LP Condrosarkoma Femur
LP Condrosarkoma Femur
KONSEP TEORI
A. Anatomi & fisiologi
Tulang adalah jaringan yang kuat dan tangguh yang memberi
bentuk pada tubuh. Skelet atau kerangka adalah rangkaian tulang yang
mendukung dan melindungi organ lunak, terutama dalam tengkorak
dan panggul. Tulang membentuk rangka penunjang dan pelindung bagi
tubuh dan tempat untuk melekatnya otot-otot yang menggerakan
kerangka tubuh. Tulang juga merupakan tempat primer untuk
menyimpan dan mengatur kalsiumdan fosfat (Price dan Wilson, 2016).
Berikut adalah gambar anatomi tulang manusia :
B. Definisi
Kondrosarkoma ialah tumor ganas dengan ciri khas pembentukan
jaringan tulang rawan oleh sel-sel tumor dan merupakan tumor ganas
tulang primer terbanyak kedua setelah osteosarkoma. Kondrosarkoma
merupakan tumor tulang yang terdiri dari sel-sel kartilago (tulang
rawan) anaplastik yang berkembang menjadi ganas. (Brunner and
Suddart. 2012)
Kondrosarkoma merupakan tumor tulang ganas yang terdiri dari
kondrosit anaplastik yang dapat tumbuh sebagai tumor tulang perifer
atau sentral
Kondrosarkoma femur adalah tumor ganas yang terdiri dari
kondrosit anaplastik yang tumbuh di area tulang femur
C. Etiologi
Etiologi kondrosarkoma masih belum diketahui secara pasti.
Informasi etiologi kondrosarkoma masih sangat minimal. Namun
berdasarkan penelitian yang terus berkembang didapatkan bahwa
kondrosarkoma berhubungan dengan tumor-tumor tulang jinak seperti
enkondroma atau osteokondroma sangat besar kemungkinannya untuk
berkembang menjadi kondrosarkoma. Tumor ini dapat juga terjadi
akibat efek samping dari terapi radiasi untuk terapi kanker selain bentuk
kanker primer. Selain itu, pasien dengan sindrom enkondromatosis
seperti Ollier disease dan Maffucci syndrome, beresiko tinggi untuk
terkena kondrosarkoma.
E. Epidemiologi
Menurut Spjut dkk. serta Lichtenstein, kondrosarkoma lebih
sering ditemukan pada pria dari pada wanita, sedangkan Jaffe
mengatakan, tidak ada perbedaan insidens. Dari segi ras penyakit ini
tidak ada perbedaan. Meskipun tumor ini dapat terjadi pada seluruh
lapisan usia, namun terbanyak pada orang dewasa (20-40 tahun). Tujuh
puluh enam persen, kondrosarkoma primer berasal dari dalam tulang
(sentral) sedangkan kondrosarkoma sekunder banyak ditemukan
berasal dari tumor jinak seperti osteokondroma atau enkondroma yang
mengalami transformasi. Pasien dengan ollier’s disease
(enkondromatosis multipel) atau maffucci’s syndrome (enkondroma
multipel + hemangioma) memiliki resiko lebih tinggi untuk menjadi
kondrosarkoma daripada orang-orang normal dan sering sekali muncul
pada dekade ketiga dan keempat.
Di Amerika Serikat, kondrosarkoma merupakan tumor terbanyak
kedua dari 400 jenis tulang ganas primer dengan jumlah kasus 25% dari
seluruh keganasan tulang primer dan sekitar 11% dari seluruh
keganasan tulang. Setiap tahun, terdapat 90 kasus baru kondrosarkoma
F. Patofisiologi
Patofisiologi kondrosarkoma primer maupun sekunder adalah
terbentuknya kartilago oleh sel-sel tumor tanpa disertai osteogenesis.
Sel tumor hanya memproduksi kartilago hialin yang mengakibatkan
abnormalitas pertumbuhan tulang dan kartilago. Secara fisiologis,
kondrosit yang mati dibersihkan oleh osteoklas kemudian dareah yang
kosong itu, diinvasi oleh osteoblas-osteoblas yang melakukan proses
osifikasi. Proses osifikasi ini menyebabkan diafisis bertambah panjang
dan lempeng epifisis kembali ke ketebalan semula. Seharusnya
kartilago yang diganti oleh tulang di ujung diafisis lempeng memiliki
ketebalan yang setara dengan pertumbuhan kartilago baru di ujung
epifisis lempeng. Namun pada kondrosarkoma proses osteogenesis
tidak terjadi, sel-sel kartilago menjadi ganas dan menyebabkan
abnormalitas penonjolan tulang, dengan berbagai variasi ukuran dan
lokasi.
Proses keganasan kondrosit dapat berasal dari perifer atau sentral.
Apabila lesi awal dari kanalis intramedular, di dalam tulang itu sendiri
dinamakan kondrosarkoma sentral sedangkan kondrosarkoma perifer
apabila lesi dari permukaan tulang seperti kortikal dan periosteal.
Tumor kemudian tumbuh membesar dan mengikis korteks sehingga
menimbulkan reaksi periosteal pada formasi tulang baru dan soft tissue.
Pathway
H. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan kondrosarkoma merupakan bentuk kerja tim
antara dokter dengan profesional kesehatan lainnya. Para radiologist,
diperlukan untuk melihat faktor- faktor untuk evaluasi kecepatan
perkembangan tumor, diagnosis spesifik, dan pembesaran tumor.
Perawat dan ahli gizi, terlibat menjelaskan kepada pasien efek samping
dari penanganan kondrosarkoma dan memberikan dorongan kesehatan
makanan untuk membantu melawan efek samping tersebut.
Jenis terapi yang diberikan kepada pasien tergantung pada
beberapa hal seperti:
1. Ukuran dan lokasi dari kanker
2. Menyebar tidaknya sel kanker tersebut.
3. Grade dari sel kanker tersebut.
4. Keadaan kesehatan umum pasien
Pasien dengan kondrosarkoma memerlukan terapi kombinasi
pembedahan (surgery), kemoterapi dan radioterapi.
1. Surgery
Langkah utama penatalaksanaan kondrosarkoma pembedahan
karena kondrosarkoma kurang berespon terhadap terapi radiasi dan
kemoterapi. Variasi penatalaksanaan bedah dapat dilakukan
dengan kuret intralesi untuk lesi grade rendah, eksisi radikal, bedah
beku hingga amputasi radikal untuk lesi agresif grade tinggi. Lesi
besar yang rekuren penatalaksanaan paling tepat adalah amputasi.
2. Kemoterapi
Kemoterapi, meskipun bukan yang paling utama, namun ini
diperlukan jika kanker telah menyebar ke area tubuh lainnya.
Terapi ini menggunakan obat anti kanker (cytotoxic) untuk
menghancurkan sel-sel kanker. Namun kemoterapi dapat
memberikan efek samping yang tidak menyenangkan bagi tubuh.
Efek samping ini dapat dikontrol dengan pemberian obat.
3. Radioterapi
Prinsip radioterapi adalah membunuh sel kanker menggunakan
sinar berenergi tinggi. Radioterapi diberikan apabila masih ada
residu tumor, baik makro maupun mikroskopik. Radiasi diberikan
dengan dosis per fraksi 2,5 Gy per hari dan total 50-55 Gy
memberikan hasil bebas tumor sebanyak 25% 15 tahun setelah
pengobatan. Pada kasus-kasus yang hanya menjalani operasi saja
menunjukkan kekambuhan pada 85%. Efek samping general
radioterapi adalah nausea dan malasea. Efek samping ini dapat
diminimalkan dengan mengatur jarak dan dosis radioterapi.
4. Prognosis untuk kondrosarkoma ini tergantung pada ukuran, lokasi
dan grade dari tumor tersebut. Usia pasien juga sangat menentukan
survival rate dan prognosis dari penyakit ini. Pasien anak-anak
memiliki mortalitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan pasien
dewasa.
Penanganan pada saat pembedahan sangat menentukan prognosis
kondrosarkoma karena jika pengangkatan tumor tidak utuh maka
rekurensi lokal bisa terjadi. Sebaliknya apabila seluruh tumor
diangkat, lebih dari 75% penderita dapat bertahan hidup. Rekurensi
kondrosarkoma biasa terjadi 5–10 tahun setelah operasi dan tumor
rekuren bersifat lebih agresif serta bergrade lebih tinggi dibanding
tumor awalnya. Walaupun bermetastasis, prognosis
kondrosarkoma lebih baik dibandingkan osteosarkoma.
B. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri akut b/d agen cedera biologi
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan destruksi jaringan
sekitar
3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan
INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji status nyeri ( lokasi, 1. memberikan data dasar untuk
frekuensi, durasi, dan intensitas menentukan dan mengevaluasi
nyeri intervensi yang diberikan
2. Berikan lingkungan yang 2. Meningkatkan relaksasi klien
nyaman, dan aktivitas hiburan (
misalnya : musik, televisi )
3. Ajarkan teknik manajemen 3. Meningkatkan relaksasi yang
nyeri seperti teknik relaksasi dapat menurunkan rasa nyeri
napas dalam, visualisasi, dan klien
bimbingan imajinasi
4. Kolaborasi : Berikan 4. Mengurangi nyeri dan spasme
analgesik sesuai kebutuhan otot
untuk nyeri.