Anda di halaman 1dari 3

Senyawa metanol sebagai bahan bakar memiliki keuntungan dalam segi perekonomian,

metanol lebih murah harga produksinya daripada enrgi terbarukan. Walaupun sama seperti
bahan bakar fosil lainnya, metanol menghasilkan karbondioksida selama pembakaran namun
metanol diyakini lebih ramah dalam penggunaannya, tidak menghasilkan asap, jelaga ataupun
sejumlah besar senyawa hidrokarbon lainnya. Metanol yang digunakan sebagai bahan bakar
tetap berpotensi bersifat mudah korosif pada beberapa logam terutama aluminium,
berakibatkan pada biaya perawatan yang tinggi. Metanol juga memiliki sifat lebih beracun jika
dibandingkan dengan bahan bakar pada umumnya seperti bensi
2.4. Kalium Hidroksida
Kalium hidroksida adalah bahan kimia berbentuk padatan putih yang sebagian besar
terdiri dari KOH dan digunakan untuk industri (Sutrisno, 2010). Kalium hidroksida juga biasa
digunakan sebagai katalis pada pembuatan biodiesel. Kalium hidroksida adalah senyawa
anorganik yang mempunyai rumus KOH, serta biasa disebut dengan potas api. Bersamaan
dengan natrium hidroksida (NaOH), kalium hidroksida berwarna dasar yang kuat prototipikal.
KOH mempunyai banyak aplikasi dalam industri dan sebagian besar aplikasi memanfaatkan
reaktivitas ke arah asam dan sifat korosifnya. Sekitar 100 kali lebih dari NaOH, KOH
diproduksi setiap tahunnya. KOH merupakan bahan pendahulu untuk menghasilkan sabun
lembut dan cair serta berbagai bahan kimia.
Tabel 2.3. Sifat Fisik dan Kimia KOH
Rumus molekul KOH
Massa molar 56.1056 g/mol
Penampilan Zat padat putih
Densitas 2,12 g/cm³, padat
Titik lebur 360 °C
Titik didih 1320 °C
(Sumber: Patil dkk., 2014)
Kalium hidroksida ini didapat dengan mereaksikan senyawa natrium NaOH bersama
kalium yang murni. Kalium hidroksida dapat ditemukan dalam bentuk murni dengan
mereaksikan natrium hidroksida dengan kalium tidak murni. Kelarutan dalam air
sangat eksotermik. Bahkan pada suhu tinggi, padatan KOH tidak mengalami dehidrasi dengan
mudah. Kalium hidroksida biasanya dijual dalam bentuk pelet, yang dapat bereaksi di ruang
udara karena KOH mempunyai sifat yang higroskopis. Sehingga, KOH umumnya mempunyai
kelarutan cukup tinggi dalam berbagai jumlah air. Selain itu pada temperatur tinggi, padatan
KOH tidak terdehidrasi dengan mudah (Patil dkk., 2014).
2.5. Reaksi Elektrolisis
Elektrolisis adalah salah satu proses kimia yang mengubah energi listrik menjadi energi
kimia. Reaksi elektrokimia melibatkan perpindahan elektron-elektron bebas dari suatu logam
kepada komponen di dalam larutan atau media (Roseno dkk, 2010). Elektrolisis adalah
peristiwa penguraian elektrolit dalam sel elektrolisis oleh arus listrik. Dalam sel volta atau
galvani, reaksi oksidasi reduksi berlangsung dengan spontan, dan energi kimia yang menyertai
reaksi kimia diubah menjadi energi listrik. Sedangkan elektrolisis merupakan reaksi kebalikan
dari sel volta atau galvani yang potensial selnya negatif atau dengan kata lain, dalam keadaan
normal tidak akan terjadi reaksi dan reaksi dapat terjadi bila diinduksi dengan energi listrik dari
luar (Pratiwi, 2014).
Reaksi elektrolisis tergolong reaksi redoks tidak spontan, reaksi itu dapat berlangsung
karena pengaruh energi listrik (Rusminto, 2009). Proses ini ditemukan oleh Faraday tahun
1820. el elektrolisis atau elektroda adalah sel elektrokimia yang bereaksi secara tidak spontan
(Eosel (-) atau ∆G>0), karena energi listrik disuplai dari sumber luar dan dialirkan melalui
sebuah sel. Elektrolisis diartikan juga sebagai peristiwa penguraian zat elektrolit oleh arus
listrik searah, melainkan juga mengalami perubahan-perubahan kimia. Perubahan kimia yang
terjadi selama elektrolisis dapat dilihat sekitar elektroda. Elektroda merupakan suatu sistem
dua fase yang terdiri dari sebuah penghantar elektrolit (misalnya logam) dan sebuah penghantar
ionik (Rivai, 1995).
Elektroda positif (+) disebut anoda sedangkan elektroda negatif (-) adalah katoda
(Svehla, 1985). Reaksi kimia yang terjadi pada 4 elektroda selama terjadinya konduksi listrik
disebut elektrolisis dan alat yang digunakan untuk reaksi ini disebut sel elektrolisis. Sel
elektrolisis memerlukan energi untuk memompa elektron (Brady,1999). Elektroda berperan
sebagai tempat berlangsungnya reaksi. Reaksi reduksi berlangsung di katoda, sedangkan reaksi
oksidasi berlangsung di anoda. Kutub negatif sumber arus mengarah pada katoda (sebab
memerlukan elektron) dan kutub positif sumber arus tentunya mengarah pada anoda.
Akibatnya, katoda bermuatan negatif dan menarik kation-kation yang akan tereduksi menjadi
endapan logam. Sebaliknya, anoda bermuatan positif dan menarik anion-anion yang akan
teroksidasi menjadi gas.
Terlihat jelas bahwa tujuan elektrolisis adalah untuk mendapatkan endapan logam di
katoda dan gas di anoda.Elektrosintesis adalah suatu cara untuk mensintesis atau memproduksi
suatu bahan yang didasarkan pada teknik elektrokimia. Pada metode ini terjadi perubahan
unsur/senyawa kimia menjadi senyawa yang sesuai dengan yang diinginkan. Penggunaan
metode ini memiliki berbagai keuntungan seperti peralatan yang diperlukan sangat sederhana,
yakni terdiri dari dua/tiga batang elektroda yang dihubungkan dengan sumber arus listrik,
potensial elektroda dan rapat arusnya dapat diatur sehingga selektivitas dan kecepatan
reaksinya dapat ditempatkan pada batas-batas yang diinginkan melalui pengaturan besarnya
potensial listrik serta tingkat polusi sangat rendah dan mudah dikontrol (Hiskia, 2001).
Prinsip dari metode elektrosintesis didasarkan pada penerapan teori-teori elektrokimia
biasa. Baik teknik elektrosintesis maupun metode sintesis secara konvensional, mempunyai
variabel-variabel yang sama seperti suhu, pelarut, pH, konsentrasi reaktan, metode
pencampuran dan waktu. Akan tetapi perbedaannya, jika di elektrosintesis mempunyai variabel
tambahan yakni variabel listrik dan fisik seperti elektroda, jenis elektrolit, lapisan listrik ganda,
materi/jenis elektroda, jenis sel elektrolisis yang digunakan, media elektrolisis dan derajat
pengadukan pada proses elektrolisis tersebut (Moeksin dkk., 2017).

Anda mungkin juga menyukai