Anda di halaman 1dari 6

Topik 1 (Soal No.

7 dan 8)

Bagaimana anda menentukan konstanta kesetimbangan dan kespontanan dalam suatu


sel/reaksi elektrokimia? Berikan contoh perhitungan terkait ini.
Jawab :

Spontan atau tidaknya reaksi dapat dilihat dari perubahan tanda energi bebas Gibbs,
ΔG-nya atau perubahan harga entropi, ΔS-nya. Jika ΔG positif maka, reaksi tidak spontan atau
tidak dapat terjadi. Tetapi, jika tanda ΔG reaksi adalah negatif maka, reaksi berlangsung
spontan. Sementara untuk ΔS adalah kebalikannya. Jika ΔS bertanda + dan ΔG bertanda negatif
maka, reaksi tersebut berlangsung dengan spontan.

 ΔG = -nFE0
 ΔG = ΔH -T ΔS
Contoh :

Besar beda potensial (DGL) untuk sel Zn │ Zn Cl2 (0,05 M) ││ Ag Cl (s), Ag adalah 1,015
V pada suhu 298 K.
a. Tulislah reaksi selnya
b. Hitung energi bebas gibbs nya
c. Hitung tetapan kesetimbangan
Jawab:

a. Sel Zn │ Zn Cl2 (0,05 M) ││ Ag Cl (s), Ag dapat dituliskan dalam bentuk persamaan


reaksi :
Anoda : Zn  Zn2+ + 2e-
Katoda : 2 AgCl(s) + 2 e-  2 Ag(s) + 2Cl- +
Zn + 2 AgCl(s)  2 Ag + Zn + 2 Cl-
2+

b. Besarnya energi bebas Gibbs


Δ Go = - nFE
= - 2 x 96500 x 1,015 volt
= - 195900 joule/ mol
n menunjukkan jumlah elektron yang terlibat dalam reaksi setengah sel, yaitu 2

c. Penentuan tetapan kesetimbangan K


RT
ln K =
nFE
8,314
=
1959000
= 790,69
Jadi K = 2,4.10343
Logam Cd termasuk salah satu contoh logam berat yang terkandung dalam limbah cair
industri tekstil. Jika dalam suatu percobaan dilakukan elektrolisis terhadap 2L larutan
CdSO4 dengan menggunakan arus sebesar 10A selama 5 jam. Maka bagaimana
menentukan: (a) Massa logam Cd di katoda; (b) Volume gas yang dihasilkan di anoda (STP)
dan (c) pH larutan setelah elektrolisis.
Jawab :
K (-) : Cd2+ + 2e  Cd | x2 | 2Cd2+ + 4e  2Cd
A (+) : 2H2O  O2 + 4H+ + 4e | x1 | 2H2O  O2 + 4H+ + 4e
2Cd2+ + 2H2O  2Cd + O2 + 4H+
a. Massa Cd yang terbentuk di katoda :
𝐴𝑟 𝐶𝑑
 e =
𝑉𝑎𝑙𝑒𝑛𝑠𝑖
112,4
=
2
= 56,2
𝑒.𝐼.𝑡
 F=
96500
56,2 .10 . (5 𝑋 3600)
=
96500
56,2 .10 .18000
=
96500
= 104,83 gram
b. Volume gas yang dihasilkan di anoda (STP) :
𝑔𝑟𝑎𝑚
 n Cd =
𝑚𝑟
104,83
=
112,4
= 0,93 mol
1
 n O2 = x 0,93 mol
2
= 0,465 mol
 Volume O2 (STP)
= n O2 x 22,4
= 0,465 x 22,4
= 10,416 ml

c. pH larutan setelah elektrolisis :


 n H+ = 4 x n O2
= 4 x 0,465
= 1,86 mol
𝑛
 M [H+] =
𝑣
1,86
=
2𝐿
= 0,93 M
 pH larutan
pH = -log [H+]
= -log (9,3 x 10-1)
= 1 – log 9,3
= 1 – 0,97
= 0,03
Topik 2 (Soal No. 3 dan 4)

Jika dalam suatu tim riset ilmiah anda diputuskan untuk menggunakan potensiometri untuk
mengukur kandungan logam dalam air secara instrumental, apa yang dapat anda jelaskan
mengenai metode tersebut?
Jawab :

Potensiometri merupakan metode analisis kimia yang melibatkan pengukuran


perubahan potensial dari elektroda untuk mengetahui konsentrasi dari suatu larutan. Secara
umum sel terdiri dari dua buah setengah sel dan penghitungan nilai potensial sel dapat
dilakukan dengan menggunakan persamaan Nernst.
Ecell = Eind – Eref + Ej
Dimana :
Persamaan Nernst : Eº - 0,0591/n log K
Ecell : Potensial sel
Eind : Potensial elektroda indikator
Eref : Potensial elektroda acuan
Ej : Potensial sambungan cair (liquid junction potential)
Potensial setengah sel yang satu dijaga konstan dan bagian setengah sel ini
disebut sebagai elektroda pembanding (reference electrode). Elektroda pembanding adalah
elektroda yang potensialnya diketahui dan tetap konstan selama penetapan. Pada bagian
setengah sel yang lain yang mengandung analit (zat yang diukur), dimasukkan suatu elektroda
yang disebut sebagai elektroda kerja (elektroda indikator). Elektroda indikator adalah elektroda
yang harus sedemikian rupa sehingga potensialnya bergantung pada aktivitas ion yang akan
ditetapkan. Jembatan garam yang menghubungkan dua buah setengah sel ini seringkali
dirancang dengan pola-pola yang baru dan kompososi material yang tertentu. Rangkaian
jembatan garam berfungsi untuk mencegah tercampurnya komponen dari larutan analit dengan
elektroda pembanding.
Gambar 1. Sel Potensiometri
(Sumber : Fundamentals of Analytical Chemistry, Skoog, Douglas A. et al)
Terdapat 4 macam potensiometri, yaitu potensiometri langsung, titrasi
potensiometri, potensiometri adisi standar, dan potensiometri adisi sampel. Potensiometri
langsung adalah pengukuran tunggal terhadap potensial suatu eksperimen untuk menetapkan
aktivitas ion dalam larutan tersebut. Potensiometri langsung digunakan dalam pengukuran
pH larutan atau air dan juga digunakan dalam penetapan ion-ion lain melalui penggunaan
elektroda selektif ion. Titrasi potensiometri pada prinsipnya menggabungkan antara
pengukuran potensial dan volume titran. Prinsip ini sangat berbeda dengan sistem
potensiometri langsung yang dilakukan hanya dengan pengukuran potensial langsung. Pada
potensiometri biasa keduanya akan mempunyai potensial yang berbeda, sedangkan pada titrasi
potensiometri untuk kedua larutan yang mempunyai volume yang sebanding akan memerlukan
volume zat standar yang sama.
Analisis secara titrasi potensiometri dapat dilakukan dengn menggunakan alat yang
sifatnya manual maupun dengan sistem rangkaian yang otomatis. Berikut ini merupakan
rangkaian alat titrasi potensiometri secara manual.

Gambar 2. Rangkaian Alat Titrasi Potensiometri


Mekanisme reaksi pada titrasi potensiometri adalah redoks, dengan titrat berupa
oksidator sedangan titran berupa reduktor, atau sebaliknya. Dasar perhitungannya adalah
sebagai berikut:
Pada titik ekuivalen, rumus yang digunakan adalah:
Voks x Noks = Vred x Nred
Jika konsentrasi zat dalam molar (M) dan/atau perubahan bilangan oksidasi (BO)
oksidator dan reduktor tidak sama (banyaknya elektron yang ditangkap oleh oksidator tidak
sama dengan banyaknya elektron yang dilepas oleh reduktor), maka rumus di atas dapat diubah
menjadi:
Voks x Moks x Valoks = Vred x Mred x Valred
Dimana: oks = oksidator
red = reduktor
val = valensi atau jumlah elektron yang terpakai dalam reaksi

Dalam teknik potensiometri, digunakan berbagai jenis elektroda. Dapatkan menjelaskan


tentang penggunaan berbagai jenis elektroda tersebut?
Jawab :
Terdapat dua jenis elektroda dalam potensiometri, yaitu :

1. Elektroda acuan ; elektroda acuan adalah elektroda yang potensial standarnya


diketahui, konstan, dan mengikuti persamaan Nernst. Elektroda acuan terdiri dari :
 Elektroda kalomel
 Notasi : Hg│Hg2Cl2 (jenuh), KCl (x M)║
 Reaksi yang terjadi : Hg2Cl2(s) + 2e ↔ 2 Hg(l) + 2Cl-(aq).
 Elektroda Ag/Agcl
 Notasi : Ag│AgCl (jenuh), KCl(jenuh)║
 Reaksi redoks : Ag+ + e ↔ Ag
AgCl + e ↔ Ag + Cl-
 Logam perak sebagai elektroda yang dicelup dalam KCl jenuh dan
pasta AgCl. Potensialnya pada 25oC adalah 0,199 V.
2. Elektroda indikator terdiri dari :
 Elektroda logam
 Jenis pertama ; elektroda jenis pertama adalah suatu elektroda yang
logamnya merupakan suatu komponen dari pasangan redoks dalam
reaksi, misalnya elektroda tembaga yang berperan serta dalam reaksi
Cu2+ + 2e  Cu. Pada elektroda jenis ini, ion dalam larutan
mempertukarkan elektron langsung dengan logamnya.
 Jenis kedua ; elektroda jenis kedua adalah elektroda dimana
potensialnya yang dikaitkan dengan reaksi transfer-elektron (Mn+ +
ne = M) diatur oleh aktivitas suatu spesies lain yang berantar-reaksi
dengn Mn+, misalnya elektroda kalomel.
 Elektroda membran ; elektroda membran menggunakan membran untuk
menyeleksi ion-ion yang menembusnya. Elektroda ini akan membiarkan
ion-ion jenis tertentu menembusnya tetapi melarang ion lain untuk lewat.
 Elektroda kaca ; elektroda kaca adalah suatu elektroda membran yang
membrannya terbuat dari kaca, mula-mula dikembangkan untuk
pengukuran pH, sekarang tersedia elektroda kaca yang selektif terhadap ion
lain (seperti Na+).
 Elektroda inert ; elektroda inert merupakan elektroda yang tidak masuk ke
dalam reaksi. Contohnya adalah platina. Elektroda ini bekerja baik sebagai
elektroda indikator untuk pasangan redoks seperti Fe3+ + e ↔ F2+ Fungsi
logam Pt adalah untuk membangkitkan kecenderungan sistem tersebut
dalam mengambil atau melepaskan elektron, sedangkan logam itu tidak ikut
secara nyata dalam reaksi redoks.

Gambar 3. Jenis elektroda dalam sel potensiometri

Referensi :

Klopo, Wit. 2015. Titrasi Potensiometri. [ONLINE] Available at:


http://www.academia.edu/5607235/TITRASI_POTENSIOMETRI. [Accessed 2 Oktober
2018].

Skoog, Holler, dan Crouch. 2007. Principles of Instrumental Analysis. Edisi 6.


Belmont: Thomson Brooks/Cole.
Suyanta, Dr. (2013). REDOKS DAN ELEKTROKIMIA. [ebook] Yogyakarta.
Available at: http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/.../suyanta-msi-
dr/modulplpgredokselektrokimia.pdf [Accessed 9 Okt. 2018].

Anda mungkin juga menyukai