Anda di halaman 1dari 52

JARINGAN

& SALURAN IRIGASI


EVAPOTRANSPIRASI (ET0)

DOSEN: TANIA EDNA BHAKTY, ST., MT., DR.


DEFINISI
Evaporasi (penguapan) adalah proses perubahan zat cair menjadi gas (uap air) yang
bergerak ke atmosfir. Pada proses ini, air yang diuapkan berasal dari permukaan air bebas
dan berlangsung pada siang dan malam hari.
T
Transpirasi (pemeluhan) adalah proses pelepasan uap air ke atmosfir melalui stomata
a daun saat terjadi fotosintetis untuk pembentukan karbohidrat oleh tumbuhan. Pada
n peroses ini, air yang dilepaskan ke atmosfir berasal dari dalam tanah yang mengalir melalui
i sistem akar, batang dahan dan daun. Proses transpirasi secara efektif terjadi pada siang hari.
a
(tebs) Evapotranspirasi merupakan proses gabungan pelepasan uap air ke atmosfir melalui
proses evaporasi dan transpirasi.
Evaporasi, transpirasi dan evapotranspirasi diperlakukan sebagai kehilangan air yang
harus diperhitungan pada analisis keseimbangan air pada pekerjaan teknik sipil yang
berhubungan dengan proyek penyediaan air dan irigasi.
Besaran yang dipakai pada perhitungan adalah laju evaporasi, laju transpirasi dan laju
evapotranspirasi dengan satauan mm/hari.
FAKTOR PENYEBAB

T
a
n
i
a
(tebs)
FAKTOR PENYEBAB EVAPORASI FAKTOR PENYEBAB TRANSPIRASI
1. Energi radiasi (panas) 1. Energi radiasi (panas)
2. Perbedaan tekanan uap 2. Perbedaa tekanan uap
3. Kecepatan angin 3. Kecepatan angin
4. Tersedianya lengas tanah (Soil Moisture)
5. Buka tutup stomata yang dipengaruhi oleh
T kecerahan sinar matahari.
a
n
i
a
(tebs)
PENGUKURAN  EVAPORASI
Panci Evaporasi (Panci
Kelas A), mempunyai:
diameter 120 cm dan
120 cm 150 cm
tinggi 25 cm. Diisi air 5

setinggi 20 cm. 25

10 T
a
n
i
a
Perubahan tinggi muka air di dalam panci (tebs)

menunjukkan jumlah air yang diuapkan,


dihitung dengan rumus: Dengan:
E = evaporasi
E = EL1 – EL2 + R EL1 = tinggi muka air awal (20 cm)
EL2 = tinggi muka air saat diukur
R = tinggi curah hujan saat diukur
PENGUKURAN   TRANSPIRASI
Sulit mengukur transpirasi pada kondisi
alamiah, terutama dari pohon‐pohon besar
Transpirasi sehingga pengukuran transpirasi dibatasi
T pada studi sampel di laboratorium, seperti
a
n
transpirasi tanaman dalam pot yang diukur
i dengan menggunakan fitometer.
a Lapisan Reservoir
(tebs) kedap air

‐ Dengan memberi lapisan kedap air, maka air


menguap hanya melalui transpirasi.
‐ Perubahan tinggi air di dalam reservoir
Fitometer menunjukkan jumlah air yang
ditranspirasikan.
Dirumuskan dengan melihat hubungan faktor‐faktor meteorologi yang menyebabkan
terjadinya evaporasi dan transpirasi.
Beberapa terminologi tentang uap air:
1. Panas Laten untuk penguapan (Lv):
6 T
Dengan: Lv  2,501  10  2370 T (J/kg) a
n
T = temperatur udara (C) i
2. Kelembaban Spesifik (qv): a
ρv  massa jenis uap air (tebs)
ρv
ρa  massa jenis udara qv 
ρa
Rd
Rv 
0,622 3. Tekanan uap (e):
Rv  konst. gas untuk uap air
R d  konst. udara kering 287J/kg/K e  ρv R v T

4. Tekanan udara (p)


1. Panas Laten untuk penguapan (Lv)
2. Kelembaban Spesifik (qv)
3. Tekanan uap (e)
4. Tekanan udara (p):
Tekanan udara kering merupakan selisih tekanan udara dengan tekanan uap:
T
p  e  ρ d R dT a
n
ρa  ρd  ρv i
maka : Dengan: a
(tebs)
 ρv  ρ d  massa jenis udara kering
p  ρd   R dT
 0,622  ρ a  massa jenis udara
e
q v  0,622
p
p  ρ a R aT
R a  R d (1  0,608 qv )
R a  287(1  0,608 q v ) J/kg/K
1. Panas Laten untuk penguapan (Lv)
2. Kelembaban Spesifik (qv)
3. Tekanan uap (e)
4. Tekanan udara (p):
5. Tekanan uap jenuh (es):
 17,27 T  T
es  611exp   a
 237,3  T  n
i
6. Gradien tekanan uap jenuh terhadap temperatur (): a
(tebs)
4098 es
Δ 
237,3  T 2
7. Kelembaban relatif (Rh):
Dengan:
e es = tekanan uap jenuh (Pa = N/m2)
Rh 
es T = temperatur udara oC
e = tekanan uap aktual (Pa = N/m2)
Td = titik embun
Pada sebuah Stasiun Klimatologi tercatat tekanan udara 100 kPa, temperatur udara 20 C,
Contoh dan temperatur pada bola basah atau titik embun 16 C. Tentukan tekanan uap yang terjadi,
kasus 1 : kelembaban relatif, kelembaban spesifik, dan massa jenis udara.
1. Tekanan uap aktual: 2. Tekanan uap jenuh
 17,27 T d   17,27 T 
e  611 exp   es  611 exp  
 237,3  T 
 237,3  T d 
T  17,27  20 
a  17,27  16  es  611 exp  
e  611 exp   237,3  20 
n  237,3  16  
i
a e  1818,882 Pa es  2339,047 Pa
(tebs)

Kelembaban relatif
e
Rh 
es
1818,882
Rh 
2339,047
Rh  0,78
Rh  78%
Contoh 3. Kelembaban spesifik: 4. Massa jenis udara:
kasus 1 : p  ρaR a T
e
qv  0,622
p R a  287(1  0,608 qv )
1818,882 R a  287(1  0,608  0,0113)
qv  0,622
100  10 3 R a  289 J/kg/K
qv  0,0113 kg air/kg udara T  20  273  293 K
T
a P
n ρa 
i RaT
a
(tebs) 100  10 3
ρa 
289  293
ρa  1,181 kg/m 3
Secara analitis ada 3 metoda untuk mengestimasi evaporasi, yaitu:
1. Metoda Keseimbangan Energi

Rn  Hs  G  L v m v
Dengan:
Hs Rn Lv mv m v  ρ w AE
Rn = energi radiasi netto
subtitusi nilai m v Hs = energi panas peka
Rn  Hs  G  L v ρ w AE G = energi panas yang pindah ke bumi
T Lv = panas laten untuk penguapan
nilai E dengan A  1 m2 menjadi :
a mv = massa uap air
n 1
i
w h E Rn  Hs  G A = luas permukaan air yang menguap
L vρw E = jumlah air yang menguap
a
(tebs)
nilai E Er apabila Hs  0 dan G  0 rw = massa jenis air
G Rn Er= jumlah air yang menguap dengan
Er  metoda keseimbangan energi
L vρw

2. Metoda Aerodinamik
3. Metoda Kombinasi Keseimbangan Energi dan Aerodinamik
Hitung laju evaporasi dengan menggunakan metode keseimbangan energi jika radiasi
Contoh
netto 200 W/m2, suhu udara 25 C dengan asumsi panas peka dan perpindahan panas
kasus 2 :
dari tanah dianggap nol.
L v  2,501  10  2370 T
6

L v  2,501  10 6  2370  25
L v  2441750 J/kg
Rn
Er 
T L vρ w
a 200 W/m 2
n  ; ρ w  1000 kg/m 3
Er
i 2441750 J/kg  1000 kg/m 3
a W m
(tebs) Er  8,191  10  8 ; 1 W  1 J/det
J
J/det m
Er  8,191  10  8
J
8 10 3 mm
Er  8,191  10 
1
hari
24  3600
Er  7,08 mm/hari
1. Metoda Keseimbangan Energi
Contoh 2. Metoda Aerodinamik
kasus 2 : Apabila kondisi lapisan di atas permukaan air jenuh uap air maka proses evaporasi akan berhenti. Pada
kondisi ini angin berperan menggeser lapisan jenuh dengan lapisan tidak jenuh sehingga evaporasi dapat
tetap terjadi. Proses ini disebut aerodinamis yang secara matematika diungkapkan sebagai berikut.
dq v u 1  z 
m v   ρa K w  ln    k u 2  u1   K w q v1  q v2 
2

dz u  k  z 0  m v  ρa  
du  ln z2 /z1   K m u 2  u1 
τ  ρa K m u  τ/ρ a K w k 2 ρa q v1  q v2 u 2  u1 
T dz mv  ; K w /K m  1
a K m ln z2 /z1 
2

n mv K q  q v1  u    z2  z 
  w v2 u 2  u1   ln    ln  1   u1  0 ; z1  z0  tinggi kekasaran ; asumsi e  es
i τ K m u 2  u 1  k   z0   z0 
a e e e
(tebs) K q  q v2  u   z2  q v  0,622 ; q v1  q v0  0,622 s ; q v2  0,622
m v  τ w v1 u 2  u1  ln   p p p
K m u 2  u 1  k z
 1  0,622k 2 ρa es  e u 2
k u 2  u 1  mv 
p ln z2 /z 0 
2
u 
U a mv=t ln z 2 /z 1 
 k u 2  u 1  
2

τ  ρa  
w h  ln z 2 /z 1  
1. Metoda Keseimbangan Energi
2. Metoda Aerodinamik
Dengan:
m v  ρ w EA ; A  1 satuan ; E  E a mv= flux massa yang menguap
m ra= massa jenis udara (kg/m3)
E a  v
ρ w
qv = kelembaban spesifik
z = elevasi kedudukan lapisan (m)
0,622k ρ a e
2
 e u
s 2
Kw= angka difusi uap
p ln z 2 /z 
2
E  0 u = kecepatan angin (m/det)
a
T ρ w Km= angka difusi momentum
a 0,622k 2
ρ a e s  e  u t = flux momentum
n E  2
u*= kecepatan geser
i
a
p ρ w ln z 2 /z 0 2 k = konstanta von Karman (0,4)
a E a  B e s  e  es = tekanan uap jenuh (Pa)
(tebs) 2 e = tekanan uap aktual (Pa)
0,622k ρ au
B  2
p = tekanan udara (Pa)
p ρ w ln z 2 /z 0 2 u2 = kecepatan angin pada elevasi z2 (m/det)
z2= posisi elevasi diukurnya kecepatan angin (m)
z0= tinggi kekasaran permukaan (m) , dimana
kecepatan angin (u)=0
Ea= evaporasi dengan metoda aerodinamik
(mm/hari)
3. Metoda Kombinasi Keseimbangan Energi dan Aerodinamik
Hitung laju evaporasi dari permukaan air bebas apabila suhu udara 25 C, kelembaban relatif 40%,
Contoh tekanan udara 101.3 kPa, dan kecapatan angin 3 m/det. Semua data klimatologi diukur pada
kasus 3 : ketinggian 2 m di atas permukaan air. Asumsikan tinggi kekasaran 0,03 cm
E a  B e s  e 
 17,27T   17,27  25 
e s  611exp    611exp    3168,82 Pa
 237,3  T   237,3  25 
e  Rh  e s  0,40  3168,82  1267,53 Pa
e 1267,53
q v  0,622  0,622  0,008
T p 101,3  10 3
a Ra  287 1  0,608 q v   287 1  0,608  0,008  288,4 J/kg.K
n p 101,3  10 3

i ρa    1,18 3
kg/m
R T 288,4  273  25 
a 2
0,622k ρau 2
(tebs) B  ρ w  1000 kg/m 3

p ρ w ln z 2 /z 0 
2

0,622  0,4 2
 1,18 3  11
B  2
 4,50  10 m/Pa.det
  2 
101,3  10 3  1000   ln  2 
  0,03  10 
E a  B e s  e   4,50  10  11
m/Pa.det 3168,82  1267,53 Pa  8,6  10 8
m/det
8,6  10  8  10 3 mm
E a 
1
hari
24  3600
E a  7,43 mm/hari
1. Metoda Keseimbangan Energi
2. Metoda Aerodinamik
3. Metoda Kombinasi Keseimbangan Energi dan Aerodinamik
Metoda ini mempertimbangkan faktor energi dan aerodinamik dalam mengestimasi evaporasi.

Δ γ
E Er  Ea Dengan:
Δγ Δγ
4098 es E = evaporasi (mm/hari)
T Δ D = gradien tekanan uap jenuh terhadap temperatur
a 237,3  T 2
n G = konstanta psychrometrik
i Cp p Er= laju evaporasi dengan metoda keseimbangan energi (mm/hari)
a
γ
0,622 Lv Ea= laju evaporasi dengan metoda aerodinamik (mm/hari)
(tebs)
Cp= panas spesifik udara pada tekanan konstan (1005 J/kg.K)
Lv= panas laten untuk pengauapan (J/kg)
Dengan data pada kasus 2 dan 3 estimasikan laju evaporasi dengan menggunakan metoda
Contoh kombinasi.
kasus 4 :
4098  3168,82
Δ  188,74
237,3  25 2
1005 101,3 10 3
γ  67,03 Pa/ oC
0,622  2441750
T
188,74 67,03
E 7,19  7,43  7,25 mm/hari
a 188,74  67,03 188,74  67,03
n
i
a
(tebs)
Evapotranspirasi adalah proses kombinasi evaporasi dari permukaan air bebas/permukaan tanah
dengan transpirasi dari tumbuhan. Evapotranspirasi ini juga digunakan untuk memperkirakan
kebutuhan komsumtif tanaman. Evapotranspirasi dipengaruhi:

1. Energi Radiasi (panas)


T 2. Kondisi lapisan udara (tingkat kejenuhan uap air)
a 3. Kecepatan Angin
n
i 4. Fisiologi tanaman/stomata daun
a
(tebs) Ada 2 istilah yang dikenal untuk menyatakan besaran evapotranspirasi:

1. Evapotranspirasi Potensial (PET) satuan mm/hari:


2. Evapotranspirasi Aktual (AET) satuan mm/hari:
1. Evapotranspirasi Potensial (ETP) satuan mm/hari:
adalah laju evapotranspirasi pada kondisi kelembaban tanah field capacity (kapasitas lapang), semua pori tanah telah
terisi air (jenuh air). Evapotranspirasi berhubungan dengan fisiologi stomata daun, sehingga laju evapotranspirasi
potensial ini tergantung pada jenis tanaman atau tanaman referensi.
Berbagai rumus telah dikembangkan untuk menghitung harga Evapotranspirasi Potensial (ETP), diantaranya : rumus
Blaney Criddle, Radiasi dan Penmann yang oleh Badan Pangan dan Pertanian PBB (FAO) direkomendasikan untuk
dipakai. Dalam menghitung Evapotranspirasi Potensial (ETP) ketiga rumus tersebut menggunakan prinsip yang sama,
yaitu:
T
a ETP = kc  ET0
n
i Perhitungan ETP membutuhkan data iklim yang benar‐benar terjadi di suatu tempat. Untuk rumus Penmann perhitungan
aETP membutuhkan data terukur, yaitu:
(tebs)
a. t, suhu bulanan rata‐rata (C)
b. RH, kelembaban relatif bulanan rata‐rata (%)
c. n/N, kecerahan matahari bulanan (%)
d. U, kecepatan angin bulanan rata‐rata (m/s)
e. Letak lintang (LL) daerah yang ditinjau, dan
f. Angka koreksi(c)
1. Evapotranspirasi Potensial (PET) satuan mm/hari
2. Evapotranspirasi Aktual (AET) satuan mm/hari:
adalah Evapotranspirasi Aktual (AET) sangat dipengaruhi oleh fisiologi tanaman dan kadar air tanah. Untuk
menghitung evapotranspirasi aktual tanaman tertentu pada kondisi kadar air tanah tertentu berdasarkan
evapotranspirasi potensial tanaman referensi di gunakan rumus:
AET = ks  kc  ET0
dengan: T
a
a. ET0 = Evapotranspirasi potensial n
i
b. ks = koefisien tanah, (0 < ks  1 ); ks = 1 jika kondisi jenuh air a
c. kc = koefisien tanaman ( 0,2  kc  1,3 ) (tebs)

Koefisien tanaman berubah dari kecil membesar dari mulai ditanam sampai tumbuhan mencapai dewasa/matang,
kemudian sesudah itu kc mengecil dan konstan, karena kebutuhan akan air berkurang.
1. Panci Evaporasi (Panci Kelas A)
perhitungannya menggunakan rumus: ETP = Ce  EP
dengan: T
a
a. Ce = koefisien panci 0.5‐0.8; biasanya dipakai 0.7‐0.75. Penman memakai 0.8 n
i
b. Ep = Evaporasi panci ETP I a
2. Lysimeter (tebs)

Dihitung dengan menggunakan prinsip Neraca Air (Water Balance), yaitu:


ETP = I ‐ O ‐ S

I = Air masuk S
O
O = Air keluar
S = Air simpanan
RUMUS DATA TERUKUR YANG DIBUTUHKAN
Blaney Cridle Letak Lintang (LL), suhu udara (t)
Radiasi Letak Lintang (LL), suhu udara (t), kecerahan matahari
(n/N)
Penmann Letak Lintang (LL), suhu udara (t), kecerahan matahari T
a
(n/N), kecepatan angin (U) dan kelembaban relatif (Rh) n
i
a
Dalam praktek untuk daerah tertentu, sulit untuk mendapatkan data terukur (tebs)
tersebut. Jika tidak mungkin menggunakan rumus Penmann, maka digunakan rumus
Blaney Criddle atau Radiasi.
Rumus Penman ini dikembangkan berdasarkan metoda kombinasi keseimbangan
energi dan aerodinamik dengan tanaman referensi adalah rumput Alfafa di Inggris.
Metoda Penman Modifikasi (FAO, Roma 1977):

ET 0 c  W  Rn  1  W   f ( u)  ea  ed 

Dengan: T
a
ET0 = Evapotranspirasi tanaman acuan, mm/hari; n
i
c = faktor yang menunjukkan pengaruh perbedaan kecepatan angin pada siang a
dengan malam hari; (tebs)
W = faktor pembobot;
Rn = energi radiasi bersih yang menghasilkan evaporasi, mm/hari;
f(u) = fungsi kecepatan angin rata‐rata yang diukur pada ketinggian 2 m dengan
satuan kecepatan angin dalam km/hari;
(ea‐ed) = perbedaan tekanan uap jenuh dengan tekanan uap aktual, mbar.
Contoh kasus 5 :

Dari sebuah stasiun meteorologi yang terletak pada posisi 30 LU dan berada pada ketinggian 95 m,
diperoleh data meteorologi pada bulan Juli sebagai berikut:

a. temperature udara rata‐rata (Tmean) adalah 28,5 C; T


b. kelembaban relatif (Rh) adalah 55%; a
c. kecepatan angin (u) diukur pada ketinggian 3 m adalah 250 km/hari; n
i
d. penyinaran matahari (n/N) adalah 83%. a
(tebs)

Hitung Evapotranspirasi potensial tanaman acuan yang terjadi pada bulan Juli dengan menggunakan
rumus Penman Modifikasi metoda FAO.
Penyelesaian kasus 5 :

Untuk menghitung ET0, maka terlebih dahulu variable‐variabel yang ada pada rumus Penman Modifikasi
di atas dihitung sebagai berikut:
a. Faktor c
Tidak ada data yang membedadan kecapatan angin pada siang hari dan malam hari siang hari, maka nilai c
dianggap 1. T
a
b. Perbedaan tekanan uap (ea‐ed) n
i
Berdasarkan nilai temperatur udara rata‐rata (Tmean), dari tabel di slide berikutnya, maka dapat diperoleh nilai a
tekanan uap jenuh. (tebs)
Penyelesaian kasus 5 :

a. Faktor c
b. Perbedaan tekanan uap (ea‐ed)

Tekanan uap jenuh ea menurut temperatur udara rata‐rata


Temperatur (C) 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
T
ea (mbar) 6,1 6,6 7,1 7,6 8,1 8,7 9,8 10,0 10,7 11,5 12,3 a
Temperatur (C) 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 n
i
ea (mbar) 13,1 14,0 15,0 16,1 17,0 18,2 19,4 20,6 22,0 23,4 24,9 a
Temperatur (C) 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 (tebs)

ea (mbar) 26,4 28,1 29,8 31,7 33,6 35,7 37,8 40,1 42,4 44,9 47,6
Temperatur (C) 33 34 35 36 37 38 39
ea (mbar) 50,3 53,2 56,2 59,4 62,8 66,3 69,9

Jika Tmean 28,5 C, maka nilai tersebut berada diantara T1 = 28 C dengan T2 = 29 C dengan nilai masing‐
masing ea1 = 37,8 mbar dan ea2 = 40,1 mbar. Dengan cara interpolasi linear, didapatkan :
Penyelesaian kasus 5 :

 Tmean  
ea  
T 1   ea 2  ea 1  ea 1
 T2  T1 
 28 , 5  28 
ea     40 , 1  37 , 8  37 , 8
 29  29 
ea  39 mbar
T
a
Untuk mencari nilai tekanan uap aktual (ed) digunakan rumus yang menyatakan besar kelembaban relatif (Rh),n
yaitu: i
a
ed (tebs)
Rh   100 % , dengan Rh  55 %
ea
ed  Rh  ea  0 , 55  39  21 , 5 mbar

Dengan diketahui nilai ea dan ea, maka diperoleh:

ea  ed  39  21 , 5  17 , 5 mbar
Penyelesaian kasus 5 :

a. Faktor c
b. Perbedaan tekanan uap (ea‐ed)
c. Fungsi kecepatan angin f(u)
Pengaruh angin terhadap ET0 yang dihitung dengan rumus Penman Modifikasi ditunjukkan dengan rumus:
T
a
 u  n
f ( u )  0 , 27   1   i
 100  a
(tebs)
Pengaruh u adalah kecepatan angin harian rata‐rata dalam satuan km/hari yang diukur pada ketinggian 2 m. Nilai
f(u) tersebut dapat diperoleh dengan menggunakan tabel di slide berikut ini.
Penyelesaian kasus 5 :

Fungsi kecepatan angin f(u)

u (km/hari) 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
0,30 0,32 0,35 0,38 0,41 0,43 0,46 0,49 0,51
100 0,54 0,57 0,59 0,62 0,65 0,67 0,70 0,73 0,76 0,78 T
a
200 0,81 0,84 0,86 0,89 0,92 0,94 0,97 1,00 1,03 1,05 n
300 1,08 1,11 1,13 1,16 1,19 1,21 1,24 1,27 1,30 1,32 i
a
400 1,35 1,38 1,40 1,43 1,46 1,49 1,51 1,54 1,57 1,59
(tebs)
500 1,62 1,65 1,67 1,70 1,73 1,76 1,78 1,81 1,84 1,90
600 1,89 1,92 1,94 1,97 2,00 2,02 2,05 2,08 2,11 2,15
700 2,16 2,19 2,21 2,24 2,27 2,29 2,32 2,35 2,38 2,40
800 2,43 2,46 2,48 2,51 2,54 2,56 2,59 2,62 2,64 2,65
900 2,70
Penyelesaian kasus 5 :

Apabila kecepatan angin diukur tidak pada ketinggian 2 m, maka kecepatan angin tersebut dikoreksi
terlebih dahulu dengan faktor yang terdapat pada tabel berikut ini 5 dan baru kemudian nilai f(u) dilihat
pada tabel slide sebelumnya.

Faktor koreksi untuk u yang diukur pada ketinggian tertentu


T
Ketinggian Tempat Pengukuran (m) 0,5 1,0 1,5 2,0 3,0 4,0 5,0 6,0 a
n
Faktor koreksi 1,35 1,15 1,06 1,00 0,93 0,88 0,85 0,80 i
a
(tebs)
Dari data pada contoh kasus 5:
u = 250 km/hari diukur pada ketinggian 3 m, maka harga u perlu dikoreksi dengan angka koreksi pada
“Faktor koreksi untuk u yang diukur pada ketinggian tertentu”, yaitu untuk ketinggian 3 m angka
koreksinya 0,93 ; maka harga u yang telah dikoreksi menjadi:

u  0 , 93  250  233 km / hari


Penyelesaian kasus 5 :

Kemudian dengan menggunakan tabel nilai f(u) dicari. Oleh karena nilai u = 233 km/hari berada diantara nilai u1 =
230 km/hari dengan u2 = 240 km/hari yang masing‐masing f(u)1 = 0,89 dan f(u)2 = 0,92, maka f(u) dicari dengan
cara interpolasi linear:

u (km/hari) 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
0,30 0,32 0,35 0,38 0,41 0,43 0,46 0,49 0,51 T
a
100 0,54 0,57 0,59 0,62 0,65 0,67 0,70 0,73 0,76 0,78
n
200 0,81 0,84 0,86 0,89 0,92 0,94 0,97 1,00 1,03 1,05 i
a
300 1,08 1,11 1,13 1,16 1,19 1,21 1,24 1,27 1,30 1,32
(tebs)
400 1,35 1,38 1,40 1,43 1,46 1,49 1,51 1,54 1,57 1,59
500 1,62 1,65 1,67 1,70 1,73 1,76 1,78 1,81 1,84 1,90
600 1,89 1,92 1,94 1,97 2,00 2,02 2,05 2,08 2,11 2,15
700 2,16 2,19 2,21 2,24 2,27 2,29 2,32 2,35 2,38 2,40
800 2,43 2,46 2,48 2,51 2,54 2,56 2,59 2,62 2,64 2,65
900 2,70
Penyelesaian kasus 5 :

 u  u1 
f ( u )      f ( u ) 2  f ( u ) 1   f ( u ) 1
 2
u  u 1 

 233  230 
f (u )     0 , 92  0 , 89   0 , 89
 240  230 
f ( u )  0 , 90 T
a
n
i
a
(tebs)
Penyelesaian kasus 5 :

a. Faktor c
b. Perbedaan tekanan uap (ea‐ed)
c. Fungsi kecepatan angin f(u)
d. Faktor pembobot (W) dan (1‐W)
Faktor pembobot W menjelaskan bobot pengaruh perubahan tekanan, dan energi radiasi terhadap ET0, secara T
matematis dapat dihitung: a
 n
W  i
   a
(tebs)

Dengan:
 = gradien perubahan tekanan uap terhadap perubahan temperatur;
 = konstanta psychrometric.
Penyelesaian kasus 5 :

Nilai W ini dapat juga diperoleh dari tabel di bawah ini, yaitu berdasar posisi ketinggian daerah yang diamati dan
temperatur udara rata‐rata.

Tabel Nilai W
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20
T
Temperatur (T) 0C
a
Ketinggian (z) m n
0 0,43 0,46 0,49 0,52 0,55 0,58 0,61 0,64 0,66 0,69 i
500 0,44 0,48 0,51 0,54 0,57 0,60 0,62 0,65 0,67 0,70 a
1000 0,46 0,49 0,52 0,55 0,58 0,61 0,64 0,66 0,69 0,71 (tebs)
2000 0,49 0,52 0,55 0,58 0,61 0,64 0,66 0,69 0,71 0,73
Temperatur (T) 0C 22 24 26 28 30 32 34 36 38 40
Ketinggian (z) m
0 0,71 0,73 0,75 0,77 0,78 0,80 0,82 0,83 0,84 0,85
500 0,72 0,74 0,76 0,78 0,79 0,81 0,82 0,84 0,85 0,86
1000 0,73 0,75 0,77 0,79 0,80 0,82 0,83 0,85 0,86 0,87
2000 0,75 0,77 0,79 0,81 0,82 0,84 0,85 0,86 0,87 0,88
Penyelesaian kasus 5 :

Dari contoh kasus 5, diketahui daerah pengamatan berada pada ketinggian z = 95 m, dan temperatur rata‐rata
T=28,5 C, dengan menggunakan “Tabel nilai W” dicari nilai W. Oleh kerena ketinggian z = 95 m berada diantara
nilai z1 = 0 m dengan z2 = 500 m, dan T=28,5 C berada diantara nilai T1 = 28 C dengan T2 = 30 C, maka nilai W
akan dicari dengan cara interpolasi linear 3 tahap.
T
a
Tahap 1: n
Pada ketinggian z = 0 m, dicari nilai W untuk T = 28,5 C. Dari “Tabel nilai W”, T1 = 28 C dengan T2 = 30 C, masing‐ i
masing W1 = 0,77 dan W2 = 0,78. Dengan cara interpolasi linear, didapatkan nilai W pada T = 28,5 C adalah: a
(tebs)
 T  T1 
W     W 2  W 1   W 1
 2
T  T 1 

 28 , 5  28 
W     0 , 78  0 , 77  0 , 77
 30  28 
W  0 , 7725
Penyelesaian kasus 5 :

Tahap 2: Tahap 3:
Pada Ketinggian z = 500 m, dicari nilai W untuk T = Pada Ketinggian z = 95 dicari nilai W untuk T = 28,5
28,5 C. Dari “Tabel nilai W”, T1 = 28 C dengan T2 = 30 C. Dari perhitungan di atas pada T=28,5 C dan z1 = 0
C, masing‐masing W1 = 0,78 dan W2 = 0,79. m memberikan W1 = 0.7725, sedangkan pada T=28,5
C dan z2 = 500 m memberikan W2 = 0.7825, maka:
T
 T  T1   z  z1  a
W     W 2  W 1   W W     W 2  W 1   W 1
1
 z 2  z1  n
 T 2  T1  i
 95  0  a
W  
 28 , 5  28 
  0 , 79  0 , 78  0 , 78 W     0 , 7825  0 , 7725  0 , 7725
 30  28   500  0  (tebs)
W  0 , 7744
W  0 , 7825
W  0 , 77

Dari hasil perhitungan diperoleh nilai W = 0,77 maka nilai (1‐W) = 0,23
Penyelesaian kasus 5 :

a. Faktor c
b. Perbedaan tekanan uap (ea‐ed)
c. Fungsi kecepatan angin f(u) Dengan:
d. Faktor pembobot (W) dan (1‐W) Ra = radiasi yang sampai pada lapisan atas
atmosfir (mm/hari);
e. Radiasi bersih (Rn) Rs = radiasi matahari yang sampai ke bumi
(mm/hari); T
Radiasi bersih (Rn) adalah selisih antara semua radiasi yang datang Rns = radiasi bersih matahari gelombang a
dengan semua radiasi yang pergi meninggalkan permukaan bumi. pendek (mm/hari); n
Radiasi bersih dapat dihitung dengan menggunakan rumus‐rumus i
Rn1 = radiasi bersih gelombang panjang
a
berikut ini. (mm/hari);
(tebs)
Rn = radiasi bersih (mm/hari);
Rns  (1   )  Rs n/N= perbandingan jam cerah aktual
dengan jam cerah teoritis, yang besarnya
Rs  0,25  0,50  n / N  Ra sama dengan persentase penyinaran
matahari;
Rn 1  f ( t )  f ( ed )  f ( n / N )
 = albedo atau persentase radiasi yang
Rn  Rns  Rnl dipantulkan, untuk tanaman acuan pada
rumus Penman Miodifikasi diambil  = 0,25;
Tabel Nilai Ra ekivalen dengan evaporasi dalam mm/hari

Lintang
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember
Utara 
0 15,0 15,5 15,7 15,3 14,4 13,9 14,1 14,8 15,3 15,4 15,1 14,8

2 14,7 15,3 15,6 15,3 14,6 14,2 14,3 14,9 15,3 15,3 14,8 14,4

4 14,3 15,0 15,5 15,5 14,9 14,4 14,6 15,1 15,3 15,1 14,5 14,1
6 13,9 14,8 15,4 15,4 15,1 14,7 14,9 15,2 15,3 15,0 14,2 13,7

8 13,6 14,5 15,3 15,6 15,3 15,0 15,1 15,4 15,3 14,8 13,9 13,3

10 13,2 14,2 15,3 15,7 15,5 15,3 15,3 15,5 15,3 14,7 13,6 12,9 T
a
12 12,8 13,9 15,1 15,7 15,7 15,5 15,5 15,6 15,2 14,4 13,3 12,5
n
14 12,4 13,6 14,9 15,7 15,8 15,7 15,7 15,7 15,1 14,1 12,8 12,0 i
16 12,0 13,3 14,7 15,6 16,0 15,9 15,9 15,7 15,0 13,9 12,4 11,6 a
(tebs)
18 11,6 13,0 14,6 15,6 16,1 16,1 16,1 15,8 14,9 13,6 12,0 11,1

20 11,2 12,7 14,4 15,6 16,3 16,4 16,3 15,9 14,8 13,3 11,6 10,7

22 10,7 12,3 14,2 15,5 16,3 16,4 16,4 15,8 14,6 13,0 11,1 10,2

24 10,2 11,9 13,9 15,4 16,4 16,6 16,5 15,8 14,5 12,6 10,7 9,7

26 9,8 11,5 13,7 15,3 16,4 16,7 16,6 15,7 14,3 12,3 10,3 9,3

28 9,3 11,1 13,4 15,3 16,5 16,8 16,7 15,7 14,1 12,0 9,9 8,8

30 8,8 10,7 13,1 15,2 16,5 17,0 16,8 15,7 13,9 11,6 9,5 8,3
Tabel Nilai Ra ekivalen dengan evaporasi dalam mm/hari

Lintang
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember
Selatan 
0 15,0 15,5 15,7 15,3 14,4 13,9 14,1 14,8 15,3 15,4 15,1 14,8

2 15,3 15,7 15,7 15,1 14,1 13,5 13,7 14,5 15,2 15,5 15,3 15,1

4 15,5 15,8 15,6 14,9 13,8 13,2 13,4 14,3 15,1 15,6 15,5 15,4
6 15,8 16,0 15,6 14,7 13,4 12,8 13,1 14,0 15,0 15,7 15,8 15,7

8 16,1 16,1 15,5 14,4 13,1 12,4 12,7 13,7 14,9 15,8 16,0 16,0

10 16,4 16,3 15,5 14,2 12,8 12,0 12,4 13,5 14,8 15,9 16,2 16,2 T
a
12 16,6 16,3 15,4 14,0 12,5 11,6 12,0 13,2 14,7 15,8 16,4 16,5
n
14 16,7 16,4 15,3 13,7 12,1 11,2 11,6 12,9 14,5 15,8 16,5 16,6 i
16 16,9 16,4 15,2 13,5 11,7 10,8 11,2 12,6 14,3 15,8 16,7 16,8 a
(tebs)
18 17,1 16,5 15,1 13,2 11,4 10,4 10,8 12,3 14,1 15,8 16,8 17,1

20 17,3 16,5 15,0 13,0 11,0 10,0 10,4 12,0 13,9 15,8 17,0 17,4

22 17,4 16,5 14,8 12,6 10,6 9,6 10,0 11,6 13,7 15,7 17,0 17,5

24 17,5 16,5 14,6 12,3 10,2 9,1 9,5 11,2 13,4 15,6 17,1 17,7

26 17,6 16,4 14,4 12,0 9,7 8,7 9,1 10,9 13,2 15,5 17,2 17,8

28 17,7 16,4 14,3 11,6 9,3 8,2 8,6 10,4 13,0 15,4 17,2 17,9

30 17,8 16,4 14,0 11,3 8,9 7,8 8,1 10,1 12,7 15,3 17,3 18,1
Penyelesaian kasus 5 :
Nilai Ra yang dalam satuan ekivalen evaporasi mm/hari dapat diperoleh dari tabel, yang menjelaskan nilai Ra tiap
bulan untuk suatu posisi lintang (latitude) daerah pengamatan. Nilai f(T), f(ed), dan f (n/N) masing‐masing dapat
diperoleh dari tabel‐tabel selanjutnya.

Dari contoh kasus 5, diketahui daerah pengamatan terletak pada posisi 30 LU, memiliki prosentase penyinaran
matahari (n/N) = 83%, temperatur udara rata‐rata (T) = 28,5 C dan tekanan uap aktual ed = 21,5 mbar, maka:
a. berdasarkan tabel “nilai Ra ekivalen”, untuk daerah dengan posisi 300LU diperoleh: Ra = 16,8 mm/hari; T
a
b. dengan menggunakan rumus dan nilai n/N = 83% diperoleh: n
i
Rs  0 , 25  0 ,50  n / N   Ra a
Rs  ( 0 , 25  0 ,50  0 ,83 )  16 ,8 (tebs)

Rs  11 , 2 mm / hari

c. dengan menggunakan rumus dan  = 0,25 diperoleh:


Rns  (1   )  Rs
Rns  (1  0 , 25 )  11 , 2
Rns  8 , 4 mm / hari
Penyelesaian kasus 5 :
Tabel Pengaruh temperatur f(T) terhadap Rn1

T C 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18
F(T) 11,0 11,4 11,7 12,0 12,4 12,7 13,1 13,5 13,8 14,2
T C 20 22 24 26 28 30 32 34 36
T
F(T) 14,6 15,0 15,4 15,9 16,3 16,7 17,2 17,7 18,1
a
n
d. untuk T = 28,5 C dari tabel dengan interpolasi linear diperoleh: i
a
(tebs)
 T  T1 
f ( T )      f ( T ) 2  f ( T ) 1   f ( T ) 1
 2
T  T 1 

 28 , 5  28 
f (T )     16 , 7  16 , 3   16 , 3
 30  28 
f ( T )  16 , 4
Penyelesaian kasus 5 :

Tabel Pengaruh Tekanan Uap f(ed) terhadap Rn1

ed mbar 6 8 10 12 14 16 18 20 22
f(ed) 0,23 0,22 0,20 0,19 0,18 0,16 0,15 0,14 0,13
ed mbar 24 26 28 30 32 34 36 38 40
f(ed) 0,12 0,12 0,11 0,10 0,09 0,08 0,08 0,07 0,06 T
a
n
e. Untuk ed = 21,5 mbar (dari perhitungan poin b), dari tabel dengan interpolasi linear diperoleh: i
a
(tebs)
 ed  ed 1 
f ( ed )      f ( ed )2  f ( ed )1   f ( ed )1
 ed 2  ed 1 

 21 ,5  20 
f ( ed )     0 ,13  0 ,14   0 ,14
 22  20 
f ( ed )  0 ,13
Penyelesaian kasus 5 :

Tabel Pengaruh Persentase Penyinaran Matahari f(n/N) terhadap Rn1

n/N 0 0,05 0,10 0,15 0,20 0,25 0,30 0,35 0,40 0,45 0,50
f(n/N) 0,10 0,15 0,19 0,24 0,28 0,33 0,37 0,42 0,46 0,51 0,55
n/N 0,55 0,60 0,65 0,70 0,75 0,80 0,85 0,90 0,95 1,00
f(n/N) 0,60 0,64 0,69 0,73 0,78 0,82 0,87 0,91 0,96 1,00 T
a
n
f. Untuk nilai n/N = 83% dari tabel dengan interpolasi linear diperoleh: i
a
(tebs)
 ( n / N )  ( n / N )1 
f ( n / N )      f ( n / N ) 2  f ( n / N ) 1   f ( n / N ) 1
 ( n / N ) 2  ( n / N )1 
 0 ,83  0 ,80 
f (n / N )     0 ,87  0 ,82   0 ,82
 0 , 85  0 , 80 
f ( n / N )  0 ,85
Penyelesaian kasus 5 :
Dari tahapan perhitungan, diperoleh beberapa nilai, yaitu nilai f(T) = 16,4; f(ed) = 0,13 dan f(n/N) = 0,85.
Dengan menggunakan persamaan pada poin e, diperoleh:

Rn 1  f ( t )  f ( ed )  f ( n / N )
Rn 1  16 , 4  0 ,13  0 , 85
Rn 1  1 , 8 mm / hari T
a
n
g. Dengan menggunakan rumus dan nilai Rns = 8,4 mm/hari dan Rn1 = 1,8 mm/hari (dari perhitungan i
sebelumnya), diperoleh: a
(tebs)
Rn  Rns  Rn 1
Rn  8 , 4  1 ,8
Rn  6 , 6 mm / hari
Penyelesaian kasus 5 :
Setelah variabel‐varibel yang ada pada rumus Penman Modifikasi diperoleh, maka:

ET 0 c  W  R n  1  W  f ( u )  ea  ed 
ET 0  1  0 , 77  6 , 6  0 , 23  0 , 90  17 , 5 
ET 0  1  5 , 1  3 , 6  T
a
ET 0  8 , 7 mm / hari n
i
a
Jadi Evapotranspirasi potensial tanaman acuan yang terjadi pada bulan Juli dihitung menggunakan rumus (tebs)
Penman
Modifikasi metoda FAO adalah sebesar 8.7 mm/hari
T
a
n
i
a
(tebs)
TUGAS

T
a
Dari sebuah stasiun meteorologi yang terletak pada posisi 30 LS dan berada pada n
ketinggian 1XX m, diperoleh data meteorologi seperti yang disajikan pada slide i
a
berikutnya.
(tebs)
Hitung Evapotranspirasi potensial tanaman acuan yang terjadi selama bulan Januari
hingga Desember dengan menggunakan rumus Penman Modifikasi metoda FAO.
Data Klimatologi
Data : Kelembaban Udara, Rh (%)
Stasiun : Barongan
Tahun : 1996 ‐ 2005
Tahun Jan Feb Maret April Mei Juni Juli Agst Sept Oktob Nov Des
1984 84.00 81.00 80.00 88.00 77.00 84.00 84.00 79.00 76.00 79.00 88.00 88.00
1985 90.00 85.00 87.00 87.00 89.00 87.00 87.50 88.60 83.00 82.00 87.00 85.80
1986 89.00 90.00 89.00 79.09 83.00 85.03 86.00 85.00 89.00 88.00 87.00 90.00
1987 88.77 89.XX 86.10 89.03 82.03 78.83 83.06 75.16 77.07 76.42 79.40 82.19
T
1988 81.77 85.59 84.84 89.XX 81.71 79.37 78.87 80.77 78.63 89.XX 89.XX 91.10
a
n
1989 89.XX 89.79 88.42 91.60 89.71 87.67 83.97 88.16 89.XX 92.23 85.73 88.81
i
1990 87.65 84.86 89.23 89.XX 89.XX 87.73 89.XX 84.42 82.87 84.94 90.70 89.XX
a
1991 88.03 89.XX 88.19 84.97 86.29 89.XX 82.61 89.XX 85.33 92.61 91.43 91.26
(tebs)
1992 90.77 89.86 89.84 92.83 91.35 88.57 90.08 89.55 90.50 91.61 88.63 89.13
1993 90.77 80.92 88.94 89.77 90.32 89.33 86.74 89.81 90.17 88.84 90.70 90.74
Average
Max
Min

XX = 2 digit terakhir nomer mahasiswa


Data : Temperatur Udara, oC
Stasiun : Barongan
Tahun : 1996 ‐ 2005
Tahun Jan Feb Maret April Mei Juni Juli Agst Sept Oktob Nov Des
1984 27.10 26.88 28.17 28.40 28.01 28.07 27.89 27.66 27.54 27.48 27.25 27.00
1985 27.46 27.75 27.96 27.67 27.75 27.41 25.11 25.58 26.54 28.05 28.08 28.15
1986 27.04 28.00 28.00 28.43 28.72 27.96 27.58 27.59 27.31 27.46 27.48 26.69
1987 26.53 27.04 27.29 27.04 27.65 26.90 25.17 25.94 27.38 27.04 26.85 27.06
1988 26.41 26.45 27.06 27.21 27.61 27.04 27.04 27.04 27.99 27.79 27.01 27.04 T
1989 27.07 26.07 27.22 27.72 27.88 26.95 27.21 26.28 27.46 27.40 27.06 26.62 a
1990 26.66 27.01 27.04 27.77 27.04 27.54 27.52 25.96 26.59 27.43 27.83 26.29 n
1991 26.48 27.03 27.56 27.86 27.72 26.60 24.89 26.24 27.04 27.31 27.04 26.39 i
1992 26.79 26.41 26.53 27.50 27.33 26.19 26.28 25.57 26.37 26.75 27.06 26.42
a
1993 26.79 26.56 30.65 26.77 27.10 26.82 25.91 25.99 26.78 26.96 27.28 26.75 (tebs)
Average
Max
Min
Data : Kecepatan Angin, Km/J
Stasiun : Barongan
Tahun : 1996 ‐ 2005
Tahun Jan Feb Maret April Mei Juni Juli Agst Sept Oktob Nov Des

1984 18.94 18.09 20.79 19.47 20.48 26.49 38.13 44.68 34.62 29.46 20.60 30.95
1985 29.16 22.56 30.17 29.13 29.36 32.29 32.93 35.84 54.67 45.81 38.34 27.01
1986 27.04 12.00 10.00 18.62 25.09 23.54 25.45 27.04 45.10 25.56 27.04 13.58
1987 18.72 23.84 12.76 10.14 30.84 42.45 27.04 47.92 58.53 48.01 11.22 18.77 T
1988 14.33 22.68 20.79 9.72 27.27 40.49 50.27 48.95 52.42 27.04 19.06 27.04 a
1989 18.44 27.04 27.04 27.04 27.04 27.04 42.16 58.33 27.04 51.70 25.07 16.24 n
i
1990 14.27 15.34 24.82 26.56 32.54 46.61 54.26 43.06 43.36 44.78 48.70 23.96
a
1991 16.67 24.44 ‐ 43.04 36.10 48.01 55.51 48.43 58.43 46.04 26.88 7.88
(tebs)
1992 14.95 17.21 15.66 38.53 34.68 47.03 42.43 53.22 54.75 45.73 38.79 12.35
1993 14.96 20.88 25.64 24.06 ‐ 40.92 48.54 49.86 52.83 42.82 38.74 20.51
Average
Max
Min
Data : Penyinaran Matahari, n/N (%)
Stasiun : Barongan
Tahun : 1996 ‐ 2005
Tahun Jan Feb Maret April Mei Juni Juli Agst Sept Oktob Nov Des

1984 36.50 30.60 51.42 59.47 65.61 55.10 58.60 66.48 30.40 34.20 49.80 33.80
1985 33.41 32.39 60.13 51.47 61.68 60.40 30.00 78.90 72.23 65.94 47.03 45.03
1986 55.97 35.00 39.00 47.20 57.10 36.83 46.40 72.00 54.40 43.60 29.08 32.46
1987 26.87 39.79 35.61 46.10 62.94 8.77 55.04 74.50 70.37 23.44 22.07 19.71 T
1988 19.45 33.63 21.81 37.40 60.00 57.77 66.00 66.65 55.04 55.04 55.04 55.04 a
1989 55.04 55.04 55.04 55.04 55.04 55.04 55.04 55.04 55.04 55.04 40.90 50.35 n
i
1990 55.04 39.57 33.88 55.04 63.39 64.62 60.06 65.90 67.03 69.88 37.29 39.38
a
1991 43.90 36.34 52.55 61.70 58.31 61.23 68.14 71.86 63.73 42.23 33.00 25.63
(tebs)
1992 47.08 35.47 34.12 60.37 57.16 62.38 52.01 63.40 63.13 62.32 34.00 33.60
1993 47.57 42.94 45.20 53.42 55.04 51.13 59.24 62.26 54.63 49.98 48.00 21.16
Average 42.08 38.08 42.88 52.72 59.63 51.33 55.05 67.70 58.60 50.17 39.62 35.62
Max 55.97 55.04 60.13 61.70 65.61 64.62 68.14 78.90 72.23 69.88 55.04 55.04
Min 19.45 30.60 21.81 37.40 55.04 8.77 30.00 55.04 30.40 23.44 22.07 19.71

Anda mungkin juga menyukai