PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Teori belajar merupakan gabungan prinsip yang saling berhubungan dan penjelasan atas
sejumlah fakta serta penemuan yang berkaitan dengan peristiwa belajar. Penggunaan teori
belajar dengan langkah – langkah pengembangan yang benar dan pilihan materi pelajaran
serta penggunaan unsur desinn pesan yang baik dapat memberikan kemudahan bagi siswa
dalam memahami suatu pelajaran. Banyak teori tentang belajar yang telah berkembang mulai
abad ke-19 sampai sekarang. Pada awal abad ke-19 teori belajar yang berkembang pesat dan
memberi banyak pengaruh terhadap para ahli psikologi adalah teori belajar tingkah laku atau
behaviorisme.
Teori belajar behavioristic sangat menekankan pada hasil belajar, yaitu adannya
perubahan perilaku yang dapat diamati. Pandangan behavioristic mengakui pentingnya
masukkan atau input yang berupa stimulus, dan keluaran atau output yang berupa respon.
Penerapan teori belajar behavioristic mudah sekali ditemukan di sekolah. Hal ini dikarenakan
mudahnya penerapan teori ini untuk meningkatan kualitas peserta didik.
Dalam mempelajari ilmu pendidikan sepertiinya kita sependapat bahwa di dunia ini tak
ada makhluk hidup yang ketika baru dilahirkan dapat melakukan segala sesuatu dengan
sendirinya begitu juga dengan manusia. Sejak ia bayi, bahkan ketika dewasa pun, ia pasti
membutuhkan bantuan orang lain.
Jika bayi manusia yang baru diilahirkan tidak mendapat bantuan dari manusi dewasa
lainnya, tentu ia tidak mampu hidup sebagaimana manusia biasanya. Oleh karena itu manusia
selalu memerlukaan dan melakukan perbuatan belajar kapan saja dan dimana saja. Banyak
ilmuwwan yang telah menemukan teori belajar. Salah satu teori belajar tesrsebut adalah teori
belajar dari Robert M. Gagne yang akan dibahas pada makalah ini.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang tersebut, adapun rumusan masalah yaitu :
1. Bagaimana teori belajar B.F. Skinner?
2. Bagaimana prinsip-prinsip teori operant conditioning B.F. Skinner?
3. Bagaimana kekurangan dan kelebihan teori operant conditioning B.F. Skinner?
4. Bagaimana implementasi teori belajar B.F. Skinner dalam pembelajaran?
5. Bagaimana teori belajar yang dikemukakan oleh Robert M.Gagne?
6. Bagaimana implementasi teori Gagne?
7. Bagaimana aplikasi teori Gagne?
8. Apa implikasi teori Gagne bagi pembelajaran?
C. TUJUAN
Berdasarkan rumusan masalah diatas, adapun tujuan yang dapat diambil yaitu :
1. Untuk memahami teori belajar B.F. Skinner
2. Untuk mengetahui prinsip-prinsip teori operant conditioning B.F. Skinner
3. Untuk memahami kekurangan dan kelebihan teori operant conditioning B.F.
Skinner
4. Untuk mengetahui implementasi teori belajar B.F. Skinner dalam pembelajaran
5. Untuk mengetahui tentang teori belajar yang dikemukakan oleh Robert M.Gagne
6. Untuk mengetahui implementasi teori Gagne
7. Untuk mengetahui aplikasi teori gagne
8. Untuk mengetahui implikasi teori gagne dalam pembelajaran
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut Skinner manusia adalah sekumpulan reaksi unik yang sebagian diantaranya
telah ada dan secara genetis diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Pengkondisian
yang kita alami dari lingkungan social menentukn “pengamlaman” yakni sekumpulan perilaku
yang sudah ada. Jadi manusia adalah produk.
Studi skinner tentang pembelajaran berpusat pada tingkah laku dan konsekuensi
konsekuensinya.Skinner mendefinisikan belajar sebagai proses perubahan perilaku. Perubahan
perilaku yang dicapai sebaga hasil belajar tersebut melalui proses penguata perilaku baru yang
muncul yakni operan conditioning ( Kondisioning operan).Skinner adalah seorang psikolog dari
Harvard yang telah berjasa mengembangkan teori perilaku Watson.Pandangannya tentang
kepribadian disebut dengan behaviorisme radikal.Behaviorisme menekankan studiilmiah tentang
respon perilaku yang dapat diamati dan determinan lingkungan.Dalam behaviorisme Skinner,
pikiran, sadar atau tidak sadar, tidak diperlukan untuk menjelaskan perilaku dan perkembangan.
Menurut Skinner, perkembangan adalah perilaku. Oleh karena itu para behavioris yakin bahwa
perkembangan dipelajari dan sering berubah sesuai dengan pengalaman-penglaman lingkungan.
Dasar operant conditioning dalam pengajaran adalah untuk memastikan respon terhadap
stimuli. Guru berperan penting di kelas, dengan mengontrol langsung kegiatan belajar siswa,
pertama-tama yang harus dilakukan adalah menentukan logika yang penting agar menyampaikan
materi pelajaran dengan langkah-langkah yang pendekatan kemudian mencoba untuk
memberikan reinforcement segera setelah siswa memberikan respon.
Ada enam asumsi yang membentuk landasan untuk kondisioning operan. Asumsi-asumsi itu
adalah sebagai berikut:
1) Setiap respons yang dilakukan dengan stimulus yang menguatkan cenderung akan
diulang.
2) Stimulus yang menguatkan adalah segala sesuatu yang memperbesar rata-rata
terjadinya respons operan.
Pada kedua poin tersebut ,Pertama, bahwa setiap respons yang dilakukan dengan stimulus
yang menguatkan cenderung akan diulang, artinya perilaku yang ditimbulkan oleh suatu stimulus
yang dikenali. Contohnya ialah semua gerak refleks. Kedua, stimulus yang menguatkan adalah
segala sesuatu yang memperbesar rata-rata terjadinya respons operan yang merupakan perilaku
yang tidak diakibatkan oleh stimulus yang dikenal, tetapi dilakukan sendiri oleh individu.
Kebanyakan dari aktivitas kita ialah perilaku operan.
Dari pembagian perilaku tersebut, Skinner mebedakan pengkondisian dalam dua jenis, yaitu
sebagai berikut:
a) Dari segi jenisnya, Reinforcement dibagi menjadi dua kategori, yaitu reinforcemen
primer dan reinforcemen sekunder. Reinforcemen primer adalah reinforcemen
berupa kebutuhan dasar manusia, seperti makanan, air, keamanan, kehangatan, dan
lain sebagainya. Sedangkan reinforcemen sekunder adalah reinforcemen yang
diasosiasikan dengan reinforcemen primer. Misalnya, uang mungkin tidak
mempunyai nilai bagi anak kecil sampai ia belajar bahwa uang itu dapat digunakan
untuk membeli kue kesukaannya
b) Dari segi bentuknya, reinforcemen dibagi menjadi dua, yaitu reinforcemen positif
dan negative. Reinforcemen positif adalah konsekuen yang diberikan untuk
menguatkan atau meningkatkan perilaku seperti hadiah, pujian, kelulusan dan lain
sebagainya. Sedangkan reinforcemen negative adalah menarik diri dari situasi yang
tidak menyenangkan untuk menguatkan tingkah laku.
2. Punishment
Dari segi bentuknya, punishment terdiri dari time out dan respon cost.
a) Time out adalah sebuah bentuk hukuman di mana seseorang akan kehilangan
sesuatu yang disukai atau disenangi sampai pada waktu tertentu.
b) Respon cost adalah sebuah bentuk hukuman di mana seseorang akan kehilangan
sebuah reinforcemen positif jika melakukan perilaku yang tidak diinginkan.
Misalnya, seorang siswa tidak diberikan kesempatan mengakses internet di ruang
computer sekolah jika ia tidak mengerjakan tugas yang diberikan.
3. Shaping
4. Extiction
Extiction adalah mengurangi atau menurunkan tingkah laku dengan menarik reinforcement
yang menyebabkan perilaku tersebut terjadi. Extiction ini terjadi melalui proses perlahan-
lahan.Extiction merupakan kunci untuk mengatur tingkah laku siswa. Perilaku yang tidak sesuai
(mishebavior) dapat di-extiction jika reinforcer (penguat) yang menyebabkan terjadinya perilaku
tersebut dapat diketahui dan dapat diubah.
Generalisasi merupakan penyamarataan perilaku atau respons dari stimulus yang sama
untuk diaplikasikan dalam bentuk yang lain. Dengan kata lain, individu cenderung melakukan
generalisasi terhadap sesuatu yang dipelajarinya.
Diskriminasi merupakan proses belajar bahwa suatu perilaku akan diperkuat dalam suatu
situasi, namun tidak dalam situasi lain. Seseorang akan belajar bahwa menceritakan leluconnya
di tempat ibadah atau dalam situasi bisnis yang memerlukan keseriusan, niscaya tidak akan
menyebabkan orang tertawa. Maka, orang tersebut akan belajar menceritakan leluconnya hanya
seketika ia berada pada situasi yang riuh dan banyak orang (stimulus diskriminatif).
C. Kekurangan dan kelebihan teori operant conditioning B.F. Skinner
1) Kelebihan Teori Operant Conditioning
Pada teori Skinner ini, pendidik diarahkan untuk menghargai peserta didik oleh sebab itu,
teori Skinner menghendaki agar system hukuman dihilangkan saja. Hal ini didukung dengan
adanya pembentukan lingkungan yang baik, sehingga dimungkinkan akan meminimalkan
terjadinya kesalahan. Dengan adanya penguatan, menjadikan motivasi bagi individu untuk
berperilaku yang benar sesuai keinginan.
Dalam teori Skinner, proses belajar dapat diamati secara langsung. Padahal, belajar adalah
proses kegiatan mental yang tidak dapat disaksikan dari luar, kecuali sebagai gejalanya. Lalu,
proses belajar bersifat otomatis-mekanis. Alhasil, proses belajar terkesan seperti gerakan mesin
dan robot.
Pada akhirnya, proses belajar manusia yang dapat dianalogikan dengan perilaku hewan
menjadi sulit diterima. Sebab, terdapat perbedaan karakter fisik maupun psikis yang sangat
kentara antara manusia dan hewan. Karena itu, manusia dan hewan benar-benar berbeda dalam
proses belajarnya.
Teori belajar B.F. Skinner cocok untuk diaplikasikan pada siswa kelas rendah dan kelas
tinggi karena teori Skinner karena setiap anak baik anak kelas tinggi maupun rendah menyukai
diberi sebuah hadiah atau penguatan. Hal tersebut akan menjadi sebuah motivasi untuk anak.
Mereka akan lebih giat dalam belajar jika diberi pujian maupun hadiah. Selain itu, penghilangan
hukuman juga menjadi hal yang disukai oleh anak.
Menurut Gagne, belajar memberi konstribusi terhadap adaptasi yang diperlukan untuk
mengembangkan proses yang logis, sehingga perkembangan perilaku (behaviour) adalah hasil
dari efek belajar yang kumulatif serta tidak dapat didefinisikan dengan mudah karena belajar
bersifat kompleks. Aneka ragam bentuk belajar menurut Robert M gagne yakni:
Signal learning ini mirip dengan conditioning menurut Pavlov dan timbul setelah sejumlah
pengalaman tertentu. Respon yang timbul bersifat umum, kabur, emosional, tak sengaja, dan tak
dapat dikuasai.
2. Stimulus-response learning (belajar stimulus respon)
Respons dapat diatur dan dikuasai, bersifat spesifik, tidak umum dan kabur. Respons ini
diperkuat dengan adanya reward. Sering gerakan motoris merupakan komponen penting dalam
respons itu.
Chaining terjadi bila terbentuk hubungan antara bebrapaa stimulus-respons, oleh sebab yang
satu terjadi segera setelah yang satu lagi, jadi berdasarkan contiguity.
Tipe ini berhubungan dengan penggunaan bahasa, dimana hasil belajarnya yaitu memberikan
reaksi verbal pada stimulus.
Hasil dari tipe belajar ini adalah kemampuan untuk membeda-bedakan antar objek-objek
yang terdapat dalm lingkungan fisik.
Belajar pada tipe ini terutama dimaksudkan untuk memperoleh pemahaman atau pengertian
tentang suatu yang mendasar.
Tipe belajar ini menghasilkan suatu kaidah yang terdiri atas penggabungan beberapa konsep.
Tipe belajar ini menghasilkan suatu prinsip yang dapat digunakan untuk memecahkan suatu
permasalahan.
Gagne membagikan belajar berlangsung dalam empat fase, yang sukar dipisahkan satu sama
lainnya. Fase pertama dapat berlangsung beberapa detik, fase kedua dapat dipandang sebagai
perbuatan belajar, sedangkan fase ketiga dan empat dipandang sebagai mengingat. Keempat fase
tersebut adalah:
1. Fase apprehending
2. Fase acquisition
3. Fase strorage
Kemampuan yang baru (yang didapat dari fase sebelumnya) itu disimpan.
4. Fase retrieval
Teori belajar Gagne dapat diterapkan dalam proses pembelajaran di Indonesia. Ada
beberapa pendekatan dan langkah-langkah agar bisa menerapkan teori tersebut dalam proses
pembelajaran. Berdasarkan konsep Sembilan kondisi Intruksional Gagne, maka dapat disusun
rancangan kegiatan belajar mengajar sebagai berikut:
1. Memperoleh perhatian
Guru dalam memberikan stimulus kepada siswa dengan cara meyakinkan siswa bahwa
mempelajari materi tersebut itu penting. Hal ini bisa dilakukan melalui pertanyaan-pertanyaan
ringan seputar materi yang akan disajikan. Contoh: Mengenalkan hutan dengan cara mengajak
siswa TK seolah-olah kemping. Dengan mendekorasi ruangan kelas seperti hutan (tanaman
dengan pot yang ditutup kain atau kertas, batu batuan, bunga, ranting dll). Hari sebelumnya,
Guru meminta siswa membawa peralatan dan perlengkapan berkemah seperti makanan, pakaian,
sepatu, tas ransel, senter. Ketika kegiatan ini dilaksanakan biarkan siswa memperlihatkan
kemampuan menolong dirinya sendiri serta bersosialisasi dengan temannya. Kenalkan hutan
melalui temuan-temuan anak atau yang dilihat siswa di hutan (ruangan yang sudah disiapkan)
dan cocokkan dengan buku tentang hutan yang dibawa guru. Ajak siswa mendengarkan bunyi-
bunyian yang berkaitan, misalnya rekaman air dan suara binatang. Lampu dapat dimatikan
seolah-olah malam hari di hutan.
Guru harus mengupayakan untuk memberitahu siswa akan tujuan pembelajaran. Sehingga
siswa mengetahui tujuan dari materi pembelajaran yang dipelajarinya. Ini sangat penting
dilakukan agar siswa lebih termotivasi untuk bisa mencapai tujuan pembelajaran.
Contoh: Kegiatan diawali dengan tanya jawab, untuk mengetahui sejauh mana kemampuan
siswa, dilanjutkan menyampaikan tujuan pembelajaran. Sebelum kegiatan berkemah, guru
mengadakan tanya jawab dengan siswa. Seperti mengatakan “Siapa yang pernah ke hutan?”
“Seperti apa ya hutan itu?” “Apa saja isinya?” “Siapa yang mau ke hutan?” “Nanti teman-teman
akan melihat hutan, juga mengetahui isi hutan!”
Upaya merangsang siswa dalam mengingat materi yang lalu bisa dilakukan dengan cara
bertanya tentang materi yang telah diajarkan.
Contoh: Di pertemuan berikutnya, untuk mengingat kembali pengetahuan tentang hutan, ajak
siswa TK mengklasifikasikan kepingan gambar yang disediakan. Menklasifikasikan gambar
yang berkaitan dengan hutan dengan yang bukan hutan.
4. Menyajikan stimulus
Guru menyajikan materi pembelajaran secara menarik dan menantang. Sehingga siswa
merasa tertarik untuk mengikuti pembelajaran yang sedang berlangsung.
Contoh: Guru menyampaikan materi “hutan” dengan bercerita menggunakan wayang hutan
(dibuat sendiri, berupa gambar-gambar seperti : pohon, binatang, jamur, batu, matahari, air dll
yang diberi tongkat). Guru juga mengajak siswa ikut memainkan wayang yang disediakan.
Guru harus membimbing siswa dalam proses belajarnya. Sehingga siswa dapat terarah
dalam pembelajarannya. Contoh: Kegiatan berupa membuat peta pikiran di atas sebuah kertas
besar atau papan tulis dengan spidol warna warni. Guru menuliskan kata “hutan” di tengah
papan. Ajukan pertanyaan misalnya “Kalau mendengar kata hutan, apa yang terlintas di
pikiranmu?” Biarkan siswa menjawab dan tuliskan /gambarkan jawaban siswa. Tidak ada
jawaban salah. Arahkan siswa ke pada tema kali ini. Misalnya ketika siswa menjawab
“Harimau.” Guru dapat balik bertanya “Kenapa harimau?” siswa menjawab “Kan adanya di
hutan.” dan seterusnya. Atau siswa lain mengatakan pendapatnya tentang hutan, siswa tersebut
mengatakan “Takut” Guru dapat menayakan “Kenapa takut?” Misalnya siswa menjawab
“Gelap” Guru dapat menanyakan “Kenapa gelap? Misalnya siswa menjawab “banyak pohon.”
dan seterusnya. Dalam kegiatan ini, dapat juga menggunakan potongan-potongan gambar Koran
atau majalah atau clip-art.
6. Memancing kinerja
Memberikan feedback dengan memberitahukan kepada murid apakah hasil belajarnya benar
atau tidak. Contoh: Berkaitan dengan poin sebelumnya yaitu memperoleh unjuk kerja siswa,
guru dapat memberikan balikan atas hasil karya yang siswa buat. Misalnya, ketika siswa
menunjukkan maket hutan buatannya, guru dapat mengajukan pujian atau mengajukan beberapa
pertanyaan yang memancing siswa menceritakan hasil karyanya. Misalnya ketika siswa
membuat gajah berkaki dua guru dapat bertanya “Ini apa?” “Menurutmu kaki gajah ada berapa?”
jika siswa mengalami kesulitan, ajak siswa melihat buku, gambar atau fotoh gajah hingga anak
gambar atau foto gajah hingga siwa memahami.
9. Mengusahakan transfer
Dalam buku Condition of Learning, Gagne (1997) mengemukakan sembilan prinsip yang
dapat dilakukan guru dalam melaksanakan pembelajaran, sebagai berikut:
1. Menarik perhatian (gaining attention): hal yang menimbulkan minat siswa dengan
mengemukakan sesuatu yang baru, aneh, kontradiksi, atau kompleks.
2. Menyampaikan tujuan pembelajaran (informing learner of the objectives): memberitahukan
kemampuan yang harus dikuasai siswa setelah selesai mengikuti pelajaran
3. Mengingatkan konsep/prinsip yang telah dipelajari (stimulating recall or prior learning):
merangsang ingatan tentang pengetahuan yang telah dipelajari yang menjadi prasyarat
untuk mempelajari materi yang baru.
4. Menyampaikan materi pelajaran (presenting the stimulus): menyampaikan materi-materi
pembelajaran yang telah direncanakan
5. Memberikan bimbingan belajar (providing learner guidance): memberikan pertanyaan-
pertanyaan yang membimbing proses/alur berpikir siswa agar memiliki pemahaman yang
lebih baik.
6. Memperoleh kinerja/penampilan siswa (eliciting performance): siswa diminta untuk
menunjukkan apa yang telah dipelajari atau penguasaannya terhadap materi.
7. Memberikan balikan (providing feedback): memberitahu seberapa jauh ketepatan
performance siswa.
8. Menilai hasil belajar (assessing performance): memberitahukan tes/tugas untuk mengetahui
seberapa jauh siswa menguasai tujuan pembelajaran
9. Memperkuat retensi dan transfer belajar (enhancing retention and transfer): merangsang
kamampuan mengingat-ingat dan mentransfer dengan memberikan rangkuman,
mengadakan review atau mempraktekkan apa yang telah dipelajari.
10. Implikasi Teori Gagne dalam pembelajaran
11. Mengontrol perhatian siswa.
12. Memberikan informasi kepada siswa mengenai hasil belajar yang diharapkan guru.
13. Merangsang dan mengingatkan kembali kemampuan-kemampuan siswa.
14. Penyajian stimuli yang tak bisa dipisah-pisahkan dari tugas belajar.
15. Memberikan bimbingan belajar.
16. Memberikan umpan balik.
17. Memberikan kesempatan pada siswa untuk memeriksa hasil belajar yang telah dicapainya.
18. Memberikan kesempatan untuk berlangsungnya transfer of learning.
19. Memberikan kesempatan untuk melakukahn praktek dan penggunaan kemampuan yang
baru diberikan.
PENUTUP
A.Kesimpulan
Teori Skinner ini menerangkan bagaimana berbagai kecenderungan respon dicapai melalui
pembelajaran. Jika respon diikuti oleh konsekuensi yang menguntungkan atau disebut juga
penguatan, maka respon tersebut menguat dan jika respon menghasilkan konsekuensi negatif
atau hukuman, maka respon tersebut akan melemah. Melalui eksperimennya tersebut, Skinner
menemukan bahwa perolehan pengetahuan, termasuk pengetahuan mengenai bahasa merupakan
kebiasaaan semata atau hal yang harus dibiasakan terhadap subyek tertentu yang dilakukan
secara terus-menerus dan bertubi-tubi.Kelebihan Teori Operant Conditioning pendidik diarahkan
untuk menghargai peserta didik. Kekurangan Teori Operant Conditioning terdapat perbedaan
karakter fisik maupun psikis antara manusia dan hewan dan sangat jauh berbeda dalam proses
belajarnya.
Pembelajaran menurut Gagne hendaknya mampu menimbulkan persitiwa belajar dan proses
kognitif. Peristiwa belajar (instructional events) adalah persitiwa dengan urutan sebagai berikut :
menimbulkan minat dan memusatkan perhatian agar peserta didik siap menerima pelajaran,
menyampaikan tujuan pembelajaran agar pseerta didik tahu apa yang diharapkan dala
pembelajaran itu, mengingat kembali konsep/prinsip yang telah dipelajari sebelumnya yang
merupakan prasyarat, menyampaikan materi pembelajaran, memebrikan bimbingan atau
pedoman untuk belajar, membangkitkan timbulnya unjuk kerja peserta didik, memberikan
umpan balik tentang kebenaran pelaksanaan tugas, mengukur/evaluasi belajar, dan memperkuat
referensi dan transfer belajar
DAFTAR USTAKA