Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Teori belajar merupakan gabungan prinsip yang saling berhubungan dan penjelasan atas
sejumlah fakta serta penemuan yang berkaitan dengan peristiwa belajar. Penggunaan teori
belajar dengan langkah – langkah pengembangan yang benar dan pilihan materi pelajaran
serta penggunaan unsur desinn pesan yang baik dapat memberikan kemudahan bagi siswa
dalam memahami suatu pelajaran. Banyak teori tentang belajar yang telah berkembang mulai
abad ke-19 sampai sekarang. Pada awal abad ke-19 teori belajar yang berkembang pesat dan
memberi banyak pengaruh terhadap para ahli psikologi adalah teori belajar tingkah laku atau
behaviorisme.

Teori belajar behavioristic sangat menekankan pada hasil belajar, yaitu adannya
perubahan perilaku yang dapat diamati. Pandangan behavioristic mengakui pentingnya
masukkan atau input yang berupa stimulus, dan keluaran atau output yang berupa respon.
Penerapan teori belajar behavioristic mudah sekali ditemukan di sekolah. Hal ini dikarenakan
mudahnya penerapan teori ini untuk meningkatan kualitas peserta didik.

Dalam mempelajari ilmu pendidikan sepertiinya kita sependapat bahwa di dunia ini tak
ada makhluk hidup yang ketika baru dilahirkan dapat melakukan segala sesuatu dengan
sendirinya begitu juga dengan manusia. Sejak ia bayi, bahkan ketika dewasa pun, ia pasti
membutuhkan bantuan orang lain.

Jika bayi manusia yang baru diilahirkan tidak mendapat bantuan dari manusi dewasa
lainnya, tentu ia tidak mampu hidup sebagaimana manusia biasanya. Oleh karena itu manusia
selalu memerlukaan dan melakukan perbuatan belajar kapan saja dan dimana saja. Banyak
ilmuwwan yang telah menemukan teori belajar. Salah satu teori belajar tesrsebut adalah teori
belajar dari Robert M. Gagne yang akan dibahas pada makalah ini.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang tersebut, adapun rumusan masalah yaitu :
1. Bagaimana teori belajar B.F. Skinner?
2. Bagaimana prinsip-prinsip teori operant conditioning B.F. Skinner?
3. Bagaimana kekurangan dan kelebihan teori operant conditioning B.F. Skinner?
4. Bagaimana implementasi teori belajar B.F. Skinner dalam pembelajaran?
5. Bagaimana teori belajar yang dikemukakan oleh Robert M.Gagne?
6. Bagaimana implementasi teori Gagne?
7. Bagaimana aplikasi teori Gagne?
8. Apa implikasi teori Gagne bagi pembelajaran?

C. TUJUAN
Berdasarkan rumusan masalah diatas, adapun tujuan yang dapat diambil yaitu :
1. Untuk memahami teori belajar B.F. Skinner
2. Untuk mengetahui prinsip-prinsip teori operant conditioning B.F. Skinner
3. Untuk memahami kekurangan dan kelebihan teori operant conditioning B.F.
Skinner
4. Untuk mengetahui implementasi teori belajar B.F. Skinner dalam pembelajaran
5. Untuk mengetahui tentang teori belajar yang dikemukakan oleh Robert M.Gagne
6. Untuk mengetahui implementasi teori Gagne
7. Untuk mengetahui aplikasi teori gagne
8. Untuk mengetahui implikasi teori gagne dalam pembelajaran
BAB II

PEMBAHASAN

A.Teori Belajar Burrhus Freeric Skinner

Menurut Skinner manusia adalah sekumpulan reaksi unik yang sebagian diantaranya
telah ada dan secara genetis diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Pengkondisian
yang kita alami dari lingkungan social menentukn “pengamlaman” yakni sekumpulan perilaku
yang sudah ada. Jadi manusia adalah produk.

Studi skinner tentang pembelajaran berpusat pada tingkah laku dan konsekuensi
konsekuensinya.Skinner mendefinisikan belajar sebagai proses perubahan perilaku. Perubahan
perilaku yang dicapai sebaga hasil belajar tersebut melalui proses penguata perilaku baru yang
muncul yakni operan conditioning ( Kondisioning operan).Skinner adalah seorang psikolog dari
Harvard yang telah berjasa mengembangkan teori perilaku Watson.Pandangannya tentang
kepribadian disebut dengan behaviorisme radikal.Behaviorisme menekankan studiilmiah tentang
respon perilaku yang dapat diamati dan determinan lingkungan.Dalam behaviorisme Skinner,
pikiran, sadar atau tidak sadar, tidak diperlukan untuk menjelaskan perilaku dan perkembangan.
Menurut Skinner, perkembangan adalah perilaku. Oleh karena itu para behavioris yakin bahwa
perkembangan dipelajari dan sering berubah sesuai dengan pengalaman-penglaman lingkungan.

Kondisioning operan juga melibatkan proses-proses belajar dengan menggunakan otot-otot


secara sadar yang memunculkan respons yang diikuti oleh pengulangan untuk
penguatan.Konsep-konsep dikemukanan Skinner tentang belajar lebih mengungguli konsep para
tokoh sebelumnya. Skinner menjelaskan konsep belajar secara sederhana, tetapi lebih
komprehensif. Menurut Skinner hubungan antara stimulus dan respons yang terjadi melalui
interaksi dengan lingkungannya, kemudian menimbulkan perubahan tingkah laku yang tidak
sesederhana yang dikemukakan oleh tokoh-tokoh sebelumnya. Menurutnya respons yang
diterima seseorang tidak sesederhana demikian, karena stimulus-stimulus yang diberikan akan
saling berinteraksi dan interaksi antar sm timulus.
Menurut Skinner , dalam belajar ditemukan hal-hal berikut: Pertama. kesempatan
terjadinya peristiwa yang menimbulkan respon belajar. Kedua, respon si pelajar. Ketiga,
konsekuensi yang bersifat menggunakan respon tersebut, baik konsekuensinya sebagai hadiah
maupun teguran atau hukuman.

Dasar operant conditioning dalam pengajaran adalah untuk memastikan respon terhadap
stimuli. Guru berperan penting di kelas, dengan mengontrol langsung kegiatan belajar siswa,
pertama-tama yang harus dilakukan adalah menentukan logika yang penting agar menyampaikan
materi pelajaran dengan langkah-langkah yang pendekatan kemudian mencoba untuk
memberikan reinforcement segera setelah siswa memberikan respon.

Ada enam asumsi yang membentuk landasan untuk kondisioning operan. Asumsi-asumsi itu
adalah sebagai berikut:

1) Belajar itu adalah tingkah laku.


2) Perubahan tingkah laku (belajar) secara fungsional berkaitan dengan adanya
perubahan dalam kejadian-kejadian di lingkungan kondisi-kondisi
lingkungan.
3) Hubungan yang berhukum antara tingkah laku dan lingkungan hanya dapat
di tentukan kalau sifat-sifat tingkah laku dan kondisi eksperimennya di
definisikan menurut fisiknya dan di observasi di bawah kondisi-kondisi yang
di kontrol secara seksama.
4) Data dari studi eksperimental tingkah laku merupakan satu-satunya sumber
informasi yang dapat diterima tentang penyebab terjadinya tingkah laku.
5) Tingkah laku organisme secara individual merupakan sumber dan yang
cocok.
6) Dinamika interaksi organisme dengan lingkungan itu sama untuk semua
jenis mahluk hidup.

Pada dasarnya, Skinner mendefinisikan belajar sebagai proses perubahan perilaku .


Perubahan perilaku yang dicapai sebagai hasil belajar tersebut melalui proses penguatan perilaku
baru yang muncul, yang biasanya disebut dengan kondisioning operan (operant conditioning).
B. Prinsip -Prinsip teori operant conditioning Belajar Skinner

Ada dua prinsip umum dalam pengkondisian Tipe R :

1) Setiap respons yang dilakukan dengan stimulus yang menguatkan cenderung akan
diulang.
2) Stimulus yang menguatkan adalah segala sesuatu yang memperbesar rata-rata
terjadinya respons operan.

Pada kedua poin tersebut ,Pertama, bahwa setiap respons yang dilakukan dengan stimulus
yang menguatkan cenderung akan diulang, artinya perilaku yang ditimbulkan oleh suatu stimulus
yang dikenali. Contohnya ialah semua gerak refleks. Kedua, stimulus yang menguatkan adalah
segala sesuatu yang memperbesar rata-rata terjadinya respons operan yang merupakan perilaku
yang tidak diakibatkan oleh stimulus yang dikenal, tetapi dilakukan sendiri oleh individu.
Kebanyakan dari aktivitas kita ialah perilaku operan.

Dari pembagian perilaku tersebut, Skinner mebedakan pengkondisian dalam dua jenis, yaitu
sebagai berikut:

1. Respondent conditioning (pengkondisian respon).yaitu respon yang ditimbulkan


oleh perangsang-perangsang tertentu. Perangsang-perangsang yang demikianitu
yang disebut eliciting stimuli, menimbulkan respon-respon yang secara relatif
tetap, misalnya makanan yang menimbulkan keluarnya air liur. Pada umumnya,
perangsang-perangsang yang demikian itu mendahului respons yang
ditimbulkannya.
2. Operan conditioning (pengkondisian operan) yaitu respon yang timbul dan
berkembangnya diikuti oleh perangsang-perangsang tertentu. Perangsang yang
demikian itu disebut reinforcing stimuli atau reinforcer, karena perangsang-
perangsang tersebut memperkuat respons yang telah dilakukan oleh organisme.

Maka, ia menemukan prinsip-prinsip mendasar dalam teorinya. Diantaranya ialah


reinforcement (penguatan kembali), punishment (hukuman), shaping (pembentukan), extinction
(penghapusan), generalization (generalisasi) dan discrimination (pembedaan).
1. Reinforcement

Reinforcement didefenisikan sebagai sebuah konsekuen yang menguatkan tingkah laku


(atau frekuensi tingkah laku). Kefektifan sebuah reinforcement dalam proses belajar perlu
ditunjukkan. Karena kita tidak dapat mengasumsikan sebuah konsekuen adalah reinforcer sampai
terbukti bahwa konsekuen tersebut dapat menguatkan perilaku. Misalnya, permen pada
umumnya dapat menjadi reinforcer bagi perilaku anak kecil, tetapi ketika merak beranjak dewasa
permen bukan lagi sesuatu yang menyenangkan, bahkan beberapa anak kecil juga tidak
menyukai permen.

Secara umum, Reinforcement dapat dibagi menjadi tiga, yaitu:

a) Dari segi jenisnya, Reinforcement dibagi menjadi dua kategori, yaitu reinforcemen
primer dan reinforcemen sekunder. Reinforcemen primer adalah reinforcemen
berupa kebutuhan dasar manusia, seperti makanan, air, keamanan, kehangatan, dan
lain sebagainya. Sedangkan reinforcemen sekunder adalah reinforcemen yang
diasosiasikan dengan reinforcemen primer. Misalnya, uang mungkin tidak
mempunyai nilai bagi anak kecil sampai ia belajar bahwa uang itu dapat digunakan
untuk membeli kue kesukaannya
b) Dari segi bentuknya, reinforcemen dibagi menjadi dua, yaitu reinforcemen positif
dan negative. Reinforcemen positif adalah konsekuen yang diberikan untuk
menguatkan atau meningkatkan perilaku seperti hadiah, pujian, kelulusan dan lain
sebagainya. Sedangkan reinforcemen negative adalah menarik diri dari situasi yang
tidak menyenangkan untuk menguatkan tingkah laku.

2. Punishment

Berbeda dengan reinforcement yang memperkuat perilaku, punishment berperan


memperlemah atau mengurangi perilaku yang bisa terjadi pada masa mendatang.

Dari segi bentuknya, punishment terdiri dari time out dan respon cost.

a) Time out adalah sebuah bentuk hukuman di mana seseorang akan kehilangan
sesuatu yang disukai atau disenangi sampai pada waktu tertentu.
b) Respon cost adalah sebuah bentuk hukuman di mana seseorang akan kehilangan
sebuah reinforcemen positif jika melakukan perilaku yang tidak diinginkan.
Misalnya, seorang siswa tidak diberikan kesempatan mengakses internet di ruang
computer sekolah jika ia tidak mengerjakan tugas yang diberikan.

3. Shaping

Berdasarkan pengondisian operan, Skinner kemudian mengembangkan teknik


“pembentukan respon” atau disebut dengan shaping untuk melatih hewan menguasai tingkah
laku yang kompleks yang juga relevan dengan tingkah laku manusia. Teknik pembentukan
respons ini dilakukan dengan cara menguatkan organisme pada setiap kali ia bertindak ke arah
yang diinginkan, sehingga ia menguasai atau belajar merespons sampai suatu saat tidak perlu lagi
menguatkan respons tersebut.

4. Extiction

Extiction adalah mengurangi atau menurunkan tingkah laku dengan menarik reinforcement
yang menyebabkan perilaku tersebut terjadi. Extiction ini terjadi melalui proses perlahan-
lahan.Extiction merupakan kunci untuk mengatur tingkah laku siswa. Perilaku yang tidak sesuai
(mishebavior) dapat di-extiction jika reinforcer (penguat) yang menyebabkan terjadinya perilaku
tersebut dapat diketahui dan dapat diubah.

5. Generalization and Descrimination

Generalisasi merupakan penyamarataan perilaku atau respons dari stimulus yang sama
untuk diaplikasikan dalam bentuk yang lain. Dengan kata lain, individu cenderung melakukan
generalisasi terhadap sesuatu yang dipelajarinya.

Diskriminasi merupakan proses belajar bahwa suatu perilaku akan diperkuat dalam suatu
situasi, namun tidak dalam situasi lain. Seseorang akan belajar bahwa menceritakan leluconnya
di tempat ibadah atau dalam situasi bisnis yang memerlukan keseriusan, niscaya tidak akan
menyebabkan orang tertawa. Maka, orang tersebut akan belajar menceritakan leluconnya hanya
seketika ia berada pada situasi yang riuh dan banyak orang (stimulus diskriminatif).
C. Kekurangan dan kelebihan teori operant conditioning B.F. Skinner
1) Kelebihan Teori Operant Conditioning

Pada teori Skinner ini, pendidik diarahkan untuk menghargai peserta didik oleh sebab itu,
teori Skinner menghendaki agar system hukuman dihilangkan saja. Hal ini didukung dengan
adanya pembentukan lingkungan yang baik, sehingga dimungkinkan akan meminimalkan
terjadinya kesalahan. Dengan adanya penguatan, menjadikan motivasi bagi individu untuk
berperilaku yang benar sesuai keinginan.

1) Kekurangan Teori Operant Conditioning

Dalam teori Skinner, proses belajar dapat diamati secara langsung. Padahal, belajar adalah
proses kegiatan mental yang tidak dapat disaksikan dari luar, kecuali sebagai gejalanya. Lalu,
proses belajar bersifat otomatis-mekanis. Alhasil, proses belajar terkesan seperti gerakan mesin
dan robot.

Sementara itu, sesungguhnya, setiap individu memiliki self-direction (kemampuan


mengarahkan diri) dan self-control (pengendalian diri) yang bersifat kognitif. Dengan
kemampuan ini, ia dapat menolak jika tidak menghendaki sesuatu. Atau, sebaliknya, akan
menerima bila menginginkan suatu hal.

Pada akhirnya, proses belajar manusia yang dapat dianalogikan dengan perilaku hewan
menjadi sulit diterima. Sebab, terdapat perbedaan karakter fisik maupun psikis yang sangat
kentara antara manusia dan hewan. Karena itu, manusia dan hewan benar-benar berbeda dalam
proses belajarnya.

D. Implementasi Teori Belajar B.F. Skinner dalam Pembelajaran

Penggunaan teori Skinner ini diimplementasikan dalam proses pembelajaran dikelas


sebagai berikut :

 Bahan yang dipelajari dianalisis sampai pada unit-unit secara organis.


 Hasil berlajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah dibetulkan dan
jika benar diperkuat.
 Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar.
 Materi pelajaran digunakan sistem modul.
 Tes lebih ditekankan untuk kepentingan diagnostic.
 Dalam proses pembelajaran lebih dipentingkan aktivitas sendiri.
 Dalam proses pembelajaran tidak dikenakan hukuman.
 Dalam pendidikan mengutamakan mengubah lingkungan untuk mengindari
pelanggaran agar tidak menghukum.
 Tingkah laku yang diinginkan pendidik diberi hadiah.
 Hadiah diberikan kadang-kadang (jika perlu)
 Tingkah laku yang diinginkan, dianalisis kecil-kecil, semakin meningkat mencapai
tujuan.
 Dalam pembelajaran sebaiknya digunakan shaping.

Teori belajar B.F. Skinner cocok untuk diaplikasikan pada siswa kelas rendah dan kelas
tinggi karena teori Skinner karena setiap anak baik anak kelas tinggi maupun rendah menyukai
diberi sebuah hadiah atau penguatan. Hal tersebut akan menjadi sebuah motivasi untuk anak.
Mereka akan lebih giat dalam belajar jika diberi pujian maupun hadiah. Selain itu, penghilangan
hukuman juga menjadi hal yang disukai oleh anak.

E.Teori belajar Robert M Gagne

Menurut Gagne, belajar memberi konstribusi terhadap adaptasi yang diperlukan untuk
mengembangkan proses yang logis, sehingga perkembangan perilaku (behaviour) adalah hasil
dari efek belajar yang kumulatif serta tidak dapat didefinisikan dengan mudah karena belajar
bersifat kompleks. Aneka ragam bentuk belajar menurut Robert M gagne yakni:

1. Signal learning (belajar isyarat)

Signal learning ini mirip dengan conditioning menurut Pavlov dan timbul setelah sejumlah
pengalaman tertentu. Respon yang timbul bersifat umum, kabur, emosional, tak sengaja, dan tak
dapat dikuasai.
2. Stimulus-response learning (belajar stimulus respon)

Respons dapat diatur dan dikuasai, bersifat spesifik, tidak umum dan kabur. Respons ini
diperkuat dengan adanya reward. Sering gerakan motoris merupakan komponen penting dalam
respons itu.

3. Chaining (rantai atau rangkaian)

Chaining terjadi bila terbentuk hubungan antara bebrapaa stimulus-respons, oleh sebab yang
satu terjadi segera setelah yang satu lagi, jadi berdasarkan contiguity.

4. Verbal Association (asosiasi verbal)

Tipe ini berhubungan dengan penggunaan bahasa, dimana hasil belajarnya yaitu memberikan
reaksi verbal pada stimulus.

5. Discrimanition learning (belajar membedakan).

Hasil dari tipe belajar ini adalah kemampuan untuk membeda-bedakan antar objek-objek
yang terdapat dalm lingkungan fisik.

6. Tipe belajar konsep (Concept Learning)

Belajar pada tipe ini terutama dimaksudkan untuk memperoleh pemahaman atau pengertian
tentang suatu yang mendasar.

7. Tipe belajar kaidah (RuleLearning)

Tipe belajar ini menghasilkan suatu kaidah yang terdiri atas penggabungan beberapa konsep.

8. Tipe belajar pemecahan masalah (Problem solving)

Tipe belajar ini menghasilkan suatu prinsip yang dapat digunakan untuk memecahkan suatu
permasalahan.
Gagne membagikan belajar berlangsung dalam empat fase, yang sukar dipisahkan satu sama
lainnya. Fase pertama dapat berlangsung beberapa detik, fase kedua dapat dipandang sebagai
perbuatan belajar, sedangkan fase ketiga dan empat dipandang sebagai mengingat. Keempat fase
tersebut adalah:

1. Fase apprehending

Dalam fase ini seseorang harus memperhatikan stimulus tertentu, harus


menangkap artinya dan memahaminya. Suatu stimulus dapat ditafsirkan dengan berbagai
cara, misalnya “sakura” dapat ditafsirkan sebagai bunga di Jepang atau sebagai nama
film.

2. Fase acquisition

Kesanggupan seseorang untuk melakukan sesuatu yang belum diketahui


sebelumnya.

3. Fase strorage

Kemampuan yang baru (yang didapat dari fase sebelumnya) itu disimpan.

4. Fase retrieval

Mengeluarkan kembali apa yang disimpan dan menggunakannya dalam situasi


tertentu atau untuk memecahkan suatu masalah.

F. Implementasi Teori Gagne

Teori belajar Gagne dapat diterapkan dalam proses pembelajaran di Indonesia. Ada
beberapa pendekatan dan langkah-langkah agar bisa menerapkan teori tersebut dalam proses
pembelajaran. Berdasarkan konsep Sembilan kondisi Intruksional Gagne, maka dapat disusun
rancangan kegiatan belajar mengajar sebagai berikut:
1. Memperoleh perhatian

Guru dalam memberikan stimulus kepada siswa dengan cara meyakinkan siswa bahwa
mempelajari materi tersebut itu penting. Hal ini bisa dilakukan melalui pertanyaan-pertanyaan
ringan seputar materi yang akan disajikan. Contoh: Mengenalkan hutan dengan cara mengajak
siswa TK seolah-olah kemping. Dengan mendekorasi ruangan kelas seperti hutan (tanaman
dengan pot yang ditutup kain atau kertas, batu batuan, bunga, ranting dll). Hari sebelumnya,
Guru meminta siswa membawa peralatan dan perlengkapan berkemah seperti makanan, pakaian,
sepatu, tas ransel, senter. Ketika kegiatan ini dilaksanakan biarkan siswa memperlihatkan
kemampuan menolong dirinya sendiri serta bersosialisasi dengan temannya. Kenalkan hutan
melalui temuan-temuan anak atau yang dilihat siswa di hutan (ruangan yang sudah disiapkan)
dan cocokkan dengan buku tentang hutan yang dibawa guru. Ajak siswa mendengarkan bunyi-
bunyian yang berkaitan, misalnya rekaman air dan suara binatang. Lampu dapat dimatikan
seolah-olah malam hari di hutan.

2. Memberikan informasi tujuan pembelajaran

Guru harus mengupayakan untuk memberitahu siswa akan tujuan pembelajaran. Sehingga
siswa mengetahui tujuan dari materi pembelajaran yang dipelajarinya. Ini sangat penting
dilakukan agar siswa lebih termotivasi untuk bisa mencapai tujuan pembelajaran.
Contoh: Kegiatan diawali dengan tanya jawab, untuk mengetahui sejauh mana kemampuan
siswa, dilanjutkan menyampaikan tujuan pembelajaran. Sebelum kegiatan berkemah, guru
mengadakan tanya jawab dengan siswa. Seperti mengatakan “Siapa yang pernah ke hutan?”
“Seperti apa ya hutan itu?” “Apa saja isinya?” “Siapa yang mau ke hutan?” “Nanti teman-teman
akan melihat hutan, juga mengetahui isi hutan!”

3. Merangsang anak untuk mengingat kembali apa yang telah dipelajari.

Upaya merangsang siswa dalam mengingat materi yang lalu bisa dilakukan dengan cara
bertanya tentang materi yang telah diajarkan.
Contoh: Di pertemuan berikutnya, untuk mengingat kembali pengetahuan tentang hutan, ajak
siswa TK mengklasifikasikan kepingan gambar yang disediakan. Menklasifikasikan gambar
yang berkaitan dengan hutan dengan yang bukan hutan.

4. Menyajikan stimulus

Guru menyajikan materi pembelajaran secara menarik dan menantang. Sehingga siswa
merasa tertarik untuk mengikuti pembelajaran yang sedang berlangsung.
Contoh: Guru menyampaikan materi “hutan” dengan bercerita menggunakan wayang hutan
(dibuat sendiri, berupa gambar-gambar seperti : pohon, binatang, jamur, batu, matahari, air dll
yang diberi tongkat). Guru juga mengajak siswa ikut memainkan wayang yang disediakan.

5. Memberikan bimbingan kepada anak.

Guru harus membimbing siswa dalam proses belajarnya. Sehingga siswa dapat terarah
dalam pembelajarannya. Contoh: Kegiatan berupa membuat peta pikiran di atas sebuah kertas
besar atau papan tulis dengan spidol warna warni. Guru menuliskan kata “hutan” di tengah
papan. Ajukan pertanyaan misalnya “Kalau mendengar kata hutan, apa yang terlintas di
pikiranmu?” Biarkan siswa menjawab dan tuliskan /gambarkan jawaban siswa. Tidak ada
jawaban salah. Arahkan siswa ke pada tema kali ini. Misalnya ketika siswa menjawab
“Harimau.” Guru dapat balik bertanya “Kenapa harimau?” siswa menjawab “Kan adanya di
hutan.” dan seterusnya. Atau siswa lain mengatakan pendapatnya tentang hutan, siswa tersebut
mengatakan “Takut” Guru dapat menayakan “Kenapa takut?” Misalnya siswa menjawab
“Gelap” Guru dapat menanyakan “Kenapa gelap? Misalnya siswa menjawab “banyak pohon.”
dan seterusnya. Dalam kegiatan ini, dapat juga menggunakan potongan-potongan gambar Koran
atau majalah atau clip-art.

6. Memancing kinerja

Memantapkan apa yang dipelajari dengan memberikan latihan-latihan untuk menerapkan


apa yang telah dipelajari itu. Contoh: Di pertemuan berikutnya, untuk siswa TKA kegiatan
berupa membuat gambar hutan, dan guru dapat memancing siswa bercerita tentang hutan melalui
gambar yang siswa buat.
7. Memberikan feedback

Memberikan feedback dengan memberitahukan kepada murid apakah hasil belajarnya benar
atau tidak. Contoh: Berkaitan dengan poin sebelumnya yaitu memperoleh unjuk kerja siswa,
guru dapat memberikan balikan atas hasil karya yang siswa buat. Misalnya, ketika siswa
menunjukkan maket hutan buatannya, guru dapat mengajukan pujian atau mengajukan beberapa
pertanyaan yang memancing siswa menceritakan hasil karyanya. Misalnya ketika siswa
membuat gajah berkaki dua guru dapat bertanya “Ini apa?” “Menurutmu kaki gajah ada berapa?”
jika siswa mengalami kesulitan, ajak siswa melihat buku, gambar atau fotoh gajah hingga anak
gambar atau foto gajah hingga siwa memahami.

8. Menilai hasil belajar

Menilai hasil-belajar dengan memberikan kesempatan kepada murid untuk mengetahui


apakah ia telah benar menguasai bahan pelajaran itu dengan memberikan beberapa soal.
Minta siswa memilih sebuah kartu kata atau gambar berkaitan dengan hutan (siapkan kata atau
gambar yang berbeda sejumlah siswa). Misalnya gambar pohon, batu, jamur dll. Ajak siswa
bercerita di depan kelas sekitar 1-2 menit mengenai kata atau gambar tersebut. Guru dapat
merekam cerita siswa tersebut dan memutarnya kembali setelah siswa selesai bercerita. Ajak
siswa mendengarkan suaranya sendiri. Kegiatan ini juga mengajak siswa lainnya belajar
menghargai temannya yang seddang bercerita.

9. Mengusahakan transfer

Mengusahakan transfer dengan memberikan contoh-contoh tambahan untuk


menggeneralisasi apa yang telah dipelajari itu sehingga ia dapat menggunakannya dalam situasi-
situasi lain. Contohnya Ajak siswa membaca/melihat gambar/mendengar guru membacakan
koran anak (misalnya dalam lembar anak Koran Kompas edisi Minggu, Desember 2007 tentang
pemanasan global). Ajak siswa kembali mengingat tema hutan dengan mengajak siswa menanam
biji dari buah yang biasa mereka makan dan jadikan ini proyek berkelanjutan (menanam dan
merawat pohon yang nantinya tumbuh).
G. Aplikasi Teori Gagne Dalam Pembelajaran

Dalam buku Condition of Learning, Gagne (1997) mengemukakan sembilan prinsip yang
dapat dilakukan guru dalam melaksanakan pembelajaran, sebagai berikut:

1. Menarik perhatian (gaining attention): hal yang menimbulkan minat siswa dengan
mengemukakan sesuatu yang baru, aneh, kontradiksi, atau kompleks.
2. Menyampaikan tujuan pembelajaran (informing learner of the objectives): memberitahukan
kemampuan yang harus dikuasai siswa setelah selesai mengikuti pelajaran
3. Mengingatkan konsep/prinsip yang telah dipelajari (stimulating recall or prior learning):
merangsang ingatan tentang pengetahuan yang telah dipelajari yang menjadi prasyarat
untuk mempelajari materi yang baru.
4. Menyampaikan materi pelajaran (presenting the stimulus): menyampaikan materi-materi
pembelajaran yang telah direncanakan
5. Memberikan bimbingan belajar (providing learner guidance): memberikan pertanyaan-
pertanyaan yang membimbing proses/alur berpikir siswa agar memiliki pemahaman yang
lebih baik.
6. Memperoleh kinerja/penampilan siswa (eliciting performance): siswa diminta untuk
menunjukkan apa yang telah dipelajari atau penguasaannya terhadap materi.
7. Memberikan balikan (providing feedback): memberitahu seberapa jauh ketepatan
performance siswa.
8. Menilai hasil belajar (assessing performance): memberitahukan tes/tugas untuk mengetahui
seberapa jauh siswa menguasai tujuan pembelajaran
9. Memperkuat retensi dan transfer belajar (enhancing retention and transfer): merangsang
kamampuan mengingat-ingat dan mentransfer dengan memberikan rangkuman,
mengadakan review atau mempraktekkan apa yang telah dipelajari.
10. Implikasi Teori Gagne dalam pembelajaran
11. Mengontrol perhatian siswa.
12. Memberikan informasi kepada siswa mengenai hasil belajar yang diharapkan guru.
13. Merangsang dan mengingatkan kembali kemampuan-kemampuan siswa.
14. Penyajian stimuli yang tak bisa dipisah-pisahkan dari tugas belajar.
15. Memberikan bimbingan belajar.
16. Memberikan umpan balik.
17. Memberikan kesempatan pada siswa untuk memeriksa hasil belajar yang telah dicapainya.
18. Memberikan kesempatan untuk berlangsungnya transfer of learning.
19. Memberikan kesempatan untuk melakukahn praktek dan penggunaan kemampuan yang
baru diberikan.

H. Implikasi Teori Gagne dalam Pembelajaran

Adapun implikasi teori Gagne dalam pembelajaran yaitu :

1. Mengontrol perhatian siswa.


2. Memberikan informasi kepada siswa mengenai hasil belajar yang diharapkan guru.
3. Merangsang dan mengingatkan kembali kemampuan-kemampuan siswa.
4. Penyajian stimuli yang tak bisa dipisah-pisahkan dari tugas belajar.
5. Memberikan bimbingan belajar.
6. Memberikan umpan balik.
7. Memberikan kesempatan pada siswa untuk memeriksa hasil belajar yang telah
dicapainya.
8. Memberikan kesempatan untuk berlangsungnya transfer of learning.
9. Memberikan kesempatan untuk melakukahn praktek dan penggunaan kemampuan yang
baru diberikan.
BAB III

PENUTUP

A.Kesimpulan

Teori Skinner ini menerangkan bagaimana berbagai kecenderungan respon dicapai melalui
pembelajaran. Jika respon diikuti oleh konsekuensi yang menguntungkan atau disebut juga
penguatan, maka respon tersebut menguat dan jika respon menghasilkan konsekuensi negatif
atau hukuman, maka respon tersebut akan melemah. Melalui eksperimennya tersebut, Skinner
menemukan bahwa perolehan pengetahuan, termasuk pengetahuan mengenai bahasa merupakan
kebiasaaan semata atau hal yang harus dibiasakan terhadap subyek tertentu yang dilakukan
secara terus-menerus dan bertubi-tubi.Kelebihan Teori Operant Conditioning pendidik diarahkan
untuk menghargai peserta didik. Kekurangan Teori Operant Conditioning terdapat perbedaan
karakter fisik maupun psikis antara manusia dan hewan dan sangat jauh berbeda dalam proses
belajarnya.

Pembelajaran menurut Gagne hendaknya mampu menimbulkan persitiwa belajar dan proses
kognitif. Peristiwa belajar (instructional events) adalah persitiwa dengan urutan sebagai berikut :
menimbulkan minat dan memusatkan perhatian agar peserta didik siap menerima pelajaran,
menyampaikan tujuan pembelajaran agar pseerta didik tahu apa yang diharapkan dala
pembelajaran itu, mengingat kembali konsep/prinsip yang telah dipelajari sebelumnya yang
merupakan prasyarat, menyampaikan materi pembelajaran, memebrikan bimbingan atau
pedoman untuk belajar, membangkitkan timbulnya unjuk kerja peserta didik, memberikan
umpan balik tentang kebenaran pelaksanaan tugas, mengukur/evaluasi belajar, dan memperkuat
referensi dan transfer belajar
DAFTAR USTAKA

Milka,2014.KONTRIBUSI TEORI BELAJAR GAGNE DALAM


PEMBELAJARAN.Jurnal KIP.Vol 3 No 2.

Nahar, novi.2016.PENERAPAN TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK DALAM PROSES


PEMBELAJARAN.Jurnal Ilmu pengetahuan sosial. Vol 1.ISSN 2541-657X.

Nasution,s.2005.BERBAGAI PENDEKATAN DALAM PROSES BELAJAR &


MENGAJAR.Jakarta : PT.Bumi Aksara.Hal 140-141.

Suyonodan Hariyanto.2011.BELAJAR DAN PEMBELAJARAN.Jakarta: Rajagrafindo


Persada.

Zaini, rifnon.2014.STUDI ATAS PEMIKIRAN B.F. SKINNER TENTANG


BELAJAR.Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Dasar.Vol 1 No. 1.

Anda mungkin juga menyukai