Sindroma Susac
Disusun Oleh:
Stephen Alexander 201806010153
Pembimbing:
dr. Esdras Ardi Pramudita, M.sc, Sp.S
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan journal reading mengenai “Sindroma Susac” sebagai salah satu
tugas dalam Kepaniteraan Klinik Departemen Neurologi.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Esdras Ardi Pramudita, M.Sc, Sp.S atas
waktu dan bimbingan yang telah diberikan selama proses pembuatan karya tulis ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam pembuatan journal reading
ini. Oleh karena itu, penulis mohon maaf apabila terdapat kekeliruan dalam penulisan karya
tulis ini. Kritik dan saran sangat penulis harapkan demi perbaikan di kemudian hari. Semoga
referat ini dapat membantu pembaca untuk memahami lebih mendalam mengenai sindroma
Susac. Atas perhatian yang diberikan, penulis mengucapkan terima kasih.
Penulis
Sindroma Susac : Karakteristik Klinis, Klasifikasi Klinis, dan Prognosis Jangka
Panjang
Abstrak :
Sindroma Susac terdiagnosis pada 10 pasien (usia 30-45 tahun). Hanya 2 pasien yang
memiliki gambaran klinis lengkap dari trias yang ada, dan pada 7 pasien ditemukan
perkembangan sindroma Susac hingga mencapai gambaran klinis lengkap berdasarkan trias
yang ada saat follow up dalam waktu 35 bulan. Waktu rata-rata untuk mencapai trias lengkap
adalah 7 bulan. Berdasarkan observasi peneliti dari presentasi klinis, peneliti menklasifikasikan
penyakit ini menjadi suspek, inkomplit, dan komplit sindroma Susac. Seluruh 10 pasien yang
diteliti diberikan tatalaksana dosis tinggi metilprednisolon. Terdapat peningkatan pada
ketajaman penglihatan dan lapang pandang di akhir follow dibandingkan dengan kondisi awal,
namun tidak bermakna secara statistik (P=0,479 dan P=0.053) 5 pasien tetap memiliki
kerusakan neurologis, dan 5 pasien tidak mengalami perbaikan pada kemampuan pendengaran
di akhir studi. Kesimpulannya, sindroma Susac adalah kelainan bersifat jarang yang dapat
meniru gambaran klinis penyakit lainnya. Diagnosis dari penyakit ini cukup menantang karena
kebanyakan pasien tidak memiliki keseluruhan dari trias yang ada. Peneliti menyarankan untuk
dibuatnya klasifikasi klinis dari sindroma Susac untuk membantu diagnosis penyakit ini ke
depannya.
Daftar Singkatan : BRAO : Branch Retinal Occlusion, CNS : Central Nervous System, FA :
Flueorescin Angiography, MD : Mean Deviation, MRI : Magnetic Resonance Imaging, VA :
Visual Acuity
Kata Kunci : Oklusi cabang retina, disfungsi CNS, gangguan pendengaran sensorineural,
sindroma Susac
PENDAHULUAN
Sindroma Susac adalah kelainan bersifat jarang yang pertama kali dilaporkan pada
tahun 1973. Sebelumnya, penyakit ini diistilahkan sebagai infark pada koklear, retina, dan
jaringan otak (sindroma SICRET) atau retinopati, ensefalopati, dan tuli mikroangiopati
(sindroma RED-M). Susac et al. Mendeskripsikan kelainan-kelainan tersebut pada tahun 1979
dan Hoyt menamakannya “Susac’s Syndrome” pada tahun 1986.
METODE
Penelitian ini merupakan case series retrospektif pada pasien-pasien yang dirawat di
satu pusat kesehatan. Studi ini disetujui oleh Institutional Review Board (IRB) lokal dari Sheba
Medical Center.
2.1. PASIEN
Semua pasien yang terdiagnosis sindroma Susac dan dirawat di fasilitas kesehatan
tingkat tiga (Sheba Medical Center, Tel Hashomer, Israel) pada tahun 1998 hingga 2014
dimasukkan dalam penelitian ini.
mencatat nilai MAR. Penyimpangan rata-rata (MD) pada uji VF dianalisis dalam nilai numerik.
Distribusi untuk berbagai kategori parameter diukur dan analisis pasangan yang cocok (ukuran
sampel kecil) untuk log MAR dan MD pada presentasi dan pada akhir follow up dilakukan.
Tingkat signifikansi keseluruhan diatur ke alfa 0,05. Analisis statistik dilakukan dengan
menggunakan JMP Statistical Discovery Software 7.0 (SAS Institute, Cary, NC).
2.3 HASIL
Case series ini terdiri dari 10 pasien (4 laki-laki, 6 perempuan) dengan usia rata-rata
38 ± 10,99 tahun (sekitar 30-45 tahun). Riwayat medis dari semua pasien adalah negatif untuk
penyakit neurologis dan defisit pendengaran. Dua pasien memiliki riwayat gangguan
penglihatan positif (glaukoma dan sindrom Duane). Dua kasus pada wanita terjadi selama
periode postpartum kehamilan mereka (sekitar 2 bulan setelah melahirkan bayi mereka).
Hanya 2 (20%) pasien yang awalnya mempunyai gambaran trias penuh sindroma
Susac. Tujuh pasien kemudian mennggambarkan trias lengkap selama periode follow up, dan
waktu rata-rata untuk mencapai gambaran klinis trias lengkap adalah 7 bulan. Semua pasien
pria dalam case series ini mempunya gambaran trias yang lengkap. Manifestasi paling umum
pada sindroma ini adalah gangguan SSP (80%), gangguan penglihatan (50%), dan gangguan
menampilkan perkembangan gejala neurologis dan penglihatan selama periode follow up untuk
setiap pasien, dan Tabel 4 menampilkan perkembangan tersebut untuk semua pasien.
Semua pasien menjalani pemeriksaan MRI kepala (dengan dan tanpa gadolinium 1,5
atau 3 T), pengujian audiometri dan Fluorescin Angiography retina. Pemindaian MRI
menunjukkan corpus callosum dan lesi periventrikular pada semua kasus (Gambar 1). Dua
Delapan pasien (80%) memiliki manifestasi neurologis pada gambaran klinis yang
ada, dan semua pasien mengalami defisit neurologis dari waktu ke waktu. Enam pasien (60%)
mengalami kelainan berjalan dan 6 pasien (60%) mengalami sakit kepala. Lima pasien (50%)
(30%) mengalami disfungsi urin. Lima pasien (50%) memiliki kerusakan neurologis persisten
Oklusi arteri cabang arteri retina diamati pada semua kasus selama perjalanan
penyakit. Oklusi terletak di arteri superotemporal di 10 kasus (Gambar 2A) dan di arteri
Kedua mata terlibat dalam 3 kasus, dan pada hanya mata kanan yang terlibat dalam
7 kasus. Ada lebih dari satu oklusi dalam 6 kasus. Jumlah rata-rata oklusi adalah: 1.6. Log
MAR rata-rata pada presentasi adalah 0,149 ± 0,21 (kisaran 0,00-0,69) untuk mata kanan dan
0,062 ± 0,143 (kisaran 0,03-0,15) untuk mata kiri. Cacat lapang pandang termasuk cacat
altitudinal (n = 3), skotoma sentral (n = 3), dan skotoma parasentral (n = 7). MD rata-rata pada
presentasi adalah 12,49 ± 6,95 (kisaran 25,53 hingga 4,74) untuk mata kanan dan 10,01 ± 5,59
3.4 TATALAKSANA
Semua pasien diberikan terapi berupa metilprednisolon intravena dosis tinggi (1000
mg) diikuti dengan pemberian tappering off prednison oral. Segera setelah kejadian akut, 3
pasien juga diobati dengan siklofosfid oral harian (2,5-3 mg / kg), dan 4 pasien dengan
imunoglobulin intravena (0,4 g / kg berat badan / hari). Perawatan untuk setiap pasien
dirangkum dalam Tabel 2. Mereka semua dirawat dengan obat antitrombotik dan antikoagulasi
bulan). Selama waktu ini, 4 pasien mengalami penyakit berulang dengan keluhan baru (2
neurologis dan 2 gangguan penglihatan). Ada juga temuan baru pada MRI pada 2 pasien, dan
2 pasien memiliki 1 episode tambahan oklusi cabang arteri retina. Lima pasien (50%)
ditinggalkan dengan kerusakan neurologis residual pada akhir penelitian: 5 memiliki gangguan
kognitif, 1 mengalami defisiensi motorik dan 1 memiliki defisiensi sensorik. Lima pasien
(50%) tidak mengalami perbaikan defisit pendengaran mereka. Hasil setiap pasien dirangkum
dalam Tabel 2.
Rata-rata ketajaman penglihatan pada akhir follow up adalah 0,071 ± 0,141 (kisaran
0,00-0,47) di mata kanan dan 0,164 ± 0,31 (kisaran 0,00-1) di mata kiri. Rata-rata pada studi
kelainan lapang pandang pada akhir follow up adalah 9,11 ± 7,94 (kisaran 22,61 hingga 4,3,62)
di mata kanan dan 10,26 ± 6,60 (kisaran 18,85 hingga 1,44) di mata kiri. Ada peningkatan
ketajaman penglihatan di kedua mata pada akhir penelitian tetapi tidak mencapai tingkat
signifikansi (P = 0,247 dan P = 0,284 untuk mata kanan dan kiri, masing-masing, pasangan
yang cocok). Ada peningkatan yang signifikan dalam lapang pandang mata kanan pada akhir
follow up (P = 0,01). Tidak ada peningkatan yang signifikan dalam lapang pandang mata kiri
pada akhir follow up (P = 0,807). Arteri tersumbat diidentifikasi pada Fluorescin Angiography
di semua mata tanpa dilakukan rekanalisasi sama sekali pada akhir follow up (Gambar 2B).
4. DISKUSI
Sindroma Susac adalah kelainan yang bersifat jarang, sulit terdiagnosis, dan
etiologinya tidak diketahui. Beberapa penulis berpendapat bahwa patofisiologi sindroma Susac
adalah endoteliopati yang dimediasi oleh sistem imun. Penyakit autoimun biasanya lebih
banyak terjadi pada wanita. , dan sindrom Susac juga ditemukan pada penelitian sebelumnya
yang lebih umum pada wanita, dengan rasio pria / wanita 1: 3,5. Dalam case series peneliti saat
ini, rasio pria / wanita adalah 1: 1,5. Sindroma ini bermanifestasi sebagai trias penuh hanya
pada laki-laki, sebuah temuan yang dapat menunjukkan bahwa meskipun lebih umum pada
perempuan, naum lebih parah pada laki-laki. Hal menarik pada penelitian ini adalah temuan
sindrom yang terjadi selama periode postpartum dari 2 pasien wanita peneliti. Ada 11 kasus
yang diterbitkan yang mendokumentasikan terjadinya sindrom dalam konteks kehamilan. Oleh
karena itu peneliti berspekulasi bahwa kehamilan mungkin menjadi faktor risiko untuk
terjadinya penyakit.
Sindrom Susac ditandai oleh trias gejala klinis, tetapi hanya 2 dari pasien peneliti
yang memiliki trias lengkap pada awal terjadinya penyakit dan trias lengkap dicapai dalam
rata-rata 7 bulan pada 7 pasien lainnya. Temuan ini sesuai dengan laporan metaanalisis yang
diterbitkan oleh Dorr et al yang menemukan bahwa hanya 13% pasien yang mengalami trias
klinis saat onset penyakit. Fakta bahwa trias tidak ditemukan secara lengkap pada pasien dan
bahwa gejala klinis dapat meniru gangguan lain yang lebih umum membuat diagnosis sindrom
Berdasarkan pengamatan peneliti dan informasi yang berasal dari literatur yang
dilaporkan (case report, ulasan dan meta-analisis), peneliti mengusulkan klasifikasi sindrom
Susac sesuai dengan presentasi klinis: dicurigai, tidak lengkap, dan lengkap (Tabel 5).
Sindroma Susac yang dicurigai akan mengacu pada pasien tanpa faktor risiko yang diketahui
untuk arteriosklerosis atau koagulopati dengan satu manifestasi dari trias (oklusi cabang arteri
retina / masalah pendengaran / gejala neurologis) dan salah satu dari faktor risiko berikut:
perempuan berusia antara 20 dan 40 tahun, perempuan dalam 1 tahun kehamilan, dan adanya
karakteristik corpus callosum atau lesi periventrikular pada MRI. Sindrom Susac yang tidak
lengkap akan didefinisikan sebagai pasien dengan 2 manifestasi dari triad, dan sindrom Susac
Klasifikasi klinis pasien dapat berubah selama perjalanan penyakit ketika manifestasi
klinis lainnya muncul. Yang perlu diperhatikan, pasien yang masuk dalam kategori dugaan
sindroma Susac dan sindroma Susac yang tidak lengkap dapat memenuhi kriteria diagnosis
lainnya. Rentang diagnosis banding luas, termasuk penyakit demielinasi (misalnya, multiple
neuro-Behçet) dan oklusi vaskular (seperti dari embolus atau aterosklerosis). Selain itu,
diagnosis sindrom Susac harus dimasukkan dalam diagnosis banding dan jika kemungkinan
dipertimbangkan. Temuan pada pencitraan MRI dapat meniru gangguan neurologis lainnya,
seperti multiple sclerosis. Namun, ketika lesi corpus callosum diamati, seperti terlihat dalam
semua kasus peneliti, kecurigaan sindroma Susac harus tinggi, terutama ketika ada masalah
Sampai saat ini, tidak ada pedoman terapi untuk sindroma Susac. Strategi pengobatan
yang dilaporkan saat ini didasarkan pada pengalaman klinis, laporan kasus, dan serangkaian
kasus kecil. Pasien peneliti menerima perawatan antiinflamasi dan antitrombotik intensif, tetapi
6 dari mereka memiliki kerusakan permanen pada sistem neurologis, auditori, dan / atau okular.
Temuan serupa telah dilaporkan oleh peneliti lain. Hasil ini menekankan perlunya untuk
mengevaluasi strategi pengobatan dan prognosis jangka panjang. Beberapa penelitian telah
menyarankan bahwa diagnosis dini dapat mengarah pada prognosis yang lebih baik pada
pasien-pasien muda tersebut. Peneliti percaya bahwa diagnosis dapat diterima lebih awal
dengan menerapkan sistem klasifikasi yang peneliti usulkan. Keterbatasan penelitian ini
termasuk ukuran sampel yang kecil dan bersifat retrospektif. Keduanya disebabkan oleh jarang
terjadinya sindroma tersebut. Singkatnya, case series retrospektif ini meneliti karakteristik
sindroma Susac dan prognosis jangka panjang pasien. Pengamatan peneliti harus
meningkatkan kesadaran akan pentingnya diagnosis dini dan sindrom Susac yang tepat pada
pasien-pasien usia muda. Peneliti mengusulkan klasifikasi klinis yang dapat membantu dokter
untuk mendiagnosis sindroma tersebut sejak awal. Penelitian prospektif multisenter di masa
depan diperlukan untuk pemahaman yang lebih baik tentang sindroma, validasi klasifikasi yang