Anatomi Dan Fisiligi - Rangka - 1.-1
Anatomi Dan Fisiligi - Rangka - 1.-1
Ringkasan ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Anatomi dan Fisiologi
Manusia
Dosen Pengampu : Karunia Galih Permadanai M.Sc.
Anggota Kelompok :
2. Tulang Pendek
Tulang jenis pendek memiliki bentuk mirip kubus, pendek tak
beraturan, atau bulat. Adanya tulang ini dimungkinkan goncangan yang
keras dapat diredam dan gerakan tulang yang bebas dapat dilakukan.
Sebagai contoh, tulang telapak kaki dan telapak tangan.
b. Osifikasi Endokondral
Adalah pembentukan tulang dari tulang rawan hialin.
Merupakan proses pembentukan tulang pendek dan tulang panjang.
Tahapan :
1. Untuk memungkinkan pertumbuhan tulang, maka osifikasi
dimulai di tiga pusat, yaitu satu daerah tengah yang akan
membentuk bagian diafisis, yang lain pada kedua ujung tulang
yang akan membentuk epifisis.
Paling tidak ada dua hormon yang berpengaruh dalam osifikasi, yaitu hormon
paratiroid (parathormon) dan hormon kalsitonin.
Di samping itu, peningkatan kadar steroids seks dalam darah orang dewasa akan
menyebabkan cawan epifiseal dirubah menjadi tulang. Dengan demikian pada
tulang orang tua, cawan epifiseal ini tidak nampak lagi, sehingga diafisis dan
epifisis menyatu.
1 2
3
4
ENDOKONDRAL OSSIFICATION
1
2
3
4
5
E. Persendian
Hubungan antartulang disebut artikulasi. Agar artikulasi dapat
bergerak, diperlukan struktur khusus yang disebut sendi. Dengan adanya
sendi, membantu mempermudah gerakan. Sendi yang menyusun kerangka
manusia terdapat di beberapa tempat. Terdapat tiga jenis hubungan antar
tulang, yaitu sinartrosis, amfiartosis, dan diartosis.
a) Sinartrosis (Suture) disebut juga dengan sendi mati, yaitu hubungan
antara dua tulang yang tidak dapat digerakkan sama sekali, strukturnya
terdiri atas fibrosa. Artikulasi ini tidak memiliki celah sendi dan
dihubungkan dengan jaringan serabut. Dijumpai pada hubungan tulang
pada tulang-tulang tengkorak yang disebut sutura/suture.
b) Amfiartosis disebut juga dengan sendi kaku, yaitu hubungan antara dua
tulang yang dapat digerakkan secara terbatas. Artikulasi ini dihubungkan
dengan kartilago. Dijumpai pada hubungan ruas-ruas tulang belakang,
tulang rusuk dengan tulang belakang.
c) Diartosis disebut juga dengan sendi hidup, yaitu hubungan antara dua
tulang yang dapat digerakkan secara leluasa atau tidak terbatas, terdiri dari
struktur synovial. Untuk melindungi bagian ujung-ujung tulang sendi, di
daerah persendian terdapat rongga yang berisi minyak sendi/cairan
synovial yang berfungsi sebagai pelumas sendi. Contohnya yaitu sendi
peluru (tangan dengan bahu), sendi engsel (siku), sendi putar (kepala dan
leher), dan sendi pelana (jempol/ibu jari). Diartosis dapat dibedakan
menjadi:
1) Sendi engsel yaitu hubungan antar tulang yang memungkinkan
gerakan hanya satu arah saja.
2) Sendi putar hubungan antar tulang yang memungkinkan salah satu
tulang berputar terhadap tulang yang lain sebagai porosnya..
3) Sendi pelana/sendi sellari yaitu hubungan antar tulang yang
memungkinkan gerakan ke segala arah/gerakan bebas
4) Sendi kondiloid atau elipsoid yaitu hubungan antar tulang yang
memungkinkan gerakan berporos dua, dengan gerak ke kiri dan ke
kanan; gerakan maju dan mundur; gerakan muka/depan dan
belakang. Ujung tulang yang satu berbentuk oval dan masuk ke
dalam suatu lekuk yang berbentuk elips
5) Sendi peluru yaitu hubungan antar tulang yang memungkinkan
gerakan ke segala arah/gerakan bebas.
6) Sendi luncur yaitu hubungan antar tulang yang memungkinkan
gerakan badan melengkung ke depan (membungkuk) dan ke
belakang serta gerakan memutar (menggeliat). Hubungan ini dapat
terjadi pada hubungan antarruas tulang belakang, persendian antara
pergelangan tangan dan tulang pengumpil.
F. Patah Tulang
Pada patah tulang, maka darah yang keluar dari pembuluh yang
rusak akan mengumpul dan menggumpal di daerah tulang yang patah tadi.
Dalam beberapa hari gumpalan darah akan dimasuki oleh fibroblas dari
periosteum. Fibroblas kemudian mensekresikan serabut - serabut kolagen
untuk membentuk suatu kelompok sel dan serabut guna menyambung kedua
ujung tulang yang patah. Kelompok sel dsn serabut guna menyambung
kedua ujung tulang yang patah. Kelompok sel dan serabut ini disebut Kalus.
Kalus ini mula -mula menonjol keluar permukaan tulang. Berikutnya
osteoblas yang masuk kalus dari periosteum akan mengubah Kalus menjadi
tulang sehingga kedua ujung tulang menyatu kembali. Namun biasanya
tulang pada sambungannya tersebut akan menonjol keluar permukaan
tulang. Karena kerja dari osteoklas tonjolan tulang ini akan dihilangkan
sehingga tulang akan kembali normal.
7. Kanker Tulang
8. Osteomielitis
9. Displasia fibrosa
Displasia fibrosa adalah kelainan tulang tidak biasa di mana
jaringan parut (fibrosa) berkembang untuk menggantikan tulang yang
normal. Jaringan yang tidak teratur ini kemudian dapat melemahkan
tulang yang terkena dan membuatnya berubah bentuk atau patah.
10. Kaki O dan X
Penyebab kaki O :
Pertumbuhan. Seiring perkembangan anak, bagian tubuh yang berbeda
tumbuh pada tingkat yang berbeda. Akibatnya, keselarasan tulang dapat
berubah dan menyebabkan penampilan yang tidak biasa pada umur
tertentu. Penyebab paling umum dari kaki O dalam rentang usia balita
adalah pertumbuhan. Kaki O yang terjadi di bawah usia 2 tahun
merupakan perkembangan tulang yang normal. Sudut lutut biasanya
memuncak sekitar usia 18 bulan, dan kemudaian secara bertahap
kembali ke bentuk normal seiring anak tumbuh.
Penyakit Blount. Penyakit Blount adalah suatu kondisi yang dapat
terjadi pada anak-anak dan remaja. Ini adalah kondisi di mana lempeng
di bagian atas tulang kering (tibia) tumbuh secara abnormal. Ketika
balita, akan sangat sulit untuk membedakan apakah ini adalah penyakit
Blount atau hanya bentuk kaki O biasa. Tetapi, seorang anak dengan
penyakit ini tidak akan memiliki perkembangan bentuk kaki menuju
bentuk yang normal ketika beranjak dewasa.
Penyebab kaki :
Daftar Pustaka
Anonim.(2017).Retrievedfromwww.edubio.info:
https://www.edubio.info/2017/11/tulang-tulang-penyusun-rangka-
manusia.html
https://hellosehat.com/pusat-kesehatan/osteoporosis/jenis-kelainan-dan-penyakit-
tulang/ diakses pukul 2 tanggal 1 september 2019
Junqueira LC, Carneiro J. 2005. Basic Histology: Text and Atlas. Ed.11. Poule;
McGraw-Hill Medical.
Kuntoadi, G. B. (n.d.). Anatomi Fisiologi. Panca Terra Firma.
Leeson RC, Leeson TS, Paparo AA. 1996. Buku ajar histologi. Ed. 7. Tambajong
et al. Editor. Jakarta. Terjemahan dari : Textbook of Histology
Soewolo, Basoeki, S., & Yudani, T. (n.d.). Fisiologi Manusia. Malang: Universitas
Negeri Malang.