PENDAHULUAN
Ilmu Pengetahuan Alam atau IPA mrupakan ilmu yang mempelajari tentang
peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam. Menurut Wahaya (Trianto, 2010) ,
mengatakan bahwa IPA adalah sekumpulan pengetahuan yang tersusun secara
sistematik dan dalam penggunaanya secara umu terbatas pada gejala-gejala alam.
IPA mempunyai hubungan yang luas terkait dengan kehidupan manusia karena IPA
sangat berperan dalam proses pendidikan dan juga perkembangan teknologi.
Ilmu Pengetahuan Alam di ajarkan melalui kegiatan pembelajaran yang aktif dan
menekankan pada ketrampilan proses. Kegiatan pembelajaran dimaksudkan agar
tercipta kondisi yang memungkinkan terjadinya belajar pada diri siswa. Tujuan pokok
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran di sekolah secara operasional adalah
membelajarkan siswa agar mampu memproses dan memperoleh pengetahuan,
ketrampilan, dan sikap bagi dirinya sendiri. Pembelajaran tidak dapat berlangsung
dengan baik apabila siswa tidak memahami hakikat pembelajaran IPA itu sendiri.
Oleh sebab itu guru harus menguasai dan memahami hakikat pembelajaran IPA.
Dalam makalah ini akan dijelaskan mengenai HAKIKAT PEMBELAJARAN IPA.
Adapun rumusan masalah berdasarkan latar belakang di atas, adalah sebagai berikut :
1
1.3 Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
Istilah Ilmu Pengetahuan Alam atau IPA dikenal juga dengan istilah sains. Kata
sains iniberasal dari bahasa Latin yaitu scientia yang berarti ”saya tahu”. Dalam bahasa
Inggris,kata sains berasal dari kata science yang berarti”pengetahuan”. IPA bisa disebut
juga dengan natural science. IPA mempunyai beberapa pengertian , yaitu :
2
pengetahuan manusia yang luas, yang didapatkan dengan cara observasi dan
eksperimen yang sistematik, serta dijelaskan dengan bantuan aturan-aturan,
hukum-hukum, prinsip-prinsip, teori-teori, dan hipotesa-hipotesa.
IPA merupakan sekumpulan pengetahuan tentang objek dan fenomena alam yang
diperoleh dari hasil pemikiran dan penyelidikan ilmuwan yang dilakukan dengan
keterampilan bereksperimen dengan menggunakan metode ilmiah. Definisi ini
memberi pengertian bahwa IPA merupakan cabang pengetahuan yang dibangun
berdasarkan pengamatan dan klasifikasi data, dan biasanya disusun dan diverifikasi
dalam hukum-hukum yang bersifat kuantitatif, yang melibatkan aplikasi penalaran
matematis dan analisis data terhadap gejala-gejala alam. Dengan demikian, pada
hakikatnya IPA meliputi tiga cakupan yaitu IPA sebagai produk, IPA sebagai
proses dan IPA sebagai sarana pengembangan sikap ilmiah.
3
A. Hakikat IPA sebagai produk
1. Fakta adalah sesuatu yang betul-betul terjadi. Misalnya, fakta bahwa kadal
adalah hewan reptilia, air jika dipanaskan akan menguap dan bila didinginkan akan
mengembun, besi kalau dipanaskan akan memuai.
2. Konsep adalah suatu ide yang mempersatukan fakta-fakta dalam IPA. Konsep
merupakan penghubung antara fakta-fakta yang berhubungan. Contoh, semua zat
tersusun atas materi-materi, benda-benda dipengaruhi oleh lingkungan, materi akan
berubah wujudnya jika menyerap atau melepaskan energi.
3. Prinsip adalah generalisasi hubungan diantara konsep-konsep IPA. Contoh,
udara yang dipanaskan akan memuai, adalah prinsip yang menghubungkan
konsep-konsep udara, panas dan pemuaian.
4. Hukum adalah prinsip-prinsip yang sudah diterima karena telah mengalami
pengujian-pengujian yang lebih keras, meskipun ia juga bersifat tentatif.
5. Teori merupakan kerangka yang lebih luas dari fakta-fakta, konsep-konsep
dan prinsip-prinsip yang saling berhubungan. Suatu teori merupakan model, atau
gambaran yang dibuat oleh para ilmuwan untuk menjelaskan gejala alam. Contoh
terori adalah teori geosentrik, teori susunan elektron atom dan lain sebagainya. Teori
ilmiah membantu kita memahami, memprediksi dan kadang-kadang mengendalikan
berbagai gejala alam.
1. Observasi, yaitu mengamati suatu fakta yang ada di alam. Observasi ini adalah
komponen proses IPA yang pertama, karena tanpa observasi semua komponen IPA
tidak bisa terjadi. Observasi meliputi pengamatan dengan seluruh panca indera, mulai
dari indera penglihatan, penciuman, pembau, peraba dan indera perasa. Waktu
mengobservasi yang komprehensif, jika mungkin, semua panca indera harus terlibat.
4
2. Percobaan, yaitu melakukan pembuktian dengan suatu teori yang sudah
ditemukan. Dengan melakukan percobaan siswa akan yakin kebenaran teori yang
telah ditemukannya dalam buku.
3. Inferensi, yaitu menarik kesimpulan sementara sebelum melakukan percobaan
atau eksperimen. Inferensi dilakukan untuk menjawab pertanyaan yang timbul.
Melakukan inferensi tergantung dari luasan pengetahuan orang sebelumnya. Contoh
inferensi yang sering dilakukan oleh siswa SD adalah adanya bintik-bintik air di luar
gelas yang di dalamnya diisi batu es.
4. Memprediksi, yaitu menarik kesimpulan dengan menggunakan kecenderungan
data yang telah ada. Misalnya, seorang siswa yang memprediksi bertambahnya
populasi penduduk di suatu daerah. Pada tahun 1965, populasi penduduk di kota A
adalah 200.000 orang, pada tahun 1970, populasi penduduk di kota A adalah 250.000
orang, pada tahun 1975, populasi penduduk di kota A adalah 300.000 orang.
Berdasarkan kecenderungan data di atas, maka populasi penduduk di kota A pada
lima tahun mendatang bisa diprediksi, jika kondisi pada lima tahun berikutnya masih
relatif sama.
5. Mengukur, yaitu membandingkan seuatu benda dengan benda lain yang sudah
disepakati secara luas. Misalnya, mengukur panjang meja, maka meja dibandingkan
dengan alat ukur meter standar yang telah kita kenal selama ini (yaitu 1 meter sama
dengan 100 cm). Banyak alat ukur yang kita kenal yaitu alat ukur untuk panjang, alat
ukur untuk berat, alat ukur untuk panas, dan lain-lain.
6. Membuat hipotesis, yaitu membuat suatu jawaban sementara dengan dasar
teori yang telah dipahami sebelumnya.
7. Mengklasifikasi, adalah menggolongkan suatu benda berdasarkan kriteria
yang dimiliki benda tersebut. Misalnya, ada serangkaian bunga akan digolongkan
berdasarkan warnanya, maka klasifikasi yang didapat adalah warna merah, putih,
ungu, kuning dan warna yang ada lainnya. Jika bunga itu digolongkan berdasarkan
jumlah mahkota bunganya, maka hasil klasifikasinya juga akan berbeda dengan
klasifikasi berdasarkan jumlah kelopak bunganya, begitu seterusnya.
Hakikat sikap ilmiah adalah berbagai keyakinan, opini dan nilai-nilai yang harus
dipertahankan oleh seorang ilmuwan khususnya ketika mencari atau mengembangkan
pengetahuan baru. Sikap dapat diklasifikasi ke dalam dua kelompok besar. Pertama,
5
seperangkat sikap yang bila diikuti akan membantu proses pemecahan masalah; dan
kedua, seperangkat sikap tertentu yang meru-pakan cara memandang dunia serta
berguna bagi pengembangan karir di masayang akan datang (T. Sarkim, 1998:134)
IPA disiplin ilmu memiliki ciri-ciri sebagaimana disiplin ilmu lainnya. Setiap disiplin
ilmu selain mempunyai ciri umum, juga mempunyai ciri khusus/karakteristik. Adapun
ciri umum dari suatu ilmu pengetahuan adalah merupakan himpunan fakta serta
aturan yang yang menyatakan hubungan antara satu dengan lainnya. Fakta-fakta
tersebut disusun secara sistematis serta dinyatakan dengan bahasa yang tepat dan pasti
sehingga mudah dicari kembali dan dimengerti untuk komunikasi (Prawirohartono,
1989: 93).
Ciri-ciri khusus yang membedakannya dengan ilmu pengetahuan yang lain yaitu :
1. Bersifat universal
6
3. Bersifat tentatif (sementara) artinya konsepdan hukum IPA yang ada dapat berubah
apabila ditemukan fakta baru yang tidak mendukung konsep dan hukum tersebut.
Dapat kita simak dari fakta sejarah, bagaimana IPA terbagun dari pola berpikir manusia
yang berkembang dari zaman ke zaman. Di sisi lain, IPA itu sendiri juga dapat
membangun pola berpikir manusia dengan ciri-ciri khusus.
Dengan IPA orang bisa mengolah sumber daya alam. Orang juga dapat mendirikan
industri-industri untuk menghasilkan barang-barang bagi kesejahteraan manusia.
7
Dengan IPA orang dapat mempermudah hubungan komunikasi maupun transportasi.
Dengan IPA orang dapat mencegah atau menghindari malapetaka akibat gejala alam.
Suatu gejala alam mungkin sekali tak terulang kejadiannya sehingga IPA dalam hal
ini selaku kumpulan pengetahuan yang logis dan sistematis secara tak langsung
merekam gejala-gejala alam, misalnya kehadiran komet, pergeseran benua, perubahan
flora dan fauna.
1. Observasi Awal
Peneliti mengamati keadaan awal dari objek penelitian. Pada kegiatan ini dilakukan
karakterisasi objek dan analisis terhadap sifat-sifatnya.
2. Identifikasi Masalah
3. Perumusan hipotesis
4. Eksperimen
5. Analisis Hasil
8
Peneliti melakukan analisis terhadap hasil eksperimen. Analisis ini dikembangkan
dari rumusan hipotesis yang telah dibuat sebelumnya, terutama apakah hipotesis yang
dibuat dapat menjelaskan fenomena permasalahan yang terjadi atau tidak. Jika
terdapat hubungan yang jelas atau kesesuaian antara hasil eksperimen dengan
hipotesis, maka hasil analisis dapat dijadikan sebagai dasar penarikan kesimpulan.
Jika tidak, maka dilakukan pengulangan langkah-langkah sebelumnya. Pengulangan
dapat dilakukan dari tahapan perumusan hipotesis atau dari tahap eksperimen.
6. Penarikan kesimpulan
9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pada hakikatnya IPA merupakan ilmu pengetahuan tentang gejala alam yang
dituangkan berupa fakta, konsep, prinsip dan hukum yang teruji kebenarannya dan
melalui suatu rangkaian kegiatan dalam metode ilmiah. Dan IPA juga memberikan
10
pemahaman kepada kita bagaimana caranya agar kita dapat hidup dengan cara
menyesuaikan diri terhadap hal-hal tersebut. Hakikat sebagai produk dan proses tidak
bisa dibedakan atau dipisahkan, karena produk dan proses mempunyai hubungan
terikat satu dengan yang satunya lagi dalam melakukan pengamatan ilmiah.
11
DAFTAR PUSTAKA
http://eprints.uny.ac.id/32629/3/BAB%20II.pdf
https://sumartoipa.wordpress.com/2013/06/15/hakikat-ilmu-pengetahuan-alam-ipa/
https://www.academia.edu/34933014/HAKIKAT_ILMU_PENGETAHUAN_ALAM
_IPA
https://krnsnz.wordpress.com/2016/04/07/hakekat-pembelajaran-ipa/
https://www.studiobelajar.com/metode-ilmiah/
http://www.rohmadi.info/web/read/komponen-proses-ipa/
12