemanasan
Cor Elektroda Dilusi pakan Sambungan Sambungan Potong Lasan Potong HAZ
Mula (0C)
DFCNi 150 ■ ∆ ■ ■ ■ ■
Besi Cor
DFCNiFe 200 ■ ∆ ■ ■
Kelabu
□ □
DFCFe 350 ■ ■ ■ ■ ∆ ∆
DFCCI 100 ■ ■ ■ ■ ■ ∆
DFCNi 150 ■ ∆ ■ ■ ■ ■
Besi Cor
DFCNiFe 200 ■ ∆ ■ ■
Khusus
□ □
DFCFe 350 ■ ■ ■ ■ ∆ ∆
DFCCI 100 ■ ■ ■ ■ ■ ∆
DFCNi 150 ■ ∆ □ ■ ■ ■
Maliable
Besi Cor
DFCNiFe 200 ■ ∆ ■ ■ □ □
DFCNiFe 200 ■ ∆ ■ ■ □ □
DFCFe 350 ■ ■ ■ ■ ∆ ∆
DFCCI 100 ■ ■ ■ ■ ■ ∆
DFCNi 200 ■ ∆ □ ■ ■ ■
Besi Cor
DFCNiFe 300 ■ ∆ ■ ■
Paduan
□ □
DFCFe 400 ■ ■ ■ ■ ∆ ∆
DFCCI 150 ■ ■ ■ ■ ■ ∆
Pengelasan
sambungan biasa
(Perlit)
Pengelasan
∆
sambungan biasa
Reparasi retak
R = 2-4 mm
R = 2-4 mm t = 3,2 mm max
t = 3,2 mm max T = 12,7 mm max
T = 12,7 mm max
Kandungan tipe logam las ENiFe-CI (AWS A5.15) Mechanical Properties ENiFe-CI – AWS A5.15
Pengukuran
Spesimen Lebar HAZ
(mm)
A
A B 1,22
(tanpa pre-pos)
B
1,83
(pre 2000C)
C
2,59
(pre 4000C)
D
C D
(pre 2000C + 1,86
pos 6250C)
Gambar Foto makro E
penampang lasan (pre 4000C + 2,63
dari tiap spesimen pos 6250C)
E
1. PENGUJIAN MAKRO
1. Analisa Retak Las dan Porosity
Penggunaan paduan nikel sebagai logam pengisi (filler
metal) terbukti efektif dalam menyerap tegangan
akibat penyusutan yang terjadi selama pendinginan.
Semua spesimen terbebas dari retak las walaupun
spesimen tanpa diberi pemanasan mula (preheat).
Sifat paduan nikel yang memiliki tingkat porositas
rendah juga berhasil mencegah terjadinya porosity
pada logam las.
1. PENGUJIAN MAKRO
2. Analisa Lebar HAZ
Lebar HAZ dipengaruhi oleh temperatur preheat.
Hasil pengukuran lebar HAZ pada tiap spesimen
berbeda-beda seiring dengan besarnya temperatur
preheat.
Preheat memperlambat laju pendinginan, hal itu
menyebabkan daerah pengaruh panas (HAZ) lebih lebar.
Adanya postheat/PWHT dapat dikatakan tidak
berpengaruh terhadap lebanya HAZ (perbedaan
nilainya sangat kecil). Hal itu dikarenakan, PWHT
dilakukan setalah spesimen itu dingin.
2. PENGAMATAN STRUKTURMIKRO
Gambar:
Strukturmikro
base metal Grafit flake
(raw material)
Matriks perlit
(a) (b)
Grafit flake
Matriks perlit (a) (b)
Grafit flake
Matriks perlit
Grafit
Matriks ferit
Gambar 4.8 Strukturmikro weld metal spesimen tanpa preheat-postheat (a), preheat 2000C(b),
preheat 4000C (c), preheat 2000C + postheat (d), preheat 4000C + postheat (e), perbesaran 500x
2. PENGAMATAN STRUKTURMIKRO
Gambar: HAZ
Strukturmikro HAZ
fusion line
dari tiap-tiap
spesimen
Weld metal
Weld metal
Fusion line
Sambungan Lasan
Base
2 94 95 95,5 95 94
Metal
3 94 95,5 95 94,5 95
4 Kiri 102 100,5 102 100 99
5 HAZ 99,5 101,5 99,5 101 96,5
6 103 97,5 100 98 98,5
7 79 81,5 79 81 77
8 Weld Metal 75,5 79 78 80 76,5
9 78 80 79 81,5 75,5
10 100 101 101 99 100
Sambungan Lasan
100
80
60
40
20
0
Spesimen A Spesimen B Spesimen C Spesimen D Spesimen E