BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan reproduksi sangat berpengaruh terhadap kelangsungan dan
keutuhan dalam membina rumah tangga. Reproduksi merupakan salah satu
hukum alam yang terjadi untuk seluruh makhluk hidup termasuk manusia.
Pengetahuan kesehatan reproduksi bukan saja penting dimiliki oleh bidan
atau spesialis tetapi penting pula dimiliki khususnya oleh para istri-istri atau
wanita sebagai ibu atau calon ibu dari anak-anaknya demi kesehatan, dan
kesejahteraan mereka. Di tengah kemajuan teknologi dan perubahan sosial,
pola pendidikan orangtua kepada remaja tidak berubah. Informasi tentang
kesehatan reproduksi dan seksualitas masih tabu untuk dibicarakan, akibatnya
remaja justru mendapat informasi yang salah yang menjerumuskan mereka.
Pada masa remaja mereka mengalami yang namanya pubertas (Irianto,
2015;1).
Pubertas merupakan masa peralihan antara masa kanak-kanak ke masa
dewasa. Antara kedua masa ini tidak ada batasan yang terlihat, hanya saja
pada masa pubertas diawali dengan berfungsinya ovarium dan berakhirnya
pada saat ovarium berfungsi dengan mantap dan teratur (Irianto, 2015;247).
Pubertas pada remaja putri umumnya terjadi pada usia 9-16 tahun, tergantung
berbagai faktor, yaitu kesehatan perempuan, status nutrisi dan berat tubuh
terhadap tinggi. Walaupun begitu pada kenyataannya banyak perempuan yang
mengeluhkan sakit atau ketidaknyamanan ketika mengalami menstruasi.
Gejala tersebut antara lain adalah ketidakstabilan emosi, sakit kepala, tidak
bergairah, nafsu makan menurun, rasa tertekan pada daerah kemaluan dan
dismenore(Benson, 2009;76).
Pubertas merupakan masa awal pematangan seksual, yaitu suatu
periode dimana seorang anak mengalami perubahan fisik, hormonal, dan
seksual serta mampu mengadakan proses reproduksi. Pada awal pubertas,
kadar hormon LH (luteinzing hormone) dan FSH (follicle-stimulating
1
2
B. Rumusan Masalah
Bagaimanakah penerapan teknik relaksasi nafas dalam terhadap intensitas
nyeri dismenore pada remaja putri di Puskesmas Karang Tengah Cianjur ?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengaplikasikan asuhan keperawatan dengan penerapan teknik
relaksasi nafas dalam terhadap intensitas nyeri dismenore pada remaja
putri di Puskesmas Karang Tengah Cianjur
7
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian keperawatan pada klien remaja putri yang
mengalami dismenore di Puskesmas Karang Tengah Cianjur
b. Menetapkan diagnosis keperawatan pada klien remaja putri yang
mengalami dismenore di PuskesmasKarang Tengah Cianjur
c. Menyusun perencanaan keperawatan pada klien remaja putri yang
mengalami dismenore di PuskesmasKarang Tengah Cianjur
d. Melaksanakan tindakan keperawatan pada klien remaja putri yang
mengalami dismenore di PuskesmasKarang Tengah Cianjur
e. Melakukan evaluasi keperawatan pada klien remaja putri yang
mengalami dismenore di PuskesmasKarang Tengah Cianjur
f. Menganalisis aplikasi tindakan penerapan teknik relaksasi nafas dalam
terhadap intensitas nyeri dismenore pada remaja putri di Puskesmas
Karang Tengah Cianjur.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi institusi
Sebagai bahan masukan dalam upaya peningkatan mutu kesehatan di
Pelayanan Kesehatan Khususnya peningkatan Kesehatan di Puskesmas
Karang Tengah Cianjur
2. Manfaat Profesi Keperawatan
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu intervensi
keperwatan yang dapat digunakan untuk meningkatkan kesehatan
reproduksi wanita khususnya remaja wanita dan dapat digunakan sebagai
referensi penelitian selanjutnya yang terkait dengan penerapan teknik
relaksasi nafas dalam terhadap intensitas nyeri dismenore pada remaja
putri
.
8
3. Bagi Klien
Hasil penelitian ini dapat memberikan pengetahuan tambahan pada
remaja putri tentang penerapan teknik relaksasi nafas sebagai salah satu
tindakan yang paling cepat untuk membantu mengurangi nyeri pada saat
terjadi dismenore.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dismenore
1. Pengertian Dismenore
Dismenore adalah nyeri saat haid disertai rasa kram dan berpusat
pada abdomen bagian bawah. Dismenore yang dapat dirasakan di perut
bawah atau di pinggang dapat bersifat seperti mules-mules atau ngilu
bahkan seperti ditusuk-tusuk. Rasa nyeri itu dapat timbul menjelang haid,
sewaktu dan setelah haid selama satu atau dua hari bahkan lebih lama
(Anwar, Baziad, Prabowo, 2014; 114-182).
Mansjoer et al (2008:372) menyatakan bahwa dismenore adalah
nyeri haid selama haid atau menjelang haid sampai membuat seorang
wanita yang mengalami tidak dapat bekerja dan harus tidur. Nyeri haid
ini sering bersamaan dengan rasa mual, sakit kepala, perasaan ingin
pingsan, serta diikuti dengan perasaan mudah marah.
Dismenore merupakan rasa nyeri saat menstruasi yang mengganggu
kehidupan sehari-hari wanita dan mendorong wanita untuk melakukan
pemeriksaan atau konsultasi dokter, puskesmas, atau mendatangi bidan.
Dismenore memiliki gejala klinis seperti nyeri abdomen menjalar ke
daerah pinggang dan paha disertai mual dan muntah, sakit kepala, diare
dan mudah tersinggung (Manuaba, 2010;547).
Dismenore yaitu nyeri menstruasi yang dikarakteristikan sebagai
nyeri singkat sebelum awitan atau selama menstruasi. Nyeri ini
berlangsung selama satu sampai beberapa hari selama menstruasi
(Reeder, 2014;264).
Varney (2008: 341) menyatakan bahwa dismenore adalah menstruasi
yang sangat menyakitkan terutama terjadi pada perut bagian bawah dan
punggung, biasanya terasa seperti kram.
9
10
2. Klasifikasi Dismenore
Anwar, Baziad, Prabowo (2014:182) menyatakan bahwa dismenore
dapat di kelompokan menjadi dua kelompok yaitu:
a. Dismenore Primer
Dismenore primer adalah nyeri haid yang tidak ditemukan
kondisi patologi pada panggul. Dismenore primer berhubungan
dengan siklus ovulasi dan disebabkan oleh kontraksi miometrium
sehingga terjadi iskemia akibat adanya prostaglandin yang diproduksi
oleh endometrium pada fase sekresi. Prostaglandin F2αmerupakan
molekul yang berperan pada dismenore, molekul ini yang selalu
menstimulasi kontraksi uterus. Sedangkan prostaglandin E
menghambat kontraksi uterus. Pada saat perubahan dari fase
proliferasi ke fase sekresi terdapat peningkatan kadar prostaglandin.
Wanita yang mengalami dismenore primer memiliki kadar
prostaglandin lebih tinggi di bandingan wanita tanpa dismenore. Saat
haid, pada 48 jam pertama terjadi peningkatan prostagalndin tertinggi.
Hal tersebut bersamaan dengan awal muncul dan besarnya intensitas
keluhan nyeri haid yang disertai dengan mual, muntah, nyeri kepala,
atau diare diperkirakan karena masuknya prostaglandin ke sirkulasi
sistemik (Anwar,Baziad, Prabowo,2014;182). Prostaglandin mirip
komponen hormon yang bertindak sebagai mediator berbagai respon
fisiologis sepertiperadangan, kontraksi otot, pelebaran pembuluh
darah, dan agregasi platelet ( Cunninghamet al, 2014 dalam Runjati et
al, 2017;199).
Kadar vasopresin sirkulasi mengalami peningkatan selama
menstruasi pada wanita yang mengalami disminore primer. Apabila
disertai dengan peningkatan kadar oksitosin maka kadar vasopresin
yang lebih tinggi menyebabkan ketidakaturan kontraksi uterus yang
menimbulkan hipoksia dan iskemia uterus. Wanita yang mengalami
dismenore primer tanpa disertai peningkatan prostaglandin akan
terjadi peningkatan aktivitas alur 5-lipoksigenase. Kondisi ini
11
3. Derajat Dismenore
Manuaba (2010:518) menyatakan bahwa secara klinis dismenore
dibagi menjadi 3 yaitu :
a. Disminore Ringan
Dismenore yang berlangsung beberapa saat dan klien masih
dapat melaksanakan aktivitas sehari-hari.
b. Dismenore Sedang
Dismenore ini membuat klien memerlukan obat penghilang rasa
nyeri dan kondisi penderita masih dapat beraktivitas.
c. Dismenore Berat
Dismenore berat membuat klien memerlukan istirahat beberapa
hari dan dapat disertai sakit kepala, migrain, pingsan, diare, rasa
tertekan, mual, dan sakit perut.
4. Etiologi dismenore
Diduga faktor psikis sangat berperan terhadap timbulnya nyeri.
Dismenore primer umumnya dijumpai pada wanita dengan siklus
berovulasi. Etiologi dismenorea primer meliputi beberapa faktor resiko,
12
seperti menarche usia dini (<12 tahun), nullipara, aliran menstruasi yang
berat, merokok, riwayat keluarga dismenorea, obesitas.
Penyebab tersering dismenore sekunder adalah endometriosis dan
infeksi kronik genitalia intens. Dismenore sekunder lebih jarang
ditemukan dan terjadi pada 25% wanita yang mengalami dismenore.
Penyebab dari dismenore sekunder adalah: endometriosis, fibroid,
adenomiosis, peradangan tuba falopii, perlengketan abnormal antara
organ didalam perut, dan pemakaian IUD, faktor psikologis yaitu stres.
Bagan 2.1
Pathway Dismenore
14
(FKUI, 2001).
15
B. Konsep Nyeri
1. Definisi Nyeri
Nyeri merupakan pengalaman sensori dan emosional yang tidak
menyenangkan sebagai akibat dari kerusakan jaringan yang aktual dan
potensial, yang menyakitkan tubuh serta diungkapkan oleh individu yang
mengalaminya. Ketika suatu jaringan mengalami cedera, atau kerusakan
mengakibatkan dilepasnya bahan – bahan yang dapat menstimulus reseptor
nyeri seperti serotonin, histamin, ion kalium, bradikinin, prostaglandin,
dan substansi P yang akan mengakibatkan respon nyeri (Kozier dkk,
2009).
20
d. Jenis Kelamin
Karakteristik jenis kelamin dan hubungannya dengan sifat
keterpaparan dan tingkat kerentanan memegang peranan tersendiri.
Berbagai penyakit tertentu ternyata erat hubungannya dengan jenis
kelatnin, dengan berbagai sifat tertentu. Penyakit yang hanya dijumpai
pada jenis kelamin tertentu, terutama yang berhubungan erat dengan
alat reproduksi atau yang secara genetik berperan dalam Di beberapa
kebudayaan menyebutkan bahwa anak laki-laki harus berani dan tidak
boleh menangis, sedangkan seorang anak perempuan boleh menangis
dalam situasi yang sama. Toleransi nyeri dipengaruhi oleh faktor-faktor
biokimia dan merupakan hal yang unik pada setiap individu tanpa
memperhatikan jenis kelamin. Meskipun penelitian tidak menemukan
perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam mengekspresikan
nyerinya, pengobatan ditemukan lebih sedikit pada perempuan.
Perempuan lebih suka mengkomunikasikan rasa sakitnya, sedangkan
laki-laki menerima analgesik opioid lebih sering sebagai pengobatan
untuk nyeri (Potter & Perry, 2005).
e. Sosial Budaya
Mengenali nilai-nilai kebudayaan yang dimiliki seseorang dan
memahami mengapa nilai-nilai ini berbeda dari nilai-nilai kebudayaan
lainnya dapat membantu untuk menghindari mengevaluasi perilaku
pasien berdasarkan pada harapan dan nilai budaya seseorang. Perawat
yang mengetahui perbedaan budaya akan mempunyai pemahaman yang
lebih besar tentang nyeri pasien dan akan lebih akurat dalam rnengkaji
nyeri dan reaksi perilaku terhadap nyeri juga efektif dalarn
menghilangkan nyeri pasien (Potter & Perry, 2005).
f. Nilai agama
Pada beberapa agama, individu menganggap nyeri dan
penderitaan sebgai cara untuk membersihkan dosa. Pemahaman ini
membantu individu mengahdapi nyeri dan menjadikan sebgai sumber
kekuatan. Pasien dengan kepercayaan itu mungkin menolak analgetik
23
3. Klasifikasi Nyeri
Klasifikasi nyeri secara umum dibagi menjadi dua yaitu nyeri akut
dan nyeri kronis. Klasifikasi ini berdasarkan pada waktu atau durasi
terjadinya nyeri.
a. Nyeri akut
Nyeri akut adalah nyeri yang terjadi dalam kurun waktu yang
singkat, biasanya kurang dari 6 bulan. Nyeri akut yang tidak diatasi
secara adekuat mempunyai efek yang membahayakan diluar
ketidaknyamanan yang disebabkannya karena dapat mempengaruhi
sistem pulmonary, kardiovaskuler, gastrointestinal, emdokrin dan
immunologik (Potter & Perry,
b. Nyeri kronik
Nyeri kronik adalah nyeri yang berlangsung selama lebih dari 6
bulan. Nyeri kronik berlangsung di luar waktu penyembuhan yang
diperkirakan, karena biasanya nyeri ini tidak memberikan respon
terhadap pengobatan yang diarahkan pada penyebabnya. Jadi nyeri ini
biasanya dikaitkan dengan kerusakan jaringan (Guyton & Hall, 2008).
Nyeri kronik mengakibatkan supresi pada fungsi sistem imun yang
24
4. Fisiologi Nyeri
Saat terjadinya stimulus yang menimbulkan kerusakan jaringan
hingga pengalaman emosional dan psikologis yang menyebabkan nyeri,
terdapat rangkaian peristiwa elektrik dan kimiawi yang kompleks, yaitu
transduksi, transrmisi, modulasi dan persepsi. Transduksi adalah proses
dimana stimulus noksius diubah menjadi aktivitas elektrik pada ujung
saraf sensorik (reseptor) terkait. Proses berikutnya, yaitu transmisi, dalam
proses ini terlibat tiga komponen saraf yaitu saraf sensorik perifer yang
meneruskan impuls ke medulla spinalis, kemudian jaringan saraf yang
meneruskan impuls yang menuju ke atas (ascendens), dari medulla spinalis
ke batang otak dan thalamus. Yang terakhir hubungan timbal balik antara
thalamus dan cortex. Proses ketiga adalah modulasi yaitu aktivitas saraf
yang yang bertujuan mengontrol transmisi nyeri. Suatu senyawa tertentu
telah diternukan di sistem saraf pusat yang secara selektif menghambat
transmisi nyeri di medulla spinalis. Senyawa ini diaktifkan jika terjadi
relaksasi atau obat analgetika seperti morfin (Dewanto, 2003).
Proses terakhir adalah persepsi, proses impuls nyeri yang
ditransmisikan hingga menimbulkan perasaan subyektif dari nyeri sama
sekali belum jelas. Bahkan struktur otak yang menimbulkan persepsi
tersebut juga tidak jelas. Sangat disayangkan karena nyeri secara mendasar
merupakan pengalaman subyektif yang dialami seseorang sehingga sangat
sulit untuk memahaminya (Dewanto, 2003). Nyeri diawali sebagai pesan
yang diterima oleh saraf-saraf perifer. Zat kimia (substansi P, bradikinin,
prostaglandin) dilepaskan, kemudian menstimulasi saraf perifer,
membantu mengantarkan pesan nyeri dari daerah yang terluka ke otak.
Sinyal nyeri dari daerah yang terluka berjalan sebagai impuls elektrokimia
di sepanjang nervus ke bagian dorsal spinal cord (daerah pada spinal yang
menerima sinyal dari seluruh tubuh). Pesan kemudian dihantarkan ke
25
Keterangan :
ekspresi wajah 1 : tidak merasa nyeri sama sekali\
27
Keterangan :
0 : tidak ada rasa nyeri / normal
1 : nyeri hampir tidak terasa (sangat ringan) seperti gigitan
nyamuk,
2 :tidak menyenangkan (nyeri ringan) seperti dicubit
3 : bisa ditoleransi (nyeri sangat terasa) seperti ditonjok
bagian wajah atau disuntik
4 : menyedihkan (kuat, myeri yang dalam) seperti sakit gigi
dan nyeri disengat tawon
5 : sangat menyedihkan (kuat, dalam, nyeri yang menusuk)
seperti terkilir, keseleo
6 : intens (kuat, dalam, nyeri yang menusuk begitu kuat
sehingga tampaknya mempengaruhi salah satu dari panca
indra) menyebabkan tidak fokus dan komunikasi terganggu.
7 : sangat intens (kuat, dalam, nyeri yang menusuk begitu
kuat) dan merasakan rasa nyeri yang sangat mendominasi indra
sipenderita yang menyebabkan tidak bisa berkomunikasi
dengan baik dan tidak mampu melakukan perawatan sendiri.
28
Pada tahap ini yang dikaji adalah hubungan keluarga saat ini, dan
komunikasi antar keluarga tersebut, apaka ada pertengkaran,
perdebatan dan sebagainya antar keluarga.
2) Tahap perkembangan keluarga yg berlaku yg belum terpenuhi
Pada tahap ini yang dikaji adalah tugas perkembangan keluarga
saat ini yg belum belum dilaksanakan secara optimal oleh
keluarga.
3) Riwayat keluarga inti
Pada tahap ini yang dikaji adalah hubungan keluarga inti, dan apa
latar belakang sebelum menjalani sebuah kelurga.
4) Riwayat keluarga sebelumnya
Pada tahap ini yang dikaji adalah bagaimana keaadan keluarga
sebelumnya, sampai keadaan sekarang.
c. Lingkungan (Susanto, 2012: 114)
1) Karakteristik rumah
Pada tahap ini yg dikaji adalah letak posisi rumah pada denah
perkampungan yg ditinggali keluarga dengan jelas.
2) Karakteristik tetangga dan komunitas
Pada tahap ini yg dikaji adalah gambaran tentang rumah keluarga
dan apa yg dilakukan keluarga setiap harinya, misalnya berbaur
dengan tetangga.
3) Mobilitas geografis keluarga
Pada tahap ini yg dikaji adalah letak daerah rumah keluarga
4) Perkumpulan keluarga dan interaksi keluarga
Pada tahap ini yg dikaji adalah tentang interaksi dengan tetangga,
misalnya apakah keluarga mengikuti pengajian atau perkumpulan
ibu-ibu rumah tangga lainnya ataupun kegiatan lainya
5) Sistem pendukung keluarga
Pada tahap ini dikaji adalah tentang kesulitan keungan yang
keluarga dapat diatasi dengan dukungan keluarga.
31
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan keluarga merupakan perpanjangan diri
diagnosis ke sistem keluarga dan subsistemnya serta merupakan hasil
pengkajian keperawatan. Diagnosis keperawatan keluarga termasuk
masalah kesehatan aktual dan potensial dengan perawat keluarga yang
memiliki kemampuan dan mendapatkan lisensi untuk menanganinya
berdasarkan pendidikan dan pengalaman. (Friedman, 2010 : 170)
a. Perumusan diagnosa
Diagnosa keperawatan keluarga dirumuskan berdasarkan data yang
didapat pada pengkajian yang terdiri dari masalah keperawatan yang
akan berhubungan dengan etiologi yang berasal dan pengkajian fungsi
perawatan keluarga. Diagnosa keperawatan mengacu pada rumusan
PES dimana untuk problem dapat menggunakan rumusan NANDA.
Tipologi dari diagnosa keperawatan keluarga terdiri dari : actual
(terjadi defisit atau gangguan kesehatan), resiko (ancaman kesehatan)
dan keadaan sejahtera (Wellness).
b. Masalah keperawatan yang mungkin muncul
Diagnosa keperawatan dibuat berdasarkan analisa data pasien.
Kemungkinan diagnosa yang mungkin muncul pada disminore:
1) Gangguan rasa aman (nyeri) berhubungan dengan
ketidakmampuan merawat anggota keluarga dengan disminore
2) Gangguan rasa aman (takut) terhadap komplikasi berhubungan
dengan ketidakmampuan keluarga merawat dan mengenal masalah
anggota keluarga dengan disminore.
3) Risiko terjadinya stress berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga memodifikasi masalah.
4) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga merawat anggota keluarga
5) Ansietas berhubungan dengan ketidaktahuan keluarga mengenal
masalah anggota keluarga dengan disminore.
34
c. Prioritas Masalah
Setelah menentukan masalah atau diagnosa keperawatan, langkah
selanjutnya adalah menentukan prioritas masalah kesehatan dan
keperawatan keluarga. Faktor yang dapat mempengaruhi peentuan
prioritas masalah adalah :
1) Sifat masalah, bobot yang paling berat diberikan pada tidak/
kurang sehat yang pertama memerlukan tindakan segera dan
biasanya disadari, dirasakan oleh keluarga.
2) Kemungkinan masalah dapat diubah, perawat perlu
memperhatikan terjangkaunya faktor-faktor sebagai berikut :
a) Pengetahuan yang ada sekarang, teknologi dan tindakan
untuk menangani masalah.
b) Sumber daya keluarga: dalam bentuk fisik, keuangan, dan
tenaga.
c) Sumber daya perawat: dalam bentuk pengewtahuan
keterampilan dan waktu.
d) Sumber daya masyarakat: dalam bentuk fasilitas dalam
masyarakat.
3) Potensial masalah dapat dicegah, faktor-faktor yang perlu
diperhatikan adalah :
a) Kepekaan dari masalah yang berhubungan dengan penyakit
atau masalah.
b) Lamanya masalah yang berhubungan dengan penyakit atau
masalah.
c) Tindakan yang sedang dijalankan adalah tindakan yang tepat
dalam mempengaruhi masalah.
d) Adanya kelompok yang sangat peka menambah potensi untuk
mencegah masalah.
e) Menonjolnya masalah, perawat perlu menilai presepsi atau
bagaimana keluarga melihat masalah kesehatan tersebut.
35
Tabel 2.1
Skoring
Mudah 2
2
Sebagian 1
Tidak dapat diubah 0
Tinggi 3
Sedang 2 1
Rendah 1
36
4 Menonjolnya masalah
S
k Masalah berat, harus segera
o ditangani 2
1
r Ada masalah, tidak perlu 1
i segera ditangani
g
:
1) Tentukan skore untuuntuk setiap kinerja
2) Skor dibagi dengan makna tertinggi dan kalikanlah dengan bobot.
Skor x bobot
Angka tertinggi
3. Intervensi
Menurut (Susanto, 2012, p. 63) Perencanaan keperawatan keluarga
merupakan kumpulan tindakan yang ditentukan oleh perawat bersama-
sama sasaran yaitu keluarga untuk dilaksanakan, sehingga masalah
kesehatan dan masalah keperawatan yang telah diidentifikasi dapat
diselesaikan.
a. Menetapkan tujuan keperawatan
Tujuan keperawatan harus mewakili status yang diinginkan yang
dapat dicapai atau dipertahankan melalui program intervensi
keperawatan (mandiri). Dalam penyususnan tujuan keperawatan
keluarga perawat harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1) Tujuan harus berorientasi pada keluarga, dimana keluarga
diarahkan untuk mencapai suatu hasil.
2) Kriteria hasil atau standar hasil pencapaian tujuan harus benar-
benar bisa diukur dan dicapai oleh keluarga.
3) Tujuan menggambarkan alternatif-alternatif pemecahan masalah
yang dapat dipilih oleh keluarga.
37
5. Tahap Evaluasi
Evaluasi merupakan kegiatan membandungkan antara hasil
implementasi dengan kriteria yang telah ditetapkan untuk melihat
keberhasilannya. Membandingkan respon keluarga dengan kriteria hasil
dan menyimpulkan hasil kemajuan masalah dan kemajuan pencapaian
tujuan keperawatan. Bila hasil evaluasi tidak atau berhasil sebagian, perlu
46
napas dalam bukanlah bentuk dari latihan fisik. ini merupakan teknik jiwa
dan tubuh yang bisa ditambahkan dalam berbagai rutinitas guna
mendapatkan efek relaks. Praktik jangka panjang dari latihan pernapasan
dalam akan memperbaiki kesehatan. Bernapas pelan adalah bentuk paling
sehat dari pernapasan dalam (Suddarth & Brunner, 2014).
Teknik relaksasi nafas dalam rnerupakan suatu bentuk asuhan
keperawatan, yang dalan hal ini perawat mengajarkan kepada klien
bagaimana cara melakukan napas dalam, napas lambat (menahan inspirasi
secara maksimal) dan bagaimana menghembuskan napas secara perlahan,
Selain dapat menurunkan intensitas nyeri, teknik relaksasi napas dalam
juga dapat meningkatkan ventilasi paru dan meningkatkan oksigenasi
darah (Smeltzer & Bare, 2008).
Dari definisi diatas dapat disimpulkan teknik napas daJam adalah
teknik yang dapat meningkatkan ventilasi sehingga lebih efisien dan dapat
meningkatkan retaksasi otot.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan kualitatif (qualitative research). Bogdan dan Taylor (Moleong,
2013;4) mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian
yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Pendekatan ini diarahkan pada
latar dari individu tersebut secara holistik (utuh). Jadi dalam hal ini tidak
boleh mengisolasikan individu atau organisasi ke dalam variabel atau
hipotesis, tapi perlu memandangnya sebagai bagian dari suatu keutuhan.
Menurut Nasution (2009:5) penelitian kualitatif adalah mengamati
orang dalam lingkungan, berinteraksi dengan mereka dan menafsirkan
pendapat mereka tentang dunia sekitar, kemudian Nana Syaodih Sukmadinata
(2013;60) menyatakan bahwa penelitian kualitatif (qualitative research)
adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk mendiskripsikan dan
menganalisis fenomena, peristiwa, aktifitas sosial, sikap, kepercayaan,
persepsi, pemikiran orang secara individu maupun kelompok.
Penelitian kualitatif ini secara spesifik lebih diarahkan pada
penggunaan metode studi kasus. Sebagaimana pendapat Lincoln dan Guba
(Sayekti Pujosuwarno, 2014;34) yang menyebutkan bahwa pendekatan
kualitatif dapat juga disebut dengan case study ataupun qualitative, yaitu
penelitian yang mendalam dan mendetail tentang segala sesuatu
yangberhubungan dengan subjek penelitian. Lebih lanjut Sayekti
Pujosuwarno (2016:1) mengemukakan pendapat dari Moh. Surya dan
Djumhur yang menyatakan bahwa studi kasus dapat diartikan sebagai suatu
teknik mempelajari seseorang individu secara mendalam untuk membantunya
memperoleh penyesuaian diri yang baik.
55
56
B. Subjek Penelitian
Menurut Suharsismi Arikunto (2014;200) subjek penelitian adalah
benda, hal atau organisasi tempat data atau variabel penelitian yang
dipermasalahkan melekat. Tidak ada satu pun penelitian yang dapat dilakukan
tanpa adanya subjek penelitian, karena seperti yang telah diketahui bahwa
dilaksanakannya penelitian dikarenakan adanya masalah yang harus
dipecahkan, maksud dan tujuan penelitian adalah untuk memecahkan
persoalan yang timbul tersebut. Hal ini dilakukan dengan jalan
mengumpulkan data sebanyak-banyaknya dari informan.
Dalam penelitian ini, pengambilan sumber data penelitian
menggunakan teknik “purpose sampling”. Nana Syaodih Sukmadinata
(2013;101) menyatakan, sampel purposive adalah sampel yang dipilih karena
memang menjadi sumber dan kaya dengan informasi tentang fenomena yang
ingin ditiliti. Pengambilan sampel ini didasarkan pada pilihan peneliti tentang
aspek apa dan siapa yang dijadikan fokus pada saat situasi tertentu dan saat
ini terus-menerus sepanjang penelitian, sampling bersifat purposive yaitu
tergantung pada tujuan fokus suatu saat. Dalam penelitian ini yang diajadikan
sebagai subjek adalah 2 remaja putri yang sedang mengalami dismenore di
kawasan Desa Karag Tegah Kabupaten Cianjur.
D. Setting Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Rumah pasien yang berada di Desa
Sindanglaka Kecamatan Karang Tengah Kabupaten Cianjur. Sarana dan
prasaran yang dimiliki puskesas nagrak antara lain : 1 Poned, 6 Pustu, 2
Polindes, 1 Poskesdes, 1 Pusling, 16 Motor, 1 Ambulance, dan 1 IGD 24 Jam
Situasi di puskesmas karang tengah ramai dengan banyak pasien rawat
jalan, pelayanan nyaman, kondusif saat pelayanan, pelayanan ramah, dan
tempat nya bersih.
Situasi rumah saat dilakukan pengkajian lingkungan kasus I ramai,
lingkungan kurang nyaman, kurangnya tempat tenang/ nyaman. Karakteristik
rumah terdiri dari 1 lantai, jenis permanen, 2 kamar, 1 wc, dan terdapat 1
ruang tamu untuk kasus I dan situasi rumah saat dilakukan pengkajian
nyaman, tidak adanya keributan, dan suasana hening. Karakteristik terdiri dari
2 lantai, jenis permanen, 3 kamar tidur, 2 wc, 1 ruang tamu pada kasus II.
ANALISIS PICOT
PICOT adalah salah satu dari materi evidence base of nursing.
Dimana PICOT menyeleksi jurnal atau EBN yang kita dapatkan, seperti
layak tidaknya dan terkait atau apa saja system penelitian, jenis,
pembanding dan hasilnya.
Problem/ Masalah Populasi/pasien, merujuk pada
sampel subjek yang akan digunakan
didalam studi penelitian. Pada
penelitian ini pasien yang digunakan
adalah 2 keluarga klien yang
terdapat remaja putri yang
mengalami disminore
H. Etika Penelitian
Etik penelitian merupakan perilaku peneliti atau perlakuan peneliti
terhadap subjek penelitian serta sesuatu yang dihasilkan peneliti bagi
masyarakat. Hal ini menyangkut masalah tata aturan dan nilai bagi peneliti
maupun yang diteliti agar tidak terjadi benturan antarnilai yang dianut oleh
kedua belah pihak atau untuk menghindari eksploitasi dan manipulasi yang
berdampak merugikan salah satu pihak (Herdiansyah, 2009:30). Penelitian ini
dilakukan dengan menekankan pada masalah kesehatan yang meliputi :
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil penelitian
1. Pengkajian
1) Data Umum Keluarga Kasus 1
Pengkajian dilakukan pada hari Senin tanggal 23 April 2018 di
rumah keluarga Tn. H. Tn. H adalah seorang laki-laki berusia 37
tahun, serta bersekolah sampai SLTA Tn. H beragama Islam dan
bersuku Sunda. Tn. H bekerja sebagai wiraswasta. Tn.H bekerja
sebagai wiraswasta yang penghasilan keluarga ± 1,7 juta/ bulan
sehingga menurut pengakuan keluarga penghasilannya hanya cukup
untuk memenuhi kebutuhan dasar sehari-hari. Keluarga Tn.H tinggal
Babakan hilir Rt01 Rw.03 Sindanglaka Karang tengah Cianjur.
Tn.H mengatakan An. N sering megeluh nyeri pada saat haid
pertama dan kedua. Dari pengakuan keluarga tidak ada anggota
keluarga yang mengalami sakit selama setahun terakhir ini. Keluarga
Tn.H mempunyai masalah kesehatan yaitu An.N. yang mengeluh
tidak selera makan, merasa mual dan muntah, pusing, nyeri perut pada
saat haid sehingga keluarga tidak mampu mengenal masalah yang
dialami oleh ibu E. Bila ada keluarga Tn.H yang sakit, keluarga
langsung membeli obat dari warung dan membawa ke puskesmas. Ibu
E mengatakan tidak mengetahui cara merawat dan pemahaman
tentang dismenore, namun kalau dirinya merasa tidak nyaman dengan
perutnya An.N hanya meminum obat yang di belinya.
An.N sangat gelisah karena masalah kesakitan yang dialaminya
sangat menggangu kebiasan rutinitasnya sehari-hari. Keluarga juga
mengatakan kesulitan dalam hal perawatan An.N karena tidak ada
yang mampu merawat saat An.N mengeluh kesakitan. Keluarga An.N
berharap sakit yang dialami An.N dapat cepat sembuh dan tidak
kambuh kembali. Tn.H mengatakan ini sakit haid yang paling berat
63
65
berkeyakinan dan selalu berharap bahwa An.R bisa sembuh dan bisa
kembali beraktivitas dengan nyaman dan jika An.R mengeluh sakit
perut dan lain sebagainya keluarga dengan segera membawa An.R
berobat ke klinik atau puskesmas. An.R dalam menghadapi masalah
kesehatan maupun masalah lainnnya selalu musyawarah dengan
keluargaya. Keluarga tidak menunjukkan sikap maupun tindakan yang
maladaptif dalam menghadapi masalah. Keluarga Tn.B berharap
dengan kehadiran perawat dapat membantu mereka dalam hal
kesehatan dan untuk mengurangi masalah kesehatan yang sedang
dialaminya.
Pada saat dikaji, klien An.R mengatakan nyeri perut bawah,
nyeri dirasakan seperti diremas-remas. nyeri dirasakan semenjak hari
ini. Nyeri terjadi setiap saat tepatnya pada hari pertama . nyeri
berkurang bila klien beristirahat,skala nyeri 2 dari 0-5, klien
mengatakan sebelumnya klien sudah diberikan obat pereda nyeri yang
di beli dari apotik, namun nyeri masih berlanjut kemudian di bawa ke
UKS. Keadaan umum klien tampak lemah, kesadaran composmentise
dengan GCS 15 (E4V5M6). Tekanan Darah 120/80 mmHg, nadi klien
80x/menit, respirasi 19x/menit, suhu tubuh klien 36,6ºC, 45 kg dan
TB 155 cm, adanya nyeri tekan dengan skala nyeri 2 dari rentang 0-5.
Klien mengatakan sudah 1 kali ganti pembalut, warna darah
menstruasi bewarana merah encer dan agak menggumpal lamanya
haida biasanya 5-6 hari dengan haid yang teratur. Pola kebiasaan
sehari-hari An.R pada saat sakit makan berkurang karena tidak ada
nafsu makan, hanya menghabiskan 1/2 porsi saja.
2. Diagnosa Keperawatan
Kasus I
68
Tabel 4.1
Skoring Diagnosa Pertama kasus I
2. Kemungkinan Dengan
masalah dapat kompres panas
diubah kering dan
a. Mudah 2 2 1 teknik
b. Sebagian 1 relaksasi nafas
c. Tidak 0 dalam nyeri
dapat dapat
berkurang
rasa nyeri
Jumlah 2
71
Tabel 4.3
Skoring Diagnosa Ketiga kasus I
No. Kriteria Skala Bobot Skoring Pembenaran
4. Menonjolnya Keluarga
masalah menyadari
72
Kasus II
Diagnosa keperawatan sesuai prioritas utama pada An.A, yaitu;
Rasa aman (nyeri) berhubugan dengan ketidakmampuan merawat anggot
keluarga dengan dismenore,
Tabel 4.4
Skoring Diagnosa Pertama kasus II
2. Kemungkinan Dengan
masalah dapat kompres panas
diubah kering dan
73
a. Mudah 2 2 1 teknik
b. Sebagian 1 relaksasi nafas
c. Tidak 0 dalam nyeri
dapat dapat
berkurang
Tabel 4.5
Skoring Diagnosa Kedua kasus II
masalah tidak
a. Masalah berat 2 menyadari
dan harus masalah yang
segera dirasakan
ditangani
b. Ada masalah, 1 1 0
tidak perlu
segera
ditangani
c. Masalah tidak 0
dirasakan
Jumlah 2
Tabel 4.6
Skoring Diagnosa Ketiga kasus II
No. Kriteria Skala Bobot Skoring Pembenaran
4. Menonjolnya Keluarga
masalah menyadari
d. Masalah berat 2 kalu harus
dan harus membuat
segera ruangn
ditangani nyaman
e. Ada masalah, 1 1 ½ tanpa
tidak perlu kebisingan
segera
ditangani
f. Keadaan 0
sejahtera
Jumlah 1 3/2
77
3. Intervensi
Kasus I
Berdasarkan diagnosa keperawatan yang pertama yaitu nyeri
perut berhubungan dengan endometriosis, penulis membuat rencana
asuhan keperawatan pengobatan pada nyeri, dengan tindakan teknik
relaksasi nafas dalam dan monitor tanda-tanda vital. Tujuan dari
intervensi ini adalah nyeri berkurang atau hilang, tanda-tanda vital dalam
batas normal. Dengan kriteria hasil skala nyeri berkurang sampai 0 dari
rentang (0-5).
Berdasarkan diagnosa keperawatan yang kedua yaitu Gangguan
rasa aman (cemas) keluarga berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga mengenal masalah anggota keluarga dengan nyeri dismenore,
penulis membuat rencana asuhan keperawatan Anjurkan pada keluarga
untuk jadwal istirahat klien dan anjurkan pada keluarga untuk
memeriksakan kesehatan klien. Tujuan dari intervensi ini adalah
diharapkan rasa takut teratasi /hilang. Dengan kriteria hasil Wajah An.N
tampak relask dan tenang.
Berdasarkan diagnosa keperawatan yang ketiga yaitu Resiko
terjadinya stress pada keluarga berhubungan dengan ketidaknyamanan
keluarga memodifikasi lingkungan, penulis membuat rencana asuhan
keperawatan Ciptakan lingkungan yang tenang dan anjurkan kepada
keluarga untuk membuat ruangan khusus untuk An.N agar dapat
beristirahat. Tujuan dari intervensi ini adalah keluarga mampu
memodifikasi lingkungan yang tenang. Dengan kriteria hasil Keluarga
dapat menciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman dan klien dapat
beristirahat dengan nyaman.
Kasus II
Berdasarkan diagnosa keperawatan yang pertama yaitu nyeri
perut berhubungan dengan endometriosis, penulis membuat rencana
asuhan keperawatan pengobatan pada nyeri, dengan tindakan teknik
relaksasi nafas dalam dan monitor tanda-tanda vital. Tujuan dari
78
intervensi ini adalah nyeri berkurang atau hilang, tanda-tanda vital dalam
batas normal. Dengan kriteria hasil skala 0 dan klien tampak segar.
Berdasarkan diagnosa keperawatan yang kedua yaitu Resiko
terjadinya stress pada keluarga berhubungan dengan ketidaknyamanan
keluarga memodifikasi lingkungan, penulis membuat rencana asuhan
keperawatan Ciptakan lingkungan yang tenang dan anjurkan kepada
keluarga untuk membuat ruangan khusus untuk An.N agar dapat
beristirahat. Tujuan dari intervensi ini adalah keluarga mampu
memodifikasi lingkungan yang tenang. Dengan kriteria hasil Keluarga
dapat menciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman dan klien dapat
beristirahat dengan nyaman.
Berdasarkan diagnosa keperawatan yang ketiga yaitu Resiko
terjadinya stress pada keluarga berhubungan dengan ketidaknyamanan
keluarga memodifikasi lingkungan, penulis membuat rencana asuhan
keperawatan Ciptakan lingkungan yang tenang dan anjurkan kepada
keluarga untuk membuat ruangan khusus untuk An.N agar dapat
beristirahat. Tujuan dari intervensi ini adalah keluarga mampu
memodifikasi lingkungan yang tenang. Dengan kriteria hasil Keluarga
dapat menciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman dan klien dapat
beristirahat dengan nyaman.
4. Implementasi
Kasus I
Diagnosa I: Nyeri pada An N berhubungan dengan ketidamampuan
merawat anggota keluarga dengan dismenore
Hari pertama: 23 April 2018 10.00 WIB
Penulis melaksanakan tindakan rencana asuhan keperawatan mengukur
tanda-tanda vital klien, memberikan tindakan berkolaborasi pemberian
obat antipiretik. Memberikan tindakan teknik relaksasi nafas dalam.
Hari kedua: 24 April 2018 11.00 WIB
79
Kasus II
Diagnosa I: Nyeri pada An N berhubungan dengan ketidamampuan
merawat anggota keluarga dengan dismenore
Hari pertama: 28 April 2018 10.00 WIB
Penulis melaksanakan tindakan rencana asuhan keperawatan mengukur
tanda-tanda vital klien, memberikan tindakan berkolaborasi pemberian
obat antipiretik. Memberikan tindakan teknik relaksasi nafas dalam.
Hari kedua: 29 April 2018 10.00 WIB
Penulis melaksanakan tindakan rencana asuhan keperawatan mengukur
tanda-tanda vital klien, memberikan penjelasan pada keluarga tentang
cara mengurangi nyeri, mendemonstrasikan pada keluarga tentang cara
mengurangi nyeri dengan teknik relaksasi nafas dalam.
Hari ketiga: 30 April 2018 11.00 WIB
Penulis melaksanakan tindakan rencana asuhan keperawatan mengukur
tanda-tanda vital klien, memberikan tindakan teknik relaksasi nafas
dalam. memberikan penjelasan tentang diet yang sesuai dengan tumbuh
kembang anak remaja.
Diagnosa II: Gangguan rasa aman (cemas) keluarga berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga mengenal masalah anggota keluarga dengan
nyeri dismenore
Hari pertama: 28 April 2018 10.30 WIB
Penulis melaksanakan tindakan rencana asuhan keperawatan klien untuk
menganjurkan klien banyak beristirat dan jangan banyak pikiran.
Hari kedua: 29 April 2018 11.30 WIB
Penulis melaksanakan tindakan rencana asuhan keperawatan
menganjurkan pada keluarga untuk jadwal istirahat klien
Hari ketiga: 30 April 2018 11.30 WIB
81
5. Evaluasi
Kasus I
Diagnosa I: Nyeri pada An N berhubungan dengan ketidamampuan
merawat anggota keluarga dengan dismenore.
Evaluasi pada hari pertama tanggal 23 April 2018 yang
didapatkan adalah data subyektifnya ibu An.N mengatakan An.N nyeri
berkurang . Data obyektifnya hasil tanda-tanda vital An.N tekanan darah
100/70 mmHg, nadi 80 x/menit, respirasi 18x/menit, dan suhu 36,8ºC.
Skala nyeri 2 dati 0-5. Analisa masalah teratasi sebagian, dengan
planning intervensi dilanjutkan dengan ajarkanteknik relaksasi nafas
dalam dan monitor tanda-tanda vital
Evaluasi pada hari kedua tanggal 24 April 2018 yang didapatkan
adalah data subyektifnya An.N mengatakan nyerinya sudah berkurang.
Data obyektifnya hasil tanda-tanda vital An.N tekanan darah 110/79
mmHg, nadi 82 x/menit, respirasi 18x/menit, dan suhu 36,6ºC. Skala
82
Kasus II
Diagnosa I: Nyeri pada An.R berhubungan dengan ketidamampuan
merawat anggota keluarga dengan dismenore.
Evaluasi pada hari pertama tanggal 28 April 2018 yang didapatkan
adalah data subyektifnya An.R mengatakan nyeri berkurang. Data
obyektifnya hasil tanda-tanda vital An.R tekanan darah 120/80 mmHg,
nadi 82 x/menit, respirasi 19x/menit, dan suhu 36,9ºC. Skala nyeri 1 dari
0-5. Analisa masalah teratasi sebagian, dengan planning intervensi
dilanjutkan dengan ajarkanteknik relaksasi nafas dalam dan monitor
tanda-tanda vital
84
0-5 . Dan hari kedua tanggal 24 April 2018 pada jam yang sama
diberikan tindakan teknik relaksasi nafas dalam selama 5 menit dan nafas
dalam selama 3 detik, sebelum diberikan tindakan skala nyeri berada
pada 2 dan setelah klien diberikan kembali tindakan yang sama dan
mengalami penurunan skala nyeri menjadi 1. Kemudian hari ketiga
tanggal 25 April 2018 pada jam yang sama juga diberikan tindakan
teknik relaksasi nafas dalam selama 5 menit dan nafas dalam selama 3
detik, sebelum diberikan tindakan teknik relaksasi nafas dalam skala
nyeri berada pada 1. Setelah diberikan tindakan yang sama mengalami
penurunan skala nyeri menjadi 0 dari 0-5 (nyeri hilang).
Kasus yang kedua yaitu pada An.R skala nyeri 2 dari 0-5,
dilakukan tindakan hari pertama tanggal 28 April pada pukul 09.00 WIB
diberikan tindakan teknik relaksasi nafas dalam selama 5 menit dan nafas
dalam selama 3 detik disertai kolaborasi pemberian obat antipiretik.
Sebelum diberikan tindakan teknik relaksasi nafas dalam skala nyeri 2
rentang 0-5, setelah diberikan tindakan menjadi 1 dari sebelumnya 2 dari
skala nyeri 0-5. Dan hari kedua tanggal 29 April 2018 pada jam yang
sama diberikan tindakan teknik relaksasi nafas dalam selama 5 menit dan
nafas dalam selama 3 detik. Sebelum diberikan tindakan skala nyeri 1,
setelah klien diberikan kembali tindakan yang sama dan mengalami
penurunan nyeri menjadi 0 atau nyeri hilang.
B. PEMBAHASAN
Pada pembahasan ini penulis akan menjelaskan tentang kesenjangan-
kesenjangan yang terjadi antara praktek yang dilakukan pada keluarga Tn.H
dan keluarga Tn.B di wilayah Puskesmas Karang Tengah Kabupaten Cianjur
dengan teori yang ada. Pembahasan ini dimaksudkan agar dapat diambil suatu
kesimpulan dan pemecahan masalah dari kesenjangan-kesenjangan yang
terjadi sehingga dapat digunakan sebagai tindakan lanjut dalam penerapan
asuhan keperawatan keluarga yang meliputi :
87
1. Pengkajian
Sesuai teori pengkajian adalah pengumpulan semua data yang
diperlukan baikdata subjektif maupun objektif untuk keseluruhan
evaluasi terhadap pasien (Suprajitno, 2008:29). Menurut (FKUI, 2010)
gejala-gejala dismenore berupa rasa sakit yang tajam di daerah perut,
sakit kepala, mual dan muntah dan datangnya jerawat pada muka serta
mengalami gangguan tidur.
Pada kasus An.N umur 15 tahun dengan data subjektif yaitu sakit
pada perut bagian bawah, lemas, mual dan muntah, sulit tidur dan pusing
serta menstruasi teratur sifat darah encer agak menggumpal. Dan data
objektif yaitu keadaan compos mentis, Tekanan Darah 110/80 mmHg,
Nadi 76x/menit, respirasi 18x/menit, suhu 36,70C, muka pucat menahan
sakit mata tampak anemis dan terdapat nyeri tekan didaerah perut dengan
skala 3 dari 0-5. Dari data yang ditemukan tidak ada kesenjangan antara
teori dengan kasus.
Pada kasus An.R umur 15 tahun dengan data subjektif yaitu sakit
pada perut bagian bawah, lemas, serta menstruasi teratur sifat darah encer
agak menggumpal. Dan data objektif yaitu keadaan compos mentis,
Tekanan Darah 120/80 mmHg, Nadi 80x/meit, respirasi 19x/menit, suhu
36,6 oC, dan terdapat nyeri tekan didaerah perut dengan skala 2 dari 0-5.
Dari data yang ditemukan tidak ada kesenjangan antara teori dengan
kasus.
Dari kedua kasus tersebut ada perbedaan yang terjadi antara An.N
dan An.R, An. N lebih banyak mengalami tanda dan gejala dismenore
dibandingkan dengan An.R ini dikarenakan karena An.N kurang
memperhatikan status nutrsinya, dilihat dari berat badannya yang lebih
gemuk dibandingkan An.R, ini sesuai dengan teori menurut (Vaney,
2008;342) bahwa sesorang yang mengalami obesitas cenderung lebih
berat terkena dismenore.
88
2. Diagnosa keperawatan
Bahwa sesuai teori diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan
yang menjelaskan respons manusia (status kesehatan atau resiko
perubahan pola) dari individu atau kelompok. Sesuai teori menurut
(Wahyuni dewi, 2012) diagnosa asuhan keperawatan keluarga dengan
anggota keluarga yang mengalami dismenore yang mungkin timbul
adalah:
a. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan ketidakmampuan
merawat anggota keluarga dengan dismenore
b. Gangguan rasa aman (cemas) keluarga berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga mengenal masalah anggota keluarga
dengan nyeri dismenore
c. Resiko terjadinya stress pada keluarga berhubungan dengan
ketidaknyamanan keluarga memodifikasi lingkungan.
Ini sesuai dengan yang terdapat pada kasus An.N dan An.R,
terdapat kesenjangan antara teori dengan kasus. Namun pada kasus An. R
tidak muncul diagnosa ketiga yaitu resiko terjadinya stress pada keluarga
berhubungan dengan ketidaknyamanan keluarga memodifikasi
lingkungan karena di lingkungan An.R lingkungannya sangat tenang
tidak berisik dan An.R punya kamar sendiri sehingga An.R dapat
beristirahat dengan tenang.
3. Intervensi keperawatan
Pada kasus An.N dan An.R penulis mengaplikasikan sesuai dengan
teori. Jadi tidak ada kesenjangan antara teori dengan kasus.
4. Implementasi keperawatan
Pada kasus An.N dan An.R penulis melakukan tindakan sesuai
dengan teori. Disini penulis sebagai perawat lebih menekankan teknik
relaksasi nafas dalam untuk mengurangi nyerinya kepada klien karena
lebih mudah dan praktis, ini sesuai dengan teori menurut (Smeltzer &
89
5. Evaluasi keperawatan
Menurut teori evaluasi Atikah dan Siti (2009) evaluasi yang
diharapkan dari asuhan keperawatan pada pasien dengan dismenore
adalah keluhan dismenore berkurang bahkan hilang dan pasien nyaman.
Pada kasus yang ditemukan antara kasus An.N dengan Kasus An.R
selama 3 hari terdapat perubahan yang terjadi, masalah teratasi sebagian
dan ada yang teratasi semua, pada diagnose keperawatan nyeri pada
An.N skala nyeri An. N berkurang menjadi 1 dari 3 sedangkan pada
kasus An.R skala nyerinya juga berkurang dari 2 menjadi 1. Evaluasi dari
studi kasus ini diperoleh hasil pasien sembuh dalam 3 hari, tanda dan
geja pada dismenore tidak ada, nyeri perut, mual dan muntah, sulit tidur,
pusing, dan lemas sudah hilang. Kedua remaja ini sudah melakukan
teknik relaksasi nafas dalam, klien dan keluarga lebih memperhatikan
nutrisi yang bergizi bagi tumbuh kembang anak serta menciptakan
lingkungan yang tenang. Pada kedua kasus ini tidak terdapat kesenjangan
antara teori dan praktek.
90
6. Analisis PICOT
Tabel 7.4
Analisis PICOT
UNSUR KASUS
kasus 1 dan 2
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil pengkajian pada kasus I dan II pada kasus nyeri disminore
didapatkan kesimpulan bahwa terdapat kesenjangan. Data yang didapatkan
adalah nyeri pada bagian bawah perut, mual, muntah, pusing dan lemas.
Diagnosa yang digunakan sesuai dengan teori, didapatkan kesimpulan
bahwa terdapat kesenjangan antara teori dan praktik. Diagnosa praktik 3
sedangkan diagnosa teori 5.
Intervensi keperawatan yang digunakan dalam kasus I dan kasus II sesuai
dengan teori Doengoes, 2014. Semua intervensi yang digunakan saat praktik
sesuai dengan teori.
Implementasi yang digunakan dalam kasus I dan kasus II sesuai dengan
teori Doengoes, 2014. Hanya tidak semua intervensi yang digunakan dalam
praktik akan tetapi sesuai dengan kebutuhan kasus I dan kasus II.
Evaluasi dari studi kasus ini diperoleh hasil pasien sembuh dalam 3
hari, tanda dan geja pada dismenore tidak ada, nyeri perut, mual dan muntah,
sulit tidur, pusing, dan lemas sudah hilang. Kedua remaja ini sudah
melakukan teknik relaksasi nafas dalam, klien dan keluarga lebih
memperhatikan nutrisi yang bergizi bagi tumbuh kembang anak serta
menciptakan lingkungan yang tenang. Pada kedua kasus ini tidak terdapat
kesenjangan antara teori dan praktek.
Penerapan teknik relaksasi nafas dalam lebih efisien dan mudah
dilakukan dibandingkan dengan penerapan aplikasi yang lain, namun
membutuhkan waktu lebih lama untuk penyembuhannya.
Menurut analisis PICOT dalam teori dimana penurunan intensitas nyeri
rata-rata sebesar hampir 1 skala jika dilakukan tindakan relaksasi nafas dalam
secara berkala selama 30 menit pada kasus I dan kasus II.
92
94
B. Saran
1. Bagi Perawat
Diharapkan lebih mengutamakan upaya promotif dalam kasus
dismenore, misalnya pemberian pendidikan kesehatan tentang kesehatan
reproduksi remaja sehingga dapat berperilaku hidup sehat dan memahami
tentang kesehatan reproduksi remaja.
2. Bagi Puskesmas
Pelayanan yang diberikan oleh Puskesmas sudah baik diharapkan
untuk lebih meningkatkan kualitas pelayanan dalam pengelolaan asuhan
keperawatan pada remaja dengan dismenore.
3. Bagi Akademi Keperawatan Pemerintah Kabupaten Cianjur
Memberikan kemudahan dalam pemakaian sarana prasarana yang
merupakan fasilitas bagi mahasiswa untuk mengembangkan ilmu
pengetahuan dan keterampilan dalam melalui praktik klinik dan
pembuatan laporan
4. Bagi Klien dan Keluarga
Diharapkan keluarga dapat berpartisipasi dalam tindakan Penerapan
teknik relaksasi nafas dalam dan dapat merawat anggota keluarga yang
menderita dismenore.
95
DAFTAR PUSTAKA
Berman, Snyder, Kozier, Erb. 2009. Buku Ajar Keperawatan Klinis Kozier & Erb.
Edisi 5. Jakarta : EGC
Hidayat, 2007. Metode penelitian keperawatan dan Teknik analisis Data. Jakarta;
Salemba Medika
94
96
Setadi. 2012. Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta; Graha Ilmu
Smeltzer, Suzanne; and Benda G Bare. 208. Buku Saku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah Edisi 8. Jakarta; EGC
Sumber lain :
Siregar, Nasution dan Harahap. 2014. Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam
Terhadap Nyeri Menstruasi pada Siswi SMA 3 Kota Padangsimpuan.
Diakses pada tanggal 27 Juni 2018