PEMBIAYAAN KESEHATAN
Dibuat oleh :
NURRAMADHANI A. SIDA
1808020145
solusinya
1. Pembiayaan Kesehatan
A. Definisi
yang disusun dalam Standar Kesehatan Nasional (Tim Kepresidenan RI, 2012).
Biaya kesehatan dapat ditinjau dari dua sudut yaitu (Setyawan, 2017) :
dilihat pengertian ini bahwa biaya kesehatan dari sudut penyedia pelayanan
adalah persoalan utama pemerintah dan ataupun pihak swasta, yakni pihak-
harus disediakan untuk dapat memanfaatkan jasa pelayanan. Dalam hal ini
pelayanan, namun dalam batas-batas tertentu pemerintah juga turut serta, yakni
pelayanan lebih menunjuk pada jumlah uang yang harus dikeluarkan (out of
Pelayanan kesehatan akhir-akhir ini menjadi amat mahal baik pada negara
maju maupun pada negara berkembang. Hal ini disebabkan oleh penggunaan
biaya sepanjang waktu sehingga besaran tersebut dapat terjangkau oleh setiap
diratakan atau disebarkan dalam tiap bulan sehingga menjadi premi (iuran,
(jantung koroner) yang tidak dapat ditanggung oleh tabungan individu (risk
memastikan bahwa orang miskin juga mampu pelayanan kesehatan yang layak
negara miskin dan berkembang hal ini sering terjadi. Orang miskin harus
dimana individu tidak dapat menikmati kehidupan tanpa status kesehatan yang
baik.
Sumber dana biaya kesehatan berbeda pada beberapa negara, namun secara garis
cuma.
kesehatannya juga berasal dari masyarakat. Pada negara yang seperti ini,
masyarakat diajak berperan serta, baik dalam menyelenggarakan upaya
dan asuransi, serta sumber-sumber lain yang berbentuk hibah atau pinjaman luar
Pembiayaan Pembiayaan
Masa Pembiayaan Pembiayaan
Kesehatan Kesehatan
Penjajahan kesehatan Kesehatan
Masa Indonesia
(Colonial pada masa Masa
Kemerdekaan Masa
Period) orde baru Reformasi
dan Orde Lama Sekarang
Belanda pada abad ke-19. Pada tahun 1807 dimasa pemerintahan Gubernur Jenderal
masa itu pembiyaan kesehatan bersumber dari pajak dan hasil bumi yang dihasilkan
berada dalam kendali penuh pemerintah Hindia Belanda, warga Indonesia yang
sedang terjajah tidak bisa ikut berpartisipasi dalam pelayanan kesehatan, akses
masyarakat pribumi terhadap fasilitas pelayanan kesehatan yang dimiliki
kesehatan pemerintah pada waktu itu bersumber hampir seluruhnya dari anggaran
dibuka. Pada masa ini Pemerintah orde lama belum mampu menjamin pelayanan
Pada masa orde baru, Indonesia pernah mengalami masa kejayaan dalam
sektor kesehatan. Lahirnya konsep puskesmas dan posyandu yang bertujuan untuk
bersumber dari anggaran pemerintah tetapi juga mulai dilakukan oleh sektor
swasta yang ditandai dengan meningkatnya jumlah rumah sakit swasta yang
didirikan di berbagai wilayah di Indonesia. Kebijakan pembiayaan kesehatan
Soeharto. Pada zaman orde baru juga dikenal 3 macam asuransi kesehatan: (1)
kesehatan bagi pegawai negeri sipil, pensiunan, veteran dan anggota keluarganya)
(2) PT. ASTEK, yang didirikan pada tahun 1977 berdasarkan PP Nomor 33 Tahun
1977 (yang kemudian berubah menjadi PT. Jamsostek pada tahun 1995
bagi tenaga kerja sektor swasta dan BUMN (3) PT. Asabri, yang menanggung
Pembiayaan kesehatan pada masa ini juga mengalami masalah sebagai imbas
awal reformasi juga menurun. Peran sektor swasta juiga meningkat pada masa ini
yang ditandai dengan bertambahnya jumlah sakit swasta yang didirikan di berbagai
beratkan pada program untuk mengurangi dampak krisis ekonomi yang langsung
kebijakan pembiayaan kesehatan. Bidang kesehatan sejak masa ini tidak lagi
sepenuhnya berada dalam kendali pemerintah pusat tetapi diserahkan pada
pemerintah antara lain pada tahun 2004 pemerintah telah menerbitkan UU Nomor
40 tahun 2004 tentang sistem jaminan sosial nasional (UU SJSN). Tahun 2005
dunia termasuk Indonesia. Salah satu komponen dalam MDGs adalah bidang
kesehatan yaitu target penurunan Angka Kematian Ibu melahirkan atau AKI pada
tahun 2015 yang harus menurun hingga 102 / 100.000 kelahiran hidup dan Angka
warga suatu daerah yang belum tercakup dalam program Jamkesmas. Masa
Pembiayaan kesehatan pada masa ini tidak lagi sepenuhnya bersumber dari
anggaran pemerintah tetapi juga dilakukan oleh sektor swasta yang ditandai dengan
dalam upaya kesehatan yang bersumber masyarakat (UKBM) seperti posyandu dan
kader kesehatan.
merupakan harapan baru bagi sistem pembiayaan kesehatan Indonesia dimasa yang
Sosial yaitu ; (1) PT. Askes, yang diperuntukan bagi semua PNS, penerima pension,
tahun 2010 mencapai 3,7 juta PNS ( belum termasuk anggota keluarga yang ikut
ditanggung biaya kesehatannya yaitu 1 orang isteri/suami dan 2 orang anak ) ; (2)
PT. Jamsostek, yang diperuntukkan bagi semua pekerja sektor BUMN dan swasta
yang telah bekerjasama dengan Jamsostek ; (3) PT. Asabri, yang diperuntukkan
bagi anggota TNI dan POLRI ; (4) PT. Taspen, yaitu dana tabungan pegawai negeri
sipil (Kementerian Kesehatan RI ; 2011). UU SJSN No. 40 Tahun 2004
menyebutkan bahwa setiap warga negara berhak atas jaminan sosial untuk
terwujudnya masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil dan makmur. Ini merupakan
cikal bakal terbentuknya Sistem Jaminan Sosial Nasional Bagi seluruh rakyat
Indonesia.
undang tentang Badan Pelaksana Jaminan Sosial ( BPJS ) yang di bagi menjadi ;
(1) UU BPJS 1 yang diasumsikan akan mulai beroperasi pada tanggal 1 Januari
Jaminan Pemeliharaan Kesehatan PT. Jamsostek dan PT. Asabri ; (2) UU BPJS 2
yang diasumsikan mulai beroperasi pada tanggal 1 Januari 2014 dengan tujuan
pengelolaan jaminan kecelakaan kerja, jaminan kematian, jaminan hari tua, jaminan
kecelakaan, jaminan pensiun dan kematian yang merupakan transformasi dari PT.
Pelaksana Jaminan Sosial ( BPJS ) yag mengatur tentang Badan Publik yang akan
melaksanakan sistem jaminan sosial nasional sperti yang telah dimanatkan dalam
2017) :
Ciri utama model direct payment adalah setiap individu menanggung secara
Pada umumnya sistem ini akan mendorong penggunaan pelayanan kesehatan secara
lebih hati-hati, serta adanya kompetisi antara para provider pelayanan kesehatan
untuk menarik konsumen atau free market. Meskipun tampaknya sehat, namun
transaksi kesehatan pada umumnya bersifat tidak seimbang dimana pasien sebagai
tingkat kebutuhan dan penggunaan jasa lebih banyak diarahkan oleh provider.
Sehingga free market dalam pelayanan kesehatan tidak selalu berakhir dengan
peningkatan mutu dan efisiensi namun dapat mengarah pada penggunaan terapi
yang berlebihan.
2) User payments
dengan model informal adalah besaran dan mekanisme pembayaran, juga kelompok
yang menjadi pengecualian telah diatur secara formal oleh pemerintah dan
provider. Bentuk yang paling kompleks adalah besaran biaya yang bebeda setiap
kunjungan sesuai dengan jasa pelayanan kesehatan yang diberikan (biasanya terjadi
untuk fasilitas pelayanan kesehatan swasta). Namun model yang umum digunakan
adalah ’flat rate’, dimana besaran biaya per-episode sakit bersifat tetap.
3) Saving based
Model ini mempunyai karakteristik ‘risk spreding’ pada individu namun tidak
terjadi risk pooling antar individu. Artinya biaya kesehatan langsung, akan
hanya mampu mencakup pelayanan kesehatan primer dan akut, bukan pelayanan
kesehatan yang bersifat kronis dan kompleks yang biasanya tidak bisa ditanggung
oleh setiap individu meskipun dengan mekanisme saving. Sehingga model ini tidak
dapat dijadikan model tunggal pada suatu negara, harus didukung model lain yang
menanggung biaya kesehatan lain dan pada kelompok yang lebih luas.
4) Informal
Ciri utama model ini adalah pembayaran yang dilakukan oleh individu pada
provider kesehatan formal misalnya dokter, bidan tetapi juga pada provider
kesehatan lain misalnya: mantri, dan pengobatan tradisional; tidak dilakukan secara
formal atau tidak diatur besaran, jenis dan mekanisme pembayarannya. Besaran
biaya biasanya timbul dari kesepakatan atau banyak diatur oleh provider dan juga
dapat berupa pembayaran dengan barang. Model ini biasanya muncul pada negara
pelayanan.
5) Insurance Based
kesakitan pada satu individu pada satu kelompok serta adanya sharing looses secara
mempunyai resiko kesakitan yang telah diperhitungkan jenis, frekuensi dan besaran
Besaran premi dan jenis pelayanan yang ditanggung serta mekanime pembayaran
Jaminan Kesehatan Nasional yang dimulai pada tahun 2014 yang secara bertahap
pelaksaan, salah satunya menerapkan prinsip managed care (Indawati dkk., 2018).
Indonesia dengan kondisi yang sangat turbulensi dalam berbagai hal pada saat
ini, serta dengan keterbatasan resources yang ada, maka sistem managed care
asuransi) tidak hanya berperan sebagai juru bayar, sebagaimana berlaku pada
asuransi tradisional, tapi ikut berperan dalam dua hal penting, yaitu pengawasan
(Setyawan, 2017).
Managed care
kesehatan dengan model managed care ini mulai dikembangkan di Amerika. Hal
ini timbul oleh karena sistem pembiayaan kesehatan yang lama, inflasi biaya
kesehatan terus meningkat jauh diatas inflasi rata-rata, sehingga digali model lain
untuk mengatasi peningkatan biaya kesehatan. Managed care pada dasarnya sudah
mulai diterapkan pada tahun 1983 yaitu oleh kaisar Permanente Medical Care
Program, tetapi secara meluas mulai diterapkan pada tahun 1973, yaitu dengan
disusun berdasarkan jumlah anggota yang terdaftar dengan kontrol mulai dari
sehingga utilisasi berkurang, unit layanan harus memenuhi standar yang telah
Pada sistem HMO ini jaminan kesehatan, dokter dan rumah sakit berada dalam
Pada sistem ini, dibuat persetujuan kontrak antara pemiliki layanan kesehatan
dan dokter yang terfokus kepada harga. PPO ini dapat menarik lebih banyak
pasien karena premi yang ditawarkan lebih rendah. Dokter dibayar dengan
Manajemen Dengan sistem manage care, sistem pembiayaan fee for service
penyakit dimana provider membayar untuk suatu penyakit, berubah ke
sistem kapitasi dimana keuntungan dapat diperoleh jika
penduduk dalam keadaan sehat. Pengobatan juga semakin
efektif dengan melibatkan pasien dan keluarga pasien dalam
menangani penyakit kronik dan melakukan promosi manfaat
dari regimen obat yang digunakan. Selain itu, target utama
lainnya adalah program manajemen penyakit seperti asma
pada anak, diabetes, cedera tulang belakang, nyeri tulang
belakang, penyakit ginjal kronik dan kesehatan mental dengan
biaya yang masuk akal.
Pengukuran Salah satu teknik dalam managed cre adalah guideline yang
kualitas berdasarkan praktik klinik terbaik, buku laporan yang
berkualitas yang berisikan informasi evidance-based-medicine
yang berhubungan dengan penemuan kedokteran, dan berisi
data efektivitas biaya
Penyelarasan Melakukan beberapa cara untuk membayar provider dengan
insentif harga terbaik dan membuat kerangka agar pembiayaan
kesehatan menjadi efektif, produktif dan berkualitas. Biaya
juga dibatasi dengan cara mengeliminasi hal yang tidak sesuai
dan tidak penting dalam sistem pelayanan kesehatan
Cost savings Penghematan biaya yang diklaim oleh managed care dianggap
(penghematan tidak benar atau tidak berkelanjutan
biaya)
Provider Reimbursement (proses penggantian sejumlah uang oleh
reimbursement perusahaan ke karyawan terhadap klaim pengeluaran yang
dilakukan karyawan untuk kepentingan perusahaan) rumah
sakit dan kompensasi untuk dokter terlalu rendah untuk
memberikan pelayanan kesehatan yang baik
Quality of care Kualitas pelayanan yang diberikan oleh organisasi managed
(kualitas care di bawah standar, termasuk
pelayanan) penolakan pelayanan, akses yang sulit untuk konsultasi dengan
dokter spesialis dan batas waktu untuk rawat inap
Berikut merupakan tabel perbedaan antara asuransi konvensional dengan managed
Secara umum, terdapat dua metode pembayaran yang digunakan yaitu metode
adalah metode pembayaran yang dilakukan atas layanan kesehatan yang diberikan
kepada pasien berdasar pada setiap aktivitas layanan yang diberikan, semakin
banyak layanan kesehatan yang diberikan semakin besar biaya yang harus
dibayarkan (PMK No. 27 tahun 2014). Contoh pembayaran retrospektif adalah Fee
sistem tarif ini, pihak provider, atau penyedia layanan kesehatan seperti rumah
sakit, dapat memperoleh income yang tidak terbatas. Sebab, provider dapat
pelayanan kesehatan yang sebenarnya tidak diperlukan sekalipun. Sehingga, hal ini
DRG merupakan cara pembayaran dengan biaya satuan per diagnosis, bukan biaya
satuan per jenis pelayanan medis maupun non medis yang diberikan kepada seorang
pasien dalam rangka penyembuhan suatu penyakit. Sebagai contoh, jika seorang
besarnya untuk setiap kasus demam berdarah, tanpa memperhatikan berapa hari
pasien dirawat di sebuah rumah sakit dan jenis rumah sakitnya. Pembayaran
dilakukan berdasarkan diagnosis keluar pasien. Konsep DRG sederhana saja yaitu
oleh berbagai rumah sakit untuk suatu diagnosis. Jika di Jakarta misalnya terdapat
10 ribu kasus demam berdarah di tahun 2017 dan dari hasil analisis biaya diperolah
rata-rata biaya per kasus adalah Rp 2 juta, maka setiap rumah sakit di Jakarta yang
mengobati pasien demam berdarah akan dibayar Rp 2 juta untuk setiap pasien
Keuntungan INA-DRGs :
kekurangan INA-DRGs :
c) Kapitasi
sebagian, dengan cara menerima pembayaran atas dasar jumlah jiwa yang
3 ayat 1 menyebutkan bahwa Dana Kapitasi yang diterima oleh FKTP dari Badan
Keuntungan kapitasi :
kekurangan kapitasi :
d) Budget tariff
Merupakan cara pendanaan rumah sakit oleh pemerintah atau suatu badan
asuransi kesehatan nasional dimana rumah sakit mendapat dana untuk membiayai
seluruh kegiatannya untuk masa satu tahun. Alokasi dan ke rumah sakit tersebut
tersebut untuk gaji dokter, belanja operasional, pemeliharaan rumah sakit dan lain-
lain.
5. Permasalahan yang dihadapi pembiayaan kesehatan saat ini dan solusinya
Masalah Solusi