Disusun oleh :
2A
SLAWI, 2018
Lampiran materi
Kinerja atau prestasi kerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh
seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang
diberikan kepadanya. Faktor yang mempengaruhi pencapaian kinerja, yaitu faktor
kemampuan (ability) dan faktor motivasi (motivation). Faktor kemampuan secara
psykologis, kemampuan (ability) pegawai terdiri dari kemampuan potensi dan kemampuan
reality. Artinya pegawai yang memiliki potensi di atas rata-rata dengan pendidikan yang
memadai untuk jabatannya dan terampil dalam mengerjakan pekerjaan sehari-hari, maka ia
akan lebih mudah mencapai kinerja yang diharapkan. Faktor Motivasi terbentuk dari sikap
(attitude) seorang pegawai dalam menghadapi situasi kerja. Motivasi merupakan kondisi
yang menggerakkan diri pegawai yang terarah untuk mencapai tujuan organisasi.
Terkait dengan istilah dan pengertian kinerja, beberapa referensi menyebutkan berbagai
pengertian yang dimaksud. Menurut Sedarmayanti (2004), kinerja adalah
pencapaian/prestasi seseorang berkenaan dengan seluruh tugas yang dibebankan
kepadanya. Standar kerja mencerminkan keluaran normal dari seorang karyawan yang
berprestasi rata-rata, dan bekerja pada kecepatan/kondisi normal. Sementara Noe
berpendapat bahwa kinerja karyawan merupakan tujuan akhir dan merupakan cara bagi
manajer untuk memastikan bahwa aktivitas karyawan dan output yang dihasilkan kongruen
dengan tujuan organisasi.
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pencapaian kinerja antara lain faktor
kemampuan (ability) dan faktor motivasi (motivation). Secara psikologis faktor kemampuan
terdiri dari kemampuan pontensial (IQ) dan kemampuan reality (knowledge + skill). Artinya
seseorang yang memiliki IQ di atas rata-rata (110-120) apalagi superior dengan pendidikan
yang memadai untuk jabatannya dalam mengerjakan pekerjaan sehari-hari, akan lebih
mudah mencapai kinerja maksimal. Faktor motivasi, motivasi merupakan suatu sikap
seseorang terhadap situasi kerja dilingkungan organisasinya. Mereka yang bersikap positif
terhadap situasi kerjanya akan menunjukkan motivasi kerja tinggi dan sebaliknya jika
mereka bersikap negatif terhadap situasi kerjanya akan menunjuk motivasi kerja yang
rendah. Setuasi kerja yang dimaksud seperti hubungan kerja, fasilitas kerja, iklim kerja,
kebijakan dan pimpinan.
Misalnya, terkait dengan kinerja perawat, khususnya dalam menghadapi berbagai tantangan
profesinya, kesiapan dan kemampuan perawat dituntut untuk selalu ditingkatkan. Kualitas
sumberdaya perawat sangat menentukan tingkat keberhasilan pelayanan suatu organisasi
pelayanan kesehatan.
Menurut Depkes RI (2000), sistem Penilaian Kinerja Pegawai di Puskesmas adalah penilaian
sistematik tentang prestsi kerja, disiplin dan potensi pegawai yang dilaksanakan oleh atasan
langsung pada bawahannya.
Menurut Berwick (2001), mata rantai terdepan yang perlu diperhatikan dalam perbaikan
mutu dan kinerja pelayanan kesehatan adalah pengalaman pasien dan masyarakat terhadap
pelayanan yang mereka terima. Sementara menurut WHO (2002), pengembangan
Manajemen Kinerja merupakan pendekatan perbaikan proses pada sistem mikro yang
mendukung dan meningkatkan kompetensi klinis perawat dan bidan untuk bekerja secara
profesional dengan memperhatikan etika, tata nilai, dan aspek legal dalam pelayanan
kesehatan. Hal tersebut bertujuan untuk meningkatkan kinerja klinis perawat dan bidan
melalui kejelasan definisi peran dan fungsi perawat atau bidan, pengembangan profesi, dan
pembelajaran bersama.
Terdapat beberapa alasan penting terkait penerapan kualitas pelayan kesehatan dalam
organisasi pelayanan kesehatan, antara lain (Pohan, 2007)
Sementara menurut Depkes RI (2000), beberapa hal yang penting tentang kinerja perawat
antara lain ;
1. Kinerja mencerminkan hasil akhir seseorang, yaitu perbandingan antara target dan
tingkat pencapaian
2. Kinerja berkaitan dengan seluruh tugas-tugas yang diberikan kepada seseorang
3. Kinerja diukur dalam waktu tertentu
Pengelolaan kinerja dapat memenuhi sejumlah sasaran manajemen sumber daya manusia
yang mendasar, terutama yang terkait dengan :
1. Mencapai tingkat kinerja yang tinggi yang dapat dipertahankan dari sumberdaya
manusia suatu organ isasi
2. Mengembangkan karyawan sampai kepada kapasitas kerja serta potensinya
3. Menciptakan lingkungan di mana potensi laten dari para karyawan dapat direalisasi
4. Memperkuat atau mengubah budaya organisasi.
Sementara Parasuraman et al. (1994), berpendapat bahwa beberapa tolak ukur kinerja
dalam dimensi kualitas pelayanan, antara lain :
Salah satu isu utama dalam mutu dan kinerja layanan kesehatan
adalah ketepatan pemanfaatan sumber daya yang sedikit untuk
meningkatkan kesehatan baik individu maupun seluruh masyarakat. Masalah
dalam domain ini mencakup 3 bentuk : Penggunaan yang tidak optimal,
Penggunaan berlebihan, dan penyalahgunaan.
Penggunaan tidak optimal menjadi masalah karena riset klinis sudah
menghasilkan begitu banyak metode pengobatan yang terbukti efektif yang
tidak dipergunakan secara luas.