DI ERA GLOBALISASI
OLEH :
KELAS D4 / 2D
KELOMPOK 1
Nama Anggota :
JURUSAN AKUNTANSI
BADUNG 2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Mahaesa, karena berkat
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah Pendidikn Kewarganegaraan dengan
judul “Eksistensi Budaya Bangsa Sebagai Identitas Nasional Di Era Globalisasi”.
Tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk menyelesaikan tugas mata kuliah
Pendidikan Kewarganegaraan yang diberikan oleh Bapak Putu Adi Suprapto, S.H.,
LL.M.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada orang tua yang
telah mendukung dan memfasilitasi berbagai keperluan yang dibutuhkan dalam
menyelesaikan makalah ini, dosen pembimbing yakni Bapak Putu Adi Suprapto, S.H.,
LL.M yang telah membimbing penulis selama proses penyusunan makalah ini, serta
semua pihak yang sudah mendukung proses penyusunan makalah ini.
Makalah ini disajikan dengan tunduk terhadap aturan yang berlaku serta dibuat
dengan berbagai observasi dalam jangka waktu tertentu sehingga mampu menghasilkan
karya yang dapat dipertanggungjawabkan hasilnya.
Penulis menyadari bahwa banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini.
Oleh karena itu, penulis mengundang para pembaca untuk memberikan kritik dan saran
yang bersifat membangun untuk kemajuan ilmu pengetahuan ini. Kami harap, makalah
ini dapat memberikan sumbangsih positif untuk kita semua.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................................3
C. Tujuan.....................................................................................................................3
D. Manfaat...................................................................................................................3
F. Ruang Lingkup........................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................5
A. Simpulan.................................................................................................................14
B. Saran.......................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................16
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada hakikatnya manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat memenuhi
kebutuhannya sendiri sehingga senantiasa membutuhkan orang lain. Oleh sebab itu,
pada akhirnya manusia hidup secara berkelompok dan membentuk suatu organisasi
yang berusaha mengatur dan mengarahkan tercapainya tujuan hidup yang besar.
Dimulai dari lingkungan terkecil, manusia membentuk keluarga, kemudian suku,
masyarakat, bangsa, dan hingga pada akhirnya mereka membentuk negara sebagai
persekutuan hidupnya. Negara merupakan suatu organisasi yang dibentuk oleh
kelompok manusia yang memiliki cita-cita bersatu, hidup dalam daerah tertentu, dan
mempunyai pemerintahan yang sama. Negara dan bangsa memiliki pengertian yang
berbeda. Apabila negara adalah organisasi kekuasaan dari persekutuan hidup manusia
maka bangsa lebih menunjuk pada persekutuan hidup manusia itu sendiri. Baik bangsa
maupun negara memiliki ciri khas yang membedakan bangsa atau negara tersebut
dengan bangsa atau negara lain di dunia. Ciri khas sebuah bangsa atau negara
merupakan identitas dari bangsa atau negara yang bersangkutan. Identitas-identitas
tersebut disepakati dan diterima oleh bangsa menjadi identitas nasional bangsa.
Identitas nasional secara terminologis adalah suatu ciri yang dimiliki oleh suatu
bangsa yang secara filosofis membedakan bangsa tersebut dengan bangsa yang lain.
(Kaelan, 2016:39) Berdasarkan hakikat pengertian tersebut, setiap bangsa di dunia akan
memiliki jati diri sesusai dengan keunikan, sifat, dan ciri khasnya masing-masing.
Dimana, Identitas Nasional suatu bangsa tidak dapat dipisahkan dengan jati diri bangsa
yang bersangkutan atau lebih sering disebut dengan kepribadian suatu bangsa.
1
diterapkan, nilai-nilai etik, ideologi, moral, tradisi, bahasa, mitos, maupun kebudayaan
yang secara normatif diterapkan di dalam pergaulan, baik dalam tataran nasional
maupun internasional. Nilai-nilai budaya yang tercermin sebagai identitas nasional
memiliki sifat cenderung terbuka dan terus menerus bergerak sejalan dengan hasrat
menuju kemajuan yang dimiliki oleh masyarakat, sehingga tetap relevan dan fungsional
dengan kondisi aktual yang berkembang di masyarakat.
2
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan makalah ini antara
lain:
1. Untuk memahami pegertian Identitas Nasional.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor pendukung kelahiran Identitas Nasional.
3. Untuk mengetahui kedudukan Pancasila sebagai kepribadian dan Identitas
Nasional Bangsa Indonesia.
4. Untuk mengetahui eksistensi budaya bangsa sebagai Identitas Nasional pada era
globalisasi.
D. Manfaat
1. Bagi Pembaca
3
2. Bagi Penulis
F. Ruang Lingkup
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
B. Faktor-faktor Pendukung Kelahiran Identitas Nasional
1. Primordial
Faktor-faktor primordial ini meliputi: ikatan kekerabatan (darah dan keluarga),
kesamaan suku bangsa, daerah asal (homeland), bahasa, dan adat istiadat. Faktor
primordial merupakan identitas yang menyatukan masyarakat sehingga mereka dapat
membentuk bangsa-negara. Contoh, bangsa Yahudi membentuk Negara Israel.
2. Sakral
Faktor sakral dapat berupa kesamaan agama yang dipeluk masyarakat atau
ideologi doktriner yang diakui oleh masyarakat yang bersangkutan. Agama dan
ideologi merupakan faktor sakral yang dapat membentuk bangsa-negara. Faktor sakral
ikut menyumbang terbentuknya satu nasionalitas baru. Faktor agama Katolik mampu
membentuk beberapa negara di Amerika Latin. Negara Uni Soviet diikat oleh kesamaan
ideologi komunis.
3. Tokoh
Kepemimpinan dari para tokoh yang disegani dan dihormati masyarakat dapat
pula menjadi faktor yang menyatukan bangsa-negara. Pemimpin di beberapa Negara
dianggap sebagai penyambung lidah rakyat, pemersatu rakyat, dan simbol persatuan
bangsa yang bersangkutan. Beberapa contoh, misalnya Mahatma Gandhi di India, Tito
di Yugoslavia, Nelson Mandella di Afrika Selatan, dan Soekarno di Indonesia.
6
negara dan pemerintahannya, tanpa menghilangkan keterikatannya pada suku bangsa,
adat, ras, dan agamanya.
5. Sejarah
Persepsi yang sama di antara warga masyarakat tentang sejarah mereka dapat
menyatukan diri dalam satu bangsa. Persepsi yang sama tentang pengalaman masa lalu,
seperti sama-sama menderita karena penjajahan, tidak hanya melahirkan solidaritas
tetapi juga melahirkan tekad dan tujuan yang sama antar anggota masyarakat itu.
6. Perkembangan Ekonomi
Perkembangan ekonomi (industrialisasi) akan melahirkan spesialisasi pekerjaan
dan profesi sesuai dengan aneka kebutuhan masyarakat. Semakin tinggi mutu dan
variasi kebutuhan masyarakat, semakin saling bergantung di antara jenis pekerjaan.
Setiap orang akan saling bergantung dalam memenuhi kebutuhan hidup. Semakin kuat
saling ketergantungan anggota masyarakat karena perkembangan ekonomi, akan
semakin besar solidaritas dan persatuan dalam masyarakat. Solidaritas yang terjadi
karena perkembangan ekonomi oleh Emile Dirkhiem disebut solidaritas organis. Faktor
ini berlaku di masyarakat industri maju seperti Amerika Utara dan Eropa Barat.
7. Kelembangaan
Faktor lain yang berperan dalam mempersatukan bangsa berupa lembaga-
lembaga pemerintahan dan politik. Lembaga-lembaga itu seperti birokrasi, angkatan
bersenjata, pengadilan, dan partai politik. Lembaga-lembaga itu melayani dan
mempertemukan warga tanpa membeda-bedakan asal-usul dan golongannya dalam
masyarakat. Kerja dan perilaku lembaga politik dapat mempersatukan orang sebagai
satu bangsa.
7
C. Kedudukan Pancasila Sebagai Kepribadian dan Identitas Nasional
Bangsa Indonesia terbentuk melalui suatu proses sejarah yang cukup panjang.
Berdasarkan kenyataan objektif tersebut, maka untuk memahami jati diri bangsa
Indonesia serta identitas nasional Indonesia maka tidak dapat dilepaskan dengan akar-
akar budaya yang mendasari identitas nasional Indonesia. Kepribadian, jati diri, serta
identitas nasional Indonesia tersebut terumuskan dalam filsafat Pancasila.
8
Pancasila merupakan sebuah kekuatan ide yang berakar dari bumi Indonesia
untuk menghadapi nilai-nilai dari luar, sebagai sistem syaraf atau filter terhadap
berbagai pengaruh luar, nilai-nilai dalam Pancasila dapat membangun sistem dalam
masyarakat kita terhadap kekuatan-kekuatan dari luar sekaligus menyeleksi hal-hal baik
untuk diserap, dan sebagai sistem dan pandangan hidup yang merupakan konsensus
dasar dari berbagai komponen bangsa yang plural ini. Melalui Pancasila, moral sosial,
toleransi, dan kemanusiaan, bahkan juga demokrasi bangsa ini dibentuk. Untuk itu
Pancasila harus bisa kita telaah secara analitis dengan kekayaan nilainya sudah
selayaknya digali, diperdalam, lalu dikontekstualisasikan lagi pada perkembangan
situasi yang kita hadapi.
9
D. Eksistensi Budaya Bangsa Sebagai Identitas Nasional di Era Globalisasi
Kebudayaan adalah kegiatan dan penciptaan batin manusia, berisi nilai yang
digunakan sebagai rujukan hidup. Kebudayaan nasional ialah sebagai puncak-puncak
kebudayaan daerah yang menyatu dalam semangat nasionalisme yaitu sumpah pemuda.
Kemajemukkan budaya dijadikan konsep Bhineka Tunggal Ika yang menjadi budaya
nasional yang dijadikan pegangan dalam hidup bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara. Dengan landasan cinta dan bangga terhadap tanah air menjaga nilai
kebersamaan, saling menghormati, saling mencintai, saling menolong antar sesama.
(Rahayu, Minto. 2007:34)
Kebudayaan bangsa adalah kebudayaan yang timbul sebagai buah usaha budi
daya rakyat Indonesia seluruhnya. Kebudayaan lama dan asli yang terdapat sebagai
puncak kebudayaan di daerah-daerah di seluruh Indonesia, terhitung sebagai
kebudayaan bangsa. Usaha kebudayaan harus menuju ke arah kemajuan adab, budaya
dan persatuan, dengan tidak menolak bahan-bahan baru dari kebudayaan asing yang
dapat memperkembangkan atau memperkaya kebudayaan bangsa sendiri, serta
mempertinggi derajat kemanusiaan bangsa Indonesia. Sebagai komitmen nasional, dan
secara konstitusional menjadi dasar dan arah pengembangan kebudayaan dan sekaligus
juga bagi pengembangan identitas nasional.
Kebudayaan yang berkembang di Indonesia mestinya selaras dengan nilai-nilai
Identitas Nasional antara lain:
10
Kebudayaan merupakan salah satu dari unsur pembentuk identitas nasional.
Pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang isinya adalah perangkat-perangkat
atau model-model pengetahuan yang secara kolektif digunakan oleh pendukung-
pendukung utntuk menafsirkan dan memahami lingkungan yang dihadapi dan
digunakan sebagai rujukan atau pedoman untuk bertindak (dalam bentuk kelakukan dan
benda-benda kebudayaan) sesuai dengan lingkungan yang dihadapi.
Era Globalisasi merupakan era yang penuh dengan kemajuan dan persaingan,
sedangkan Identitas Nasional sebuah bangsa merupakan hal yang sangat diperlukan
untuk memperkenalkan sebuah bangsa atau Negara dimata dunia. Dengan adanya
Globalisasi, identitas sebuah bangsa dan Negara dapat mudah dikenalkan dimata
internasional atau juga identitas tersebut mudah tenggelam karena terpengaruh oleh
bangsa dan Negara lain. Perlu kita sadari, bangsa Indonesia yang kita cintai ini sedang
mengalami krisis identitas nasional yang sangat membahayakan bagi nilai – nilai dasar
Identitas bangsa Indonesia itu sendiri. Letak Negara Indonesia yang sangat strategis
merupakan hal yang sangat mempengaruhi terjaga atau tidak kelangsungan Identitas
Bangsa Indonesia. Globalisasi yang terus berkembang pesat membuat nilai-nilai budaya
bangsa Indonesia mulai terkikis oleh budaya-budaya barat yang kurang sesuai dengan
budaya asli bangsa Indonesia seperti halnya budaya berpakaian. Kebaya dan batik yang
merupakan salah satu identitas bangsa Indonesia yang berupa pakaian, kini mulai hilang
dari kehidupan bangsa Indonesia karena tergantikan oleh pakaian yang bersifat kebarat -
baratan. Tidak hanya itu saja, masyarakat Indonesia yang dulunya terkenal sebagai
orang – orang yang ramah, kini mulai terpengaruh terhadap era globalisai yang
memiliki sifat “persaingan” yang sangat tinggi yang menyebabkan kesenjangan sosial di
masyarakt semakin meningkat.
Bahasa yang digunakan anak muda zaman sekarang layaknya anak gaul yang
menggunakan bahasa kebarat-baratan, terutama saat mengekspresikan kemarahannya
seperti f*ck, d*mn, sh*t dan lain-lain. Terlihat dari sana dapat disimpulkan bahwa
kurangnya melesatarikan budaya bangsa di era sekarang. Selain itu, gaya hidup,
fashion, lagu-lagu yang dinyanyikan oleh pemuda saat ini kebanyakan berasal dari
budaya barat. Banyak anak muda zaman sekarang, menggunakan pakaian “kurang
11
bahan” yang tentunya sangat tidak sopan jika digunakan dalam keseharian. Maraknya
perilaku tersebut dapat berdampak kepada lunturnya budaya bangsa.
a. Culture Experience
b. Culture Knowledge
Merupakan pelestarian budaya yang dilakukan dengan cara membuat suatu pusat
informasi mengenai kebudayaan yang dapat difungsionalisasi kedalam banyak bentuk.
Tujuannya adalah untuk edukasi ataupun untuk kepentingan pengembangan kebudayaan
itu sendiri dan potensi kepariwisataan daerah. Dengan demikian para generasi muda
dapat mengetahui tentang kebudayaanya sendiri.
Selain dilestarikan dalam dua bentuk diatas, kita juga dapat melestarikan
kebudayaan dengan cara mengenal budaya itu sendiri. Dengan hal ini setidaknya kita
dapat mengantisipasi pencurian kebudayaan yang dilakukan oleh negara-negara lain.
Penyakit masyarakat kita ini adalah mereka terkadang tidak bangga terhadap produk
atau kebudayaannya sendiri. Kita lebih bangga terhadap budaya-budaya import yang
sebenarnya tidak sesuai dengan budaya kita sebagai orang timur. Budaya daerah banyak
hilang dikikis zaman. Oleh sebab kita sendiri yang tidak mau mempelajari dan
melestarikannya. Akibatnya kita baru bersuara ketika negara lain sukses dan terkenal
dengan budaya yang mereka curi secara diam-diam.
12
Selain hal-hal tersebut diatas, masih ada berbagai cara dalam melestarikan
budaya, salah satunya adalah sebagai berikut :
a. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia dalam memajukan budaya lokal
b. Lebih mendorong kita untuk memaksimalkan potensi budaya lokal beserta
pemberdayaan dan pelestariannya
c. Berusaha menghidupkan kembali semangat toleransi, kekeluargaan, keramah-
tamahan dan solidaritas yang tinggi.
d. Selalu mempertahankan budaya Indonesia agar tidak punah
e. Mengusahakan agar semua orang mampu mengelola keanekaragaman budaya lokal
13
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
1. Identitas nasional secara terminologis adalah suatu ciri yang dimiliki oleh suatu
bangsa yang secara filosofis membedakan bangsa tersebut dengan bangsa yang
lain. Selain dipahami secara statis, identitas nasional juga harus dipahami dalam
konteks dinamis yaitu bagaimana bangsa itu melakukan akselerasi dalam
pembangunan, yang termasuk proses interaksinya secara global dengan bangsa-
bangsa lain di dunia internasional.
3. Prinsip-prinsip dasar Bangsa Indonesia, oleh para pendiri bangsa diangkat dari
filsafat hidup atau pandangan hidup bangsa Indonesia, yang kemudian
diabstraksikan menjadi suatu prinsip dasar filsafat negara yaitu Pancasila.
Dimana, kepribadian, jati diri, serta identitas nasional Indonesia tersebut
terumuskan dalam filsafat Pancasila.
14
B. Saran
15
DAFTAR PUSTAKA
16