Anda di halaman 1dari 24

Anatomi dan Fisiologi Alat Gerak Pasif pada Manusia

Ringkasan ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Anatomi dan Fisiologi
Manusia
Dosen Pengampu : Karunia Galih Permadanai M.Sc.

Anggota Kelompok :

1. Nurul Hidayah (1810305009)


2. Bayu Satya Pradana (1810305072)
3. Siti Munawaroh (1810305048)
4. Ani Safira (1810305086)
5. Annisa April (1810305046)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAM DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TIDAR
Anatomi dan Fisiologi Alat Gerak Pasif pada Manusia

A. Anatomi alat gerak pasif (Rangka)


Sistem rangka adalah tempat untuk menempelnya otot dan
memungkinkan tubuh untuk mempertahankan sikap dan posisi. Fungsi dari
sistem skeletal/rangka adalah:
a. Penyangga berdirinya tubuh, tempat melekatnya ligamen- ligamen, otot,
jaringan lunak dan organ.
b. Penyimpanan mineral (kalsium dan fosfat) dan lipid (yellow marrow)
atau hemopoesis.
d. Pelindung yaitu membentuk rongga melindungi organ yang halus dan
lunak, serta memproteksi organ-organ internal dari trauma mekanis.
e. Penggerak yaitu dapat mengubah arah dan kekuatan otot rangka saat
bergerak karena adanya persendian.
Tulang sebagai alat gerak pasif karena hanya mengikuti kendali otot.
Akan tetapi tulang tetap mempunyai peranan penting karena gerak tidak akan
terjadi tanpa tulang. Tubuh kita memiliki 206 tulang yang membentuk
rangka. Salah satu bagian terpenting dari sistem rangka adalah tulang
belakang.

Gambar 1.1 Rangka manusia


Sumber: materi belajar.co.id

Terdapat 3 tulang penyusun tubuh manusia yaitu tulang tengkorak, tulang


badan dan tulang anggota gerak.
1. Tulang Tenggkorak

Gambar 1.2 Tulang Tengkorak


Sumber: dosenbiologi.com
Tengkorak tersusun atas tulang-tulang pipih yang memiliki
fungsi utama untuk melindungi otak. Saat bayi baru dilahirkan bagian
ubun-ubunnya tersusun atas tulang lunak yang kemudian akan
berkembang menjadi tulang keras. Tulang lunak pada tengkorak bayi
memudahkan bayi keluar dari perut ibunya karena struktur tulang rawan
yang lentur dan dapat mengkerut. Tulang penyusun tengkorak yaitu:
a. Bagin Kepala (Neurocranium)
1 tulang kepala belakang (occipital)
2 tulang ubun-ubun (parietal)
1 tulang dahi (frontal)
2 tulang pelipis (temporal)
3 tulang baji (sphenoid)
1 tulang tapis (ethmoid)
b. Bagian Muka (Viscerocranium)
2 tulang rahang atas (maxilla)
2 tulang rahang bawah (mandibula)
2 tulang pipi (zygomaticum)
3 tulang lengkung pipi (arcus zygomaticus)
2 tulang langit-langit (palatum)
2 tulang hidung (nasal)
2 tulang mata (laximal)
3 tulang kerang dalam hidung (concae nasal)
1 tulang lidah (pallatum)
2 tulang air mata (lacrimal)
3 tulang rongga mata (orbital)
2. Tulang Badan

Gambar 1.3 Tulang Badan


Sumber : asagenerasiku.blogspot.com
Tulang-tulang penyusun badan adalah sebagai berikut:
a. Ruas Tulang Belakang (Vertebrae)
7 ruas tulang leher (vertebrae cervical)
12 ruas tulang punggung (vertebrae thoracalis)
4 ruas tulang pinggang (vertebrae lumbalis)
5 ruas tulang kelangkang (vertebrae sacrum)
4 ruas tulang ekor (vertebrae cocigeus)
b. Tulang Dada (Sternum)
1 Tulang dada hulu (manubrium sterni)
1 Tulang dada badan (corpus sterni)
1 Tulang dada taju pedang (proccesus xyphoideus)
c. Tulang Rusuk (Costae)
7 pasang tulang rusuk sejati (costae vera)
2 pasang tulang rusuk palsu (costae sporia)
3 pasang tulang rusuk melayang (costae fluctuantes)
d. Tulang Gelang Bahu
2 tulang belikat (scapula)
2 tulang selangka (clavicula)
e. Tulang Gelang Panggul (Pelvis)
2 tulang duduk (ichium)
2 tulang kemaluan (pubis)
3 tulang pinggul / usus (illium)
3. Tulang Anggota Gerak

Gambar 1.4 Tulang Anggota Gerak


Sumber: utakatikotak.com
Tulang-tulang penyusun anggota gerak adalah sebagai berikut.
a. Tulang Kaki (Ekstremitas inferior)
2 tulang paha (femur)
2 tulang tempurung lutut (patella)
2 tulang kering (tibia)
2 tulang betis (fibula)
2 tulang tumit (calcaneus)
2 x 7 tulang pergelangan kaki (tarsal)
2 x 5 tulang telapak kaki (metatarsal)
2 x 14 ruas tulang jari kaki (phalange
b. Tulang Lengan (Ekstremitas superior)
2 tulang lengan atas (humerus)
2 tulang pengumpil (radius)
2 tulang hasta (ulna)
2 x 8 tulang pergelangan tangan (karpal)
2 x 5 tulang telapak tangan (metakarpal)
2 x 14 ruas tulang jari tangan (phalanges)
Berdasarkan struktur tulang, tulang terdiri dari sel hidup yang tersebar
diantara material tidak hidup (matriks). Matriks tersusun atas osteoblas (sel
pembentuk tulang). Sedangkan osteoblas membuat dan mensekresi protein
kolagen dan garam mineral. Jika pembentukan tulang baru dibutuhkan,
osteoblas baru akan dibentuk. Jika tulang telah dibentuk, osteoblas akan
berubah menjadi osteosit (sel tulang dewasa). Sel tulang yang telah mati akan
dirusak oleh osteoklas (sel perusakan tulang).
B. Klasifikasi Tulang Berdasarkan Bentuknya
Berdasarkan bentuknya, tulang dibedakan menjadi empat jenis /
macam meliputi tulang pipa, tulang pipih, tulang pendek, dan tulang tak
beraturan. Penjelasan berbagai jenis macam tulang tersebut dapat kalian
simak pada uraian berikut.

Gambar 1.5 Tulang Berdasarkan bentuknya

1. Tulang Pipa (Tulang Panjang)


Disebut tulang pipa karena tulang jenis tersebut berbentuk seperti
pipa dengan kedua ujungnya yang bulat. Ujung tulangnya yang berbentuk
bulat dan tersusun atas tulang rawan disebut epifise. Sedangkan pada jenis
ini bagian tengah tulang pipa yang berbentuk silindris dan berongga disebut
diafise. Di antara epifise dan diafise terdapat bagian yang disebut metafise.
Metafise tersusun atas tulang rawan. Bagian metafise ini terdapat cakra
epifise, yang memiliki kemampuan memanjang.
Di dalam rongga tulang pipa, terdapat bagian yang disebut sumsum
tulang. Sumsum tulang tersusun dari pembuluh darah dan pembuluh saraf.
Tulang pipa memiliki dua sumsum tulang yakni sumsum tulang merah dan
kuning. Tempat sel-sel darah dibentuk berada di dalam sumsum tulang
merah. Adapun tempat pembentukan sel-sel lemak terdapat pada sumsum
tulang kuning. Saat kita masih bayi, hampir seluruh tulang mengan dung
sumsum merah.Namun, saat mulai tumbuh, beberapa di antaranya berubah
menjadi sumsum tulang kuning. Selain sumsum, pada tulang pipa juga
terdapat bagian lainnya, misalnya bagian luar yang keras disebut cangkang.
Kemudian tulang pipa juga memiliki lapisan periostum yang menyelimuti
seluruh tulang. Bagian tubuh yang memiliki tulang pipa meliputi tulang
paha, tulang hasta, tulang lengan atas, tulang pengumpil, tulang betis, dan
tulang kering.

Gambar 1.6 Tulang pipa

2. Tulang Pendek
Tulang jenis pendek memiliki bentuk mirip kubus, pendek tak
beraturan, atau bulat. Adanya tulang ini dimungkinkan goncangan yang
keras dapat diredam dan gerakan tulang yang bebas dapat dilakukan.
Sebagai contoh, tulang telapak kaki dan telapak tangan.

Gambar 1.7 Contoh tulang pendek


Sumber : contohsoal.co.id
3.Tulang Pipih
Tulang pipih bentuk gepeng dan berupa lempengan -lempengan lebar.
Tulang pipih ini tersusun atas dua lapisan tulang kompak yaitu lamina
eksterna dan interna ossis karnii. Di antara dua lapisan ini terdapat lapisan
spongiosa yang dinamakan diploe. Peran tulang pipih adalah melindungi
struktur tubuh yang berada di bawahnya. Contoh tulang pipih adalah tulang
tengkorak, tulang rusuk, dan tulang belikat.

Gambar 1.8 contoh tulang pipih


Sumber : ipa.nadiguru.co.id
4.Tulang Tak Beraturan
Dari namanya saja kita tentu tahu, bila tulang ini memiliki bentuk tidak
beraturan. Contohnya dapat kita temukan pada tulang rahang dan ruas tulang
belakang.

Gambar 1.9 Contoh tulang tak beraturan

C. Klasifikasi Tulang berdasarkan Jaringanya


Jenis tulang berdasarkan penyusunnya yaitu
1) Tulang rawan (kartilago)
Gambar 1.10 Tulang Rawan
Sumber : gipeng.blogspot.com
Matrik tulang rawan tersusun dari substansi yang dikenal sebagai
kondrin. Sel sel kondrosit yang menghasilkan matriks terletak didalam
suatu kapsul yang dikelilingi matriks tersebut. Kondrosit biasanya
terdapat dalam kelompok kelompok kecil, sebab sel sel tersebut berasal
dari pembelahan kondrosit embrionik . Sebelah luar tulang rawan
diselubungi oleh jaringan ikat fibrosa yang disebut perikondrium .
Perikondrium tersebut berisi pembuluh darah untuk memasok zat zat
makanan dan oksigen ke dalam kondrosit. Untuk mencapai sel, makanan
dan oksigen dapat berdifusi melalui matriks. Dikenal 3 macam tulang
rawan, yaitu Tulang rawan Hialin, tulang rawan Elastis, Tulang rawan
Fibrosa.

Tulang Rawan Hialin, matriknya tidak mengandung serabut.


Empat puluh persen berat kering tulang rawan hialin terdiri dari kolagen
yang terdapat didalam zat amorf intersel. Kecuali di dalam tulang rawan
persendian, perikondrium semua tulang rawan hialin dilapisi oleh suatu
lapisan jaringan ikat padat yang penting bagi pertumbuhan dan
pemeliharaan tulang rawan. Pada bagian perifer tulang rawan hialin,
kondrosit mempunyai bentuk bulat panjang, dengan sumbu panjang
sejajar dengan permukaan. Makin ke dalam, kondrosit berbentuk bulat
dan berada dalam 8 kelompok (sampai 8 sel), dan disebut kelompok
isogenik. Pada manusia, tulang rawan hialin dijumpai antara lain pada
tulang rawan persendian tulang rusuk, tulang rawan trake, dan pembuluh
bronkial pada ujung laring.
Tulang Rawan Elastis, Berbeda dari tulang rawan hialin,
karena tulang rawan ini berwarna kekuningan dan lebih gelap , lebih
lentur dan lebih elastis. Sel selnya serupa dengan tulang rawan hialin ,
bentuk selnya membulat,dieklilingi oleh kapsul, tersebar tunggal atau
mengelompok dua atau tiga sel. Didalam matriknya terdapat serabut
bercabang cabang mengisi seluruh bagian matriks. Serabut serabut
tersebut membentuk jaring jaring yang sering begitu padat . Pada lapisan
dibawah perikondrium, serabut serabut elastis nampak agak longgar,
dan bersambung terus ke perikondrium. Pada manusia, tulang rawan
elastis dijumpai antara lain pada daun telinga, dinding pembuluh
eustakhius hidung dan epiglotis.

Tulang Rawan Fibrosa, dijumpai antara lain pada


persambungan tulang punggung, simfisis pubis, ligamentum teres
femoris, sutura dan ditempat persambungan tendon dengan tulang.
Kondrosit terletak dalam kapsul yang homogen, tersebar secara tunggal
atau berpasangan, dan kadang kadang dalam kelompok besar yang
menyebar memanjang. Didalam matriknya terdapat berkas berkas
serabut kolagen yang tebal dan padat, sejajar 1 dengan yang lain dan
tersebar dengan antara yang sempit.

2) Tulang keras (Osteon)


Tulang keras merupakan tulang yang terdiri atas tulang kompak
sehingga memiliki sistem havers. Sistem havers merupakan
sebuah jaringan melingkari pembuluh darah dan saraf sehingga
membentuk suatu sistem. Di dalam sistem havers terdapat lamella
konsentris. Lamela ini merupakan sebuah jaringan melingkari sistem
saraf. Di antara lamela, terdapat sebuah tempat sel tulang yang disebut
sebagai lakuna. Lakuna merupakan tempat osteosit berada. Kedua
saluran ini dihubungkan oleh saluran berbentuk kanal yang disebut
sebagai Canaculli.

D. Fisiologi Pembentukan Tulang

Rangka manusia pada permulaan pertumbuhan embrionalnya


tersusun dari membran fibrosa dan tulang rawan hialin. Osifikasi atau
osteogenesis (pembentukan tulang) dimulai pada saat embrio berumur 6
minggu dan terus berlanjut sampai masa dewasa. Saat masih bayi, manusia
memiliki 270 tulang yang menyusun rangka tubuhnya. Jumlah tulang ini
akan menyusut ketika manusia mulai tumbuh dewasa. Saat dewasa, jumlah
tulang tersebut hanya tinggal 206 tulang.

1. Pembentukan tulang di dalam rahim


Tulang pada manusia mulai tumbuh sejak dalam masa embrio,
tepatnya ketika usia 6-7 minggu dari proses pembuahan di dalam rahim ibu.
Pertumbuhan tulang ini terus menerus berlangsung hingga tersusun lengkap
pada usia kehamilan 3 bulan. Pada fase ini, proses pembentukan tulang
dipengaruhi oleh kalsium dan hormon plasenta. Tulang yang berbentuk pun
masih sangat lunak. Akan tetapi, ia akan terus tumbuh dan mengeras hingga
proses persalinan tiba.

2. Pembentukan tulang pada bayi


Setelah dilahirkan, proses pembentukan tulang pada bayi akan
dipengaruhi oleh kalsium, aktivitasnya sehari-hari, serta dipengaruhi oleh
hormon pertumbuhannya. Hormon pertumbuhan yang berpengaruh dalam
proses ini adalah osteoblas dan osteoklas. Osteoblas bekerja dengan memicu
proses pertumbuhan tulang, sedangkan osteoklas bekerja menghambat
proses tersebut. Mekanisme ini terjadi untuk menghasilkan proses
pembentukan tulang yang benar-benar seimbang. Dalam fase ini, tulang-
tulang yang terbentuk adalah tulang-tulang rawan (kartilago) yang
teksturnya masih sangat lunak dan warnanya masih transparan.

3. Pembentukan tulang pada orang dewasa


Dari usia bayi hingga usia 25 tahun, tulang manusia akan terus
mengeras melalui proses osifikasi. Tulang rawan (kartilago) akan berubah
menjadi tulang keras (osteon) melalui serangkaian proses panjang tersebut
sehingga dapat menghasilkan tulang yang dapat berfungsi sempurna untuk
menopang aktivitas sehari-hari seperti duduk, berdiri, berlai dan lain-lain.
Dalam proses osifikasi, rongga pada tulang rawan (kartilago) akan
terisi osteoblas. Osteoblas akan membentuk sel-sel tulang (osteosit) yang
kemudian mengisi pembuluh darah dan serabut syaraf secara melingkar
(system havers). Matriks ini kemudian akan menghasilkan kapur dan fosfor
dan membuat tulang mengeras dan terus tumbuh.
Dikenal ada dua cara osifikasi, yaitu osifikasi intramembranosa dan
osifikasi endokondral (osifikasi intrakartiloginosa). Kedua cara osifikasi
tersebut dimulai dari migrasi sel-sel jaringan ikat embrionik (sel-sel
mesenkimal) ke dalam daerah pembentukan dimana pembentukan tulang
dimulai. Kemudian sel-sel tersebut segera memperbanyak diri dan
memperbesar. Pada beberapa struktur rangka sel-sel mesenkimal ini
menjadi kondroblas dan pada yang lain menjadi osteoblas. Kondroblas
terjadi pada pembentukan tulang rawan, sedangkan osteoblas akan
membentuk jaringan tulang secara intamembranosa atau endokondral.
Osifikasi (osteogenesis) berdasarkan asal embriologisnya terdapat
dua jenis osifikasi, yaitu osifikasi intramembranosa yang terjadi pada sel
mesenkim yang berdiferensiasi menjadi osteoblas di pusat osifikasi secara
langsung tanpa terjadi pembentukan kartilago terlebih dahulu dan osifikasi
endokondral yaitu minerilasasi jaringan tulang yang dibentuk melalui
pembentukan kartilago terlebih dahulu (Lesson et al. 1996; Junqueira dan
Carneiro 2005).
a. Osifikasi Intramembranosa
Merupakan proses pembentukan tulang pipih, seperti tulang dahi,
tulang ubun-ubun, tulang osipital, tulang pelipis, tulang rahang atas
dan bawah.
Merupakan osifikasi yang terlebih dahulu terbentuk dan lebih
sederhana dibandingkan dengan osifikasi endokondral.
Tahapan :
1. Pembentukan osteoblas dari sekelompok sel-sel mesenkimal di
dalam membran fibrosa. Tempat terbentuknya osteoblas ini
dinamakan pusat osifikasi.
2. Osteoblas kemudian mensekresikan zat-zat interseluler yang
sebagian tersusun dari serabut kolagenosa yang akan
membentuk matriks tempat garam-garam kalsium disimpan.
3. Bila sekelompok osteoblas telah sempurna dikelilingi matriks
berkapur, maka terbentuklah trabekula.
4. Trabekula-trabekula yang terbentuk di sekeliling pusat osifikasi
tersebut kemudian melebur menjadi kisi-kisi terbuka yang
merupakan ciri khas dari tulang spongiosa.
5. Dengan pembentukan lapisan tulang berturut-turut, beberapa
osteoblas menjadi terperangkap dalam ruang sempit yang
disebut lakuna.
6. Osteoblas yang terperangkap tersebut kemudian kehilangan
kemampuannya untuk membentuk tulang dan menjadi osteosit.
7. Ruang-ruang antara trabekula kemudian diisi dengan sumsum
merah.
8. Jaringan ikat asli yang mengelilingi masa tulang yang sedang
tumbuh kemudian menjadi periosteum.
9. Daerah penulangan sekarang benar-benar menjadi tulang
spongiosa.
10. Akhirnya lapisan permukaan dari tulang spongiosa akan disusun
kembali menjadi tulang kompak.

b. Osifikasi Endokondral
Adalah pembentukan tulang dari tulang rawan hialin.
Merupakan proses pembentukan tulang pendek dan tulang panjang.
Tahapan :
1. Untuk memungkinkan pertumbuhan tulang, maka osifikasi
dimulai di tiga pusat, yaitu satu daerah tengah yang akan
membentuk bagian diafisis, yang lain pada kedua ujung tulang
yang akan membentuk epifisis.

2. Pada permulaan osifikasi, di pusat-pusat osifikasi terbentuklah


osteoblas dari sel-sel mesenkim. Disamping itu, osteoblas juga
menempati jaringan pengikat di sekelilingnya.
3. Pada osifikasi tulang panjang, jaringan tulang yang pertama kali
terbentuk adalah jaringan tulang di dalam perikondrium yang
mengelilingi diafisis melalui osifikasi intramembranosa.
4. Jaringan tulang ini kemudian disebut sebagai bone collar yang
bagian luarnya akan menjadi periosteum.
5. Di dalam bone collar yang sedang terbentuk tersebut, kondrosit
dari tulang rawan mulai degenerasi, karena lapisan tulang baru
tersebut menghalangi difusi nutrien ke dalam matriks tulang
rawan.
6. Kondrosit yang mengalami degenerasi tersebut akan meresorpsi
matriks di sekitarnya, sehingga menyebabkan perluasan lakuna.
7. Di samping itu pada saat yang sama terjadi kalsifikasi pula pada
tulang rawan tersebut.
8. Perkembangan selanjutnya diikuti dengan masuknya pembuluh
darah yang berasal dari periosteum melalui lubang-lubang yang
dibuat oleh sel pencerna tulang (osteoklas) di dalam bone collar,
menembus matriks tulang rawan yang mengalami kalsifikasi
tersebut.
9. Bersama dengan pembuluh darah ini, sel-sel mesenkim yang
belum berdeferensiasi juga memasuki daerah tersebut, kemudian
memperbanyak diri dan menghasilakn osteoblas dan sel-sel
batang sumsum tulang.
10. Sel-sel batang sumsum tulang nantinya berfungsi untuk
memproduksi eritrosit, leukosit, dan trombosit.
11. Pusat osifikasi berikutnya terbentuk pada ujung-ujung tulang,
yang kemudian dikenal sebagai pusat osifikasi sekunder.
12. Pusat osifikasi primer akan membentuk bagian diafisis tulang
panjang, sedangkan pusat osifikasi sekunder akan membentuk
bagian epifisisnya.
13. Selama tulang tumbuh, banyak zat yang mengalami kalsifikasi
pada bagian utama tulang dirusak oleh osteoklas. Osteoklas
melubangi bagian tengah tulang sehingga terbentuk rongga
sumsum, yang segera diisi dengan sel-sel batang yang
memproduksi eritrosit, leukosit, dan trombosit.
14. Selama osifikasi, sebagian besar tulang rawan hialin dirubah
menjadi tulang, namun setelah osifikasi selesai, masih ada tulang
rawan yang tersisa berbentuk cawan terletak antara bagian
diafisis dan epifisis-epifisisnya. Tulang rawan antara ini dikenal
dengan nama cakram epifiseal (cawan epifiseal), tersusun dari
sel-sel tulang rawan yang masih tetap aktif membelah, sehingga
memungkinkan tulang masih dapat memanjang. Aktivitas cawan
epifiseal ini tetap berlangsung sampai tulang berhenti tumbuh,
yaitu saat anak dewasa

Paling tidak ada dua hormon yang berpengaruh dalam osifikasi, yaitu hormon
paratiroid (parathormon) dan hormon kalsitonin.

- Parathormon berpengaruh paa aktivitas osteoklas, yaitu mempengaruhi


pembebasan kalsium dari tulang (dekalsifikasi).
- Hormon kalsitonin berpengaruh pada kalsifikasi.

Di samping itu, peningkatan kadar steroids seks dalam darah orang dewasa akan
menyebabkan cawan epifiseal dirubah menjadi tulang. Dengan demikian pada
tulang orang tua, cawan epifiseal ini tidak nampak lagi, sehingga diafisis dan
epifisis menyatu.
1 2

3
4
ENDOKONDRAL OSSIFICATION

1
2

3
4
5

E. Persendian
Hubungan antartulang disebut artikulasi. Agar artikulasi dapat
bergerak, diperlukan struktur khusus yang disebut sendi. Dengan adanya
sendi, membantu mempermudah gerakan. Sendi yang menyusun kerangka
manusia terdapat di beberapa tempat. Terdapat tiga jenis hubungan antar
tulang, yaitu sinartrosis, amfiartosis, dan diartosis.
a) Sinartrosis (Suture) disebut juga dengan sendi mati, yaitu hubungan
antara dua tulang yang tidak dapat digerakkan sama sekali, strukturnya
terdiri atas fibrosa. Artikulasi ini tidak memiliki celah sendi dan
dihubungkan dengan jaringan serabut. Dijumpai pada hubungan tulang
pada tulang-tulang tengkorak yang disebut sutura/suture.

b) Amfiartosis disebut juga dengan sendi kaku, yaitu hubungan antara dua
tulang yang dapat digerakkan secara terbatas. Artikulasi ini dihubungkan
dengan kartilago. Dijumpai pada hubungan ruas-ruas tulang belakang,
tulang rusuk dengan tulang belakang.
c) Diartosis disebut juga dengan sendi hidup, yaitu hubungan antara dua
tulang yang dapat digerakkan secara leluasa atau tidak terbatas, terdiri dari
struktur synovial. Untuk melindungi bagian ujung-ujung tulang sendi, di
daerah persendian terdapat rongga yang berisi minyak sendi/cairan
synovial yang berfungsi sebagai pelumas sendi. Contohnya yaitu sendi
peluru (tangan dengan bahu), sendi engsel (siku), sendi putar (kepala dan
leher), dan sendi pelana (jempol/ibu jari). Diartosis dapat dibedakan
menjadi:
1) Sendi engsel yaitu hubungan antar tulang yang memungkinkan
gerakan hanya satu arah saja.
2) Sendi putar hubungan antar tulang yang memungkinkan salah satu
tulang berputar terhadap tulang yang lain sebagai porosnya..
3) Sendi pelana/sendi sellari yaitu hubungan antar tulang yang
memungkinkan gerakan ke segala arah/gerakan bebas
4) Sendi kondiloid atau elipsoid yaitu hubungan antar tulang yang
memungkinkan gerakan berporos dua, dengan gerak ke kiri dan ke
kanan; gerakan maju dan mundur; gerakan muka/depan dan
belakang. Ujung tulang yang satu berbentuk oval dan masuk ke
dalam suatu lekuk yang berbentuk elips
5) Sendi peluru yaitu hubungan antar tulang yang memungkinkan
gerakan ke segala arah/gerakan bebas.
6) Sendi luncur yaitu hubungan antar tulang yang memungkinkan
gerakan badan melengkung ke depan (membungkuk) dan ke
belakang serta gerakan memutar (menggeliat). Hubungan ini dapat
terjadi pada hubungan antarruas tulang belakang, persendian antara
pergelangan tangan dan tulang pengumpil.
F. Patah Tulang

Fraktur menurut Rasjad (1998 : 338) adalah hilangnya konstinuitas


tulang, tulang rawan sendi, tulang rawan epifisis, baik yang bersifat total
maupun yang parsial. Tulang dapat patah karena kecelakaan , dan pada
dasarnya patah tulang dapat di sambung kembali. Namun kecepatan
penyembuhanya tergantung pada tingkat keparahannya. Pada prinsipnya
untuk membantu mempercepat penyambungan, maka tulang yang patah
harus diluruskan dan tidak boleh di gerakkan. Pada patah tulang yang serius
diperlukan pembedahan untuk menyatukan tulang yang patah dan
menyisipkan pen dari logam anti karat. Seperti jaringan ikat yang lain,
tulang mampu memperbaiki diri dari kerusakan.

Pada patah tulang, maka darah yang keluar dari pembuluh yang
rusak akan mengumpul dan menggumpal di daerah tulang yang patah tadi.
Dalam beberapa hari gumpalan darah akan dimasuki oleh fibroblas dari
periosteum. Fibroblas kemudian mensekresikan serabut - serabut kolagen
untuk membentuk suatu kelompok sel dan serabut guna menyambung kedua
ujung tulang yang patah. Kelompok sel dsn serabut guna menyambung
kedua ujung tulang yang patah. Kelompok sel dan serabut ini disebut Kalus.
Kalus ini mula -mula menonjol keluar permukaan tulang. Berikutnya
osteoblas yang masuk kalus dari periosteum akan mengubah Kalus menjadi
tulang sehingga kedua ujung tulang menyatu kembali. Namun biasanya
tulang pada sambungannya tersebut akan menonjol keluar permukaan
tulang. Karena kerja dari osteoklas tonjolan tulang ini akan dihilangkan
sehingga tulang akan kembali normal.

G. Kelainan Pada Tulang


1. Osteoporosis
Osteoporosis merupakan penyakit yang disebabkan oleh pengeroposan
dan penurunan kepadatan massa tulang secara bertahap.
2. Kelainan Tulang Belakang
 Lordosis: kondisi saat tulang belakang melengkung ke depan
secara berlebihan. Biasanya lordosis memengaruhi punggung
bawah dan leher.
 Kifosis: kondisi saat lengkungan pada punggung atas lebih dari
50 derajat. Biasanya orang dengan kifosis postur tubuhnya
terlihat seperti membungkuk. Wanita lansia termasuk yang
paling sering mengalami kifosis, karena biasanya dipicu oleh
gejaa osteoporosis.
 Skoliosis: kondisi saat lengkungan tulang belakang justru
menyamping, terkadang berbentuk seperti huruf S atau
C. Seseorang dikatakan mengalami skoliosis ketika sudut
lengkungannya mencapai lebih dari 10 derajat. Orang dengan
skoliosis umumnya terlihat dari bahu atau pinggulnya yang tidak
rata.
3. Kista Tulang
Kista tulang merupakan benjolan berisi cairandapat berkembang di
tulang.
4. Rakitis
Rakitis adalah kelainan tulang yang terjadi ketika anak-anak tidak
mendapatkan cukup vitamin D.
5. Osteomalacia

Osteomalacia mirip dengan rakitis karena disebabkan oleh


kurangnya vitamin D. Namun dalam osteomalacia, derajat kekurangan
vitamin D-nya sudah sangat parah sehingga tulang melunak.

6. Osteogenesis Imperfecta (OI)


Osteogenesis Imperfecta (OI) adalah sekelompok gangguan langka
yang menyerang jaringan ikat. Hal ini membuat tulang menjadi rapuh
dan mudah patah tanpa alasan yang jelas.

7. Kanker Tulang

Menurut National Cancer Institute, sebagian besar kasus kanker


tulang disebabkan oleh sel-sel kanker yang menyebar dari organ
kanker lain. Namun, tak menutup kemungkinan sel kanker awalnya
muncul di bagian tulang mana pun di tubuh. Kanker tulang biasanya
paling sering menyerang panggul atau tulang panjang di lengan dan
kaki.

8. Osteomielitis

Osteomielitis adalah infeksi tulang yang dapat terjadi tiba-tiba


secara akut atau kronis. Penyakit tulang yang satu ini termasuk kondisi
yang jarang tetapi cukup serius.

9. Displasia fibrosa
Displasia fibrosa adalah kelainan tulang tidak biasa di mana
jaringan parut (fibrosa) berkembang untuk menggantikan tulang yang
normal. Jaringan yang tidak teratur ini kemudian dapat melemahkan
tulang yang terkena dan membuatnya berubah bentuk atau patah.
10. Kaki O dan X
Penyebab kaki O :
Pertumbuhan. Seiring perkembangan anak, bagian tubuh yang berbeda
tumbuh pada tingkat yang berbeda. Akibatnya, keselarasan tulang dapat
berubah dan menyebabkan penampilan yang tidak biasa pada umur
tertentu. Penyebab paling umum dari kaki O dalam rentang usia balita
adalah pertumbuhan. Kaki O yang terjadi di bawah usia 2 tahun
merupakan perkembangan tulang yang normal. Sudut lutut biasanya
memuncak sekitar usia 18 bulan, dan kemudaian secara bertahap
kembali ke bentuk normal seiring anak tumbuh.
 Penyakit Blount. Penyakit Blount adalah suatu kondisi yang dapat
terjadi pada anak-anak dan remaja. Ini adalah kondisi di mana lempeng
di bagian atas tulang kering (tibia) tumbuh secara abnormal. Ketika
balita, akan sangat sulit untuk membedakan apakah ini adalah penyakit
Blount atau hanya bentuk kaki O biasa. Tetapi, seorang anak dengan
penyakit ini tidak akan memiliki perkembangan bentuk kaki menuju
bentuk yang normal ketika beranjak dewasa.

Penyebab kaki :

Ada beberapa penyebab yang berbeda dari kaki berbentuk X, yaitu:

 Osteomielitis. Ini adalah infeksi tulang yang biasanya disebabkan oleh


bakteri tertentu, jamur, atau kuman.
 Rakhitis. Ini sering menjadi penyebab kaki X semasa perkembangan
anak. Kondisi ini adalah kondisi yang terjadi ketika seorang anak
memiliki kekurangan jumlah vitamin D dalam tubuh mereka.
 Kondisi rematik. Setiap kondisi yang menyebabkan nyeri sendi
dianggap sebagai rematik.
 Osteochondroma. Kondisi ini menyebabkan kecacatan bentuk dalam
perkembangan tulang seseorang. Hal ini disebabkan oleh perkembangan
tumor tulang jinak yang berkembang di sekitar ujung tulang panjang.
 Arthritis. Kondisi ini menyebabkan perubahan radang dalam sendi.
Penyebab penyakit kronis ini diyakini karena mekanisme autoimun.

Daftar Pustaka

Anonim. (2016). Retrieved from ebiologi.net: www.ebiologi.net/2016/03/proses-


pwmbwntukan-tulang.html?m=1

Anonim.(2017).Retrievedfromwww.edubio.info:
https://www.edubio.info/2017/11/tulang-tulang-penyusun-rangka-
manusia.html

https://hellosehat.com/pusat-kesehatan/osteoporosis/jenis-kelainan-dan-penyakit-
tulang/ diakses pukul 2 tanggal 1 september 2019

Junqueira LC, Carneiro J. 2005. Basic Histology: Text and Atlas. Ed.11. Poule;
McGraw-Hill Medical.
Kuntoadi, G. B. (n.d.). Anatomi Fisiologi. Panca Terra Firma.
Leeson RC, Leeson TS, Paparo AA. 1996. Buku ajar histologi. Ed. 7. Tambajong
et al. Editor. Jakarta. Terjemahan dari : Textbook of Histology

Soewolo, Basoeki, S., & Yudani, T. (n.d.). Fisiologi Manusia. Malang: Universitas
Negeri Malang.

Anda mungkin juga menyukai