Anda di halaman 1dari 43

METODE CEPAT PENENTUAN FLAVONOID TOTAL

MENIRAN (Phyllantus niruri L.) BERBASIS TEKNIK


SPEKTROMETRI INFRAMERAH DAN KEMOMETRIK

INDAH KURNIASARI

DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2006
ABSTRAK

INDAH KURNIASARI. Metode Cepat Penentuan Flavonoid Total Meniran (Phyllantus


niruri L.) Berbasis Teknik Spektroskopi Inframerah dan Kemometrik. Dibimbing oleh
LATIFAH K. DARUSMAN dan RUDI HERYANTO.
Teknik spektroskopi inframerah (IR) yang digabungkan dengan kemometrik
digunakan sebagai metode alternatif untuk mengukur kadar flavonoid total dalam
simplisia tanaman obat. Sampel meniran dari tiga daerah berbeda dianalisis dengan teknik
spektroskopi inframerah transformasi Fourier dan kadar flavonoid totalnya diukur
menggunakan metode kolorimetrik. Principal component analysis digunakan untuk
mengelompokkan spektrum IR berdasarkan pada daerah asal meniran, sedangkan partial
least square digunakan untuk membuat model prediksi kadar flavonoid total.
Prapemrosesan dan segmentasi spektrum IR dilakukan untuk memperoleh
pengelompokan dan model prediksi terbaik. Spektrum IR dengan prapemrosesan
menunjukkan pengelompokan yang lebih baik dibandingkan dengan spektrum IR tanpa
prapemrosesan. Pengelompokan terbaik dihasilkan dari spektrum IR utuh, yaitu pada
kisaran bilangan gelombang 3996 –399 cm-1 (set data ke-5) dan dari spektrum IR
gabungan segmen I dan II, yaitu pada 3730–2812 dan 1890–399 cm- 1 (set data ke-8). Dua
principal component (PC) pertama pada score plot dari kedua set data ini mampu
menjelaskan 91% dari variansi total (PC1 = 70%, PC2 = 21%). Kemampuan prediksi
kadar flavonoid terbaik dimiliki oleh model 8, dengan nilai intersep dan kemiringan
model kalibrasi sebesar 0.800039 da n 0.270948 (r kal = 0.894449, r val = 0.833810,
RMSEC = 0.085661, RMSEP = 0.105997, SEC = 0.88895, SEP = 0.109928, bias kal =
8.515e-09, dan bias val = -0.003801). Model ini mampu memprediksi kadar flavonoid
total meniran dari ketiga daerah uji.
ABSTRACT

INDAH KURNIASARI. A Rapid Method for Total Flavonoid Determination of Meniran


(Phyllantus niruri L.) Based on Infrared Spectroscopy and Chemometrics. Under the
direction of LATIFAH K. DARUSMAN and RUDI HERYANTO.
Infrared spec troscopy technique combined with chemometrics was used as an
alternative method to determine flavonoid content in herbal simplicia. Meniran samples
from three different origins was analysed using Fourier transform infrared spectroscopy
technique and their total flavonoid content was determined using colorimetric method.
Principal compo nent analysis was used to get the spectral classification based on sample
origins, whereas partial least square was used to establish the total flavonoid content
prediction model. The preprocessing technique and segmentation was applied to IR
spectra to get the best classification and prediction model. The preprocessed IR spectra
showed better classification result as compared with the non-preprocessed IR spectra. The
best classific ation was obtained from entire spectral data in the wavenumber range on
3996-399 cm-1 (5t h data set) and from combination of the 2 nd and the 1s t segment spectral
data in the range of 3730–2812 and 1890–399 cm-1 (8 th data set). The two first principal
components (PCs) of these data score plots represent 91% of the total variance (PC1 =
70%, PC2 = 21%). Model 8 has the best prediction ability, with the slope and offset of the
calibration model 0.800039 and 0.270948, respectively (r cal = 0.894449, r val =
0.833810, RMSEC = 0.085661, RMSEP = 0.105997, SEC = 0.88895, SEP = 0.109928,
bias cal = 8.515e-09, dan bias val = -0.003801). This model was able to predict the total
flavonoid content of meniran from three testing areas.
METODE CEPAT PENENTUAN FLAVONOID TOTAL
MENIRAN (Phyllantus niruri L.) BERBASIS TEKNIK
SPEKTROSKOPI INFRAMERAH DAN KEMOMETRIK

INDAH KURNIASARI

Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains pada
Departemen Kimia

DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2006
Judul Skripsi : Metode Cepat Penentuan Flavonoid Total Meniran (Phyllantus niruri L.)
Berbasis Teknik Spektroskopi Inframerah dan Kemometrik
Nama : Indah Kurniasari
NIM : G44201061

Menyetujui:

Pembimbing I, Pembimbing II,

Prof. Dr. Ir. Latifah K. Darusman, MS Rudi Heryanto, S.Si., M.Si.


NIP 130536681 NIP 132311929

Mengetahui:

Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam


Institut Pertanian Bogor,

Dr. Ir. Yonny Koesmaryono, MS


NIP 131437 999

Tanggal Lulus :
PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi berjudul Metode
Cepat Penentuan Flavonoid Total Meniran (Phyllantus niruri L.) Berbasis Teknik
Spektroskopi Inframerah dan Kemometrik ini merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana sains pada Program Studi Kimia FMIPA IPB.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Prof. Dr. Ir. Latifah K. Darusman, MS dan
Rudi Heryanto S.Si., M.Si. sebagai pembimbing atas arahan, saran, dan dorongan yang
telah diberikan kepada penulis selama pelaksanaan penelitian dan penulisan skripsi ini.
Terima kasih disampaikan pula kepada Program Penelitian Dasar Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional, melalui Pusat Studi Biofarmaka,
LPPM IPB yang telah mendanai penelitian ini. Ucapan terima kasih juga penulis
sampaikan kepada Ir. Jajang, MS yang telah memberikan bantuan analisis statistik.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Papah, Mamah, Mas Giga, dan Olyn atas doa
dan kasih sayangnya. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada Om Eman, seluruh
laboran Kimia Analitik, Kak Atep, seluruh staf Pusat Studi Biofarmaka, dan Mas Heri
atas seg ala kemudahan yang diberikan dalam penelitian. Terima kasih kepada rekan-
rekan Kimia 38, rekan-rekan Laboratorium Kimia Analitik, keluarga besar Cirahayu 6
(Etta, Erika, Mbak Ade, Mbak Sulis, Levy, Ninin, Mbak Desi, Yuli, Nia, dan Ega),
Annis, Opie, Inul, serta Helmy atas dorongan dan semangat yang tiada henti.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Maret 2006

Indah Kurniasari
RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Temanggung pada tanggal 5 April 1983 dari ayah Iding
Chaidir dan ibu Maharsi. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara.
Tahun 2001 penulis lulus dari SMU Negeri 70 Jakarta dan pada tahun yang sama
lulus seleksi masuk IPB melalui jalur ujian masuk perguruan tinggi negeri (UMPTN).
Penulis memilih Program Studi Kimia, Departemen Kimia, Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi asisten praktikum mata kuliah
Kimia Analitik I, Kimia Lingkungan, dan Kimia Analitik Dasar pada tahun ajaran
2004/2005, serta mata kuliah Kimia Analitik III dan Kimia Dasar pada tahun ajaran
2005/2006. Penulis aktif sebagai staf Departemen Kewirausahaan dalam kepengurusan
Ikatan Mahasiswa Kimia periode 2002-2003.
Pada bulan Juni 2004, penulis menjalankan praktik lapangan di PT ISM Bogasari
Fluor Mills dan menulis laporan berjudul Pengawasan Mutu Wheat Bran-Pollard Pellet
sebagai Produk Samping Penggilingan Gandum di PT ISM Bogasari Flour Mills.
DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ...................................................................................................viii

DAFTAR GAMBAR ...............................................................................................viii

DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................. ix

PENDAHULUAN ......................................................................................................1

TINJAUAN PUSTAKA
Meniran ...........................................................................................................1
Flavonoid .........................................................................................................2
Spektroskopi Inframerah Transformasi Fourier (FTIR) ........................................2
Analisis Kemometrik Spektrum IR.....................................................................3
PCA .................................................................................................................3
PLS ..................................................................................................................3

BAHAN DAN METODE


Bahan dan Alat..................................................................................................4
Metode Penelitian..............................................................................................4

PEMBAHASAN
Kadar Flavonoid Meniran ..................................................................................5
Spektrum IR Meniran ........................................................................................5
Klasifikasi Spektrum IR Serbuk Kering Meniran dengan PCA .............................7
Pembentukan Model Prediksi Kadar Flavonoid Meniran dengan PLS ...................9

SIMPULAN DAN SARAN


Simpulan ........................................................................................................ 10
Saran ..............................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................10

LAMPIRAN ............................................................................................................. 13
DAFTAR TABEL

Halaman

1 Segmentasi spektrum IR.........................................................................................5


2 Penamaan set data ..................................................................................................5
3 Kadar flavonoid total meniran .................................................................................5
4 Hasil statistik model prediksi kadar flavonoid total meniran dengan metode PLS ........9

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Tanaman meniran...................................................................................................1
2 Struktur umum flavonoid ........................................................................................2
3 Prinsip PCA...........................................................................................................3
4 Prinsip PLS ...........................................................................................................4
5 Perbandingan spektrum IR standar kuersetin (a) dengan sampel serbuk kering
meniran (b). ...........................................................................................................6
6 Spektrum IR sampel serbuk kering meniran dari tiga daerah berbeda .........................6
7 Score plot dua PC pertama dari spektrum IR serbuk kering meniran ..........................8
8 Scatter plot dua dimensi antara kadar flavonoid prediksi dan kadar flavonoid
sebenarnya dari model 8........................................................................................ 10
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1 Bagan alir percobaan............................................................................................ 14


2 Pengolahan data dalam analisis kemometrik dengan program Unscrambler ..............15
3 Hasil pengukuran kadar flavonoid total meniran dengan metode Depkes RI ............. 20
4 Uji-F kadar flavonoid total meniran .......................................................................25
5 Uji-t kadar flavonoid total meniran ........................................................................ 26
6 Hasil pe ngukuran kadar air ...................................................................................27
7 Spektrum IR utuh dari sampel serbuk kering meniran tanpa
prapemrosesan spektrum .......................................................................................28
8 Spektrum IR segmen I dari sampel serbuk kering meniran tanpa
prapemrosesan spektrum .......................................................................................28
9 Spektrum IR segmen II dari sampel serbuk kering meniran tanpa
prapemrosesan spektrum .......................................................................................29
10 Spektrum IR gabungan segmen I dan II dari sampel serbuk kering meniran tanpa
prapemrosesan spektrum .......................................................................................29
11 Spektrum IR utuh dari sampel serbuk kering meniran dengan
prapemrosesan spektrum .......................................................................................30
12 Spektrum IR segmen I dari sampel serbuk kering meniran dengan
prapemrosesan spektrum .......................................................................................30
13 Spektrum IR segmen II dari sampel serbuk kering meniran dengan
prapemrosesan spektrum .......................................................................................31
14 Spektrum IR gabungan segmen I dan II dari sampel serbuk kering meniran dengan
prapemrosesan spektrum .......................................................................................31
13 Scatter plot dari spektrum IR tanpa prapemrosesan................................................. 32
14 Scatter plot dari spektrum IR dengan prapemrosesan ............................................. 33
PENDAHULUAN tersembunyi yang bersifat kualitatif dan
kuantitatif dari spektrum IR tersebut.
Meniran (Phyllantus niruri L.) telah Kemometrik digunakan untuk menemukan
banyak digunakan untuk mengatasi batuk, flu, korelasi statistik antara data spektrum dan
demam, diabetes, malaria, disentri, batu informasi yang telah diketahui dari sampel.
ginjal, tumor, dan hepatitis (Taylor 2003). Penelitian ini bertujuan mendapatkan
Efek pengobatan yang dimiliki oleh tanaman pengelompokan spektrum IR serbuk kering
ini antara lain disebabkan oleh senyawa- meniran berdasarkan pada daerah asalnya
senyawa aktif seperti flavonoid, lignan, dengan menggunakan teknik principal
alkaloid, triterpenoid, tanin, dan asam lemak component analysis (PCA) dan membentuk
yang terkandung di dalam meniran (Subarnas model prediksi kadar flavonoid total meniran
& Sidik 1993). Flavonoid dalam tanaman ini dengan menggunakan teknik partial least
telah diketahui berperan dalam pengobatan square (PLS) sebagai upaya pencarian metode
penyakit kulit, kelebihan asam urat, dan batu analisis cepat dalam menentukan flavonoid
ginjal (Chairul 1999). total meniran.
M etode analisis yang biasa digunakan
untuk menentukan kadar flavono id dalam
simplisia tanaman obat antara lain dengan TINJAUAN PUSTAKA
spektrofotometri ultraviolet (UV) (Depkes RI
2000), kromatografi cair kinerja tinggi Meniran
(KCKT) (Merken & Beecher 2000), dan
elektroforesis kapiler (Marchart et al. 2003). Meniran diklasifikasikan dalam divisi
Metode-metode tersebut melibatkan Spermatophyta, subdivisi Angiospermae,
serangkaian tahapan yang membutuhkan kelas Dikotiledonae, bangsa Geraniales, suku
waktu lama dalam pelaksanaannya. Euphorbiaceae, marga Phyllantus, dan spesies
Teknik spektrometri inframerah (IR) yang P. niruri (USDA 2005). Meniran tumbuh di
digabungkan dengan kemometrik dapat dataran rendah pada ketinggian 1–1000 m dpl,
digunakan sebagai metode alternatif untuk di tempat terbuka, di ladang, tepi sungai, dan
mengukur kadar flavonoid. Teknik ini telah pantai. Selain di Indonesia, tumbuhan ini juga
digunakan dalam berbagai penelitian, seperti terdapat di India, Cina, Malaysia, Filipina,
kuantifikasi minyak esensial dan komposisi Australia, Amerika, dan Afrika (Heyne 1987,
kimia dari tanaman genus Umbelliferiae diacu dalam Subarnas & Sidik 1993).
(Schulz et al. 1998), penentuan kandungan Meniran termasuk tanaman kecil, terna
metabolit sekunder pada daun Mentha (Schulz semusim, dan tumbuh tegak dengan tinggi
et al. 1999), klasifikasi Orthosiphon 30–50 cm. Batangnya berwarna hijau pucat,
stamineus berdasarkan pada daerah asalnya berbentuk bulat, dan basah. Helaian daun
(Chew et al. 2004), pengelompokan ekstrak berwarna hijau, berbentuk bulat telur sampai
daun jati belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.) bulat memanjang, ujung tumpul, pangkal
(Jajang 2004), penentuan kadar polifenol membulat, serta bertepi rata dengan panjang
dalam tembakau (Shao & Zhuang 2004), sekitar 1.5 cm dan lebar sekitar 7 mm
identifikasi dan kuantifikasi harpagosida pada (Achyad & Rasyidah 2000). Meniran
akar Harpagophytum procumbens (Baranska memiliki bunga berwarna putih, tunggal, dan
et al. 2005), serta kendali mutu obat herbal berada di dekat tangkai anak daun. Buah
(Zou et al. 2005). berbentuk kotak, bulat, berdiameter sekitar 2
Teknik spektroskopi IR berpotensi sebagai mm, berwarna hijau keunguan dengan biji
metode analisis cepat karena analisis dapat kecil, keras, dan berwarna cokelat (Soedibyo
dilakukan secara langsung pada serbuk kering 1998). Gambar 1 memperlihatkan bentuk
sampel tanpa tahapan pemisahan terlebih tanaman meniran.
dahulu. Spektrum IR yang dihasilkan
merupakan hasil interaksi antara senyawa-
senyawa kimia dalam matriks sampel yang
sangat kompleks. Spektrum ini sangat rumit
dan perbedaan tipis antar spektrum dari
tanaman yang sejenis tidak tampak dengan
jelas dan pada umumnya tidak dapat terlihat
dengan mata telanjang (Chew et al. 2004).
Untuk itu, diperlukan suatu metode
kemometrik untuk mendapatkan informasi Gambar 1 Tanaman meniran .
Kandungan utama meniran adalah Sejumlah tanaman obat yang mengandung
triterpen, flavonoid, tanin, alkohol, dan asam flavonoid telah dilaporkan memiliki aktivitas
fenolat. Meniran dilaporkan mengandung antioksidan, antibakteri, antivirus, antiradang,
senyawa-senyawa kimia golongan lignan, antialergi, dan antikanker (Miller 1996). Efek
seperti filantin, hipofilantin, niranin, antioksidan senyawa ini disebabkan oleh
nirtetralin, dan fitetralin. Akar dan daun penangkapan radikal bebas melalui donor
tanaman ini kaya akan senyawa flavonoid, atom hidrogen dari gugus hidroksil flavonoid.
antara lain kuersetin, kuersetrin, isokuersetin, Beberapa penyakit seperti arterosklerosis,
astragalin, dan rutin (Nara et al. 1977 dalam kanker, diabetes, parkinson, alzheimer, dan
Subarnas & Sidik 1993). Minyak bijinya telah penurunan kekebalan tubuh telah diketahui
diketahui mengandung asam lemak, saponin, dipengaruhi oleh radikal bebas dalam tubuh
kalium, damar, dan zat samak (Chairul 1999). manusia (Amiæ et al. 2003).
Meniran digunakan secara luas sebagai Kadar flavonoid dalam sampel herbal
obat tradisional, antara lain untuk mengatasi dapat ditentukan dengan berbagai metode.
batuk, malaria, disentri, demam, flu, tumor, Metode yang diakui oleh Departemen
sakit kuning, anemia, dan batu ginjal (Taylor Kesehatan RI adalah spektrofotometri UV
2003). Hasil penelitian fa rmakologi yang berdasar pada prinsip kolorimetri. Pada
menunjukkan bahwa meniran mempunyai metode ini, reaksi antara AlCl3 dan gugus keto
efek hipoglikemik, diuretik, dan hipotensif C-4 dan gugus hidroksil C-3 atau C-5 dari
(Srividya & Periwal 1995), antihepatotoksik flavon dan flavonol akan menghasilkan
(Syamasundar et al. 1985), analgesik (Santos senyawa kompleks (Chang et al. 2002).
et al. 1994), antitumor dan antikarsinogen Absorbans dari warna yang terbentuk diukur
(Rajeshkumar et al. 2002), dan antimalaria dengan spektrometer UV. Kadar kuersetin
(Tona et al 2001). Ekstrak meniran juga telah dihitung sebagai kadar flavonoid total dalam
diketahui efektif dalam menghambat sampel (Depkes 2000). Perhitungan ini
pembentukan kristal kalsium oksalat sebagai berdasarkan pada hukum Lambert-Beer yang
pembentuk batu ginjal (Campos & Schor menunjukkan hubungan lurus antara
1999). Hingga kini penelitian untuk menggali absorbans dan kadar analat.
manfaat meniran terus dikembangkan,
ter utama setelah diketahui bahwa ekstrak air Spektroskopi Inframerah Transformasi
tanaman ini mampu menghambat kerja virus Fourier (FTIR)
HIV (Naik & Juvekar 2003).
Metode spektrofotometrik mengukur
Flavonoid jumlah radiasi yang diserap oleh larutan
sampel. Jumlah serapan ini berkaitan dengan
Golongan flavonoid memiliki kerangka konsentrasi analat dalam larutan. Ada tiga
karbon yang terdiri atas dua cincin benzena proses dasar penyerapan radiasi oleh molekul
tersubstitusi yang disambungkan oleh rantai yang semuanya melibatkan kenaikan molekul
alifatik tiga karbon (Gambar 2). ke tingkat energi yang lebih tinggi, yaitu
Pengelompokan flavonoid berdasarkan pada radiasi, vibrasi, dan transisi elektronik.
cincin heterosiklik-oksigen tambahan dan Peningkatan energi yang terjadi setara dengan
gugus hidroksil yang tersebar menurut pola energi radiasi yang diserap oleh molekul
yang berlainan (Robinson 1995). Golongan (Christian 1986).
terbesar flavonoid memiliki cincin piran yang Spektrum IR terletak pada kisaran
yang menghubungkan rantai tiga -karbon bilangan gelombang 12 800–10 cm- 1. Dilihat
dengan salah satu cincin benzena. Pada dari segi aplikasi dan instrumentasi, spektrum
umumnya, flavonoid terikat pada gula sebagai IR dibagi ke dalam tiga jenis radiasi, yaitu IR
glikosida dan aglikon flavonoid, dapat pula dekat, pertengahan, dan jauh. FTIR termasuk
berada dalam satu tumbuhan dalam beberapa dalam kategori radiasi IR pertengahan
bentuk kombinasi glikosida (Harborne1987). (bilangan gelombang 4000 –200 cm-1 ) (Nur &
Adijuwana 1989).
Berbeda dari spektrometer dispersif, FTIR
tidak mengukur panjang gelombang satu demi
satu, melainkan dapat mengukur intensitas
transmitans pada berbagai panjang gelombang
secara serempak (Skoog et al. 1998).
Monokromator prisma atau kisi yang dapat
Gambar 2 Struktur umum flavonoid . mengurangi energi sinar diganti dengan
interferometer. Interferometer membuat variansi terbesar selanjutnya. Dua PC pertama
spektrometer mampu mengukur semua pada umumnya digunakan sebagai bidang
frekuensi optik secara serempak dengan proyeksi untuk inspeksi visual dari data
mengatur intensitas dari setiap frekuensi (Miller & Miller 2000).
tunggal sebelum sinyal sampai ke detektor. Teknik PCA berdasar pada dekomposisi
Hasil dari pindai interferometer yang berupa matriks data X (N × K) menjadi dua matriks
interferogram (plot antara intensitas dan posisi T (N × A) dan matriks P (K × A) yang saling
cermin) ini tidak dapat diinterp retasikan tegak lurus (Gambar 3). Matriks T yang
dalam bentuk aslinya. Proses transformasi disebut dengan matriks scores
Fourier akan mengubah interferogram menggambarkan variansi dalam objek,
menjadi spektrum antara intensitas dan sedangkan matriks P yang disebut dengan
frekuensi (George & McIntyre 1987). matriks loading menjelaskan pengaruh
variabel terhadap komponen utama. Matriks P
Analisis Kemometrik Spektrum IR terdiri atas data asli dalam sistem koordinat
baru. Error dari model yang terbentuk
Spektrum IR sangat kaya akan informasi dinyatakan dalam E (Lohninger 2004).
sktruktur molekular yang terdiri atas gerak
rotasi dan vibrasi. Banyaknya gerakan k komponen a variabel
molekular dari molekul poliatom akan utama
membentuk serangkaian pita serapan yang
spesifik untuk masing-masing molekul. Hal X T E
ini membuat spektroskopi IR menjadi metode
n objek
analisis kualitatif yang sangat berguna, tetapi
sulit dilakukan akibat adanya kemiripan dari Gambar 3 Prinsip PCA (Lohninger 2004).
setiap respons spektrum. Analisis kuantitatif
spektrum IR juga sangat sulit karena adanya PLS
tumpang tindih spektrum serapan dari
molekul-molekul dalam sampel. Untuk dapat PLS digunakan untuk memprediksi
mengekstraksi informasi dari data spektrum serangkaian variabel tak bebas dari variabel
IR yang rumit tersebut, diperlukan suatu bebas (prediktor) yang jumlahnya sangat
metode kemometrik berupa analisis banyak, memiliki struktur sistematik linier
multivariat (Stchur et al. 2002). atau nonlinier, dengan atau tanpa data yang
Analisis multivariat menyediakan metode hilang, dan memiliki kolinearitas yang tinggi.
untuk mengurangi data berukuran besar yang Metode ini membentuk model dari variabel-
diperoleh dari instrumen, seperti variabel yang ada untuk membentuk
spektrofotometer. Metode kalibrasi serangkaian respons dengan menggunakan
multivariat dapat berupa multiple linear regresi kuadrat terkecil dalam bentuk matriks
regression, principal component regression, (Herve 2003).
PLS, dan artificial neural network (ANN) Parameter-parameter dalam PLS sebagai
(Brereton 2000). Selain itu, analisis metode kalibrasi adalah factors , loadings, dan
multivariat dapat digunakan untuk pengenalan scores . Model PLS berdasar pada komponen
pola dalam sampel melalui metode PCA, utama dari data bebas X dan data tak bebas y.
discriminant analysis , K-nearest neighbour, Inti dari PLS adalah untuk menghitung nilai
soft independent modelling of class anology, (scores) dari matriks X dan y dan untuk
dan cluster analysis (Miller & Miller 2000). membuat model regresi antara nilai-nilai
tersebut (Dieterle 2003).
PCA Gambar 4 menunjukkan bahwa matriks
data X diuraikan menjadi matriks T (matriks
PCA merupakan suatu metode analisis scores ), matriks P (matriks loading), dan
peubah ganda yang bertujuan memperkecil matriks error E, sedangkan matriks y
dimensi peubah asal sehingga diperoleh diuraikan menjadi U, Q, dan error f. Kedua
peubah baru (principal component, PC) yang persamaan ini disebut ‘hubungan luar’. Hasil
tidak saling berkorelasi tetapi menyimpan dari T dan P mendekati data spektrum,
sebagian informasi yang terkandung pada sedangkan hasil U dan Q mendekati
peubah asal. Pemilihan PC dilakukan konsentrasi sebenarnya. Tujuan dari algoritma
sehingga PC pertama memiliki variansi PLS adalah meminimalkan f dengan terus
terbesar dalam set data, sedangkan PC kedua menjaga korelasi antara X dan y dalam
tegak lurus terhadap PC pertama dan memiliki ‘hubungan dalam’ U=BT (Lohninger 2004).
Ekstrak kering lalu ditimbang setara
dengan 200 mg simplisia lalu dihidrolisis
dengan 1.0 mL larutan 0.5% (b/v)
heksametilenatetramina, 20.0 mL aseton, dan
2.0 mL larutan 25% HCl dalam air. Hidrolisis
dilakukan dengan pemanasan sampai
“hubungan “hubungan mendidih selama 30 menit. Campuran hasil
dalam” luar” hidrolisis disaring menggunakan kapas ke
dalam labu takar 100 mL, kemudian residu
hidrolisis ditambah 20 mL aseton untuk
y T f dididihkan kembali sebentar. Penambahan
aseton dan pendidihan ini dilakukan sebanyak
2 kali. Filtrat lalu dikumpulkan ke dalam labu
takar. Setelah labu ukur dingin, volume
Gambar 4 Prinsip PLS (Lohninger 2004). ditepatkan sampai tera dan dikocok sampai
tercampur sempurna. Sebanyak 20 mL filtrat
BAHAN DAN METODE hasil hidrolisis dipindahkan ke dalam corong
pisah, lalu ditambahkan 20 mL akuades.
Bahan dan Alat Ekstraksi kocok dilakukan dengan 15 mL etil
asetat (satu kali) dan 10 mL etil asetat (dua
Bahan-bahan yang digunakan adalah kali). Fraksi etil asetat dikumpulkan ke dalam
sampel daun meniran berusia tiga bulan yang labu ukur 50.00 mL dan 25.00 mL, lalu ditera
diperoleh dari tiga daerah (Bantar Kambing, dengan etil asetat. Untuk replikasi
Darmaga, dan Cisarua), etanol, larutan 0.5% spektrofotometri prosedur dilakukan 3 kali.
heksametilenatetramina, aseton, larutan 25% Analisis spektrofotometri diawali dengan
HCl dalam air, etil asetat, larutan asam asetat memindahkan 10 mL larutan fraksi etil asetat
glasial 5% dalam metanol, standar kuersetin ke dalam labu ukur 25 mL, kemudian
(Sigma), AlCl 3 2% dalam asam asetat 5%, ditambahkan 1 mL larutan 2 g AlCl 3 dalam
akuades, dan kapas. 100 mL larutan asam asetat glasial 5% (dalam
Alat-alat yang digunakan adalah metanol) . Larutan asam asetat glasial 5% v/v
Spektronik-20, spektrometer FTIR Tensor 37 ditambahkan sampai tepat 25.00 mL. Sebagai
(Bruker), satu unit komputer TOSHIBA standar digunakan larutan kuersetin murni
Mobile Intel Pentium III dengan spesifikasi: dalam etil asetat dengan konsentrasi 3, 6, 12,
prosesor : Intel Pentium III 15, dan 24 ppm, lalu diukur pada ëmax 370.8
memori : 128 MB nm.
hardisk : 10 GB
sistem operasi : Microsoft Windows XP Spektroskopi FTIR
Professional
Perangkat lunak yang digunakan adalah Sebanyak 0.5 mg sampel daun meniran
OPUS versi 4.2, Microsoft Excel, dan The yang telah dikeringkan dan dihaluskan
Unscrambler versi 9.5 (Camo Inc.). dicampur dengan 180 mg KBr untuk dijadikan
pelet. Pelet dibuat menggunakan hand press
Metode Penelitian Shimadzu dengan tekanan sebesar 8 ton
selama 10 menit. Pengukuran spektrum
Penentuan Kadar Flavonoid (Depkes RI) dilakukan menggunakan spektrometer FTIR.
Sebanyak 10 g serbuk daun meniran Sebuah komputer personal yang dilengkapi
kering dimaserasi menggunakan 60 mL etanol dengan perangkat lunak OPUS digunakan
selama 6 jam di atas alat kocok kemudian untuk mengontrol kerja spektrometer pada
disaring. Filtrat disimpan, sedangkan residu kisaran daerah 4000–400 cm-1 . Spektrum yang
direfluks dalam 40 mL etanol selama 3 jam. dihasilkan lalu disimpan dalam f ormat OPUS.
Hasil refluks disaring dan filtratnya Spektrum IR dalam satuan transmitans
dipindahkan ke labu lain. Residu direfluks diubah terlebih dahulu menjadi absorbans
kembali dengan etanol. Filtrat hasil maserasi sebelum diberikan perlakuan prapemrosesan.
dan refluks digabungkan dan dipekatkan Data spektrum lalu dinormalisasi min-max
dengan evaporator putar sampai terbentuk sehingga absorbans terkecil diset menjadi
ekstrak kental. Ekstrak kental di masukkan ke bernilai 0, sedangkan absorbans tertinggi
dalam oven untuk menghilangkan sisa etanol. menjadi bernilai 2. Hasil normalisasi
kemudian diberikan koreksi garis dasar untuk
membuat garis dasar spektrum berada pada PEMBAHASAN
absorbans 0, dilanjutkan dengan derivatisasi
pertama spektrum dan penghalusan metode Kadar Flavonoid Meniran
Savitsky Golay 13 titik.
Tabel 3 menunjukkan kadar flavonoid
Analisis Data Seca ra Kemometrik total meniran dari daerah Bantar Kambing,
Darmaga, dan Cisarua yang diukur
Spektrum IR dalam format OPUS menggunakan metode Depkes. Perhitungan
disimpan dalam format data point table (DPT) lengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 3.
yang dapat dibuka dengan menggunakan Uji-F menunjukkan bahwa hasil pengukuran
program Microsoft Excel. Data absorbans dari kadar flavonoid total meniran dari ketiga
spektrum IR dengan dan tanpa prapemrosesan daerah memiliki ketelitian yang tidak berbeda
kemudian dipotong pada bilangan gelombang nyata (Lampiran 4), sedangkan hasil uji-t
2499–2250 cm-1 untuk menghilangkan menunjukkan nilai kadar flavonoid total yang
serapan CO2 . Data kemudian dibagi menjadi berbeda nyata antara ketiga daerah asal
empat jenis, yaitu data absorbansi utuh, sampel (Lampiran 5). Perbedaan kadar
segmen I, segmen II, serta gabungan segmen I flavonoid yang terkandung dalam tanaman
dan II. Segmentasi spektrum ini diperlihatkan dapat disebabkan oleh perbedaan lingkungan
pada Tabel 1. tempat tumbuhnya tanaman tersebut.
Perbedaan kondisi lingkungan dapat
Tabel 1 Segmentasi spektrum IR mempengaruhi konstituen kimia tanaman
Kisaran (Summanen 1999). Kadar flavonoid dan
bilangan gelombang senyawa fenolik lain di dalam tanaman
(cm-1)
berbeda-beda di antara set iap ba gian, jaringan,
Spektrum utuh 3999–399
dan umur tanaman, serta dipengaruhi oleh
Segmen I 3730–2812
Segmen II 1890–399 faktor-faktor lingkungan. Faktor -faktor ini
Gabungan segmen I dan II 3730–2812 dan adalah temperatur, sinar ultraviolet dan
1890–399 tampak, nutrisi, ketersediaan air, dan kadar
CO2 pada atmosfer (Bohm 1987, diacu dalam
Analisis kemometrik dilakukan Estierte et al. 1999). Kadar air ketiga sampel
menggunakan set data dengan dan tanpa meniran dapat dilihat pada Lampiran 6.
pemberian prapemrosesan. Selanjutnya set
data dinamakan berdasarkan pada diberikan Tabel 3 Kadar flavonoid total meniran
atau tidaknya perlakuan prapemrosesan dan Daerah Kadar Rerata
Sampel flavonoid
segmentasi terhadap data. Penamaan ini dapat asal (% b/b)
(% b/b)
dilihat pada Tabel 2.
1 1.54
2 1.42
Tabel 2 Penamaan set data Bantar
3 1.56 1.56
Set Perlakuan Pembagian data Kambing
4 1.62
data 5 1.64
1 Spektrum utuh 6 1.46
2 tanpa Segmen I 7 1.36
3 prapemrosesan Segmen II 8 Darmaga 1.39 1.40
4 Gabungan segmen I dan II 9 1.34
5 Spektrum utuh 10 1.46
6 dengan Segmen I 11 1.16
7 prapemrosesan Segmen II 12 1.08
8 Gabungan segmen I dan II 13 Cisarua 1.34 1.14
14 1.16
Lampiran 1 menunjukkan bagan alir 15 0.98
percobaan secara umum. Analisis kemometrik
PCA dan PLS dari kadar flavonoid yang Spektrum IR Meniran
diperoleh dari metode referensi dan spektrum
IR serbuk kering meniran dilakukan dengan Gambar 5 menunjukkan perbedaan antara
menggunakan perangkat lunak The spektrum IR sampel meniran dan standar
Unscrambler 9.5, tahapan -tahapan analisis kuersetin. Perbedaan ini disebabkan oleh turut
dapat dilihat pada Lampiran 2. terukurnya serapan molekul -molekul selain
flavonoid yang terdapat pada sel utuh dari
serbuk kering meniran. Uji fitokimia yang Gambar 6a menunjukkan spektrum IR
dilakukan menunjukkan terkandungnya sampel serbuk kering meniran dari tiga daerah
alkaloid, triterpenoid, steroid, dan tanin di berbeda, dengan ulangan pengukuran
dalam sampel. Vibrasi gugus-gugus dalam sebanyak lima kali untuk setiap daerah.
senyawa-senyawa ini turut memberikan Meniran-meniran ini memiliki pola absorbansi
pengaruh terhadap spektrum IR bersama yang serupa satu sama lain, hanya berbeda
dengan matriks sel tanaman tersebut. pada nilai kuantitatif absorbansi dari masing-
Gugus-gugus dalam molekul kuersetin masing spektrum. Perbedaan spektrum IR dari
yang dapat memberikan serapan, antara lain masing-masing daerah tidak dapat terlihat
C=C dan C-C aromatik, C-C, C-O, O-H, dengan jelas. Gambar 6b menunjukkan
C=O, dan C-H. Pada Gambar 5a terlihat spektrum setelah diberikan prapemrosesan.
bahwa spektrum kuersetin terdapat serapan Terlihat bahwa kelimabelas spektrum menjadi
gugus O-H pada bilangan gelombang 3400– lebih seragam. Teknik prapemrosesan ini
3200 cm-1, gugus C=O keton pada 1725–1705 dapat menghilangkan gangguan garis dasar
cm- 1, gugus C=C aromatik pada 1600 dan spektrum dan mengurangi derau acak pada
1475 cm-1 , dan gugus C-O pada 1260–1000 spektrum awal sehingga akan meningkatkan
cm- 1. Perbedaan antara spektrum kuersetin hasil analisis kemometrik (Naes et al. 2002).
dan meniran yang tampak dengan jelas, antara Derivatisasi akan menghilangkan pergeseran
lain pada bilangan gelombang 3699 dan 3622 garis dasar dan tumpang tindih puncak
cm- 1 dari spektrum meniran Cisarua yang sehingga informasi spektrum yang berguna
merupakan serapan gugus O-H. Ketiga untuk analisis selanjutnya akan meningkat
spektrum sampel meniran juga memiliki (Stchur et al. 2002).
puncak serapan C-H yang tajam pada 2919
dan 2850 cm-1.

b
Keterangan:
b : meniran Bantar Kambing
Keterangan: : meniran Darmaga
: meniran Bantar Kambing : meniran Cisarua
: meniran Darmaga
: meniran Cisarua Gambar 6 Spektrum IR sampel serbuk
kering meniran dari tiga daerah
Gambar 5 Perbandingan spektrum IR standar berbeda: a. tanpa prapemrosesan,
kuersetin (a) dengan sampel b. dengan prapemrosesan.
serbuk kering meniran (b).
Segmentasi spektrum IR dilakukan dengan Pencilan ini dapat disebabkan oleh adanya
membuang spektrum pada kisaran bilangan galat pengukuran, sampel dari kategori lain,
gelombang tertentu yang tidak menunjukkan atau kesalahan instrumental (Stchur et al.
serapan berarti. Menurut Vazquez et al. 2002). Sampel nomor 1 kemudian dihilangkan
(2000), penggunaan data spektrum pada dan tidak disertakan lagi dalam proses analisis
kisaran tertentu akan meningkatkan hasil selanjutnya.
analisis kemometrik. Segmentasi dapat Gambar 7b-e menunjukkan score plot dari
mengurangi wilayah spektrum IR yang data spektrum tanpa melalui tahap
mengandung banyak derau dan tidak memiliki prapemrosesan dengan telah di hilangkannya
informasi penting untuk analisis selanjutnya. pencilan. Terlihat bahwa data spektrum
Namun segmentasi juga dapat menurunkan dengan segmen I (Gambar 7c) memberikan
hasil analisis karena sebagian informasi hasil pengelompokan yang terbaik di antara
berharga juga mungkin turut terbuang (Zou et data yang lain, yaitu mampu menjelaskan 99%
al. 2005). Oleh karena itu, pemilihan kisaran dari variansi total pada kedua PC pertamanya
spektrum untuk segmentasi ini harus (PC1 = 94%, PC2 = 5%). Walaupun
dilakukan dengan cermat. Segmentasi pada demikian, pengelompokan ini diperkirakan
spektrum IR sampel serbuk kering meniran lebih dipengaruhi oleh kadar air yang
diperlihatkan pada Lampiran 7–14. terkandung pada masing-masing sampel.
Segmen I ini melibatkan absorbans sampel
Klasifikasi Spektrum IR Serbuk Kering pada bilangan gelombang 3730–2812 cm -1,
Meniran dengan PCA dengan serapan gugus OH pada 3000–3700
cm-1. Score plot dari absorbans utuh (Gambar
Teknik PCA dapat mengurangi dimensi 7b) hanya mampu menjelaskan 88% variansi
dari data awal, yaitu dari ribuan dimensi (PC1 = 74%, PC2 = 14%), segmen II (Gambar
(sebanyak jumlah bilangan gelombang 7d) mampu menjelaskan 97% variansi (PC1 =
spektrum IR) menjadi hanya dua dimensi. 66%, PC2 = 31%), sedangkan gabungan
Proyeksi sampel terhadap dua variabel baru segmen I dan II (Gambar 7e) mampu
ini ditunjukkan pada score plot. Score plot memberikan pengelompokan dengan
untuk dua PC pertama biasanya paling menjelaskan 90% variansi (PC1 = 76%, PC2
berguna dalam analisis karena kedua PC ini = 14%).
memiliki variansi terbanyak dalam data. Gambar 7f-i memperlihatkan pengaruh
Gambar 7 menunjukkan score plot dari pemberian perlakuan prapemrosesan spektrum
kelimabelas spektrum IR sampel serbuk IR terhadap pengelompokan sampel.
kering meniran dari tiga daerah berbeda. Plot Pengelompokan dapat terlihat jelas dari saling
ini memper lihatkan pola yang terdapat pada berdekatannya sampel-sampel yang berasal
spektrum IR, semakin dekat satu titik dengan dari satu daerah. Dua PC pertama pada score
titik yang lain, maka semakin besar kemiripan plot dari data spektrum utuh mampu
di antara spektrum IR sampel tersebut. menjelaskan 91% dari variansi total (PC1 =
Pengelompokan diperoleh berdasarkan pada 70%, PC2 = 21%), sedangkan score plot dari
daerah asal sampel meniran. data segmen I, II, serta gabungan segmen I
Pengelompokan dari spektrum IR tanpa dan II bertur ut-turut menjelaskan variansi
prapemrosesan ditunjukan pada Gambar 7a-e. sebesar 95% (PC1 = 81%, PC2 = 14%), 89%
Score plot dari spektrum IR ini tidak (PC1 = 75%, PC2 = 14%), dan 91 % (PC1 =
menunjukkan pemisahan yang jelas antara 70%, PC2 = 21%).
ketiga kelompok sampel meniran. Gambar 7a Pengelompokan terbaik dari spektrum IR
memperlihatkan bahwa score plot dua PC dengan prapemrosesan dimiliki oleh data
pertama dari data spektrum IR tanpa spektrum utuh tanpa segmentasi (Gambar 7f)
segmentasi mampu menjelaskan 92% dari serta data spektrum gabungan segmen I dan II
variansi total (PC1 = 83%, PC2 = 9%). Pola (Gambar 7i). Terlihat bahwa seluruh sampel
pengelompokan sampel tidak terlihat dengan pada masing-masing kelompok berada saling
jelas. Walaupun plot samp el meniran dari berdekatan satu sama lain. Tidak berbedanya
Cisarua telah terlihat berdekatan, sampel- hasil pengelompokan antara kedua set data ini
sampel meniran Bantar Kambing dan menunjukkan bahwa kisaran bilangan
Darmaga masih saling bercampur dan belum gelombang di luar segmen I dan II tidak
dapat terlihat pengelompokannya. Sampel memiliki informasi yang berarti untuk
nomor 1 terlihat sangat terpisah dari pengelompokan sampel sehingga pemotongan
kelompoknya dan program Unscrambler var iabel pada daerah ini tidak mempengaruhi
mengidentifikasinya sebagai pencilan. hasil pengelompokan.
a b

c d

e f

g h

Keterangan:
1-5 : meniran Bantar Kambing
6-10 : meniran Darmaga
11-15 : meniran Cisarua
i

Gambar 7 Score plot dua PC pertama dari spektrum IR serbuk kering meniran: a. utuh tanpa
prap emrosesan dengan pencilan, b. utuh tanpa prapemrosesan, c. segmen I tanpa
prapemrosesan, d. segmen II tanpa prapemrosesan, e. gabungan segmen I dan II tanpa
prapemrosesan, f. utuh dengan prapemrosesan, g. segmen I dengan prapemrosesan, h.
segmen II dengan prapemrosesan, i. gabungan segmen I dan II dengan prapemrosesan.
Pembentukan Model Prediksi Walaupun demikian, model 2 tidak dipilih
Kadar Flavonoid Meniran dengan PLS sebagai model prediksi terbaik karena model
ini berasal dari data absorbans pada kisaran
Metode PLS digunakan untuk bilangan gelombang 3730–2812 cm -1 yang
menghubungkan spektrum IR serbuk kering meliputi daerah serapan gugus OH sehingga
meniran terhadap konsentrasi flavonoid total dikhawatirkan model prediksi akan lebih
yang diperoleh dari pengukuran dengan dipengaruhi oleh kadar air sampel.
metode Depkes. Model kalibrasi dibentuk dari Model 5 dan 8 memiliki kemampuan
nilai absorbansi sebagai variabel x (prediktor) prediksi yang hampir sama, hal ini dapat
dan nilai konsentrasi flavonoid total sebagai dilihat dari parameter-parameter prediksi
variabel y (respons). seperti korelasi, RMSEP, RMSEC, SEC, SEP,
Kemampuan prediksi model dapat dilihat dan bias yang bernilai tak jauh berbeda antara
dari beberapa parameter terutama nilai kedua model. Kedua model ini memiliki
korelasi dan root mean square error kemampuan prediksi yang terbaik di antara
prediction (RMSEP) model tersebut. Model model -model lain. Model 5 memiliki nilai
prediksi yang baik memiliki nilai korelasi korelasi validasi dan kalibrasi sebesar
antara nilai y prediksi dan nilai y referensi 0.894222 dan 0.833434. Nilai ini tidak jauh
yang tinggi dan RMSEP yang rendah (Naes et berbeda dengan model 8, yaitu sebesar
al. 2002). Selain korelasi dan RMSEP, nilai 0.894449 dan 0.833810. Kedua model juga
error standar model juga harus diperhatikan. memiliki perbedaan nilai korelasi validasi dan
Error validasi (prediksi) yang jauh lebih besar kalibrasi yang paling kecil dibandingkan
daripada error kalibrasi menandakan dengan kedelapan model lainnya. Nilai SEC
terjadinya overfitting pada model. Model dan SEP juga tidak jauh berbeda, yaitu
tersebut melibatkan terlalu banyak komponen 0.88985 dan 0.110042 untuk model 5 dan
sehingga variansi yang dimilikinya akan 0.88895 dan 0.109928 untuk model 8. Selain
menjadi terlalu besar. Hal ini menurunkan itu, kedua model ini juga memiliki nilai
kemampuan prediksi model. Oleh karena itu, RMSEP terendah, yaitu 0.106108 dan
dalam memilih model terbaik, kedekatan nilai 0.105997.
korelasi dan error antara validasi dan kalibrasi Secara keseluruhan, model 8 memiliki
juga perlu diperhatikan (Baranska et al. 2004). kemampuan prediksi yang sedikit lebih baik
Hasil statistik kedelapan model yang dibandingkan dengan model 5. Hal ini
diperoleh dengan metode PLS ditunjukkan disebabkan oleh adanya pemotongan variabel
pada Tabel 4. Korelasi validasi terbesar prediktor (x) pada model 8. Model 5 berasal
dimiliki oleh model 2, yaitu sebesar 0.882018. dari data spektrum IR utuh, sedangkan model
Model ini juga memiliki nilai RMSEP 8 berasal dari data spektrum IR gabungan
terendah, yaitu 0.091137. Nilai error standar segmen I dan II. Hal ini menunjukkan bahwa
model ini sebesar 0.053148 untuk SEC pemotongan variabel prediktor yang tidak
(standard error of calibration ) dan 0.093832 memberikan informasi berarti dapat
untuk SEP (standard error of prediction). meningkatkan kemampuan prediksi model.

Tabel 4 Hasil statistik model prediksi kadar flavonoid total meniran dengan metode PLS
Model Korelasi RMSEC RMSEP SEC SEP Bias Faktor

Kalibrasi 0.944982 0.062665 0.065030 2.554e-08


1 5
Validasi 0.812025 0.115934 0.120091 -0.007002
Kalibrasi 0.963600 0.051214 0.053148 2.554e-08
2 2
Validasi 0.882018 0.091137 0.093832 -0.011425
3 Kalibrasi 0.876252 0.092305 0.095790 8.515e-09
5
Validasi 0.787920 0.120084 0.124316 0.008340
Kalibrasi 0.943271 0.063604 0.066005 8.515e-09
4 5
Validasi 0.801752 0.118613 0.122334 -0.013126
Kalibrasi 0.894222 0.085748 0.088985 1.703e-08
5 1
Validasi 0.833434 0.106108 0.110042 -0.003811
Kalibrasi 0.890030 0.087334 0.090631 8.515e-09
6 1
Validasi 0.813360 0.112279 0.116493 -0.002328
7 Kalibrasi 0.867390 0.095327 0.098926 8.515e-09 2
Validasi 0.795477 0.116729 0.121020 -0.005091
8 Kalibrasi 0.894449 0.085661 0.088895 8.515e-09 1
Validasi 0.833810 0.105997 0.109928 -0.003801
Gambar 8 menunjukkan scatter plot antara digunakan sebagai metode cepat penentuan
kadar flavonoid total meniran yang diprediksi flavonoid total meniran dari ketiga daerah uji.
oleh model 8 dengan kadar flavonoid total Saran
sebenarnya yang diperoleh dari metode
referensi. Plot ini dapat memperlihatkan Jumlah ulangan pengukuran perlu
seberapa baik model regresi yang dihasilkan. diperbesar agar lebih sebanding dengan
Model yang baik memiliki nilai korelasi yang banyaknya variabel pengukuran. Pembuatan
tinggi dan menghasilkan titik-titik yang model prediksi dapat pula menggunakan
berdekatan sepanjang garis lurus dengan nilai metode ANN dan dibandingkan hasilnya
slope mendekati 1 (sudut 45°). Kedekatan dengan model dari metode PLS. Setelah
nilai kalibrasi dan validasi juga menunjukkan model prediksi terbentuk sebaiknya
kebaikan dari model prediksi yang dibentuk. dilanjutkan dengan tahapan validasi.
Scatter plot dari kedelapan model dapat Pembuatan model prediksi juga dapat
dilihat pada Lampiran 15 dan 16. dilakukan dengan menggunakan nilai respons
kadar flavonoid yang dihasilkan dari metode
KCKT atau metode lain yang diakui secara
internasional.

DAFTAR PUSTAKA
Achyad DE, Rasyidah R. 2000. Meniran
(Phyllantus Urinaria Linn.). [terhubung
berkala]. http://www.asiamaya.com/jamu/
isi/meniran_phyllanthusurinaria.htm [22
April 2005].
Keterangan: kalibrasi
validasi
Amiæ D, Dušanka DA, Bešlo D, Trinasjtiæ.
Gambar 8 Scatter plot dua dime nsi antara 2003. Structure-radical scavenging activity
kadar flavonoid prediksi dan kadar relationships of flavonoids. Croatia Chem
flavonoid sebenarnya dari model Acta 76:55-61.
8.
Baranska M et al. 2005. Quality control of
Harpagophytum procumbens and its
SIMPULAN DAN SARAN related phytopharmaceutical products by
means of NIR-FT-Raman spectroscopy.
Biopolymers 77:1–8.
Simpulan
Brereton RG. 2000. Introduction to
Sampel meniran dari daerah uji Bantar
multivariate calibration in analytical
Kambing, Darmaga, dan Cisarua memiliki
chemistry. Analyst 125:2125 –2154.
kadar flavonoid total yang berbeda. Teknik
PCA mampu menunjukkan pengelompokan
Campos AH, Schor N. 1999. Phyllantus niruri
spektrum IR dari ketiga jenis sampel meniran
inhibits calcium oxalate endocytosis by
ini. Pengelompokan terbaik dihasilkan dari set
renal tubular cells: its role in urolithiasis
data ke-5 dan ke-8, yaitu data dengan
Nephron 81:393–397.
prapemrosesan spektrum IR utuh dan
spektrum IR gabungan segmen I dan II.
Chairul. 1999. Tempuyung untuk
Model prediksi kadar flavonoid meniran dapat
mengh adang asam urat. [terhubung
dibentuk dengan teknik PLS. Kemampuan
berkala]. http://www.indomedia.com/
prediksi terbaik dimiliki oleh model 8 (r
intisari/1999/juni/tempuyung.htm [22
kalibrasi = 0.894449, r validasi = 0.833810,
April 2005].
RMSEC = 0.085661, RMSEP = 0.105997,
SEC = 0.88895, SEP = 0.109928, bias
kal ibrasi = 8.515e-09, dan bias validasi = Chang CC, Yang MH, Wen HM, Chern JC.
2002. Estimation of total flavonoid content
-0.003801). Teknik spektroskopi IR yang
digabungkan dengan kemometrik mampu in propolis by two complementary
colorimetric methods. J Food Drug Anal
10:178–182.
Merken HM , Beecher GR. 2000. Liquid
Chew OS, Hamdan MR, Ismail Z, Ahmad chromatographic method for the
MN. 2004. Assessment of herbal separation and quantification of prominent
medicines by chemometrics – assisted flavonoid aglycones. J Chromatogr A
interpretation of FTIR spectra. J Anal 897:177–184.
Chim Acta, in press .
Miller AL. 1996. Antioxidant flavonoids:
Christian GD. 1986. Analytical Chemistry. Ed structure, function, and clinical usage. Alt
ke-4. New York: J Wiley. Med Rev 1:103-111.

[Depkes RI] Departemen Kesehatan Republik Miller JC, Miller JN. 2000. Statistic and
Indonesia. Direktorat Pengawasan Obat Chemometrics for Analytical Chemistry.
Tradisional. 2000. Parameter Standar Ed ke-4. Harlow: Pearson Education.
Umum Ekstrak Tumbuhan Obat . Jakarta:
Depkes RI. Naes T, Isaksson T, Fearn T, Davies T. 2002.
A User -Friendly Guide to Multivariate
Dieterle F. 2003. Multianalyte quantificat ions Calibration and Classification.
by means of integration of artificial neural Chichester: NIR Publications.
networks, genetic algorithms and
chemometrics for time-resolved analytical Naik AD, Juvekar AR. 2003. Effect of
data. http://www.frank-dieterle.de/phd/ 6_ alkaloidal extract of Phyllantus niruri on
1.html. [28 April2005]. HIV replication. Indian J Med Sci 57:387–
393.
Estierte M et al. 1999. Free-air CO2
enrichment of wheat: leaf flavonoid Nur MA, Adijuwana H. 1989. Teknik
concentration throughout the growth cycle. Spektroskopi dalam Analisis Biologi.
Physiologia Plantarium 105:423–433. Bogor: PAU Ilmu Hayat, IPB.

George B, McIntyre P. 1987. Infrared Rajeshkumar NV et al. 2002. Antitumour and


Spectroscopy. London: J Wiley. anticarcinogenic activity of Phyllantus
amarus extract. J Ethnopharmacol 81:17–
Harborne JB. 1987. Metode Fitok imia. 22.
Padmawinata K dan Soediro I,
penerjemah. Bandung: Penerbit ITB. Robinson T. 1995. Kandungan Organik
Terjemahan dari: Phytochemical Methods . Tumbuha n Tinggi . Ed ke-6. Padmawinata
K, penerjemah. Bandung: Penerbit ITB.
Herve A. 2003. Partial least square Terjemahan dari: The Organic Constituent
(regression). http://www.utdallas.edu/ of Higher Plants.
~herve /Abdi-PLS-pretty.pdf. [28 April
2005]. Santos AR et al. 1994. Analgesic effects of
callus culture extract s from selected
Jajang. 2004. Penerapan analisis artificial species of Phyllantus in mice. J Pharm
neural networks (ANN) dalam Pharm acol 49:755–759.
pengelompokan ekstrak daun jati belanda
(Guazuma ulmifolia Lamk.) [tesis]. Bogor: Schulz H, Drews HH, Quilitszsh R, Kruger H.
Program Pascasarjana, Institut Pertanian 1998. Application of near infrared
Bogor. spectroscopy for the quantification of
quality parameters in selected vegetables
Lohninger H. 2004. Multivariate calibration. and essential oil plants. J Near Infrared
[terhubung berkala]. http://www.vias.org/ Spectrosc 6:A125–A130.
tmdatanaleng /cc_multivarcal. html [28
Maret 2005]. Schulz H, Drews HH, Kruger H. 1999. Rapid
NIRS determination of quality parameters
Marchart E, Krenn L, Kopp B. 2003. in leaves and isolated essential oils of
Quantification of the flavonoid glycosides Mentha species. J Essent Oil Res 11:185–
in Passiflora incarnata by capillary 190.
electrophoresis. Planta Med 69:452–456.
Shao X, Zhuang Y. 2004. Determination of bin/plant_profile.cgi?symbol=PHDE4 [15
chlorogenic acid in plant samples by using Mei 2005].
near-infrared spectrum with wavelet
transform preprocessing. Anal Sci 20:451– Vazquez PP, Galera M , Frenich AG, Vidal
454. JM. 2000. Comparison of calibration
methods with and without feature selection
Skoog DA, Holler FJ, Nieman TA. 1998. for the analysis of HPLC data. Anal Sci
Principles of Instrumental Analysis. Ed 16:49 –55.
ke-5. Philadelphia: Harcourt Brace.
Zou HB et al. 2005. Progress in quality
Soedibyo M. 1998. Alam Sumber Kesehatan, control of herbal medicine with IR
Manfaat, dan Kegunaan. Jakarta: Balai fingerprint spectra. Anal Lett 38:1457–
Pustaka. 1475.

Srividya N, Periwal S. 1995. Diuretic,


hypotensive, and hypoglycaemic effect of
Phyllantus amarus. Indian J Exp Biol
33:861–864.

Stchur P, Cleveland D, Zhou J, Michel RG.


2002. A review of recent applications of
near infrared spectroscopy, and the
characteristics of a novel PbS CCD array -
based near infrared spectrometer. Appl
Spect Rev 37:383–428.

Subarnas A, Sidik. 1993. Phyllantus niruri


Linn., kimia, farmakologi, dan
penggunaannya sebagai obat tradisional.
Warta Tumbuhan Obat Indonesia 2:13–15.

Summanen JA. 1999. A chemical and


ethnopharmalogical study on Phyllantus
emblica (Euphorbiaceae) [disertasi] .
Helsinki: Faculty of Science, University of
Helsinki.

Syamasundar KV, Singh B, Thakur RS,


Husain A, Kiso Y. 1985. Antihepatotoxic
principles of P. niruri herbs. J
Ethnopharmacol 14:41–44.

Taylor L. 2003. Technical data report for


chanca piedra “stone breaker” (Phyllantus
niruri). [terhubung berkala]. http://www.
rain-tree.com/chanca-techreport.pdf [14
Febuari 2006].

Tona L et al . 2001. In-vivo antimalarial


activity of Cassia occidentalis, Morinda
morindoides, and Phyllantus niruri. Ann
Trop Med Parasitol 95:45–57.

[USDA] United States Department of


Agriculture. 2005. Plant profile for
Phyllanthus debilis (niruri). [terhubung
berkala]. http://www.plants.usda.gov/cgi_
LAMPIRAN
14

Lampiran 1 Bagan alir percobaan

Sampel
meniran

Metode Referensi Pengukuran FTIR


(Depkes 2000)

Konsentrasi
Absorbans
flavonoid

Variabel y Variabel x
(respons ) (prediktor)

PLS PCA
15

Lampiran 2 Pengolahan data dalam analisis kemometrik dengan program Unscrambler

1. Buka program Unscrambler


2. Klik File, pilih New

Format: pilih Plain 2-D data table


Size: Variables : jumlah variabel y (15)
Samples : jumlah variabel x (sejumlah bilangan gelombang spektrum IR)

3. Copy data dari program Excel, paste pada Unscrambler


4. Klik Modify, pilih Transform, lalu Transpose
16

5. Klik Task, pilih PCA


6. Pada variable set klik Define, kemudian Add

7. Ketik nama, pilih data type: Spectra, masukkan nomor kolom variabel x pada bagian
interval, pilih All variables, lalu klik OK

8. Pada Validation method pilih Cross validation, klik Setup, pilih Full Cross
Validation, lalu klik OK
17

9. Pada tampilan PCA klik OK,tunggu hingga analisis selesai, lalu klik View

10. Klik file, pilih save result

11. Untuk mengidentifikasi pencilan, klik Mark one by one, kemudian klik Task, dan
pilih Recalculated without marked untuk melakukan analisis PCA
18

12. Hasil yang diperoleh kemudian disimpan


13. Pada analisis menggunakan PLS, tampilan dikembalikan ke dalam bentuk data awal.
Kemudian klik Task, pilih Regression.
14. Pada method dipilih PLS 1, masukkan set variabel x dan variabel y.
15. Pilih Cross Validation pada Validation Method, lalu klik OK

16. Tunggu program beker ja, hasil analisis lalu disimpan


19

17. Untuk menampilkan parameter -parameter statistik, klik kanan pada plot keempat,
lalu pilih View, Source, dan Calibration atau Validation

18. Hasil kemudian disimpan


20

Lampiran 3 Hasil pengukuran kadar flavonoid total meniran dengan metode Depkes RI

Hasil Pengukuran ke -1

• Perhitungan rendemen

Sampel Bobot sampel (g) Bobot ekstrak Rendemen Bobot ekstrak


(g) (%) untuk hidrolisis (g)
A3 10.0030 1.5653 15.65 0.0315
B5 10.0045 1.8377 18.37 0.0368
C2 10.0045 1.5803 15.80 0.0320

Contoh perhitungan:
bobot ekstrak
Rendemen = × 100%
bobot sampel
1.5653 g
= × 100%
10 . 0030 g
= 15.65%

• Pengukuran Spektrofotometri

Pembuatan kurva standar


Konsentrasi (ppm) %T A
0 100.0 0.0000 Persamaan garis:
3 73.6 0.1331
6 54.6 0.2628 y = 0.0022 + 0.0436x
12 29.6 0.5287 r = 99.99%
15 21.8 0.6615
24 9.0 1.0458

Pengukuran sampel
Sampel Ulangan Ulangan %T Absorbans Konsentrasi Rataan Konsentrasi
pengocokan pemipetan (ppm) (ppm) (% b/b)
1 71.4 0.1463 3.3050
1 2 71.2 0.1475 3.3326 3.3234 1.55
3 71.2 0.1475 3.3326
A3
1 71.4 0.1463 3.3050
2 2 71.0 0.1487 3.3601 3.3417 1.56
3 71.0 0.1487 3.3601
1 72.8 0.1379 3.1124
1 2 73.0 0.1367 3.0849 3.0849 1.44
3 73.2 0.1355 3.0573
B5
1 72.4 0.1403 3.1674
2 2 72.8 0.1379 3.1124 3.1399 1.47
3 72.6 0.1391 3.1399
1 78.6 0.1046 2.3486
1 2 78.6 0.1046 2.3486 2.3318 1.08
3 79.0 0.1024 2.2982
C2
1 78.4 0.1057 2.3739
2 2 78.8 0.1035 2.3234 2.3402 1.08
3 78.8 0.1035 2.3234
21

Contoh perhitungan:
1L 75 mL 100 mL rendemen
[flav](%b/ b) = Kadar(ppm) × × 25 mL × × × × 100%
1000 mL 10 mL 20 mL 100 × bobot ekstrak (mg)
mg 1L 75 mL 100 mL 15.65
= 3.3234 × × 25 mL × × × × 100%
L 1000 mL 10 mL 20 mL 100 × 0.0315 × 103 mg
= 1.55%

Hasil Pengukuran ke -2

• Perhitungan rendemen

Sampel Bobot sampel (g) Bobot ekstrak Rendemen Bobot ekstrak


(g) (%) untuk hidrolisis (g)
A5 10.0026 1.6705 16.70 0.0334
B1 10.0004 2.0944 20.94 0.0419
C3 10.0013 1.8512 18.51 0.0370

• Pengukuran Spektrofotometri

Pembuatan kurva standar


Konsentrasi (ppm) %T A
0 100.0 0.0000
Persamaan garis:
3 76.6 0.1158
6 58.4 0.2336 y = -0.0149 + 0.0422x
12 33.6 0.4737 r = 99.91%
15 25.0 0.6021
24 9.6 1.0177

Pengukuran sampel
Sampel Ulangan Ulangan %T Absorbans Konsentrasi Rataan Konsentrasi
pengocokan pemipetan (ppm) (ppm) (% b/b)
1 73.4 0.1343 3.5355
1 2 73.4 0.1343 3.5355 3.5260 1.65
3 73.6 0.1331 3.5071
A5
1 74.0 0.1308 3.4526
2 2 73.6 0.1331 3.5071 3.4984 1.64
3 73.4 0.1343 3.5355
1 75.6 0.1215 3.2322
1 2 76.2 0.1180 3.1493 3.1769 1.49
3 76.2 0.1180 3.1493
B1
1 76.6 0.1158 3.0972
2 2 77.0 0.1135 3.0426 3.0790 1.44
3 76.6 0.1158 3.0972
1 78.4 01057 2.8578
1 2 78.6 0.1046 2.8318 2.8491 1.34
3 78.4 0.1057 2.8578
C3
1 78.4 0.1057 2.8578
2 2 78.6 0.1046 2.8318 2.8318 1.33
3 78.8 0.1035 2.8057
22

Hasil Pengukuran ke -3

• Perhitungan rendemen

Sampel Bobot sampel (g) Bobot ekstrak Rendemen Bobot ekstrak


(g) (%) untuk hidrolisis (g)
A2 10.0047 1.4376 14.37 0.0286
B2 10.0048 1.7024 17.02 0.0338
C4 10.0043 1.5882 15.88 0.0324

• Pengukuran Spektrofotometri

Pembuatan kurva standar


Konsentrasi (ppm) %T A
0 100.0 0.0000
3 74.8 0.1261 Persamaan garis:
6 56.4 0.2487 y = 0.0001 + 0.0417x
12 31.6 0.5003 r = 99.99%
15 23.6 0.6271
24 10.0 1.0000

Pengukuran sampel
Sampel Ulangan Ulangan %T Absorbans Konsentrasi Rataan Konsentrasi
pengocokan pemipetan (ppm) (ppm) (% b/b)
1 74.8 0.1343 3.0216
1 2 75.0 0.1343 2.9928 3.0120 1.42
3 74.8 0.1331 3.0216
A2
1 75.2 0.1308 2.9664
2 2 74.4 0.1331 3.0767 3.0216 1.42
3 74.8 0.1343 3.0216
1 75.8 0.1215 2.8825
1 2 76.2 0.1180 2.8827 2.8826 1.36
3 75.8 0.1180 2.8825
B2
1 76.0 0.1158 2.8561
2 2 75.6 0.1135 2.9113 2.8929 1.36
3 75.6 0.1158 2.9113
1 78.4 01057 2.5324
1 2 78.8 0.1046 2.4796 2.5148 1.16
3 78.4 0.1057 2.5324
C4
1 78.8 0.1057 2.4796
2 2 78.4 0.1046 2.5324 2.5148 1.16
3 78.4 0.1035 2.5324
23

Hasil Pengukuran ke -4

• Perhitungan rendemen

Sampel Bobot sampel (g) Bobot ekstrak Rendemen Bobot ekstrak


(g) (%) untuk hidrolisis (g)
A1 10.0009 1.5888 15.89 0.0315
B3 10.0018 1.5937 15.93 0.0318
C5 10.0015 1.4781 14.78 0.0303

• Pengukuran Spektrofotometri

Pembuatan kurva standar


Konsentrasi (ppm) %T A
0 100.0 0.0000
3 76.4 0.1169 Persamaan garis:
6 59.0 0.2291 y = -0.0038 + 0.0392x
12 34.6 0.4609 r = 99.99%
15 26.4 0.5784
24 11.4 0.9431

Pengukuran sampel
Sampel Ulangan Ulangan %T Absorbans Konsentrasi Rataan Konsentrasi
pengocokan pemipetan (ppm) (ppm) (% b/b)
1 75.0 0.1249 3.2832
1 2 75.0 0.1249 3.2832 3.2738 1.55
3 75.2 0.1238 3.2551
A1
1 75.2 0.1238 3.2551
2 2 75.0 0.1249 3.2832 3.2645 1.54
3 75.2 0.1238 3.2551
1 77.0 0.1135 2.9923
1 2 77.2 0.1124 2.9643 2.9736 1.40
3 77.2 0.1124 2.9643
B3
1 77.4 0.1112 2.9337
2 2 77.2 0.1124 2.9643 2.9439 1.38
3 77.4 0.1112 2.9337
1 83.2 0.0799 2.1352
1 2 83.0 0.0809 2.1607 2.1437 0.98
3 83.2 0.0799 2.1352
C5
1 83.0 0.0809 2.1607
2 2 82.8 0.0820 2.1888 2.1701 0.99
3 83.0 0.0809 2.1607
24

Hasil Pengukuran ke -5

• Perhitungan rendemen

Sampel Bobot sampel (g) Bobot ekstrak Rendemen Bobot ekstrak


(g) (%) untuk hidrolisis (g)
A4 10.0024 1.4808 14.80 0.0305
B4 10.0008 1.7588 17.59 0.0362
C1 10.0006 1.5505 15.50 0.0319

• Pengukuran Spektrofotometri

Pembuatan kurva standar


Konsentrasi (ppm) %T A
0 100.0 0.0000
3 75.4 0.1226 Persamaan garis:
6 57.2 0.2426 y = -0.0003 + 0.0402x
12 33.2 0.4789 r = 99.99%
15 25.0 0.6020
24 10.8 0.9666

Pengukuran sampel
Sampel Ulangan Ulangan %T Absorbans Konsentrasi Rataan Konsentrasi
pengocokan pemipetan (ppm) (ppm) (% b/b)
1 72.0 0.1427 3.5423
1 2 72.0 0.1427 3.5423 3.5522 1.62
3 71.8 0.1439 3.5721
A4
1 71.8 0.1439 3.5721
2 2 71.6 0.1451 3.6020 3.5721 1.62
3 72.0 0.1427 3.5423
1 76.0 0.1192 2.9577
1 2 75.4 0.1226 3.0432 2.9859 1.36
3 76.0 0.1192 2.9577
B4
1 76.2 0.1180 2.9279
2 2 76.4 0.1169 2.9005 2.9188 1.33
3 76.2 0.1180 2.9279
1 78.6 0.1046 2.5945
1 2 79.0 0.1024 2.5398 2.5672 1.17
3 78.8 0.1035 2.5672
C1
1 79.0 0.1024 2.5398
2 2 79.0 0.1024 2.5398 2.5398 1.16
3 79.0 0.1024 2.5398
25

Lampiran 4 Uji-F kadar flavonoid total meniran

§ Daerah Bantar Kambing dan Darmaga


Bantar Kambing Darmaga
Rerata 1.556 1.402
Ragam 0.00748 0.00312
Jumlah pengamatan 5 5
Derajat bebas 4 4
F 2.397435897
F 4,4 (P = 0.05) 9.605
F hitung < F tabel variansi kedua hasil pengukuran tidak berbeda nyata

§ Daerah Cisarua dan Bantar Kambing


Cisarua Bantar Kambing
Rerata 1.144 1.556
Ragam 0.01748 0.00748
Jumlah pengamatan 5 5
Derajat bebas 4 4
F 2.336898396
F 4,4 (P = 0.05) 9.605
F hitung < F tabel variansi kedua hasil pengukuran tidak berbeda nyata

§ Daerah Cisarua dan Darmaga


Cisarua Darmaga
Rerata 1.144 1.402
Ragam 0.01748 0.00312
Jumlah pengamatan 5 5
Derajat bebas 4 4
F 5.602564103
F 4,4 (P = 0.05) 9.605
F hitung < F tabel variansi kedua hasil pengukuran tidak berbeda nyata
26

Lampiran 5 Uji-t kadar flavonoid total meniran

§ Daerah Bantar Kambing dan Darmaga


Bantar Kambing Darmaga
Rerata 1.556 1.402
Ragam 0.00748 0.00312
Jumlah pengamatan 5 5
Pooled Variance 0.0053
Hipotesis perbedaan rerata 0
Derajat bebas 8
t Stat 3.344666269
t4 (P = 0.05) 2.306004133
thitung > ttabel Kadar flavonoid meniran dari kedua daerah berbeda nyata

§ Daerah Bantar Kambing dan Cisarua


Bantar Kambing Cisarua
Rerata 1.556 1.144
Ragam 0.00748 0.01748
Jumlah pengamatan 5 5
Pooled Variance 0.01248
Hipotesis perbedaan rerata 0
Derajat bebas 8
t Stat 5.831226726
t4 (P = 0.05) 2.306004133
thitung > ttabel Kadar flavonoid meniran dari kedua daerah berbeda nyata

§ Daerah Darmaga dan Cisarua


Darmaga Cisarua
Rerata 1.402 1.144
Ragam 0.00312 0.01748
Jumlah pengamatan 5 5
Pooled Variance 0.0103
Hipotesis perbedaan rerata 0
Derajat bebas 8
t Stat 4.019491346
t4 (P = 0.05) 2.306004133
thitung > ttabel Kadar flavonoid meniran dari kedua daerah berbeda nyata
27

Lampiran 6 Hasil pengukuran kadar air

Bobot Bobot cawan + sampel (g) Kadar air Rerata


Sampel Ulangan
sampel (g) awal akhir (%) (%)
1 3.0037 6.8501 6.6128 7.90
A 2 3.0083 6.7963 6.5559 7.99 7.99
3 3.0002 6.7962 6.5538 8.08
1 3.0003 6.6885 6.4970 6.38
B 2 3.0019 6.7117 6.5182 6.44 6.49
3 3.0021 6.7884 6.5886 6.66
1 3.0042 6.8480 6.6440 6.79
C 2 3.0025 6.7870 6.5848 6.73 6.82
3 3.0027 6.7927 6.5844 6.94

Contoh perhitungan:

(bobot cawan + bobot sampel)awal - (bobot cawan+ bobot sampel)akhir


Kadar air = ×100%
bobot sampel
6.8501g - 6.6128 g
= ×100%
3.0037 g
= 7.90%
28

Lampiran 7 Spektrum IR utuh dari sampel serbuk kering meniran tanpa prepemrosesan
spektrum

: meniran Bantar Kambing


: meniran Darmaga
: meniran Cisarua

Lampiran 8 Spektrum IR segmen I dari sampel serbuk kering meniran tanpa


prepemrosesan spektrum

: meniran Bantar Kambing


: meniran Darmaga
: meniran Cisarua
29

Lampiran 9 Spektrum IR segmen II dari sampel serbuk kering meniran tanpa


prepemrosesan spektrum

: meniran Bantar Kambing


: meniran Darmaga
: meniran Cisarua

Lampiran 10 Spektrum IR gabungan segmen I dan II dari sampel serbuk kering meniran
tanpa prepemrosesan spektrum

: meniran Bantar Kambing


: meniran Darmaga
: meniran Cisarua
30

Lampiran 11 Spektrum IR utuh dari sampel serbuk kering meniran dengan


prepemrosesan

: meniran Bantar Kambing


: meniran Darmaga
: meniran Cisarua

Lampiran 12 Spektrum IR segmen I dari sampel serbuk kering meniran dengan


prepemrosesan

: meniran Bantar Kambing


: meniran Darmaga
: meniran Cisarua
31

Lampiran 13 Spektrum IR segmen II dari sampel serbuk kering meniran dengan


prepemrosesan

: meniran Bantar Kambing


: meniran Darmaga
: meniran Cisarua

Lampiran 14 Spektrum IR gabungan segmen I dan II dari sampel serbuk kering meniran
dengan prepemrosesan

: meniran Bantar Kambing


: meniran Darmaga
: meniran Cisarua
32

Lampiran 15 Scatter plot dari spektrum IR tanpa prapemrosesan: a. spektrum utuh, b. segmen I, c. segmen II, d. gabungan segmen I dan II

a b

c d

Keterangan: kalibrasi validasi

32
33

Lampiran 16 Scatter plot dari spektrum IR dengan prapemrosesan: a. spektrum utuh, b.segmen I, c. segmen II, d. gabungan segmen I dan II

a b

c d

Keterangan: kalibrasi validasi

32

Anda mungkin juga menyukai