Anda di halaman 1dari 32

Pengendalian dan

Penjaminan Mutu

PERTEMUAN 2:
Perangkat Pengendalian Mutu

HADI, MT
Perangkat Pengendalian Mutu
• Sasaran:
• Mahasiswa mampu menjelaskan cara
pembuatan dan manfaat dari
 Lembar Pengecekan (Check Sheet)
 Histogram
 Diagram Pareto
 Diagram Sebab Akibat
 Diagram Konsentrasi Cacat
 Diagram Tebar 2
Lembar Pengecekan (Check Sheet)
Check Sheet merupakan tools yang sering dipakai dalam Industri
Manufakturing untuk pengambilan data di proses produksi yang
kemudian diolah menjadi informasi dan hasil yang bermanfaat
dalam pengambilan keputusan.

Kapan kita akan gunakan Check Sheet ?

 Saat kita ingin meneliti (observasi) suatu proses secara


berulang-ulang pada orang yang sama atau tempat yang sama.
 Saat kita ingin mengumpulkan data pada Proses tertentu di
Produksi.
 Saat kita ingin mengetahui seberapa sering (frekwensi) suatu
kejadian (events), permasalahan (problem), cacat (defect),
penyebab permasalahan (causes), lokasi cacat (defect location)
terjadi di proses produksi. 3
Prosedur Check Sheet :
1. Menentukan kejadian atau permasalahan apa yang
akan diteliti.
2. Menentukan kapan data tersebut akan diambil dan
berapa lama pengambilannya.
3. Merancangkan formatnya
4. Mencoba atau menguji Check Sheet tersebut dalam
bentuk draft (naskah konsep) untuk memastikan
check sheet tersebut mudah dipakai dan mencakup
semua data yang kita butuhkan.
5. Lakukan perubahan jika diperlukan.
6. Isikan data setiap kali kejadian atau permasalahan
yang kita teliti tersebut terjadi.

4
Elemen dalam Check Sheet :
1. Judul Check Sheet atau Gambaran
(description) mengenai proses yang ingin
diteliti.
2. Label atau Item permasalahan yang akan
diambil.
3. Daerah untuk menuliskan data.
4. Keterangan data (jika diperlukan).
5. Informasi lainnya di Check Sheet seperti
Bulan dan Tahun, nama proses, nama
perusahaan atau departemen (tambahkan
informasi lain jika diperlukan).
5
Hal yang perlu diperhatikan :
1. Formulir atau format harus dibuat sesederhana
mungkin dan mudah dimengerti.
2. Hanya menuliskan informasi yang kita butuhkan.
3. Test atau coba dulu Check Sheet tersebut sebelum
kita pakai dalam skala besar, lakukan perbaikkan jika
diperlukan
4. Menyediakan ruang ekstra untuk catatan penting
yang mungkin tidak di antisipasi saat kita membuat
Check Sheet
5. Pastikan label dan data dapat dimengerti oleh orang
yang mempergunakannya
6. Check Sheet merupakan penyajian data yang ter-
organisasi dan masih berbentuk data mentah (Raw
6
Data). Masih memerlukan tools lain agar lebih baik
dalam menterjemahkan hasil yang kita perlukan.
7
 Histogram
Pengertian Histogram dan Cara Membuatnya –
Dalam Statistik, Histogram merupakan tampilan bentuk
grafis untuk menunjukkan distribusi data secara visual
atau seberapa sering suatu nilai yang berbeda itu terjadi
dalam suatu kumpulan data.

Manfaat dari penggunaan Histogram adalah untuk


memberikan informasi mengenai variasi dalam proses
dan membantu manajemen dalam membuat keputusan
dalam upaya peningkatan proses yang
berkesimbungan (Continous Process Improvement).

8
Langkah-langkah dalam membuat Histogram :

1. Mengumpulkan data Pengukuran


2. Menentukan besarnya Range
3. Menentukan Banyaknya Kelas Interval
4. Menentukan Lebar Kelas Interval,
Batas Kelas, dan Nilai Tengah Kelas
5. Menentukan Frekuensi dari Setiap
Kelas Interval
6. Membuat Grafik Histogram

9
1. Mengumpulkan data Pengukuran
Data yang untuk membuat Histogram adalah data
pengukuran yang berbentuk Numerik.
Sebagai contoh:
Seorang Engineer ingin mengumpulkan data pengukuran
untuk panjangnya kaki komponen A seperti tabel dibawah ini :

10
2. Menentukan besarnya Range
Sebelum menentukan Besarnya nilai Range, kita perlu mengetahui
Nilai terbesar dan Nilai Terkecil dari seluruh data pengukuran kita.
Cara untuk menghitung Nilai Range (R) adalah :
R = Xmaks – Xmins
atau
Range = Nilai terbesar – Nilai terkecil
Catatan :
Jika anda menggunakan Excel , anda bisa memakai Function :
Mencari Nilai Terbesar : @MAX( nomor cell awal : nomor cell
akhir)
Mencari Nilai Terkecil : @MIN(nomor cell awal : nomor cell akhir)
Untuk contoh diatas, Besarnya Nilai Range adalah 0.6 dengan
perhitungan dibawah ini:
Range = 3.2 – 2.6
Range = 0.6
11
3. Menentukan Banyaknya Kelas Interval
Sebagai Pedoman, terdapat Tabel yang menentukan Kelas Interval-nya
sesuai dengan banyaknya Jumlah Sample Unit pada Data Pengukuran.

Untuk contoh kasus diatas, banyaknya


sampel data pengukuran adalah 50 data,
maka kita memilih banyaknya kelas
interval adalah 7 buah (menurut tabel 12
adalah 6 sampai 10).
4. Menentukan Lebar Kelas Interval, Batas Kelas, dan Nilai Tengah
Kelas
4.1. Menentukan Lebar Kelas Interval
Yang menentukan Lebar setiap kelas Interval adalah pembagian Range
(Langkah 2) dan Banyaknya Interval Kelas (Langkah 3).
Kasus yang sama, untuk cara menghitung Lebar Kelas Interval adalah :
Lebar = Range / Kelas Interval
Lebar = 0.6 / 7
Lebar = 0.1 (dibulatkan)

4.2. Menentukan Batas untuk setiap Kelas Interval


Untuk menentukan Batas untuk setiap kelas Interval, kita memakai
rumus :
Nilai terendah – ½ x unit pengukuran
(dalam kasus ini kita memakai unit pengukuran 0.1)

13
Batas Kelas Pertama :
Menentukan Batas bawah Kelas pertama :
2.6 – ½ x 0.1= 2.55
Selanjutnya Batas Bawah kelas pertama ditambah dengan Lebar Kelas
Interval untuk menentukan Batas atas kelas pertama :
2.55 + 0.1 = 2.65
Batas Kelas Kedua :
Menentukan Batas bawah Kelas Kedua :
Batas Bawah Kedua adalah Batas Atas Kelas Pertama, yaitu : 2.65
Batas Atas Kedua adalah Batas Bawah Kedua ditambah dengan Lebar
Kelas Interval yaitu : 2.65 + 0.1 = 2.75

Batas Kelas Ketiga dan seterusnya :


Dilanjutkan ke kelas ketiga dan seterusnya seperti cara untuk
menentukan Batas Kelas Kedua.

14
4.3. Menentukan Nilai Tengah setiap Kelas Interval :
Nilai Tengah Kelas Pertama :
Nilai Tengah Kelas Pertama = batas atas + batas bawah kelas Pertama / 2
= 2.55 + 2.65 / 2
= 2.6
Nilai Tengah Kelas kedua dan seterusnya :
Nilai Tengah Kelas kedua dan seterusnya mempergunakan cara yang
sama seperti menghitung Nilai Tengah Kelas Pertama.

15
5. Menentukan Frekuensi dari Setiap Kelas Interval
Untuk mempermudah perhitungan, pakailah tanda “Tally” pengelompokkan
5 (lima) untuk menghitung satu per satu jumlah frekuensi yang jatuh dalam
kelas Interval.
Masih kasus yang sama, berikut ini tabel hasil perhitungannya :

16
6. Membuat Grafik Histogram
Membuat Garis Horizontal dengan menggunakan skala berdasarkan pada
unit pengukuran data
Membuat Garis Vertikal dengan menggunakan skala frekuensi
Menggambarkan Grafik Batang, tingginya sesuai dengan Frekuensi setiap
Kelas Interval
Jika terdapat batasan Spesifikasi yang ditentukan oleh Customer
(Pelanggan) maka tariklah garis vertikal sesuai dengan spesifikasi tersebut.

17
 Diagram Pareto
Diagram Pareto adalah grafik batang yang menunjukkan masalah
berdasarkan urutan banyaknya jumlah kejadian. Urutannya mulai dari
jumlah permasalahan yang paling banyak terjadi sampai yang paling
sedikit terjadi. Dalam Grafik, ditunjukkan dengan batang grafik tertinggi
(paling kiri) hingga grafik terendah (paling kanan).

Diagram Pareto atau sering disebut juga dengan Pareto Chart ini sangat
bermanfaat dalam menentukan dan mengidentifikasikan prioritas
permasalahan yang akan diselesaikan.

alat yang sering digunakan untuk pengumpulan data adalah dengan


menggunakan Check Sheet atau Lembaran Periksa.

18
Langkah-langkah dalam membuat Diagram Pareto adalah sebagai berikut :
Mengidentifikasikan permasalahan yang akan diteliti dan penyebab-penyebab
kejadian.
(Contoh Permasalahan : Tingginya tingkat Cacat di Produksi Perakitan
PCB, Penyebabnya : Solder Short, No Solder, Missing, Solder Ball dan Solder
Crack)
Menentukan Periode waktu yang diperlukan untuk analisis (misalnya per
Bulanan, Mingguan atau per harian)
Membuat catatan frekuensi kejadian pada lembaran periksa (check sheet)
Membuat daftar masalah sesuai dengan urutan frekuensi kejadian (dari
tertinggi sampai terendah).
Menghitung Frekuensi kumulatif dan Persentase kumulatif
Gambarkan Frekuensi dalam bentuk grafik batang
Gambarkan kumulatif Persentase dalam bentuk grafik garis
Intepretasikan (terjemahkan) Pareto Chart tersebut
Mengambil tindakan berdasarkan prioritas kejadian / permasalahan
Ulangi lagi langkah-langkah diatas meng-implementasikan tindakan
improvement (tindakan peningkatan) untuk melakukan perbandingan hasil.

19
20
 Diagram Sebab Akibat/Cause and
Effect Diagram (Fishbone Diagram)
Fishbone Diagram dipergunakan untuk menunjukkan Faktor-faktor
penyebab dan akibat kualitas yang disebabkan oleh Faktor-faktor
penyebab tersebut.

Fishbone Diagram atau Cause and Effect Diagram ini dipergunakan


untuk :
Meng-identifikasikan akar penyebab dari suatu permasalahan
Mendapatkan ide-ide yang dapat memberikan solusi untuk pemecahaan
suatu masalah
Membantu dalam pencarian dan penyelidikan fakta lebih lanjut

21
Langkah-langkah yang diperlukan untuk membuat Cause and
Effect Diagram :

1.Berikanlah Judul, Tanggal, Nama Produk, Nama Proses dan daftar


nama Partisipan
2.Tentukan Pernyataan Permasalahan yang akan diselesaikan
3.Gambarkan Kepala Ikan sebagai tempat untuk menuliskan Akibat
(Effect)
4.Tuliskan Pernyataan permasalahan tersebut di kepala Ikan sebagai
Akibat (effect) dari penyebab-penyebab.
5.Gambarkan Tulang Belakang Ikan dan Tulang-tulang Besar Ikan

22
Langkah-langkah yang diperlukan untuk membuat Cause and Effect
Diagram :
6.Tuliskan Faktor-faktor penyebab utama yang mempengaruhi kualitas di
Tulang Besar Ikan. Pada Umumnya Faktor-faktor penyebab utama di
Produksi itu terdiri dari 5M +1E yaitu :
Machine (Mesin)
Method (Metode)
Man (Manusia)
Material (Material atau bahan produksi)
Measurement (Pengukuran)
Environment (Lingkungan)
7.Tuliskan penyebab-penyebab sekunder berdasarkan kategori Faktor
penyebab Utama dan tuliskan di Tulang-tulang yang berukuran sedang
8.Tuliskan lagi penyebab-penyebab yang lebih details yang
mempengaruhi penyebab sekunder kemudian gambarkan tulang-tulang
yang berukuran lebih kecil lagi.
9.Tentukanlah faktor-faktor penyebab tersebut yang memang memiliki
pengaruh nyata terdapat Kualitas kemudian berikanlah tanda di faktor-
faktor penyebab tersebut. 23
Hal yang perlu diperhatikan dalam membuat Cause and Effect
Diagram :
Setelah suatu masalah atau suatu situasi telah ditetapkan untuk dibahas
lebih lanjut, tanyakan “mengapa-mengapa” sampai menemukan akar
penyebab permasalahannya.
Jika masalah tersebut terdapat beberapa penyebab potensial, maka kita
harus meng-analisis setiap penyebab tersebut.
Untuk mendapatkan Root Cause atau akar permasalahan yang dimaksud,
metode 5 WHY (5 mengapa) adalah metode yang paling sering
digunakan.

24
1. Apa (what).
Apa saja yang menjadi penyebab masalah tersebut?
2. Kapan (when).
Kapan masalah tersebut paling sering muncul?
3. Di mana (where).
Dimana masalah tersebut paling sering muncul?
4. Siapa (who).
Siapa orang atau kelompok yang mengalami paling banyak masalah?
5. Mengapa (why).
Mengapa masalah tersebut banyak terjadi?
6. Bagaimana (how).
Bagaimana masalah tersebut bisa terjadi?
7. Berapa biayanya (how much).Masalah mana yang biayanya paling
besar? / atau berapa besar biasa yang sudah ditimbulkan?

25
Contohnya sebagai berikut:
Masalah: Mesin Breakdown/Rusak.
Mengapa? Komponen automator tidak berfungsi.
Mengapa tidak berfungsi? Usia komponen sudah melebihi batas lifetime
12 bulan.
Mengapa tidak diganti saat mencapai batas tersebut? Tidak ada yang tahu
batas lifetime komponen tersebut.
Mengapa tidak ada yang tahu? Tidak ada pencatatan data penggantian
komponen.
Mengapa tidak ada pencatatan? Nah, sebenarnya kita telah tiba pada
salah satu potensi akar masalah, yaitu tidak adanya pencatatan data
penggantian komponen.

26
Contoh 5 WHY :
Permasalahan : Produk tidak bisa di-ON-kan
WHY Pertama : Mengapa Produk tidak bisa di-ON-kan? Karena No solder di
Komponen Konektor
WHY Kedua : Mengapa ada No Solder di komponen konektor? Karena
Mesin Solder tidak Stabil
WHY Ketiga : Mengapa Mesin Solder tidak stabil? Karena Suku Cadang
tidak diganti tepat waktu
WHY Keempat : Megapa Suku Cadang tidak diganti tepat waktu? Karena
tidak ada anggaran khusus
WHY Kelima : Mengapa tidak ada Anggaran Khusus? Karena untuk
menghemat biaya

27
28
 Diagram Tebar
berfungsi untuk melakukan pengujian terhadap seberapa kuatnya
hubungan antara 2 (dua) variabel serta menentukan jenis hubungan dari
2 (dua) variabel tersebut apakah hubungan Positif, hubungan Negatif
ataupun tidak ada hubungan sama sekali. Bentuk dari Scatter Diagram
adalah gambaran grafis yang terdiri dari sekumpulan titik-titik (point)dari
nilai sepasang variabel (Variabel X dan Variabel Y).
Scatter Diagram sering disebut juga dengan Scatter Chart, Scatter plot,
Scattergram dan Scatter grap

29
Contoh kasus untuk pengujian kekuatan hubungan antara 2 variabel
antara lain :
Hubungan antara kecepatan Mesin dengan Kualitas Produk.
Hubungan antara Jumlah Tenaga Kerja dengan Output yang dihasilkan.
Hubungan antara Jumlah Jam kerusakan mesin dengan tingkat
kecacatan yang terjadi.
Hubungan antara Total Jam Lembur dengan tingkat absensi Tenaga
Kerja.
Hubungan antara Absensi dengan tingkat kerusakan produk.

30
Langkah-Langkah Membuat Scatter Diagram (Diagram Tebar)
Berikut ini merupakan Langkah-langkah yang diperlukan dalam membuat
Scatter Diagram (Diagram Pencar) :
1. Pengumpulan data
Lakukan pengumpulan sepasang data X dan Y yang akan dipelajari
hubungannya kemudian masukkanlah data tersebut ke dalam sebuah Tabel.
Usahakan pengumpulan pasangan data melebihi 30 pasangan data (n > 30)
agar tingkat ke-akurasi-annya lebih tinggi.
2. Pembuatan Sumbu Vertikal dan Sumber Horizontal
Tentukanlah nilai Maksimum dan nilai Minimum dari kedua data variabel X dan
Y tersebut kemudian buatlah sumbu Vertikal dan sumbu Horizontal beserta
skalanya sesuai dengan nilai Maksimum dan Nilai Minimum yang didapat.
3. Penebaran (Plotting) data
Lakukanlah Penebaran data (data plotting) kedalam kertas yang telah dibuat
pada langkah ke-2 (langkah pembuatan sumbu vertikal dan sumbu horizontal).
4. Pemberian Informasi
Berikanlah informasi yang secukupnya untuk Scatter Diagram tersebut seperti :
Judul Grafik
Banyaknya pasangan data
Judul dan unit pengukuran untuk sumbu Vertikal dan Horizontal
Interval Waktu
Orang yang membuat dan penanggung Jawab Scatter Diagram tersebut. 31
32

Anda mungkin juga menyukai