Anda di halaman 1dari 5

Kelompok 2: TTD

Nengah Saraswati Kusumaputri (1707531010/9)

Ni Made Bunga Ayu Cahyani (1707531038/21)

Ni Made Pratiwi (1707531040/22)

Ni Putu Indira Anggita Kurnia Teja (1707531048/23)

Ni Nyoman Astriani Febrianty (1707531056/24)

Kasus-kasus Kontroversial dalam


Penyusunan Standar Akuntansi
(RMK SAP 7)

A. Kasus SFAS No. 2


FASB menerbitkan SFAS nomor 2 mengenai peraturan pengakuan
biaya riset dan pengembangan, yaitu biaya riset dan pengembangan langsung
diakui sebagai biaya pada periode dikeluarkannya biaya tersebut, dengan
pengecualian biaya pengembangan software.
Pada kasus SFAS No 2 ini diterapkan rigit uniformity. Akan lebih
representational faithfulness bila biaya riset dan pengembangan sebagai finite
uniformity, misalnya di dalam akuntansi minyak dan gas.
Sifat dan karakteristik industri minyak dan gas bumi berbeda dengan
industri lainnya. Sebagai akibat dari sifat dan karakteristik dari industri minyak
dan gas bumi, maka terdapat beberapa perlakuan akuntansi khusus untuk
industri tersebut yang berbeda dengan industri lainnya, seperti:
1) Adanya sifat untung-untungan (gambling) dari usaha explorasi
menimbulkan beberapa alternatif dalam penggunaan metode pengakuan
biaya atas cadangan yang tidak berisi minyak atau gas.
2) Ada pendapat yang menyatakan bahwa pengakuan biaya harus dikaitkan
dengan aktivitas sampai diketemukannya cadangan minyak atau gas di suatu
negara, sehingga semua biaya yang terjadi ditangguhkan dan akan
dikapitalisasi sebagai bagian dari cadangan minyak yang ditemukan di
negara tersebut.
3) Pendapat lain menyatakan bahwa biaya yang terjadi untuk pencarian minyak
dan gas harus dikaitkan dengan hasil dari aktivitas pencarian suatu
cadangan. Biaya tersebut akan dikapitalisasi bila cadangan tersebut dalam

1
kenyataan berisi minyak atau gas dan sebaliknya akan dinyatakan sebagai
beban kalau cadangan tersebut tidak berisi minyak atau gas.
Perbedaan perlakuan akuntansi terjadi karena adanya perbedaan
pandangan dalam perlakuan biaya yang dikapitalisasikan, beban yang diakui
serta perhitungan amortisasinya. Sehingga perbedaan tersebut pada akhirnya
memperkenalkan konsep pencatatan biaya dengan dasar Full Cost Method
(FC) dan Successful Effort Method (SE) yang pada akhirnya mengakibatkan
perbedaan pada laporan keuangan yang dihasilkan.

Metode successful effort hanya akan mengakui biaya-biaya penelitian


atas sumur yang sukses mendapatkan cadangan terbukti saja yang akan
dikapitalisasikan. Biaya-biaya atas sumur-sumur yang tidak berhasil dinyatakan
tidak memiliki manfaat di masa mendatang dan karena itulah harus dibebankan
pada periode terjadinya.
Sebaliknya, karena tidak ada cara untuk menghindarkan biaya-biaya
yang tidak berhasil dalam pencarian cadangan minyak dan gas bumi, maka full
cost method menganggap baik biaya-biaya yang terjadi pada sumur sukses
menemukan cadangan minyak dan gas bumi maupun tidak, tetap diakui sebagai
bagian biaya penemuan cadangan minyak dan gas bumi.
Hubungan langsung antara biaya-biaya yang terjadi dengan penemuan
cadangan minyak dan gas bumi tidaklah penting dalam metode full cost.
Dengan demikian, bila digunakan metode full cost baik biaya yang sukses
maupun tidak, akan dikapitalisasikan walaupun biaya yang terjadi pada sumur
yang tidak sukses tidak memiliki manfaat sama sekali bagi perusahaan dimasa
mendatang.

B. Kasus SFAS No. 33


FSAB mengeluarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
(Statement of Financial Accounting Standards - SFAS) No. 33. Berjudul
“Pelaporan Keuangan dan Perubahan Harga”, pernyataan ini mengharuskan
perusahaan-perusahaan AS yang memiliki persediaan dan aktiva tetap. Banyak
pengguna dan penyusun informasi keuangan yang telah sesuai dengan SFAS
No.33 mengemukakan bahwa:

2
a) Pengungkapan ganda yang diwajibkan oleh FASB membingungkan.
b) Biaya untuk penyusunan pengungkapan ganda ini terlalu besar.
c) Pengungkapan daya beli konstan biaya historis tidak terlalu bermanfaat
bila dibandingkan data biaya kini.
FASB memutuskan untuk tetap memakai biaya historis nominal sebagai
dasar laporan keuangan. SFAS No. 33 secara spesifik menjelaskan pengaruh
perubahan harga seharusnya disajikan sebagai informasi tambahan dalam
laporan tahunan. Didukung dengan pendekatan dolar yang stabil akan sama
baiknya dengan pendekatan nilai sekarang. FASB menyimpulkan perusahaan
seharusnya melaporkan informasi tambahan selain informasi utama dengan
pendekatan pengukuran yang berbeda.
Selama pelaporan dolar konstan, SFAS mensyaratkan pengungkapan atas:
1) Informasi pendapatan dan operasi selanjutnya selama pajak tahunan beredar
berbasis kos historis atau dolar konstan.
2) Keuntungan atau kerugian daya beli atas nilai moneter bersih untuk pajak
tahunan.
Mengenai nilai sekarang, hal yang perlu diungkapkan selanjutnya adalah:
1) Informasi pendapatan dari operasi berkelanjutan untuk peredaran pajak
tahunan berdasarkan basis biaya sekarang.
2) Jumlah dari biaya sekarang dari persediaan properti, tanah dan
perlengkapan di akhir peredaran pajak tahunan.
3) Peningkatan atau penurunan untuk peredaran pajak tahunan dalam harga
sekarang sejumlah nilai persediaan properti, tanah dan kepemilikan pada
saat inflasi.
Akhirnya SFAS No. 33 gagal karena beberapa alasan, yaitu adanya
kemunduran dramatis dari inflasi selama awal tahun 1980an. Ditambah lagi
masalah pengukuran yang digunakan, pertanyaan tentang pengertian dan
penggunaan untuk tujuan prediktif.

C. Kasus Standar Pengukuran Instrumen Keuangan


Definisi Instrumen Keuangan adalah setiap kontrak yang menambah nilai
aset keuangan entitas dan kewajiban keuangan atau instrumen ekuitas entitas
lain. Instrumen keuangan diukur pada pengakuan awal sebesar nilai wajar
ditambah dengan biaya transaksi kecuali untuk instrumen yang diukur dengan

3
menggunakan nilai wajar. Pengukuran instrumen keuangan sebesar nilai
amortisasi, premium dan diskon dimartisasi dengan menggunakan effective
interest rate.
Sebagai contoh pada kasus perjanjian pembelian kembali atau repurchase
agreement, dimana perusahaan menjual financial asset dengan perjanjian bahwa
financial asset tersebut akan dibeli kembali pada harga yang ditetapkan atau pada
harga jual semula ditambah keuntungan. Pada kasus tersebut walaupun terjadi
transfer financial asset dan juga arus kas atas aset yang ditransfer, perusahaaan
masih memiliki kontrol terhadap financial asset yang ditransfer melalui hak
membeli financial asset tersebut kembali. Karena hal tersebut, maka financial
asset yang telah ditransfer tersebut masih tetap dicatat di Balance sheet. Walaupun
sebuah entitas masih memiliki hak kontraktual untuk menerima arus kas dari
financial asset, entitas tersebut masih dapat mengakui adanya transfer keuangan
jika dia memiliki kewajiban kontraktual untuk membayar arus kas yang diterima
tersebut kepada satu atau pihak lain sesuai kesepakatan dan memenuhi syarat
sebagaimana yang telah dijelaskan pada PSAK No. 55 (revisi 2006) paragraf 16.
Transaksi ini tidak diatur pada PSAK No. 50 (1998), dan oleh IAS diistilahkan
sebagai “pass trough arrengement”. Transaksi ini biasanya ditemui pada
sekuritisasi ataupun spesial purpose entities (SPE).
Contoh: kasus Transfer of financial asset yang tidak memenuhi
derecognition. PT A menjual instrumen utang yang diterbitkan oleh PT B dengan
harga Rp 5.000.000 dan memberikan jaminan atas default asses atas instrumen
utang yang dijual tersebut. Hakikatnya PT A tetap menahan hampir seluruh resiko
dan manfaat dari instrumen tersebut sehingga tidak dapat diperlakukan sebagai
pelepasan asset. Di sisi lain perusahaan akan mengakui kewajiban. Pengukuran
(Measurement) PSAK No. 55 (revisi 2006) tentang Instrumen Keuangan:
Pengakuan dan Pengukuran telah banyak mengadopsi IAS 39 dibandingkan
PSAK No. 55 (1999). Ada perbedaan yang mendasar pada pengukuran awal
antara PSAK 55 (1998) dengan PSAK 55 (revisi 2006). Sebelumnya, semua
instrumen keuangan dikur pada pengukuran awal sebesar historical cost, namun
menurut PSAK No. 55 (revisi 2006), pengukuran nilai awal instrumen keuangan
berdasarkan fair value-nya. Khusus untuk Held to Maturity, fair value tersebut

4
ditambah dengan biaya-biaya yang berhubungan langsung dengan akuisisi
ataupun penerbitan instrumen keuangan tersebut.

Daftar Pustaka

Ignapblogz. 2017. Teori Akuntansi SAP 7. https://ngurahobelixs.blogspot.com


Diakses pada 27 September 2019.

Suwardjono. 2005. Teori Akuntansi: Perekayasaan Pelaporan Keuangan.


Yogyakarta: BPFE.

Anda mungkin juga menyukai