Anda di halaman 1dari 13

STANDAR OPERATIONAL PROSEDUR

1. ACNE VULGARIS
Pengertian Acne Vulgaris adalah penyakit peradangan kronis dari folikel pilosebasea
yang diinduksi dengan peningkatan produksi sebum, perubahan pola
keratinisasi, peradangan, dan kolonisasi dari bakteri Propianibacterium
acnes. Nama lain dari penyakit ini adalah jerawat.
Tujuan Melakukan penanganan pada acne vulgaris
Kebijakan
Referensi KMK No. HK 02.02/MENKES/514/2015 tentang Panduan Praktik Klinis
Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama
Prosedur
Langkah- 1. Melakukan anamnesis sesuai keluhan dan menggali faktor resiko
langkah 2. Melakukan pemeriksaan fisik Ujud Kelainan Kulit (UKK), tempat
predileksi dan menilai derajat keparahan
3. Membuat diagnosis banding
4. Membuat diagnosis kerja dan menilai derajat keparahan
5. Menentukan pilihan terapi, yang meliputi pencegahan terjadinya
erupsi (preventif) dan usaha untuk menghilangkan jerawat yang
terjadi ( kuratif). Serta menentukan kriteria rujukan untuk kasus
Acne Vulgaris sedang-berat
6. Pemberian edukasi
Bagan Alur Melakukan
Melakukan Membuat
Mulai anamnesis sesuai
y keluhan pasien dan pemeriksaan diagnosa
tidak
a menggali faktor fisik banding
resiko
Selesai

Tidak memerlukan
Perlu pemeriksaan
LAB? Laboratorium

Menentukan
diagnosis kerja

Memberikan Konseling dan


pilihan terapi edukasi
sesuai diagnosis
kerja

Hal-hal yang Edukasi untuk memberi pemahaman kepada pasien tentang penyebab,
perlu bagaimana melakukan pencegahan dan cara maupun lama pengobatan.
diperhatikan
Unit Terkait Farmasi
Dokumen Rekam Medis
Terkait
2. ALERGI MAKANAN
Pengertian Alergi makanan adalah suatu kondisi yang ditimbulkan
reaksi imun terhadap alergen yang berasal dari makanan.
Reaksi alergi makanan terjadi bila alergen menembus
sawar gastrointestinal yang memacu reaksi IgE. Gejala
dapat timbul dalam beberapa menit sampai beberapa jam,
dapat terbatas pada satu atau beberapa organ,\ kulit,
saluran napas dan cerna, lokal dan sistemik.

Tujuan Melakukan penanganan pada kasus alergi makanan


Kebijakan
Referensi KMK No. HK 02.02/MENKES/514/2015 tentang
Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Tingkat Pertama

Prosedur
Langkah-langkah 1. Melakukan anamnesis sesuai keluhan pada sistem
organ pasien Misalnya pada kulit, saluran pernafasan,
dan saluran pencernaan
2. Melakukan pemeriksaan fisik umum menyeluruh. Jika
muncul reaksi pada kulit, perlu mendeskripsikan UKK
secara detail.
3. Membuat diagnose banding
4. Menentukan diagnosis kerja
5. Memberikan pilihan terapi sesuai diagnosis kerja yaitu
:
a. Menghindari makanan penyebab
b. Jangan melakukan uji kulit atau provokasi
makanan pada riwayat reaksi alergi
berat/anafilaksis.
c. Memberikan rencana tindak lanjut berupa :
o Edukasi pasien untuk kepatuhan diet pasien
o Menghindari makanan yang bersifat alergen
secara sengaja mapun tidak sengaja (perlu
konsultasi dengan ahli gizi)
o Perhatikan label makanan
o Menyusui bayi sampai usia 6 bulan
menimbulkan efek protektif terhadap alergi
makanan
Bagan Alur
Melakukan Melakukan
anamnesis pemeriksaan Menentukan
Mulai
sesuai keluhan fisik diagnosis
pasien banding

Tidak
memerlukan
pemeriksaan
penunjang

Menegakkan diagnosis
kerja

Memberikan Pemberian
penatalaksanaan dan konseling dan
pilihan terapi edukasi

Hal-hal yang perlu diperhatikan a. Ada tidaknya reaksi anafilaksis pada pasien
b. Perlu melakukan uji kulit atau uji provokasi
setelah gejala teratasi
Unit Terkait Farmasi, Gizi
Dokumen Terkait Rekam Medis
3. ASMA BRONKIALE
Pengertian Asma adalah penyakit heterogen, selalu dikarakteristikkan dengan
inflamasi kronis di saluran napas. Terdapat riwayat gejala respirasi seperti
mengi, sesak, rasa berat di dada dan batuk yang intensitasnya berberda-
beda berdasarkan variasi keterbatasan aliran udara ekspirasi
Tujuan Melakukan penanganan pada Asma bronkiale
Kebijakan
Referensi KMK No. HK 02.02/MENKES/514/2015 tentang Panduan Praktik Klinis
Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama
Prosedur -
Langkah- 1. Melakukan anamnesis untuk menggali gejala khas asma seperti :
langkah a. Terdapat lebih dari satu gejala ( mengi, sesak, dada terasa berat)
khususnya pada dewasa muda
b. Gejala sering memburuk di malam hari atau pagi dini hari
c. Gejala bervariasi waktu dan intensitasnya
d. Gejala dipicu oleh infeksi virus, latihan, pajanan allergen,
perubahan cuaca, tertawa atau iritan seperti asap kendaraan, rokok
atau bau yang sangat tajam
Selain itu perlu menggali faktor resiko asma, baik dari faktor
penjamu dan lingkungan.

2. Melakukan pemeriksaan fisik umum


3. Melakukan pemeriksan penunjang berupa Arus Puncak Ekspirasi
(APE) menggunakan Peak Flow atau pemeriksaan darah eosinofil.
4. Membuat diagnose banding
5. Menentukan klasifikasi dan derajat Asma
6. Menentukan diagnosis kerja
7. Memberikan pilihan terapi sesuai diagnosis kerja
8. Memberikan edukasi tentang Asma, pengobatan dan pencegahan
serangan Asma.
Bagan Alur Melakukan
anamnesis sesuai Melakukan Membuat
Mulai pemeriksaan diagnosa
y keluhan dan
tidak
a menggali faktor fisik banding
resiko
Selesai

1. Arus Puncak Ekspirasi


(APE) menggunakan
Perlu
Pemeriksaan
Peak Flow
penunjng 2. Pemeriksaan darah
eosinofil

Menentukan
diagnosis kerja
dan
mengidentifikasi
klasifikasi asma

Memberikan Konseling dan


pilihan terapi
edukasi tentang
sesuai diagnosis
kerja (obat, asma, faktor
Gayahidup) resiko,dll

Hal-hal yang 1. Kriteria rujukan pada pasien asma adalah jika sering terjadi
perlu eksaserbasi, serangan asma akut sedang dan berat, dan asma dengan
diperhatikan komplikasi
2. Klasifikasi dan serajat asma pada anak berbeda dengan asma pada
dewasa
3. Edukasi dan konseling tentang Asma dan penanganan asma, agar
pasien tidak panik.
Unit Terkait Farmasi, Gizi, Laboratorium
Dokumen Rekam Medis
Terkait

4. BENDA ASING DI HIDUNG


Pengertian Benda yang dalam keadaan normal tidak berada di
dalam hidung. Kasus ini paling sering dialami oleh anak
dan balita. Terdapat dua jenis benda asing, yaitu benda
hidup (organik) dan benda mati (anorganik). Contoh
benda asing organik, antara lain lintah, lalat, larva,
sedangkan benda asing anorganik, misalnya manik-
manik, kertas, tisu, logam, baterai kecil, kacang-
kacangan, dan lain-lain.
Tujuan Melakukan penanganan pada benda asing di hidung
Kebijakan
Referensi KMK No. HK 02.02/MENKES/514/2015 tentang
Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama
Prosedur
Langkah-langkah 1. Melakukan anamnesis sesuai keluhan seperti hidung
tersumbat yang muncul tiba-tiba biasanya unilateral.
Dapat di jumpai hiposmia atau anosmia. Jika keluhan
dirasa setelah 2 – 3 hari, keluar sekret mukoid /
mukopurulen dan berbau di satu sisi hidung. Dan
dapat timbul rasa nyeri. Bila benda asing organik,
terasa ada yang bergerak-gerak di dalam rongga
hidung. Khusus untuk lintah, sumbatan pada hidung
semakin memberat setiap hari. Adanya laporan dari
pasien atau orang tua mengenai adanya benda yang
masuk atau dimasukkan ke rongga hidung. Dan perlu
diketahui benda apa yang masuk ke dalam hidung.
2. Melakukan pemeriksaan fisik rinoskopi anterior.
Akan di dapatkan benda asing, bila sudag
berlangsung 2-3 hari di temukan sekret purulen.
3. Membuat diagnose banding
4. Menentukan diagnosis kerja
5. Memberikan pilihan terapi sesuai diagnosis kerja
yaitu :
a. Non Medikamentosa berupa ekstraksi benda
asing secara manual dengan pengait tumpul atau
pinset. Jika lintah, perlu diteteskan air tembakau
selama 5 menit sebelum ekstraksi.
b. Medikamentosa berupa pemberian antibiotik oral
selama 5 hari bila terjadi infeksi sekunder
c. Edukasi

Bagan Alur
Melakukan Melakukan
anamnesis pemeriksaan Menentukan
Mulai
sesuai keluhan fisik diagnosis
pasien banding

Tidak
memerlukan
pemeriksaan
penunjang

Menegakkan diagnosis
kerja

Memberikan Pemberian
penatalaksanaan dan konseling dan
pilihan terapi edukasi

Hal-hal yang perlu diperhatikan 1. Dokter memberikan inform consent sebelum


melakukan tindakan
2. Anamnesis perlu ditanyakan benda apa yang masuk
kedalam hidung karena itu mempengaruhi tatalaksana
dan komplikasi yang dapat terjadi
3. Dalam melakukan ekstraksi perlu berhati-hati agar
tidak mendorong benda masuk lebih dalam
4. Rujuk pasien jika ekstraksi tidak berhasil atau pasien
tidak kooperatif.
Unit Terkait Farmasi
Dokumen Terkait Rekam Medis, Inform Consent Tindakan

5. BENDA ASING DI KONJUNGTIVA


Pengertian Benda asing di konjungtiva adalah benda yang dalam
keadaan normal tidak dijumpai di konjungtiva dan dapat
menyebabkan iritasi jaringan. Pada umumnya kelainan
ini bersifat ringan, namun pada beberapa keadaan dapat
berakibat serius terutama pada benda asing yang bersifat
asam atau basa dan bila timbul infeksi sekunder.
Tujuan Melakukan penanganan pada benda asing di konjungtiva
Kebijakan
Referensi KMK No. HK 02.02/MENKES/514/2015 tentang
Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama
Prosedur
Langkah-langkah 1. Melakukan anamnesis sesuai keluhan seperti nyeri,
mata merah, berair, sensasi mengganjal bahkan
fotofobia dan menanyakan faktor resiko misalnya
pekerja dibidang industri yang tidak memakai
kacamata pelindung.
2. Melakukan pemeriksaan fisik mata. Biasanya akan
ditemukan visus normal, injeksi konjungtiva tarsal
dan/ atau bulbi dan di temukan benda asing pada
konjungtiva.
3. Membuat diagnose banding
4. Menentukan diagnosis kerja
5. Memberikan pilihan terapi sesuai diagnosis kerja
yaitu :
a. Non Medikamentosa berupa pengangkatan
benda asing menggunakan lidi kapas atau jarum
suntik ukuran 23G
b. Medikamentosa berupa antibiotik topikal (salep/
tetes mata), misalnya Kloramfenikol tetes mata,
1 tetes setiap 2 jam selama 2 hari
c. Edukasi tentang pencegahan, tidak menggososk
mata agar tidak memperberat lesi dan anjran
kapan perlu kontrol kembali.

Bagan Alur
Melakukan Melakukan
anamnesis pemeriksaan Menentukan
Mulai
sesuai keluhan fisik diagnosis
pasien banding

Tidak
memerlukan
pemeriksaan
penunjang

Menegakkan diagnosis
kerja

Memberikan Pemberian
penatalaksanaan dan konseling dan
pilihan terapi edukasi

Hal-hal yang perlu diperhatikan 1. Ada tidaknya gejala komplikasi seperti ulkus
kornea atau keratitis akibat gesekan benda asing
pada permukaan kornea dan dapat menimbulkan
infeksi sekunder
2. Benda yang masuk kedalam mata, perlu behati-
hati jika benda asing berupa zat kimia (asam
ataupun basa)
3. Bila terjadi penurunan visus dan benda asing
tidak dapat di ambil, segera rujuk pasien.
Unit Terkait Farmasi
Dokumen Terkait Rekam Medis, Inform Consent Tindakan

6. CUTANEUS LARVA MIGRANS


Pengertian Cutaneus Larva Migrans (Creeping Eruption) merupakan
kelainan kulit berupa peradangan berbentuk linear atau
berkelok-kelok, menimbul dan progresif, yang disebabkan
oleh invasi larva cacing tambang yang berasal dari anjing dan
kucing. Penularan melalui kontak langsung dengan larva.
Prevalensi Cutaneus Larva Migran di Indonesia yang
dilaporkan oleh sebuah penelitian pada tahun 2012 di Kulon
Progo adalah sekitar 15%..
Tujuan Melakukan penanganan pada Cutaneus Larva Migrans
Kebijakan
Referensi KMK No. HK 02.02/MENKES/514/2015 tentang
Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama
Prosedur -
Langkah-langkah 1. Melakukan anamnesis sesuai keluhan pasien dan
menggali faktor resiko berupa orang yang berjalan
tanpa alas kaki atau sering berkontak dengan
tanah/pasir.
2. Melakukan pemeriksaan fisik patognomonis,
mendeskripsikan ujud kelainan kulit dan predeleksi
penyakit. Pemeriksaan fisik dengan lup dan senter.
3. Membuat diagnose banding
4. Menentukan diagnosis kerja
5. Memberikan penatalaksanaan dan pilihan terapi
sesuai diagnosis kerja yaitu
 Tiabendazole 50 mg/kgBB/hari, 2x sehari selama 2
hari atau Albendazole 400 mg sekali sehari selama 3
hari.
 Bila terjadi infeksi sekunder, dapat diterapi sesuai
tatalaksanan pioderma
Bagan Alur
Melakukan Melakukan
anamnesis pemeriksaan Menentukan
Mulai
sesuai keluhan fisik diagnosis
pasien banding

Tidak
memerlukan
pemeriksaan
penunjang

Menegakkan diagnosis
kerja

Memberikan Pemberian
penatalaksanaan dan konseling dan
pilihan terapi edukasi

Hal-hal yang perlu diperhatikan 1. Memahami dan mendeskripsikan ujud kelainan kulit
2. Jika terjadi infeksi sekunder
3. Pencegahan agar tak terulang penyakit yang sama
Unit Terkait Farmasi
Dokumen Terkait Rekam Medis

7. DEMAM DENGUE
Pengertian Demam Dengue merupakan penyakit yang disebabkan
oleh virus dengue. Penyebarannya melalui gigitan
nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes Albopictus. Masalah
demam dengue biasanya terjadi di negara tropis dan
subtropis.
Tujuan Melakukan penanganan pada Demam Dengue
Kebijakan
Referensi KMK No. HK 02.02/MENKES/514/2015 tentang
Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama
Prosedur -
Langkah-langkah 1. Melakukan anamnesis sesuai keluhan pasien seperti
demam tinggi mendadak terus menerus 2-7 hari,
adanya manifestasi perdarahan disertai nyeri kepala,
mialgia, artralgia atau nyeri retroorbital,dll. Serta
menggali faktor resiko seperti sanitasi lingkungan
yang kurang baik, genangan air ditempat tinggal,
dan adanya penderita demam berdarah lain disekitar
pasien
2. Melakukan pemeriksaan fisik, tanda patognomonis
untuk demam dengue adalah suhu > 37,5 derajat
celcius, ptekie/ekimosis/ purpura, perdarahan
mukosa/ rumplee leed (+)
3. Membuat diagnose banding
4. Melakukan pemeriksaan penunjang berupa darah
perifer lengkap yang menunjukan adanya
trombositopenia dan leukopenia Pada pemeriksaan
Serologis dengue dapat di lakukan pemeriksaan NS1
pada hari 1 demam, atau IgG dan IgM pada hari ke 5.
5. Menentukan diagnosis kerja
6. Memberikan penatalaksanaan dan pilihan terapi
sesuai diagnosis kerja
7. Konseling dan Edukasi untuk pencegahan

Bagan Alur Melakukan Melakukan


anamnesis pemeriksaan Menentukan
Mulai
sesuai keluhan fisik diagnosis
pasien banding

Tidak
memerlukan
pemeriksaan
penunjang

Menegakkan diagnosis
kerja

Memberikan Pemberian
penatalaksanaan dan konseling dan
pilihan terapi edukasi

Hal-hal yang perlu diperhatikan 1. Menilai adanya kebocoran plasma


2. Pemantauan terapi cairan pada pasien
3. Perbedaan penangana pada pasien dewasa dan
anak.
4. Observasi tanda-tanda bahaya dan syok pada
pasien.
5. Komplikasi dari demam dengue
Unit Terkait Laboran, Farmasi, Surveilance
Dokumen Terkait Rekam Medis

8. DERMATITIS ATOPIK
Pengertian Dermatitis Atopik (DA) adalah peradangan kulit berulang dan
kronis dengan disertai gatal. Pada umumnya terjadi selama
masa bayi dan anak-anak dan sering berhubungan dengan
peningkatan kadar IgE dalam serum serta riwayat atopi pada
keluarga atau penderita. Sinonim dari penyakit ini adalah
eczema atopik, eczema konstitusional, eczema fleksural,
neurodermatitis diseminata, prurigo Besnier
Tujuan Melakukan penanganan pada Dermatitis Atopik
Kebijakan
Referensi KMK No. HK 02.02/MENKES/514/2015 tentang
Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama
Prosedur -
Langkah-langkah 1. Melakukan anamnesis sesuai keluhan pasien dan
menggali faktor resiko dan faktor pemicu.
2. Melakukan pemeriksaan fisik patognomonis,
mendeskripsikan ujud kelainan kulit dan
predeleksi penyakit. Pemeriksaan fisik dengan
lup dan senter
3. Membuat diagnose banding
4. Melakukan pemeriksaan penunjang berupa IgE
serum
5. Menentukan diagnosis kerja berdasarkan kriteria
mayor dan minor
6. Memberikan penatalaksanaan berupa modifikasi
gaya hidup dan pilihan terapi baik topikal
maupun oral sistemik
7. Konseling dan Edukasi
Bagan Alur Melakukan
anamnesis
Melakukan
pemeriksaan Menentukan
Mulai
sesuai keluhan fisik diagnosis
pasien banding

Tidak
memerlukan
pemeriksaan
penunjang

Menegakkan diagnosis
kerja

Memberikan Pemberian
penatalaksanaan dan konseling dan
pilihan terapi edukasi
Hal-hal yang perlu diperhatikan 1. Diagnosis dan penanganan pada dermatitis
atopik pada bayi, anak dan remaja dewasa
berbeda
2. Komplikasi pada pasien
3. Kriteria rujukan pada pasien
Unit Terkait Farmasi
Dokumen Terkait Rekam Medis

9. DERMATITIS KONTAK IRITAN


Pengertian Dermatisis kontak iritan (DKI) adalah reaksi peradangan kulit
non-imunologik. Kerusakan kulit terjadi secara langsung
tanpa didahului oleh proses sensitisasi. DKI dapat dialami
oleh semua orang tanpa memandang usia, jenis kelamin, dan
ras. Penyebab munculnya dermatitis jenis ini adalah bahan
yang bersifat iritan, misalnya bahan pelarut, deterjen, minyak
pelumas, asam, alkali, dan serbuk kayu yang biasanya
berhubungan dengan pekerjaan.
Tujuan Melakukan penanganan pada Dermatitis Kontak Iritan
Kebijakan
Referensi KMK No. HK 02.02/MENKES/514/2015 tentang
Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama
Prosedur -
Langkah-langkah 1. Melakukan anamnesis sesuai keluhan pasien dan
menggali faktor resiko.
2. Melakukan pemeriksaan fisik patognomonis,
mendeskripsikan ujud kelainan kulit dan faktor
predisposisi. Pemeriksaan fisik dengan lup dan
senter
3. Membuat diagnose banding
4. Menentukan diagnosis kerja
5. Memberikan pilihan terapi baik topikal maupun
oral sistemik dan pasien perlu mengidentifikasi
faktor resiko, sehingg dapat menghindari bahan-
bahan yang bersifat iritan.
6. Konseling dan Edukasi
Bagan Alur Mulai
Melakukan
anamnesis
Melakukan
pemeriksaan Menentukan
sesuai keluhan fisik diagnosis
pasien banding

Tidak
memerlukan
pemeriksaan
penunjang

Menegakkan diagnosis
kerja

Memberikan Pemberian
penatalaksanaan dan konseling dan
pilihan terapi edukasi
Hal-hal yang perlu diperhatikan 1. Penting mencari faktor resiko dari bahan-bahan
yang menyebabkan iritan. Agara keluhan tidak
berulang
2. Adanya infeksi sekunder sebagai komplikasi
dari dermatitis iritan
3. Membedakan Dermatitis iritan dan dermatitis
kontak alergi
4. Apabila keluhan tidak membaik dalam 4 minggu
sengan pengobatan standar dan sudah
menghindari iritan, maka pasien dapat di rujuk
Unit Terkait Farmasi
Dokumen Terkait Rekam Medis

10. DERMATITIS NUMULARIS


Pengertian Dermatitis numularis adalah dermatitis berbentuk lesi mata
uang (koin) atau lonjong, berbatas tegas, dengan efloresensi
berupa papulovesikel, biasanya mudah pecah sehingga
basah (oozing/madidans). Penyakit ini pada orang dewasa
lebih sering terjadi pada pria daripada wanita. Usia puncak
awitan pada kedua jenis kelamin antara 55 dan 65 tahun,
pada wanita usia puncak terjadi juga pada usia 15 sampai 25
tahun. Dermatitis numularis tidak biasa ditemukan pada
anak, bila ada timbulnya jarang pada usia sebelum satu
tahun, umumnya kejadian meningkat seiring dengan
meningkatnya usia.
Tujuan Melakukan penanganan pada Dermatitis Numularis
Kebijakan
Referensi KMK No. HK 02.02/MENKES/514/2015 tentang
Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama
Prosedur -
Langkah-langkah 1. Melakukan anamnesis sesuai keluhan pasien
dan menggali faktor resiko.
2. Melakukan pemeriksaan fisik patognomonis,
mendeskripsikan ujud kelainan kulit dan
predeleksi lesi. Pemeriksaan fisik dengan lup
dan senter
3. Membuat diagnose banding
4. Menentukan diagnosis kerja
5. Memberikan penatalaksanaan berupa
menghindari faktor yang mungkin
memprovokasi seperti stres dan fokus infeksi
organ lain. Dan pemberian pilihan terapi baik
topikal maupun oral sistemik.
6. Konseling dan Edukasi

Bagan Alur
Melakukan Melakukan
anamnesis pemeriksaan Menentukan
Mulai
sesuai keluhan fisik diagnosis
pasien banding

Tidak
memerlukan
pemeriksaan
penunjang

Menegakkan diagnosis
kerja

Memberikan Pemberian
penatalaksanaan dan konseling dan
pilihan terapi edukasi

Hal-hal yang perlu diperhatikan 1. Jika terjadi infeksi sekunder dapat diberikan
antibiotik topikal maupun sitemik
2. Mencegah terjadinyan infeksi sebagai resiko
terjadinya relaps
3. Kriteria rujukan pada pasien.
Unit Terkait Farmasi
Dokumen Terkait Rekam Medis

Anda mungkin juga menyukai