PENDAHULUAN
Menurut (Sukerti et al., 2014) pembelajaran tematik terintegrasi adalah
pendekatan pembelajaran yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk
memberikan pengalaman yang bermakna bagi siswa. Implementasi
pembelajaran yang tidak sesuai dengan karakteristik peserta didik menghasilkan
pola interaksi yang terjadi pada proses pembelajaran yang kurang aktif dan
kurang menarik bagi siswa sehingga kompetensi belajar siswa masih terlihat
kurang memuaskan. Dengan begitu dapat dijelaskan bahwa kompetensi
keterampilan untuk siswa sekolah dasar harus sesuai dengan tahap
perkembangan anak. Menurut Sundahry et al., (2019) Dalam pembelajaran
tematik siswa memperoleh pengalaman langsung dan dilatih untuk menemukan
berbagai pengetahuan mereka sendiri yang dipelajari secara holistik, bermakna,
otentik dan aktif dan juga membantu siswa untuk mendapatkan pemikiran kritis
dari siswa.
Oleh karena itu karena itu adalah salah satu model pembelajaran yang
menawarkan dan membawa peserta didik di daerah mereka sendiri untuk
membangun diri dari dalam dengan wadah pembelajaran dalam kehidupan
nyata. Siswa harus mengambil peran aktif dalam memilih, mengelola informasi,
menyusun hipotesis mereka, memutuskan kemudian merefleksikan pengalaman
mereka untuk menentukan bagaimana mereka dapat mentransfer pengetahuan
itu ke berbagai situasi lain.
Model inkuiri terbimbing dan model pembelajaran berbasis masalah tidak
dirancang untuk membantu guru memberikan sebanyak mungkin informasi
kepada siswa. Penggunaan Inkuiri Terbimbing dan model pembelajaran
berbasis masalah adalah untuk mengembangkan kemampuan intelektual sebagai
bagian dari mentalitas, akibatnya dalam belajar siswa tidak hanya dituntut untuk
menguasai pelajaran, tetapi siswa dapat menggunakan potensi mereka. Menurut
Fitria et al., (2013) merekomendasikan pembelajaran sains yang dapat
mengembangkan berbagai keterampilan siswa dengan inovasi seperti
pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning, PBL), yang
memberdayakan semua siswa potensial. Menurut Fitria (2017) Proses
pembelajaran menekankan memberikan pengalaman langsung untuk
mengembangkan kompetensi agar dapat mengeksplorasi dan memahami
lingkungan alam secara ilmiah.
METODE
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu dengan tujuan untuk
melihat perbandingan penggunaan model pembelajaran inkuiri terbimbing dan
model pembelajaran Problem Based Learning pada kompetensi belajar siswa.
Penelitian ini menggunakan desain penelitian kelompok kontrol preetest-
posttest only. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas V SD
Negeri Gugus I yang berjumlah 375 siswa. Pengambilan sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah cluster random sampling. Penelitian
untuk Kelas Eksperimental 1 dilakukan di SDN 22 Ujung Gurun sedangkan
penelitian kelas eksperimen 2 dilakukan di SDN 23 Ujung Gurun.
Derajat Bebas, dk = 1. Nilai tabel, Jika α = 5% dari tabel distribusi chi square
dengan dk = 1 diperoleh α² = 4.17. Kesimpulan: Dengan menggunakan rumus
0,000461 <4,17, itu berarti bahwa H0 diterima, sehingga hipotesis yang
menyatakan varians homogen diterima. Pengujian hipotesis dilakukan dengan
analisis uji-t. Analisis ini dapat dilakukan jika asumsi yang dibutuhkan
terpenuhi. Riduwan, (2013) menjelaskan bahwa sebelum melakukan pengujian
harus memenuhi persyaratan analisis terlebih dahulu dengan asumsi (1) data
normal, artinya data yang terhubung berdistribusi normal, maka uji normalitas
dilakukan dan (2) homogen, artinya data yang dibandingkan adalah
homogenitas yang serupa. Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa variabel
kompetensi belajar adalah normal dan memiliki varian yang homogen.
Pada pretest rata-rata tes kompetensi belajar dari aspek pengetahuan siswa
adalah 14.833 dan pada posttest adalah 19,80. Dan setelah menguji hipotesis,
dapat disimpulkan bahwa ada efektifitas dalam menggunakan model
pembelajaran Problem Based Learning untuk meningkatkan aspek pembelajaran
kompetensi pengetahuan pada siswa kelas V SD 23 Ujung Gurun, Kabupaten
Padang Barat, Kota Padang. Hasil ini sesuai dengan pendapat Mulyati; Firman;
Yanti Fitria, (1999) PBL bertujuan untuk menumbuhkan kepercayaan diri dan
kemampuan berpikir pada siswa tentang pemecahan jawaban atas suatu masalah
melalui diskusi kelompok. Sejalan dengan Fitria (2017) model Pembelajaran
Berbasis Masalah diharapkan dapat mengembangkan sikap aktif pada siswa
dalam proses pembelajaran.
KESIMPULAN
Ada efektivitas menggunakan model inkuiri terbimbing dan model PBL untuk
meningkatkan kompetensi peserta didik dalam aspek pengetahuan. Berdasarkan
kesimpulan di atas, beberapa saran dapat dibuat untuk meningkatkan
pengetahuan awal dan keterampilan menulis naratif, termasuk: (1) Guru;
Memberikan wawasan kepada guru sebagai alternatif dalam proses
pembelajaran dengan menggunakan model Guided Inquiry dan model Problem
Based Learning untuk siswa; Keuntungan dari model Inkuiri Terbimbing dan
Pembelajaran Berbasis Masalah adalah bahwa aktivitas siswa lebih dominan
selama proses pembelajaran. Mencari informasi sendiri dan belajar dalam
kelompok, (3) Kepala Sekolah; Sebagai informasi dan menambah pengetahuan
kepala sekolah dalam membimbing guru untuk menggunakan model Guided
Inquiry dan model Problem Based Learning dalam proses pembelajaran tematik
terintegrasi.