Anda di halaman 1dari 11

TUGAS INDIVIDU

ANALISA SITUASI PROGRAM KIA UPT PUSKESMAS TEPUS II

DI SUSUN OLEH
DWI KADARWATI CHISNANINGSIH
NIM P27224018347

DINAS KESEHATAH PROVINSI JAWA TENGAH


POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA
TAHUN 2019
ANALISA SITUASI
PROGRAM KIA UPT PUSKESMAS TEPUS II
1. LATAR BELAKANG
Permasalahan kesehatan ibu dan anak (KIA) serta kesehatan reproduksi masih menjadi fokus
penting dalam bidang kesehatan. Angka kematian ibu dan angka kematian anak merupakan dua
indikator penting keberhasilan pembangunan suatu negara terutama dalam bidang kesehatan,
yang menunjukkan derajat kesehatan negara tersebut. Kedua indikator tersebut masih cukup
tinggi di negara miskin dan negara berkembang, termasuk Indonesia (DepKes, 2012). Sampai saat
ini angka kematian ibu di Indonesia masih cukup tinggi yaitu sekitar 307 per 100 ribu kelahiran.
Sekitar 75% - 85% kematian ibu disebabkan oleh sebab langsung (direct causes), yaitu:
perdarahan post partum, abortus tidak aman, sepsis, persalinan tidak maju dan hipertensi karena
kehamilan (misalnya preeklampsia, eklampsia). Kira-kira 15 sampai 20 persen kematian ibu
disebabkan oleh sebab tidak langsung (indirect causes), antara lain anemia (DepKes, 2012).
Menurut penelitian para ahli, terdapat beberapa hal penting yang menyebabkan perbedaan
status kesehatan ibu di negara miskin/ berkembang dengan ibu di negara maju antara lain wanita
hamil di negara maju minimal 10 kali melakukan pemeriksaan kehamilan di tenaga kesehatan
yang terampil. Sebaliknya, wanita di negara miskin atau berkembang rata-rata hanya
memeriksakan kehamilan satu atau dua kali selama kehamilannya. Karena sosial ekonomi yang
baik serta kesadaran terhadap kesehatan yang tinggi, wanita di negara maju mendapatkan gizi
yang baik sebelum kehamilan, selama kehamilan dan selama menyusui. Mereka menyadari benar
bahwa gizi ibu merupakan salah satu kunci yang menentukan status kesehatan ibu dan anak yang
akan dilahirkannya. Wanita di negara berkembang/ miskin belum tentu memiliki cukup uang
untuk memenuhi kebutuhan gizinya dan bahkan mungkin terpaksa harus bekerja keras setiap
harinya untuk memenuhi kebutuhan. Status gizi yang lebih buruk ini membuat ibu hamil rentan
terhadap beberapa penyakit terutama anemia dan penyakit infeksi (Susenas, 2001).
Kaum wanita di negara maju identik dengan tingkat pendidikan yang tinggi pula. Mereka
biasanya memiliki perencanaan reproduksi secara matang mulai dari kapan menikah, kapan akan
hamil, rencana melahirkan berikut pembiayaannya. Sehingga di negara maju kasus kehamilan
yang tidak diinginkan (unwanted pregnancy) jauh lebih rendah dibandingkan negara berkembang.
Hal tersebut tentu juga berimplikasi terhadap angka kejadian aborsi tidak aman (unsafe abortion).
Sebaliknya di negara berkembang, jangankan merencanakan masalah pembiayaan, kejadian
kehamilannya saja banyak yang tidak direncanakan (Susenas, 2001).
Selain beberapa hal tersebut, kematian ibu di negara berkembang cukup tinggi. Pertama,
sebagian besar wanita hamil tidak mengetahui tanda-tanda bahaya kehamilan dan terlambat untuk
mengenalinya. Terlambat lainnya adalah keterlambatan ibu hamil utuk mendapatkan pertolongan.
Ini bisa disebabkan oleh beberapa alasan, antara lain “patrilinealisme” yang sangat dipegang oleh
masyarakat sehingga untuk membawa ibu hamil ke pusat pelayanan kesehatan harus mendapatkan
persetujuan suami atau bahkan keluarga besarnya. Selain itu, di daerah terpencil masih ada
kesulitan lain yang cukup mengganggu yaitu masalah transportasi untuk mencapai pusat layanan
kesehatan. Itulah mengapa seringkali ibu hamil datang ke pelayanan kesehatan dalam keadaan
yang cukup mengenaskan. Keterlambatan berikutnya adalah jika ibu hamil bermasalah tersebut
sudah sampai ke RS, seringkali perlu waktu berjam-jam untuk menunggu tenaga kesehatan yang
terlatih karena jumlahnya di negara berkembang masih sangat terbatas (DepKes, 2005).
Berdasarkan latarbelakang masalah di atas peserta akan melakukan analisis situasi program KIA
di UPT Puskesmas Tepus II
2. TUJUAN
Mahasiwa mampu mengidentifikasi masalah, mempu mengidentifikasi penyebab masalah
serta mampu menyusun rencana pemecahan masalah yang terpilih
3. GAMBARAN UMUM UPT PUSKESMAS TEPUS II
UPT Puskesmas Tepus II terletak di Dusun Pringsanggar RT 03, RW 19, Desa
Purwodadi, Kecamatan Tepus, Kabupaten Gunungkidul, Propinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta. Terletak 27 Km sebelah selatan kota Wonosari Kabupaten Gunungkidul.
Puskesmas Tepus II merupakan jenis puskesmas perawatan dengan pelayanan Rawat
jalan, UGD 24 jam dan pelayanan Rawat Inap dengan fasilitas 1 ruang UGD, 1 ruang
persalinan dan 6 tempat tidur (TT) di ruang rawat inap. Akan tetapi dikarenakan tahun
2016 sedang diadakan renovasi total pada gedung puskesmas induk, maka pelayanan
dipindahkan ke puskesmas pembantu tepus dengan tanpa rawat inap.
UPT Puskesmas Tepus II mempunyai 3 desa wilayah kerja dengan 54 dusun, yaitu:
Tabel 2.1
Data Desa, Dusun/ RW, dan RT di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Tepus II
No Nama desa Jumlah Dusun/ Jumlah Rukun
Rukun Warga Tetangga
1 Giripanggung 15 63
2 Tepus 20 91
3 Purwodadi 19 73
Jumlah 54 227
Sumber : Rekapitulasi Hasil Pendataan Keluarga Tingkat Kecamatan Tahun 2016

Luas wilayah kerja UPT Puskesmas Tepus II seluruhnya adalah 5994 km2. Sebagian
besar daerah berupa pegunungan batu dengan keadaan alam yang relatif tandus sehingga air
bersih masih menjadi masalah utama. Masyarakat memperoleh air dengan cara membeli air
yang diangkut dengan tanki air dari mendolo (sumber mata air) dari pantai Siung. Dengan
harga bervariatif sesuai jarak tempuh.
Desa Purwodadi dan Tepus termasuk desa wisata yang sering dikunjungi wiasatawan
manca dan domestik karena keindahan pantai yang dimiliki dan tempat pelelangan ikan
yang segar karena langsung dari nelayan.

Wilayah kerja UPT Puskesmas Tepus II dapat dilihat pada peta di bawah ini :

Gambar 2.1 Peta Wilayah UPT Puskesmas Tepus II

Batas wilayah kerja UPT Puskesmas Tepus II:


a. sebelah utara : Desa Sumberwungu kecamatan Tepus
b. sebelah barat : Desa Sidoharjo Kecamatan Tepus
c. sebelah timur : Desa Balong Kecamatan Girisubo
d. sebelah selatan : Samudera Indonesia
Jarak UPT Puskesmas Tepus II dengan instansi terdekat:
a. Dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Gunungkidul : 31 km
b. Dengan kantor Kecamatan Tepus : 11 km
c. Dengan UPT Puskesmas Tepus I : 12 km
d. Dengan RSUD : 31 km
1.) Pustu Tepus : 28 km
2.) Pustu Giripanggung : 24 km
e. Dengan RS Panti Rahayu : 29 km
1.) Pustu Tepus : 24 km
2.) Pustu Giripanggung : 23 km

A. Demografi

Jumlah penduduk di wilayah UPT Puskesmas Tepus II Tahun 2016 berdasarkan data dari
http://kependudukan.jogjaprov.go.id/ sebanyak 23.495 jiwa, yang terdiri dari laki-laki
sebanyak 11.720 jiwa dan perempuan sebanyak 11.775 jiwa. Jumlah rumah tangga terdaftar
sebanyak 7.031 dengan rata-rata jiwa per rumah tangga (family size) sebesar 3,34 jiwa yang
berarti setiap rumah tangga dihuni antara 3-4 orang. Rata-rata kepadatan penduduk (Man Land
Ratio) di wilayah UPT Puskesmas Tepus II adalah sebesar 3.92 jiwa/km² seperti yang terinci
pada tabel 1 lampiran profil.
Dependency Ratio merupakan perbandingan antara penduduk non produktif (belum dan
tidak produktif) dengan penduduk produktif (usia 15–64 tahun). Tabel 2 pada lampiran profil
menunjukkan angka beban tanggungan (Dependency Ratio) penduduk di wilayah UPT
Puskesmas Tepus II tahun 2016 sebesar 45%. Hal ini dapat diartikan bahwa setiap 45 orang
penduduk usia produktif (umur 14–64 tahun) menanggung 100 orang penduduk usia non
produktif. Data indikator kependudukan di wilayah UPT Puskesmas Tepus II dapat dilihat pada
Tabel 2.2 berikut:
Tabel 2.2
Indikator Kependudukan
Wilayah UPT Puskesmas Tepus II Tahun 2016
Variabel Kependudukan 2016
Jumlah Penduduk 23.495 jiwa
Laki-laki 11.720 jiwa
Perempuan 11.775 jiwa
Jumlah rumah tangga 7.031
Rata-rata jiwa tiap rumah tangga 3,34 jiwa
Mand Land Ratio 3,92 jiwa/km2
Dependency Ratio 45%
Sex ratio 99,53%
Sumber : http://kependudukanjogjaprov.go.id

B. Sosial, Budaya dan Agama


1. Sosial, Budaya
Masyarakat di sekitar wilayah kerja UPT Puskesmas Tepus II masih memiliki jiwa
sosial yang sangat tinggi. Hal tersebut terlihat pada kegiatan-kegiatan seperti kesadaran
bergotong royong dalam bersih desa, hajatan, menjenguk dan menunggu orang sakit di
puskesmas serta kegiatan-kegiatan lainnya.
Kebudayaan di desa sekitar wilayah kerja UPT Puskesmas Tepus II masih sangat
kental. Hal ini terbukti dengan masih adanya budaya rasulan, budaya nyumbang, dan
budaya urbanisasi maupun transmigrasi untuk bekerja. Sehingga pada saat rasulan dan
lebaran banyak warga yang mudik ke kampung halaman.
Budaya pernikahan usia dini juga masih sering dijumpai. Hal ini merupakan budaya
sekaligus menjadi kebanggaan bagi beberapa orang tua apabila anak perempuan bisa
menikah usia muda.
2. Agama
Agama yang dianut oleh penduduk di sekitar wilayah kerja UPT Puskesmas Tepus
II dapat dilihat pada tabel 2.3 sebagai berikut:
Tabel 2.3
Data Pemeluk Agama
di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Tepus II
Desa Persentase
No Agama
Purwodadi Tepus Giripanggung Total %
1 Islam 7.648 9.244 6.312 23.204 98,76
2 Kristen 15 18 125 158 0,68
3 Katolik 1 92 39 132 0,56
4 Hindu - - - - -
5 Budha - - - - -
6 Konghucu - 1 - - 0,00
Sumber : http://kependudukanjogjaprov.go.id
Pada tabel 2.3 di atas dapat dilihat bahwa penduduk di wilayah UPT Puskesmas
Tepus II mayoritas beragama Islam (98,76%), urutan berikutnya beragama Kristen
(0,68%), kemudian urutan ketiga beragama Katolik (0,56%), sedangkan penduduk
beragama Hindu dan Budha tidak ada dan terdapat 1 penduduk beragama Konghucu di
Desa Tepus.

C. Ekonomi
Berdasarkan data hasil laporan perkembangan penduduk dan keluarga Kecamatan Tepus
Tahun 2016 jiwa miskin di sekitar wilayah kerja UPT Puskesmas Tepus II sejumlah 17.787
jiwa.
Mata pencaharian penduduk di sekitar wilayah kerja UPT Puskesmas Tepus II dapat dilihat
pada tabel 2.4 sebagai berikut:
Tabel 2.4
Mata Pencaharian Penduduk
Di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Tepus II
No Pekerjaan Desa Total %
Purwodadi Tepus Giripanggung
1 Petani 3.714 3.824 3.140 10.678 54,3
2 Buruh/tukang 464 904 856 2.224 11,3
3 PNS/TNI/POL 32 52 30 114 0,6
RI
4 IRT 260 312 199 771 3,9
5 Karyawan 547 584 305 1.435 7,3
6 Wiraswasta 876 1.334 447 2.657 13,5
7 Tenaga Medis 0 0 2 2 0,0
8 Pelajar/mahasi 365 480 361 1.206 6,1
swa
9 Pensiunan 29 49 16 94 0,5
10 Pekerjaan lain 35 31 29 95 0,5
11 Belum bekerja 98 205 102 405 2,1
Sumber : http://kependudukanjogjaprov.go.id
Mata pencaharian penduduk di wilayah kerja UPT Puskesmas Tepus II mayoritas
adalah petani (54,3%) dari mulai bertani pada musim hujan dan palawija dimusim kemarau,
urutan yang kedua yaitu wiraswasta (13,5%), kemudian urutan yang ketiga yaitu buruh/tukang
(11,3%) seperti yang dilakukan kebanyakan generasi muda yaitu merantau keluar wilayah
Kabupaten Gunungkidul.
4. ANALISA SITUASI PROGRAN KIA 2018
Upaya kesehatan ibu dilaksanakan dengan sasaran utama adalah ibu hamil, ibu
nifas dan ibu menyusui. Selain itu juga pelayanan terhadap Wanita Usia Subur (WUS)
terutama pelayanan kontrasepsi (KB).
Cakupan riil PWS Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) Puskesmas Tepus II dapat dilihat
pada tabel 4.1 sebagai berikut:
Tabel 4.1
Cakupan Riil PWS KIA
Puskesmas Tepus II Tahun 2015 dan 2016
Target
Tahun 2015 Tahun 2016 Tahun
Cakupan KIA
2016
Jml % Jml % %
Kunjungan ibu hamil (K1) 244 100 236 100 100
Kunjungan ibu hamil (K4) 199 81,6 183 77.5 95
Pertolongan Persalinan oleh 205 100 201 98.5 90
nakes
KF3 158 77,1 162 79.4 90
D.Resti/komp 48 98,4 48 77.4 80
KB pasca salin 24 11,8 23 11.3 80
KB aktif 2698 75,9 2656 75.0 70
Sumber : Data cakupan PWS KIA Puskesmas Tepus II Tahun 2015 dan 2016

Dari pemantauan PWS KIA untuk cakupan riil K1, linakes dan KB aktif sudah
mencapai target tahun 2016. Sedangkan untuk cakupan K4, KF3, D.resti/komplikasi dan
KB pasca salin belum mencapai target tahun 2016. Terlihat bahwa kunjungan ibu hamil
(K4) mengalami penurunan 4.1% bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya serta belum
mencapai target tahun 2015. Hal ini dikarenakan adanya abortus pada beberapa bumil serta
kunjungan ibu hamil pertama kali ke tenaga kesehatan kebanyakan umur kehamilannya
sudah lebih dari 12 minggu sehingga tidak cukup rentang waktu untuk memenuhi target
berkunjung 4 kali ke puskesmas.
Cakupan KB pasca salin sangat rendah baik pada tahun 2015 maupun 2016 dan
jauh di bawah target. Hal ini disebabkan antara lain karena ibu merasa belum perlu
melakukan KB disebabkan budaya masyarakat setempat yaitu setelah melahirkan ibu tidur
bersama dengan bayi dan ibunya sehingga tidur terpisah dengan suaminya. Beredar pula
pemahaman bahwa KB dapat mengganggu produksi ASI sehingga sedikit dari ibu yang
langsung bersedia melakukan KB setelah melahirkan. Untuk mengatasi hal tersebut
diperlukan adanya penyuluhan tentang pentingnya melakukan KB pasca melahirkan.
Cakupan pertolongan persalinan oleh dukun (lindukun) sudah tidak ditemukan
sejak beberapa tahun yang lalu sehingga pada tahun ini indicator lindukun dihapuskan dari
SPM. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat telah memahami akan pentingnya
pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai kompetensi kebidanan dan
memahami akan resiko-resiko persalinan apabila persalinan tidak didampingi oleh nakes.
1. Upaya Kesehatan Anak
a. Pelayanan Kesehatan Neonatus, Bayi dan Balita
Sasaran pelayanan kesehatan anak yaitu neonatus (umur 0-28 hari), bayi (1-12
bulan), balita dan anak pra sekolah. Cakupan program kesehatan anak dapat dilihat
pada tabel 4.2 sebagai berikut:
Tabel 4.2
Cakupan Program Kesehatan Anak
UPT Puskesmas Tepus II Tahun 2015 & 2016
Cakupan KIA 2015 2016 Ket.
Kunjungan Neonatus (KN1) 100 99.5 Turun
Kunjungan Neonatus 3 kali (KN 99.5 96.1 Turun
lengkap)
Kunjungan bayi 119.1 76.1 Turun
Bayi diberi ASI eksklusif 71.0 92.3 Naik
Pelayanan anak balita 93.8 73.8 Turun
Sumber : PWS KIA Tahun 2015-2016

Terlihat bahwa cakupan tahun 2016 relatif mengalami penurunan


dibandingkan cakupan tahun 2015. Hal ini disebabkan tidak bisa optimalnya
pelayanan kesehatan karena renovasi total gedung puskesmas induk. Bergesernya
pusat layanan utama puskesmas ke Puskesmas Pembantu Tepus menyebabkan
akses masyarakat menuju puskesmas menjadi cukup terhambat yang berimbas pada
rendahnya kunjungan yang berujung pada turunnya capaian program.

Cakupan imunisasi TT pada ibu hamil di Puskesmas Tepus II dapat dilihat pada tabel 4.5
sebagai berikut:
Tabel 4.5
Cakupan Imunisasi TT ibu hamil di UPT Puskesmas Tepus II Tahun 2016
Ibu Hamil di Imunisasi
Desa ∑ ibu hamil
TT1 TT2 TT3 TT4 TT5 TT2+
Tepus 100 0 0 3 0 20 0
Purwodadi 63 0 0 1 0 14 0
Giripanggung 73 0 0 0 2 5 0
Jumlah 236 0 0 4 2 39 0
Sumber : Surveilans dan Imunisasi Puskesmas Tepus II Tahun 2016

5. PEMECAHAN MASALAH TERPILIH


Dari data dan informasi dari analisa situasi program KIA seperti tersebut di atas maka
kigiatan yg akan di laksanakan pada tahun 2019 untuk memyelesaikan masalah yang
timbul antara lain :
1. Melaksanakan SDIDTK
2. Kunjungan rumah pada ibu hamil, bayi dan balita Risti
3. Pelaksanaan P4K
4. Pelaksanaan Klas ibu hamil
5. Pelaksanaan klas ibu balita
6. Pelacakan kasus kematian ibu bayi dan balita
7. AMP social KIA/KB
8. Monev Klas ibu hamil labuhan jiwa
9. Pendataan sasaran KIA
10. Penyuluhan kesehatan ibu, bayi dan balita
6. PENDEKATAN PENYELESAIAN MASALAH
Pendekatan dalam rangka penyelesaikan masalah Kesehatan ibu dan balita adalah
meliputi
1. Pendekatan structural
Pendekatan secara structural adalah pendekatan melalui stakeholder mulai dari lintas
Intansi kecamatan, Pemerintah Kecamatan, pemerintah Desa dan kader kesehatan,
dukungan stakeholder dari berbagai pihak akan memudahkan dalam penyelesaian
masalah kesehatan.
2. Pendekatan interdisiplin ilmu
Pendekatan interdisiplin ilmu adalah melibatkan seluruh potensi sumber daya
manusia di puskesmas dari berbagai profesi agar penyelesaian masalah tuntas sampai
akar-akarnya
3. Pendekatan terhadap tokoh masyarakat
Masyarakat kecamatan Tepus II menganut system patrialis siapa yg mengajak atau
menganjurkan semakin di pandang mampu dan di segani akan semakin mudah
merubah prilaku dari yang tidak sehat menjadi prilaku sehat
7. PERUBAHAN SOSIAL YANG DI HARAPKAN
Perubahan yg di harapkan adalah dukungan dari masyarakat terhadap program dari dalam
dirinya sendiri, perubahan menjadi nyata dan permanen.

Anda mungkin juga menyukai