Anda di halaman 1dari 11

…………....

5
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Permasalahan remaja kian lama dirasakan kian kompleks dan memprihatin kan.
Penanganan masalah ini tidak hanya dilakukan oleh satu lembaga saja akan tetapi perlu kerja sama
berbagai pihak yang peduli terhadap permasalahan remaja khususnya di bidang kesehatan
reproduksi.
Remaja merupakan kelompok masyarakat yang berada pada kelompok usia 11.- 24 tahun.
Pada masa ini remaja mengalami perubahan –perubahan yang bersifat psikologis, fisik dan
fisiologis. Perubahan ini berjalan secara berkesinam- bungan sampai usia dewasa di atas 24 tahun
, dengan peningkatan hormonal yag cukup baik yang didiringi dengan perbaikan gizi yang
diperoleh, maka terjadi perubahan fungsi dan dorongan seksual yang cukup pesat, namun hal itu
belum diikuti oleh perkembangan psikososialnya. Akibatnya, remaja menjadi rentan terhadap
pengaruh buruk dari luar yang mendorong timbulnya perilaku seksual yang beresiko tinggi.
Pengaruh buruk tersebut berupa informasi-informasi yang salah tentang hubungan seksual
aktif, misalnya dari film-film, buku-buku, dan lainnya. Hal tersebut dapat mendorong remaja untuk
berperilku seksual aktif ( melakukan hubungan intim sebelum menikah ), yang mempunyai resiko
yang merugikan . Resiko tersebut menurut Kinsey et al ( 1953 ) dalam kutipan Budhi Setiawan
dan Ester Suryawati ( 1998:i ) dapat berupa :
1. Kehamilan remaja dengan berbagai kosekuensi psikososial seperti putus sekolah , rasa
rendah diri, kawin muda, dan perceraian dini.
2. Abortus dengan konsekuensi psikososial seperti rasa bersalah yang berkelebihan, ancaman
hukuman pidana, dan sanksi adat/ masyarakat.
3. Penyakit menular seksual
4. Gangguan saluran reproduksi pada masa beriktnya ( tumor )

Kehamilam yang tidak diinginkan pada masa remaja dapat memicu terjadinya
pengguguran kandungan atau aborsi. Secara psikologis pada saat seseorang mengalami kehamilan
di luar nikah, maka ia akan cenderung mengambil jalan keluar seperti menggugurkan kandungan
atau aborsi.

5
Secara medis aborsi adalah berakhirnya/ gugurnya kehamilan sebelum kehamilan
mencapai usia 20 minggu, yaitu sebelum janin dapat hidup di luar kandungan secara mandiri (
Suryono Ekotomo dkk, 2001:31 ).
Menurut istilah teknis aborsi adalah upaya peniadaan atau penghentian kehamilan sebelum
janin dapat hidup di luar rahim
( S ri Hadipranoto dkk, 1997 :141 ).
Dunia medis membagi aborsi secara umum menjadi dua jenis , sebagaimana dikemukakan
Musa Perdanakusuma dalam kutipan Suryono Ekotama ( 2001 :34 ) yaitu:
1. Aborsi spontan ( Abortus Spontaneous ) yaitu abortus yang terjadi dengan sendirinya bukan
perbuatan manusia.Dalam bahasa sehari-hari aborsi jenis ini bisa disebut keguguran.
2. Aborsi buatan (Abortus provocatus), yaitu pengguguran kandungan yang dilakukan secara
sengaja .Aborsi ini dibedakan lagi menjadi dua golongan Abortus provocatus therapeuticus , yaitu
aborsi yang dilakukan dengan sengaja karena alasan medis yang sangat darurat atau jika ada
indikasi bahwa kehamilan dapat membahayakan atau mengancam ibu bila kehamilan berlanjut.
Abortus provokatus criminalis, ialah pengguguran kandungan yang dilakukan dengan sengaja
tanpa mempunyai alasan kesehatan ( medis), didorong oleh alasan-alasan yang lain dan melawan
hukum.

Aborsi spontan biasanya terjadi sebelum kehamilan berumur 12 minggu (


3 bulan ). Ini terjadi apabila karena penyakit menahun, kelainan saluran reproduksi, atau keadaan
patologis lain, yang jelas dalam aborsi jenis pertama ini tidak ada akibat hukum yang terjadi
akibat dari gugurnya kandungan , sehingga tidak ada pihak yang dapat mempertanggungjawabkan
aborsi jenis inikarena aborsi yang terjadi bukan kehendak/perbuatan manusia . Lain halnya
dengan aborsi buatan dapat dikatakan sebagai aborsi yaitu gugurnya kandungan karena perbuatan
manusia yang disengaja baik untuk alasan medis maupun aborsi yang ilegal atau kriminal.
Tindakan aborsi yang aman dari segi medis jarang menimbulkan bahaya.. Tindakan aborsi
aman bila dikerjakan karena indikasi medis ( jika terdapat indikasi bahwa kehamilan dapat
membahayakan atau mengancam nyawa ibu apabila kehamilan berlanjut ), dilakukan oleh tenaga
ahli yang berpengalaman ( dokter, bidan ) dengan peralatan yang tepat dengan keseterilan tinggi,
dan dilakukan sebelum kehamilam berumur 3 bulan .

5
Tindakan aborsi yang tidak aman mengandung resiko yang cukup tinggi, yaitu apabila
dilakukan tidak sesuai dengan standar profesi medis, misalnya dengan cara ; penggunaan ramuan
peluruh rahim, manipulasi fisik, seperti dengan pijatan pada rahim agar janin terlepas dari rahim,
menggunakan alat bantu tradisional yang tidak steril dan berakibat negatif pada rahim. Melakukan
aborsi yang tidak aman pada remaja mengandung resiko antara lain ( Budhi Setiawan, Ester
Suryawati,2001:13 ):
1. Infeksi alat reproduksi
2. Kemandulan.
3. Pendarahan dan gangguan neurologis/sysaraf
4. Tingginya resiko kematian ibu atau anak atau keduanya
5. Robek rahim ( Ruptur Uterus )
6. Fustula Genetal Traumatis ( rusaknya alat reproduksi jalan lahir )
7. Resiko Shock
8. Kematian.

Kebanyakan pengguguran kandungan /aborsi dilakukan dengan sembunyi-sembunyi


dengan cara yang berbahaya, karena secara hukum aborsi buatan tidak diizinkan kecuali atas
alasan medis untuk menyelamatkan jiwa ibu.. Aborsi tidak aman dapat menyebabkan berbagai
akibat termasuk kematian, maka petugas kesehatan perlu mewaspadai kejadian aborsi yang tidak
aman terutama kasus-kasus kehamilan remaja.
Berbagai gangguan dan tekanan psikoseksual serta sosial dimasa lanjut yang timbul akibat
hubungan seksual remaja pranikah .

B. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini kami merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana keterkaitan etika dengan abortus ?
2. Bagaimana keterkaitan hukum dengan abortus ?
3. Bagaimana keterkaitan kode etik profesi dengan abortus ?

C. Tujuan
Adapun yang menjadi tujuan dari pembuatan makalah tentang abortus adalah :

5
1. Untuk dapat mengetahui keterkaitan abortus dengan etika
2. Untuk dapat mengetahui keterkaitan abortus dengan hukum
3. Untuk dapat mengetahui keterkaitan abortus dengan kode etik profesi

D. Manfaat
Dapat mengetahui dan menanggapi kasus Abortus berdasarkan Etika, Hukum dan Kode
Etik.

5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Studi Kasus Abortus
Nn. N seorang mahasiswa Perguruan Tinggi di Bandung mengeluh terlambat menstruasi 3
bulan. Kepada sahabatnya dia mengatakan sering mual-mual, dia juga mengaku sering melakukan
hubungan intim bersama kekasihnya. Sahabatnya menyarankan untuk membeli alat tes kehamilan,
dan ternyata hasilnya menunjukkan bahwa dia hamil. Kemudian oleh sang pacar diajak ke klinik
bersalin untuk mengakhiri kehamilannya. Menurut informasi yang didapat oleh sang kekasih dari
temannya klinik tersebut klinik tersebut sudah biasa melakukan aborsi dengan alasan mahasiswa
dan mahasiswi itu masih kuliah dan belum siap untuk menikah. Akhirnya mereka memutuskan
untuk meminta bantuan untuk dilakukan aborsi. Setelah dicapai kesepakatan dr. X menyarankan
tindakan aborsi itu dilakukan keesokan harinya. Aborsi itu dilakukan dr. X dengan bantuan seorang
perawat Y. Sebelum aborsi dilakukan perawat Y melakukan informed consent terlebih dahulu
kepada Nn. N, informed consent itu disetujui oleh Nn. N dengan adanya tekanan dalam kondisi
adanya desakan dari pacarnya . Pada saat dilakukan tindakan aborsi terjadi perdarahan yang hebat
dan tak bisa ditanggulangi sehingga mengakibatkan Nn. N menghembuskan napas terakhir.

B. Prinsip Etika yang Berkaitan Dengan Kasus


1. Respect for autonomy
Individu memiliki hak untuk menentukan sendiri, memperoleh kebebasan dan kemandirian.
Respect of autonomy meliputi:

a. Menyampaikan kebenaran
b. Menghormati privasi orang lain
c. Melindungi kerahasiaan informasi

d. Mendapat izin untuk melakukan tindakan


e. Jika diminta, membantu orang lain dalam mengambil keputusan.
Perawat Y tidak menyampaikan kebenaran mengenai tindakan operasi Aborsi ilegal yang dapat
merugikan klien. Seharusnya perawat, menyampaikan kebenaran baik pada klien maupun teman
sejawat yang akan membahayakan nyawa klien. Perawat Y ikut membantu tindakan operasi aborsi
yang dilakukan oleh dr. X. Dalam tindakan tersebut perawat langsung menyetujui untuk membantu
dokter, hal ini berarti perawat tersebut juga menyetujui permintaan klien untuk melakukan

5
tindakan aborsi. Dan perawat tersebut tidak memberikan informasi mengenai bahaya tindakan
aborsi dan aspek hukum yang terkait.

2. Prinsip beneficence
Individu berkewajiban melakukan hal yang baik sebagai kebalikan hal yang
membahayakan. Prinsip beneficence adalah suatu kewajiban moral untuk bertindak demi
keuntungan orang lain. Sedangkan dalam kasus ini, Perawat Y sama sekali tidak melakukan
tindakan yang menguntungkan bagi klien malah melakukan tindakan yang membahayakan.

3. Prinsip non malficence


Tindakan aborsi dapat menyebabkan injury jika dilakukan dengan prosedur yang salah dan
oleh orang yang tidak kompeten. Perawat Y membantu tindakan pengguguran dengan
memersiapkan peralatan untuk operasi aborsi dengan cara suction. Tindakan ini berpotensi
membahayakan klien dan janin yang dikandungnya.

Perawat tersebut juga tidak menjunjung prinsip Beneficence dan Non-Maleficence yang
dikemukakan oleh Wilian Frank, yaitu:
Seseorang tidak boleh jahat atau merugikan (Perawat Y malah bertindak merugikan dengan ikut
membantu memepersiapkan peralatan operasi aborsi. Dan secara tidak langsung telah berbuat
jahat).
a. Seseorang harus mencegah kerugian (Perawat Mudjianti tidak mencegah kerugian yang dapat
diderita oleh klien)
b. Seseorang harus mengurangi kerugian

 c. Seseorang harus melakukan atau meningkatkan kebaikan

4. Prinsip justice
Individu memiliki hak untuk diperlakukan setara, keadilan antara hak dan kewajiban, serta
klien berhak mendapat pelayanan sesuai dengan haknya.
Prinsip keadilan:
a. Pada tiap orang dengan porsi yang sama

5
b. Pada tiap orang sesuai kebutuhan
c. Pada tiap orang sesuai usaha
d. Pada tiap orang sesuai bobot individu atau jasa
e. Pada tiap orang sesuai free market exchange
Perawat Y, tidak menghormati Hak sang janin untuk Hidup. Suatu pernyataan pernah
dikemukakan bahwa janin yang ada dalam kandungan seorang wanita merupakan makhluk hidup
yang harus dijaga haknya untuk hidup.

C. Menurut UU Kesehatan 1992


pasal 15
a. ayat (1) disebutkan bahwa dalam keadaan darurat sebagai upaya menyelamatkan jiwa ibu
hamil dan atau janinnya dapat dilakukan tindakan medis tertentu.
b. ayat (2) Tindakan medis tertentu dimaksud dapat dilakukan berdasarkan indikasi medis yang
mengharuskan diambilnya tindakan tersebut oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian
dan kewenangan untuk itu ( dokter ahli kebidanan dan penyakit dalam) dan dilakukan sesuai
dengan tanggung jawab profesi serta berdasarkan pertimbangan tim ahli ( yang terdiri dari berbagai
bidang, seperti,medis, agama, hukum, dan psikologi. ) dengan persetujuan ibu hamil atau suami
atau keluarganya.
Pelegalan ini memang sedikit bisa memberikan peluang kepada dokter atau bidan yang
berwenaqng di bidang itu .

D. Menurut kode etik PPNI


Pasal 348 :
a. Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang wanita
dengan persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun enam bulan.
b. Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, dikenakan pidana penjara paling
lama tujuh tahun.

5
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Prinsip Etika yang Berkaitan Dengan Kasus


a. Respect for autonomy
Individu memiliki hak untuk menentukan sendiri, memperoleh kebebasan dan kemandirian.

b. Prinsip beneficence
Individu berkewajiban melakukan hal yang baik sebagai kebalikan hal yang membahayakan.
Prinsip beneficence adalah suatu kewajiban moral untuk bertindak demi keuntungan orang lain.
Sedangkan dalam kasus ini, Perawat Y sama sekali tidak melakukan tindakan yang
menguntungkan bagi klien malah melakukan tindakan yang membahayakan.

c. Prinsip non malficence


Tindakan aborsi dapat menyebabkan injury jika dilakukan dengan prosedur yang salah dan oleh
orang yang tidak kompeten. Perawat Y membantu tindakan pengguguran dengan memersiapkan
peralatan untuk operasi aborsi dengan cara suction. Tindakan ini berpotensi membahayakan klien
dan janin yang dikandungnya.
d. Prinsip justice
Individu memiliki hak untuk diperlakukan setara, keadilan antara hak dan kewajiban, serta klien
berhak mendapat pelayanan sesuai dengan haknya.
2. Menurut UU Kesehatan 1992
pasal 15
a. ayat (1) disebutkan bahwa dalam keadaan darurat sebagai upaya menyelamatkan jiwa ibu
hamil dan atau janinnya dapat dilakukan tindakan medis tertentu.
b. ayat (2) Tindakan medis tertentu dimaksud dapat dilakukan berdasarkan indikasi medis yang
mengharuskan diambilnya tindakan tersebut oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian
dan kewenangan untuk itu ( dokter ahli kebidanan dan penyakit dalam) dan dilakukan sesuai
dengan tanggung jawab profesi serta berdasarkan pertimbangan tim ahli ( yang terdiri dari berbagai
bidang, seperti,medis, agama, hukum, dan psikologi. ) dengan persetujuan ibu hamil atau suami
atau keluarganya.

5
Pelegalan ini memang sedikit bisa memberikan peluang kepada dokter atau bidan yang
berwenaqng di bidang itu .
3. Menurut kode etik PPNI
Pasal 348 :
a. Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang wanita
dengan persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun enam bulan.
b. Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, dikenakan pidana penjara paling
lama tujuh tahun.

B. Saran

Saran dari kami sebagai individu dan bagi individu lainnya adalah sebaiknya kita menjauhi hal-
hal yang mengarah pada perbuatan Kina agar tidak terjadi kehamilan diluar nikah, tetapi jika sudah
terlanjur terjadi kehamilan diluar nikah, maka kita jangan melakukan aborsi tetapi seharusnya kita
bertanggung jawab dan menjaga kehamilan serta merawat mendidiknya sampai dewasa.

Untuk mencegah maraknya tejadi suatu tidak pidana kasus aborsi dimasyarakat dikalangan
remaja,sebaiknya dilakukan dari lingkungan keluarga dahulu, sehingga sang anak mendapatkan
pengawasan, agar tidak melakukan suatu penyimpangan dalam pergaulan nantinya baik di
lingkungan sekolah ataupun di masyarakat.

Berusahalah agar diri anda tidak samapi melalukan aborsi karenasama saja anda membunuh nyawa
seseorang (bayi) dan termasuk melanggaretika yang hukumannya sangat berat baik didunia
maupun di akirat nanti

5
DAFTAR PUSTAKA
http://elmanbillonx.blogspot.com/2012/01/aborsi-dan-eutanasia.html

http://aulinnuha7.blogspot.com/2013/03/makalah-etika-dan-hukum-profesi-aborsi.html

http://proudtobeners.blogspot.com/2009/01/analisis-kasus-aborsi.html

Anda mungkin juga menyukai