Anda di halaman 1dari 22

KATA PENGANTAR

Limpahan puji dan syukur sudah selayaknya kami panjatkan kehadirat tuhan semesta
alam, Allah SWT , karena hingga hembusan napas yang mengiringi pembuatan buku ini, dari
awal sampai rampungnya semua isi hingga tersampaikannya gagasan kami dalam buku tersebut,
merupakan kekuasaan dan kebesaran serta kemurahan yang dilimpahkan-Nya kepada kami.
Semoga solawat dan salam selalu tercurah limpahkan kepada baginda junjunan kami dan seluruh
umat Islam di seluruh pelosok dunia, nabi Muhammad saw, kepada keluarganya, sahabatnya,
tabi’in itba’u tabiatnya, dan kita umatnya.

Salah satu motivasi pembuatan buku ini selain tentunya dorongan proses pembelajaran dan
pengembangan kemampuan dalam menulis, adalah untuk memenuhi suatu kewajiban yang
mutlak di kalangan civitas akademik, mahasiswa. Dengan demikian, kami yakin isi buku yang
ada di tangan anda sekarang ini, kurang memenuhi harapan berbagai pihak dan masih sangat
jauh dari kesempurnaan, oleh sebab itu menjadi tanggung jawab bersama untuk melengkapi dan
menyempurnakannya. Akan tetapi, meskipun lebih tepatnya disebut sebagai sebuah khayalan,
paling tidak buku ini bisa menjadi salah satu referensi atau rujukan dan media untuk berdiskusi
mengenai psikoterapis, sehingga akhirnya diharapkan pengetahuan akan hal tersebut lebih luas
dan dalam lagi.

Buku ini bukan merupakan kiriman Tuhan dalam bentuk jadi, tentunya tidak jadi dengan
sendirinya, dan adanya bukan berarti tanpa bantuan pihak lain. Oleh sebab itu, kami ingin
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah ikut membantu. Semoga Allah SWT,
meridhoi usaha kami dan semoga buku ini bermanfaat khususnya bagi penulis umumnya bagi
kita semua. Aamiin .

Pada akhirnya, hanya kepada Allah SWT, kami memohon dan meminta agar segala perbuatan
dan langkah kami senantiasa ada dalam bimbingan, arahan, dan keridhoan-Nya, sehingga setiap
apapun yang kami lakukan, dapat bermamfaat bagi orang lain.

Bandung, 28 Mei 2013

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR __ iii

DAFTAR ISI __ vi

BAB I: RUANG LINGKUP PSIKOTERAPI __ 1

1. Pengertian Psikoterapi __ 1
2. Psikoterapi menurut Rollo May (Psikologi Eksistensial) __ 3
3. Psikoterapi menurut Rotter (Teori Belajar Kognitif Sosial) __ 3
4. Psikoterapi menurut Adler (Psikologi Individual) __ 4
5. Psikoterapi menurut Horney (Teori Psikoanalisis Sosial) __ 5
6. Psikoterapi menurut James Chaplin __ 6
7. Psikoterapi menurut R. Wolberg. M.D. ( 1997 ) __ 6
8. Psikoterapi menurut Wolberg & Frank__7
9. Psikoterapi menurut Wohlberg (dalam Phares dan Trull, 2001) __ 7
10. Psikoterapi menurut Corsini (2011) __ 7
11. Psikoterpi menurut Corey (2009) __ 8
12. Sejarah Perkembangan Psikoterapi __ 9
13. Psikoterapi pada tahun 600 SM-600 M __ 10
14. Psikoterapi pada abad 6-18 M (Abad Pertengahan) __ 10
15. Psikoterapi pada abad ke-19 __ 11
16. Ciri-ciri Utama Psikoterapi __ 14
17. Proses psikoterapi __ 15
18. Tujuan Psikoterapi __ 23
19. Metode Psikoterapi Yang Dipakai __ 28
20. Jenis-jenis Psikoterapi __ 34
21. Psikoterapi suportif __ 34
22. Psikoterapi reeduktif __ 34
23. Psikoterapi rekonstuktif __ 35
24. Macam-macam Psikoterapi __ 37
25. Terapi Aqua Energetic __ 37
26. Terapi Covert Conditioning __ 38
27. Terapi Focusing __ 38
28. Terapi Multimodal __ 38
29. Terapi poetry __ 39
30. Terapi Feminis __ 39
31. Macam-macam Psikoterapis __ 40
32. Psikolog kilnis __ 41
33. Psikiater __ 41
34. Pekerja sosial psikiatri __ 41

BAB II: PSIKOTERAPI ISLAM __ 42

1. Bentuk Psikoterapi Berwawasan Islam __ 43


2. Studi Kasus __ 51

BAB III: FENOMENA KEMAJUAN PSIKOTERAPI HARI INI __ 53

1. Psikoterapi untuk Kurang Percaya diri / Minder __ 53

B. Fenomena Psikoterapi dalam Internet __ 56

DAFTAR PUSTAKA __ 59
Tentang Penulis __ 60

BAB 1

RUANG LINGKUP PSIKOTERAPI

1. Pengertian Psikoterapi

Istilah psikoterapi (psychotherapy) mempunyai pengertian cukup banyak, terutama karena istilah
tersebut digunakan dalam berbagai bidang operasional ilmu empiris seperti psikologi, bimbingan
dan penyuluhan (Guidance and Counseling), kerja sosial (casework), pendidikan dan ilmu
agama.[1]

Psikoterapi secara etimologi adalah usaha penyembuhan untuk masalah yang berkaitan dengan
jiwa. Ia (Psychotherapy) berasal dari dua kata, yaitu “Psyche” yang artinya jiwa, pikiran atau
mental dan “Therapy” yang artinya penyembuhan, pengobatan atau perawatan. Oleh karena itu,
psikoterapi disebut juga dengan istilah terapi kejiwaan, terapi mental, atau terapi pikiran.

Sedangkan secara terminologi, psikoterapi (psychotherapy) adalah pengobatan dan perawatan


serta penyembuhan terhadap gangguan dan penyakit psikis (jiwa) dengan menitik beratkan pada
metode psikologis daripada fisiologis maupun biologis. Ia merupakan proses interaksi formal
antara dua pihak atau lebih, yaitu antara klien dengan psikoterapis yang bertujuan memperbaiki
keadaan yang dikeluhkan klien. Pengertian psikoterapi mencakup berbagai teknik yang bertujuan
untuk membantu individu dalam mengatasi gangguan emosional dengan cara memodifikasi
perilaku, pikiran, dan emosinya seperti halnya proses reedukasi (pendidikan kembali), sehingga
individu tersebut mampu mengembangkan dirinya dalam mengatasi masalah psikisnya.

Berikut beberapa pengertian psikoterapi menurut beberapa ahli[2] :

1. Psikoterapi menurut Rollo May (Psikologi Eksistensial)

Menurut May psikoterapi seharusnya membuat manusia menjadi lebih manusiawi: membantu
mereka memperluas kesadaran mereka supaya mereka akan berada dalam posisi yang lebih baik
untuk membuat keputusan. May yakin bahwa tujuan dari psikoterapi adalah untuk membebaskan
manusia. May juga mendeskripsikan terapi adalah sebagian agama, sebagian ilmu pengetahuan
dan sebagian hubungan pertemanan. Akan tetapi hubungan pertemanan disini bukanlah suatu
hubungan sosial yang biasa. Melainkan menuntut terapis untuk menjadi sangat terbuka, tidak
berbasa-basi serta menentang pasien.

2. Psikoterapi menurut Rotter (Teori Belajar Kognitif Sosial)

Bagi Rotter “permasalahan psikoterapi adalah permasalahan begaimana membuat perubahan dari
perilaku melalui interaksi antara satu orang dengan orang lain. Dengan perkataan lain,
permasalah tersebut adalah permasalahan pembelajaran manusia dalam status sosial”. Tujuan
dari terapi Rotter adalah untuk membawa kebebasan bergerak dan nilai kebutuhan agar selaras,
sehingga akan mengurangi perilaku defensif atau menghindar. Terapis mengambil peranan aktif
sebagai guru dan akan berusaha untuk memenuhi tujuan terapi dengan dua cara dasar : 1)
mengubah kepentingan dari tujuan; 2) mengeliminasi ekspektasi yang terlalu rendah atas
kesuksesan.

3. Psikoterapi menurut Adler (Psikologi Individual)

Teori Adlerian memberikan dalil bahwa psikopatologi berasal dari kurangnya keberanian,
perasaan inferior yang berlebihan dan minat sosial yang kurang berkembang. Jadi, tujuan utama
dari psikoterapi Adlerian adalah untuk meningkatkan keberanian, memperkecil perasaan inferior
dan menumbuhkan minat sosial. Adler sering menggunakan moto “setiap orang bisa mencapai
segala hal”, kecuali karena batasan tertentu yang disebabakan faktor keturunan, ia sangat yakin
akan perkataan ini dan berulang kali menekankan bahwa apa yang dilakuka seseorang dengan
apa yang dimilikinya lebih penting daripada apa yang mereka miliki. Melalui humor dan
penerimaan yang baik, Adler berusaha untuk meningkatkan keberanian, harga diri dan minat
sosial pasien. Ia percaya bahwa sikap yang baik dan peduli yang diekspresikan terapis akan
mendorong pasien untuk memperluas minat sosial mereka dalam tiga area masalah dalam hidup :
cinta seksual, pertemanan dan pekerjaan.

4. Psikoterapi menurut Horney (Teori Psikoanalisis Sosial)

Tujuan umum dari terapi Horney adalah untuk membantu pasien berkembang perlahan menuju
realisasi diri. Lebih spesifik, tujuan dari terapi ini agar pasien menghilangkan gambaran diri ideal
mereka, menghentikan pencarian neurotik akan kemulian mereka dan mengubah kebencian
menjadi penerimaan terhadap diri mereka yang sebenarnya. Horney menggunakan banyak teknik
yang sama dengan Freud yaitu analisis mimpi serta asosiasi bebas.

5. Psikoterapi menurut James P. Chaplin

Ia membagi pengertian psikoterapi dalam dua sudut pandang. Secara khusus, psikoterapi
diartikan sebagai penerapan teknik khusus pada penyembuhan penyakit mental atau pada
kesulitan-kesulitan penyesuain diri setiap hari. Secara luas, psikoterapi mencakup penyembuhan
lewat keyakinan agama melalui pembicaraan nonformal atau diskusi personal dengan guru atau
teman.

6. Psikoterapi menurut R. Wolberg. M.D. ( 1997 )

Dalam bukunya The Tecnique of Psychoterapy, ia menuliskan bahwasanya psikoterapi adalah


perawatan dengan menggunakan alat-alat psikologis terhadap permasalahan yang berasal dari
kehidupan emosional dimana seorang ahli secara sengaja menciptaka hubungan secara
profesional dengan pasien, yang bertujuan : (1) Untuk menghilangkan atau mengubah gejala-
gejala yang ada, (2) Memperantarai ( perbaikan ) pola tingkah laku yang rusak.

7. Psikoterapi menurut Wolberg and Frank


Psikoterapi adalah bentuk perlakuan atau treatment terhadap masalah-masalah yang sifatnya
emosional dengan tujuan menghilangkan, mengubah, memmperlambat symptom untuk
meningkatkan perkembangan pribadi yang positif.

8. Psikoterapi menurut Wohlberg (dalam Phares dan Trull, 2001)

Psikoterapi adalah pengobatan dengan cara psikologis dari masalah yang bersifat emosional.
Dimana seseorang terlatih sengaja membangun hubungan professional dengan pasien, dengan
tujuan menghapus, mengubah atau menghambat gejala yang terganggu pola mediasi perilaku,
meningkatkan pertumbuhan kepribadian yang positif dan pengembangan.

9. Psikoterapi menurut Corsini (2011)

Psikoterapi adalah proses interaksi formal dua pihak yang bertujuan untuk memperbaiki keadaan
yang tidak menyenangkan (distress) pada salah satu pihak karena tidak berfungsinya atau
ketidakmampuan fungsi kognitif, afeksi atau perilaku. Dengan terapis berusaha
mengembangkan, memelihara, atau mengubahnya dengan menggunakan metode-metode sesuai
pengetahuan dan skill serta bersifat professional dan legal.

1. Psikoterpi menurut Corey (2009)

Psikoterapi perlu mempertimbangkan tiga karakteristik dari sebuah terapi yang meliputi:

1. Proses, yang melibatkan interaksi dua pihak formal, professional, legal, dan etis.
2. Tujuan terapi, yakni perubahan kondisi psikologis individu menjadi pribadi yang positif.
3. Tindakan terapi, yang berdasarkan ilmu (teori), teknik, dan kemampuan yang formal.

1. Sejarah Perkembangan Psikoterapi[3]

Menyembuhkan orang sakit melalui pengaruh hubungan seseorang dengan orang lain sudah lama
dilakukan. Cara tersebut sudah ada dan diterapkan setua umur manusia di dunia ini, biasanya
dengan metode menanamkan atau meningkatkan perasaan sehat pada orang sakit tersebut.
Bentuk penyembuhan tersebut kemudian disebut dengan psikoterapi.

Penyembuhan pada masa-masa jauh sebelum masehi dilakukan dengan menggunakan orientasi
mistik, diantaranya dengan menggunakan kekuatan-kekuatan, misalnya kekuatan yang dimiliki
oleh sesepuh atau orang pintar. Semua itu dilakukan sebagai upaya untuk mengusir roh jahat,
akan tetapi sering kali dilakukan dengan cara tidak manusiawi (mengisolasi, mengikat,
memasung, memukul).

Berikut merupakan fase-fase perkembangan psikoterapi dari masa ke masa[4] :

1. Psikoterapi pada tahun 600 SM-600 M


Pada zaman Yunani Kuno, muncul Aristoteles sebagai “bapak” dari ilmu Kedokteran modern. Ia
menggunakan metode observasi, pengontrolan dan penyimpulan rasional dari suatu gejala,
rekreasi, istirahat, berpantang makan, pemijatan dan latihan fisik.

2. Psikoterapi pada abad 6-18 M (Abad Pertengahan)

Pada abad-abad pertengahan, pengaruh Hippocrates tenggelam lagi ketika kekuatan-kekuatan


berpengaruh lagi. Pada abad ke-18, perhatian terhadap cara merawat penderita sakit jiwa
meningkat. Penderita diperlakukan lebih manusiawi, tempat penampungan orang sakit berubah
menjadi Rumah Sakit (penanganan lebih baik). Pada tahun 1780, Philippe Pinel di Perancis
melakukan pendekatan bersifat manusiawi, yang berorientasi kasih sayang (love oriented
approach), ia memperkenalkan pendekatan sikap ranah di RS (merupakan pendekatan baru)
dengan mendirikan asylum.

3. Psikoterapi pada abad ke-19

Pada awal abad ke-19, muncul latihan penguasaan diri sebagai teknik perubahan perilaku, teknik
ini berawal dari teknik hukuman untuk mengubah dan merekonstruksi seseorang agar kembali
seperti keadaan sebelumnya. Salah seorang psikiater bernama Benyamin Rush menggunakan
teknik tersebut untuk merawat penderita penyakit “mania”. padahal ia adalah pelopor perubahan
pendekatan dengan dasar kemanusiaan pada penderita sakit jiwa.

Dorothea Lyde sebagai tokok pembaru lain memprotes perlakuan-perlakuan keras dan kejam
terhadap penderita sakit jiwa. Menurutnya, mereka juga mempunyai kebutuhan akan kebebasan
fisik. Akibat pengaruh pendekatan kemanusiaan tersebut, diantaranya muncul teknik hipnotis
atau sugesti untuk mengubah dorongan-dorongan psikis pada penderita neurotik seperti histeria.
pada abad ke-19, teknik hipnotis juga dipakai oleh Jean Martin Charcot (1825-1893) dan
Hippolyte Bernheim (1840-1919) yang orientasinya lebih jelas, yaitu mengenai gangguan-
gangguan kejiwaaan psikologis (yang terdapat di alam bawah sadar).

Pemahaman tersebut kemudian melahirkan Sigmund Freud (1856-1939) yang melakukan


revolusi dalam dunia psikoterapi. Ia melahirkan teori psikoanalisis sebagai teknik psikoterapi.
Pengaruh Freud begitu lama sampai tahun 60-an dan banyak pusat-pusat yang mempelajari
teknik tersebut. Menurutnya, permasalahan yang dihadapi klien adalah konflik yang ditekan atau
yang ditahan (repressed) di dalam alam tidak sadar untuk mencapai kesembuhan, maka hal-hal
yang ditekan atau ditahan dalam alam bawah sadar harus dikeluarkan (uncovering, unlocking
prosess) untuk diketahui dan kemudian dianalisis dan diinterprestasi. Ia bersama dengan
seniornya Joseph Breuer menggunakan teknik hypnosis dan teknik berbicara dalam upaya
menyembuhkan pasien-pasien histeria. Pada Breuer, talking cure dilakukan terhadap pasien
dalam keadaan hypnosis. Pada Sigmund Freud, talking cure dilakukan terhadap pasien dalam
keadaan sadar (cikal bakal lahirnya psikoanalisis).

Pada tahun 60-an Psikoanalisis mulai memudar. pada tahun tersebut, berkembang psikologi
klinis dan psikologi konseling sebagai reaksi dari perubahan-perubahan yang terjadi di
masyarakat setelah perang dunia kedua. muncul Carl Rogers dengan menelurkan konseling tidak
langsung (nondirective conseling) dan pendekatan terpusat pada klien (clien centeres approach)
yang kemudian menjadi person centered approach. Pada saat hampir bersamaan, muncul terapi
perubahan perilaku (behavioral therapy, behavior modivitation), teknik yang berlawanan dengan
psikoanalisis.

Dan pada akhir tahun 50-an dan awal tahun 1960, teori tersebut mulai banyak mendapat
sambutan, masalah perilaku dipahami sebagai gejala yang muncul dan dapat bisa diubah (melalui
berbagai dasar teori belajar) dan kemudian mempengaruhi keseluruhan kepribadian pribadi yang
bersangkutan.

Sedangkan yang tercatat sebagai “The First Psychotherapiest” ialah Paul Dubois. Ia Merumuskan
& menekankan peranan penting teknik berbicara (speech technique, talking cure) yang
digunakan kepada pasien.

1. Ciri-ciri Utama Psikoterapi

Psikoterapi berbeda dengan pengobatan tradisional yang sering memandang gangguan psikologis
sebagai gangguan karena sihir, kesurupan jin atau karena roh jahat. Anggapan-anggapan yang
kurang tepat tersebut karena sebagian masyarakat terlalu mempercayai tahayul dan kurang
wawasan ilmiahnya.

Ada beberapa hal yang menjadi cirri utama dari psikoterapi, seperti yang telah diungkapkan oleh
Corey, yaitu :

1. Proses psikoterapi[5]

Psikoterapi merupakan interaksi yang profesional dan dinamis antara klien dan psikoterapi.
Tujuan dari interaksi tersebut adalah tercapainya perubahan pada diri klien. Klien umumnya
datang karena suatu keluhan berkaitan dengan pikiran, perasan, perilaku atau keluhan fisik yang
disebabkan oleh masalah psikis. Dan untuk mengatasi keluhan tersebut, dilakukan psikoterapi
dengan proses yang diawali dengan perkenalan personal. Tujuannya adalah terciptanya rapport
atau hubungan yang akrab dan saling merasa nyaman. Hal ini penting, karena umumnya klien
datang dengan perasaan agak canggung atau malu. Setelah komunikasi terjalin lancar, kemudian
psikoterapi dimulai. Berikut dibawah ini empat tahapan yang umum dilalui pada sesi pertama
atau pertemuan pertama psikoterapi.

1. Analisa Masalah (Assessment)

Psikoterapis hanya bisa membantu klien apabila Ia dan klien memahami masalah klien. Oleh
karena itu, psikoterapi diawali dengan oleh klien yang bercerita tentang masalahnya dan
kemudian psikoterapis mengajak klien untuk “membedah” masalah tersebut dari sudut pandang
psikologi. Tujuan analisa masalah adalah agar psikoterapis dan klien memahami secara pasti apa
yang sebenarnya menjadi masalah klien. Sering kali terjadi, apa yang dianggap oleh klien
sebagai masalah utama, sebenarnya hanyalah akibat dari suatu masalah yang tidak ia sadari.

1. Menentukan Tujuan Psikoterapi


Setelah masalah diketahui secara jelas, maka selanjutnya adalah menentukan tujuan dari terapi.
Psikoterapis biasanya akan memandu klien untuk menentukan target, hasil atau outcome dari
proses terapi yang akan klien jalani. Tujuan haruslah spesifik dan jelas, supaya proses
psikoterapi terarah dan psikoterapis bisa menentukan metode terapi apa yang akan digunakan
untuk mengatasi masalah kliennya. Bisa jadi psikoterapis hanya menggunakan satu metode terapi
atau gabungan beberapa metode psikoterapi.

1. Penerapan Metode Psikoterapi

Dalam psikoterapi modern, ada banyak metode psikoterapi yang bisa digunakan. Jika diibaratkan
bengkel mobil, metode psikoterapi bisa diumpamakan dengan alat yang dipakai memperbaiki
mobil. Tentu saja ada banyak jenis alat perbengkelan yang semuanya berguna, tapi punya fungsi
berbeda-beda. Untuk memperbaiki suatu kerusakan pada mobil, mungkin dibutuhkan satu atau
beberapa peralatan sekaligus, tergantung jenis kerusakannya. Begitu pula dalam psikoterapi,
psikoterapis biasanya menyesuaikan metode terapi dengan masalah dan tujuan klien.

1. Mengakhiri Sesi Psikoterapi

Salah satu sesi psikoterapi yang psikoterapis lakukan biasanya berlangsung selama 2 jam.
Kadang kala psikoterapis mengakhiri sesi dengan memberikan beberapa petunjuk yang bisa klien
laksanakan sendiri di rumah. Atau biasanya psikoterapis tidak memberi petunjuk apapun kepada
klien, karena memang tidak diperlukan.

Jika terdapat beberapa klien yang bertanya pada akhir sesi mengenai apakah mereka perlu datang
lagi atau tidak, maka jawaban psikoterapis hanya perlu menjawab serta mengusulkan pada klien
untuk sama-sama melihat dulu perkembangannya setelah 1-2 minggu. Apabila ada sesuatu yang
masih dirasa kurang beres oleh klien, maka klien dianjurkan untuk datang kembali kepada terapis
agar bisa menentukan apakah perlu terapi lagi atau memang sudah cukup.

Masalah kejiwaan lebih rumit daripada masalah fisik karena jiwa tidak bisa dilihat. Oleh karena
itu, sulit memprediksikan apakah klien perlu terapi lagi atau tidak. Maka lebih baik dilihat
perkembangannya, kemudian baru memutuskan perlu terapi lagi atau tidak.

Jika hasil dari perkembangan tersebut memutuskan bahwa klien perlu menemui psikoterapis
kembali, maka dilakukanlah pertemuan kedua. Proses psikoterapi pada pertemuan kedua pada
dasarnya tidak memiliki perbedaan yang signifikan dengan proses psikoterapi pada pertemuan
pertama. Setiap proses psikoterapi diawali dengan analisa masalah, menentukan tujuan
psikoterapi dan setelah itu menerapkan suatu metode psikoterapi yang dinilai paling cocok.
Dalam satu sesi psikoterapi, bisa jadi hanya digunakan sutau metode psikoterapi atau gabungan
dari beberapa metode psikoterapi. Semua itu disesuaikan dengan kondisi klien.

Proses psikoterapi lebih mirip sebuah perjalanan menuju “kesembuhan”. Klien adalah tokoh
utama dalam perjalanan ini dan psikoterapis adalah pemandu jalannya. Sebagaimana sebuah
perjalanan, biasanya sering kali mengalami hal-hal yang tidak diduga sebelumnya. Dan setiap
pengalaman psikoterapi itu biasanya unik, seunik kepribadian setiap orang.
Ada beberapa informasi penting mengenai proses psikoterapi ini, diantaranya :

a) Butuh Berapa Kali Sesi Psikoterapi ?

Untuk jumlah sesi psikoterapi yang dilakukan, itu tergantung dari seberapa berat masalah
psikologis yang klien alami atau tergantung perubahan seperti apa yang klien targetkan.
Sebagian besar klien bisa mengatasi masalahnya hanya dalam 1 sesi psikoterapi. Untuk masalah
yang sangat berat bisa jadi membutuhkan 2 sesi psikoterapi. Jangka waktu antara pertemuan satu
dengan pertemuan selanjutnya bisa 1 minggu, 2 minggu, sebulan atau sesuai kebutuhan dan
waktu luang klien masing-masing.

b) Apa Yang Menentukan Keberhasilan Psikoterapi?

Perlu dipahami bahwa kesuksesan psikoterapi tidak hanya tergantung oleh usaha Psikoterapis
semata. Dari berbagai penelitian statistik yang telah dilakukan dalam menilai keberhasilan
psikoterapi, didapatkan fakta bahwa ada 5 faktor yang mendukung keberhasilan psikoterapi.
Masing-masing adalah:

 Tujuan yang ingin dicapai. Dalam psikoterapi harus ada arah tujuan yang jelas. Baik
klien dan psikoterapis harus memahami benar apa masalahnya dan perubahan seperti apa
yang diinginkan. Itulah mengapa dalam psikoterapi diawali dengan proses assessment /
pengenalan masalah untuk menentukan tujuan terapi.
 Kemauan klien untuk berubah. Psikoterapi tidak bisa dipaksakan. Meskipun klien adalah
orang tua atau keluarga psikoterapis, tetap psikoterapis tidak boleh memaksa klien untuk
menjalani psikoterapi.
 Keterbukaan klien terhadap psikoterapis. Semakin terbuka klien, semakin mudah
psikoterapis dalam membantunya. Selain itu, klien diharapkan untuk mau membuka
pikirannya untuk menerima ide-ide baru atau saran-saran yang psikoterapis berikan.
 Pengalaman dan keterampilan psikoterapis. Disinilah peran seorang psikoterapis dalam
membantu klien/pasiennya. Seorang psikoterapis yang baik haruslah terampil dalam
menerapkan ilmunya. Dan akan lebih baik lagi apabila seorang psikoterapis sudah punya
jam terbang atau banyak pengalaman dalam menangani klien. Seorang psikoterapis juga
dituntut untuk memahami dasar-dasar psikologi, psikopatologi (ilmu tentang gangguan
psikologi) dan memahami cara kerja pikiran manusia.
 Metode yang digunakan. Dalam ilmu psikoterapi, ada banyak sekali metode psikoterapi
yang bisa digunakan. Sebagian metode diajarkan secara umum diperkuliahan, sebagian
lagi merupakan metode khusus yang hanya diajarkan di pelatihan-pelatihan khusus di
luar universitas. Setiap psikoterapis umumnya menggunakan teknik terapi yang berbeda-
beda tergantung latar belakang pendidikannya.

Jadi dapat dipahami, bahwa kesembuhan klien bukanlah hasil kehebatan psikoterapis semata,
melainkan hasil dari kerjasama psikoterapis dengan klien itu sendiri. Seluas apapun pengetahuan
yang psikoterapis punya, apabila klien tidak ingin sembuh atau tidak ingin berubah, maka
psikoterapis akan kesulitan membantunya.
Bagi orang yang mengalami masalah psikologis, keinginan untuk berubah ternyata tidak cukup
mengatasi masalahnya. Sebagian besar orang yang mengalami masalah psikologis ingin sekali
untuk berubah. Namun mereka tidak tahu bagaimana caranya untuk berubah. Dia mungkin sudah
mencoba berubah dengan caranya sendiri, tapi selalu gagal. Disinilah peran psikoterapis untuk
membantu klien berubah dengan metode psikologis yang sudah teruji secara ilmiah berhasil
untuk mengatasi masalah klien.

2. Tujuan Psikoterapi[6]

Dalam psikoterapi, gangguan psikologis diidentifikasi secara ilmiah dengan standar tertentu.
Kemudian dilakukan proses psikoterapi menggunakan cara-cara modern yang terbukti berhasil
mengatasi hambatan psikologis. Dalam psikoterapi tidak ada hal-hal yang bersifat mistik. Klien
psikoterapi juga tidak diberi obat, karena yang sakit adalah jiwanya, bukan fisiknya.

Psikoterapi bukan untuk menangani orang gila (orang yang rusak otaknya). Justru psikoterapi
hanya digunakan untuk menangani orang waras yang sedang mengalami masalah psikologis,
atau untuk membantu orang normal yang ingin meningkatkan kemampuan pikirannya.
Sedangkan penanganan orang gila adalah urusan Rumah Sakit Jiwa (RSJ).

Psikoterapi didasarkan pada fakta bahwa aspek-aspek mental manusia seperti cara berpikir,
proses emosi, persepsi, believe system, kebiasaan dan pola perilaku bisa diubah dengan
pendekatan psikologis. Tujuan psikoterapi antara lain:

1. Mengolah kepribadian klien agar mampu menyesuaikan dan merealisasikan dirinya


sesuai dengan kodrat kemanusiaan. Realisasi ini dapat diumpamakan seperti proses
kelopak bunga yang merekah secara alamiah untuk merealisasikan tumbuhnya kembang.
Para ahli membantu proses merekahnya kelopaknya, sehingga bunga tampak indah.
Dalam psikoterapi, para ahli membantu proses realisasi dari proses fitrah kliennya
menuju kepada kehidupan yang bermakna, berarti, dan berguna. Makna hidup yang
tertinggi adalah pengabdian kepada Tuhan Yang Maha Pencipta diri dan alam semesta.
2. Untuk mengembalikan keadaan kejiwaan klien yang terganggu mulai dari beberapa
masalah ringan sampai pada masalah gangguan mental yang cukup berat, agar bisa
berfungsi kembali atau keadaan kejiwaan klien normal dengan optimal sehingga klien
tersebut merasa bisa merasa dirinya lebih sehat mental.
3. Memperkuat motivasi klien untuk melakukan hal yang benar.
4. Mengurangi tekanan emosional.
5. Mengembangkan potensi klien.
6. Mengubah kebiasaan.
7. Memperoleh pengetahuan tentang diri dan mengembangkan kemampuan berkomunikasi
& hubungan interpersonal.
8. Mengubah kesadaran diri dan mengubah lingkungan sosial.
9. Meningkatkan kemampuan mengambil keputusan.

Berikut beberapa tujuan dari psikoterapi secara khusus dari beberapa metode dan tekhnik
psikoterapi yang banyak peminatnya, dari dua orang tokoh yakni Ivey, et al (1987) dan Corey
(1991).
a) Tujuan psikoterapi dengan pendekatan Psikodinamik menurut Ivey, et al (1987) adalah :
membuat sesuatu yang tidak sadar menjadi sesuatu yang disadari. Rekonstruksi kepribadiannya
dilakukan terhadap kejadian-kejadian yang sudah lewat dan menyusun sintesis yang baru dari
konflik-konflik yang lama.

b) Tujuan psikoterapi dengan pendekatan psikoanalisis menurut Corey (1991) dirumuslan


sebagai : membuat sesuatu yag tidak sadar menjadi sesuatu yang disadari. Membantu klien
dalam menghidupakan kembali pengalaman-pengalaman yang sudah lewat dan bekerja melalui
konflik-konflik yang ditekan melalui pemahaman intelektual.

c) Tujuan psikoterapi dengan pendekatan Rogerian, terpusat pada peribadi, menurut Ivey, et
al (1987) adalah : untuk memberikan jalan terhadap potensi yang dimiliki seseorang menemukan
sendiri arahnya secara wajar dan menemukan dirinya sendiri yang nyata atau yang ideal dan
mengeksplorasi emosi yang majemuk serta memberi jalan bagi pertumbuhan dirinya yang unik.

d) Tujuan psikoterapi dengan pendekatan behavioristik, dijelaskan oleh Ivey, et al (1987)


sebagai berikut : untuk menghilangkan kesalahan dalam belajar dan berperilaku dan untuk
mengganti dengan pola-pola perilaku yang lebih bisa menyesuaikan. Arah perubahan perilaku
yang khusus dilakukan oleh klien. Corey (1991) menjelaskan mengenai hal ini sebagai berikut :
Terapi perilaku bertujuan secara umum untuk menghilangkan perilaku yang malasuai (mal
adaptive) dan lebih banyak mempelajari perilaku yang efektif.

e) Tujuan psikoterapi dengan metode dan teknik Gestalt, dirumuskan oleh Corey, et al (1987)
sebagai berikut : Agar seseorang lebih menyadari mengenai kehidupannya dan bertanggung
jawab terhadap arah kehidupan seseorang. Corey (1991) merumuskan tujuan Gestalt sebagai
berikut : membantu klien memperoleh pemahaman mengenai saat-saat dari pengalamannya.
unutk merangsangya meneriama tanggung jawab dari dorongan yang ada di dunia dalamnya
yang bertentangan dengan ketergantungannya terhadap dorongan-dorongan dari dunia luar.

3. Metode Psikoterapi Yang Dipakai[7]

Dalam ilmu psikologi, ada banyak sekali metode yang bisa digunakan untuk terapi. Semua
metode itu merupakan hasil pemikiran dan penelitian para pakar psikologi dari berbagai penjuru
dunia. Dari sekian banyak metode psikoterapi yang ada, bisa dikategorikan dalam lima
pendekatan, yaitu:

1. Psychoanalysis & Psychodynamic

Pendekatan ini fokus pada mengubah masalah perilaku, perasaan dan pikiran dengan cara
memahami akar masalah yang biasanya tersembunyi di pikiran bawah sadar. Psychodynamic
(Psikodinamik) pertama kali diciptakan oleh Sigmund Feud (1856-1939), seorang neurologist
dari Austria. Teori dan praktek psikodinamik sekarang ini sudah dikembangkan dan dimodifikasi
sedemikian rupa oleh para murid dan pengikut Freud guna mendapatkan hasil yang lebih efektif.

Tujuan dari metode psikoanalisis dan psikodinamik adalah agar klien bisa menyadari apa yang
sebelumnya tidak disadarinya. Gangguan psikologis mencerminkan adanya masalah di bawah
sadar yang belum terselesaikan. Untuk itu, klien perlu menggali bawah sadarnya untuk
mendapatkan solusi. Dengan memahami masalah yang dialami, maka seseorang bisa mengatasi
segala masalahnya melalui “insight” (pemahaman pribadi).

Beberapa metode psikoterapi yang termasuk dalam pendekatan psikodinamik adalah: Ego State
Therapy, Part Therapy, Trance Psychotherapy, Free Association, Dream Analysis, Automatic
Writing, Ventilation, Catharsis dan lain sebagainya.

a) Behavior Therapy

Pendekatan terapi perilaku (behavior therapy) berfokus pada hukum pembelajaran. Bahwa
perilaku seseorang dipengaruhi oleh proses belajar sepanjang hidup. Tokoh yang melahirkan
behavior therapy adalah Ivan Pavlov yang menemukan “classical conditioning” atau “associative
learning”.

Inti dari pendekatan behavior therapy adalah manusia bertindak secara otomatis karena
membentuk asosiasi (hubungan sebab-akibat atau aksi-reaksi). Misalnya pada kasus fobia ular,
penderita fobia mengasosiasikan ular sebagai sumber kecemasan dan ketakutan karena waktu
kecil dia penah melihat orang yang ketakutan terhadap ular. Dalam hal ini, penderita telah belajar
bahwa “ketika saya melihat ular maka respon saya adalah perilaku ketakutan”.

Berbagai metode psikoterapi yang termasuk dalam pendekatan behavior therapy adalah Exposure
and Respon Prevention (ERP), Systematic Desensitization, Behavior Modification, Flooding,
Operant Conditioning, Observational Learning, Contingency Management, Matching Law, Habit
Reversal Training (HRT) dan lain sebagainya.

b) Cognitive Therapy

Terapi Kognitif (Cognitive Therapy) punya konsep bahwa perilaku manusia itu dipengaruhi oleh
pikirannya. Oleh karena itu, pendekatan Cognitive Therapy lebih fokus pada memodifikasi pola
pikiran untuk bisa mengubah perilaku. Pandangan Cognitive Therapy adalah bahwa disfungsi
pikiran menyebabkan disfungsi perasaan dan disfungsi perilaku. Tokoh besar dalam cognitive
therapy antara lain Albert Ellis dan Aaron Beck.

Tujuan utama dalam pendekatan cognitive adalah mengubah pola pikir dengan cara
meningkatkan kesadaran dan berpikir rasional. Beberapa metode psikoterapi yang termasuk
dalam pendekatan Cognitive adalah Collaborative Empiricism, Guided Discovery, Socratic
Questioning, Neurolinguistic Programming, Rational Emotive Therapy (RET), Cognitive
Shifting. Cognitive Analytic Therapy (CAT) dan sebagainya.

c) Humanistic Therapy

Pendekatan Humanistic Therapy menganggap bahwa setiap manusia itu unik dan setiap manusia
sebenarnya mampu menyelesaikan masalahnya sendiri. Setiap manusia dengan keunikannya
bebas menentukan pilihan hidupnya sendiri. Oleh karena itu, dalam terapi humanistik, seorang
psikoterapis berperan sebagai fasilitator perubahan saja, bukan mengarahkan perubahan.
Psikoterapis tidak mencoba untuk mempengaruhi klien, melainkan memberi kesempatan klien
untuk memunculkan kesadaran dan berubah atas dasar kesadarannya sendiri.

Metode psikoterapi yang termasuk dalam pendekatan humanistik adalah Gestalt Therapy, Client
Cantered Psychotherapy, Depth Therapy, Sensitivity Training, Family Therapies, Transpersonal
Psychotherapy dan Existential Psychotherapy.

d) Integrative / Holistic Therapy

Jika menemui seorang klien yang mengalami komplikasi gangguan psikologis yang mana tidak
cukup bila ditangani dengan satu metode psikoterapi saja, maka bisa menggunakan beberapa
metode psikoterapi dan beberapa pendekatan sekaligus untuk membantu klien tersebut. Hal ini
disebut Integrative Therapy atau Holistic Therapy, yaitu suatu psikoterapi gabungan yang
bertujuan untuk menyembuhkan mental seseorang secara keseluruhan.

1. Jenis-jenis Psikoterapi[8]

Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai, psikoterapi dibedakan atas :

1. Psikoterapi suportif :
2. Mendukung fungsi-fungsi ego atau memperkuat mekanisme defense yang ada.
3. Memperluas mekanisme pengendalian yang dimilki dengan yang baru dan lebih baik.
4. Perbaikan ke suatu keadaan keseimbangan yang lebih adaptif.

2. Psikoterapi reeduktif
3. Mengubah pola perilaku dengan meniadakan kebiasaan (habits) tertentu dan memebentuk
kebiasaan yang lebih menguntungkan.

3. Psikoterapi rekonstuktif
4. Dicapainya tilikan (insight) akan konflik-konflik nirsadar, dengan usaha untuk mencapai
perubahan luas struktur kepribadian seseorang.

Menurut teknik yang terutama digunakan, psikoterapi dibagi menurut perubahan yang
digunakan, antara lain : psikoterapi ventilatif, sugestif, katarsis, ekspresif, operant conditioning,
modeling, asosiasi bebas, interpretative, dll.

Menurut konsep teoritis tentang motivasi dan perilaku, psikoterapi dapat dibedakan menjadi :
psikoterapi perilaku atau behavioral, psikoterapi kognitif, psikoterapi evokatif, analitik, dinamik,
dll.

Menurut setting-nya, psikoterapi terdiri atas psikoterapi individual dan kelompok (terdiri atas
terapi marital/pasangan, terapi keluarga, terapi kelompok). Terapi marital atau pasangan
diindikasikan bila ada problem di antara pasangan, misalnya komunikasi, persepsi,dll. Terapi
keluarga, dilakukan bila struktur dan fungsi dalam suatu keluarga tidak berjalan sebagaimana
mestinya. Bila salah satu anggota keluarga mengalami gangguan jiwa, akan mempengaruhi
keadaan dan interaksi dalam keluarga dan sebaliknya, keadaan keluarga akan mempengaruhi
gangguan serta prognosis pasien.

Untuk itu seluruh anggota keluarga diwajibkan hadir pada setiap sesi terapi. Terapi kelompok,
dilakukan terhadap sekelompok pasien (misalnya enam atau delapan orang), oleh satu atau dua
orang terapis. Metode dan caranya bervariasi; ada yang suportif dan bersifat edukasi, ada yang
interpretatif dan analitik. Kelompok ini dapat terdiri atas pasien-pasien dengan gangguan yang
berbeda, atau dengan problem yang sama, misalnya gangguan makan, penyalahgunaan zat, dll.
Diharapkan mereka dapat saling memberikan dukungan dan harapan serta dapat belajar tentang
cara baru mengatasi problem yang dihadapi.

Menurut nama pembuat teori atau perintis metode psikoterapeutiknya, psikoterapi dibagi
menjadi psikoanalisis Freudian, analisis Jungian, analisis transaksional Eric Berne, terapi
rasional-emotif Albert Ellis, konseling non-direktif Rogers, terapi Gestalt dari Fritz Perls,
logoterapi Viktor Frankl, dll.

Menurut teknik tambahan khusus yang digabung dengan psikoterapi, misalnya narkoterapi,
hypnoterapi, terapi musik, psikodrama, terapi permainan dan peragaan (play therapy),
psikoterapi religius, dan latihan meditasi.

1. Macam-macam Psikoterapi[9]
2. Terapi Aqua Energetic

Terapi aqua energetic adalah sebuah terapi yang menggunakan pemanfaatan tenaga air yang
biasanya dilakukan dalam bentuk terapi kelompok.

Proses terapi ini untuk memfasilitasi sekelompok orang yang melakukan relaksasi dari
sekelompok ketegangan otot kronis dengan cara memperbaiki proses pernafasan secara alami,
dalam sebuah kolam yang disesuaikan dengan temperature tubuh. Lingkungan kolam yang
hangat memudahkan pengurangan maupun pelepasan tekanan emosi dan kejadian-kejadian
traumatik seseorang untuk meningkatkan personalitas yang sehat.

2. Terapi Covert Conditioning

Terapi covert conditioning adalah sebuah terapi dengan proses pengkondisian yang tersembunyi
dimana klien diminta untuk membayangkan tentang tingkah laku yang dianggap tidak
menyenangkan.

3. Terapi Focusing

Terapi focusing adalah suatu jenis introspeksi khusus dengan cara ,memusatkan pikiran dan
perhatian, baik dengan pikiran yang rendah maupun yang lebih kompleks dan abstrak. Dalam
focusing seseorang tidak memikirkan tentang suatu permasalahan atau menganalisanya, tapi dia
merasakannya secara tiba-tiba.

4. Terapi Multimodal
Terapi multimodal adalah suatu pendekatan psikoterapi yang komprehensif yang mencakup tujuh
modalitas interaksi yang dapat mempengaruhi pola sikap hidup manusia yang terdiri dari:
Behaviour (B), Affect (A), Sensation (S), Imagery (I), Cognition (C),Interpersonal Relationships
(I), dan Drugs (D) atau faktor biologis. Teknik ini menggunakan suatu perspektif pembelajaran
sosial yang luas untuk mencatat perkembangan dan perubahan pribadi.

5. Terapi poetry

Poetry therapy adalah salah satu terapi yang menggunakan sebuah puisi dalam pengobatan.
Proses pengobatan ini bisa dilakukan secara individual maupun kelompok. Puisi berdasarkan
pengalaman pengobatan adalah sebuah fenomena yang bersifat tidak tetap dan metode tambahan
yang digunakan sebagai pelengkap pada psikoterapi pada umumnya.

6. Terapi Feminis

Yang melatar belakangi terapi ini adalah survey yang pernah dilakukan oleh APA (American
Psychological Association). Mereka membenarkan adanya bias gender dalam penggunaan
psikoterapi, yaitu:

1. Terapis memelihara paradigma tradisional terhadap peran domestik perempuan.


2. Klien perempuan tidak mendapatkan penghargaan secara moral oleh terapis, dan terapis
membatasi harapan klien perempuan untuk menggali potensi-potensi mereka.
3. Terapis cenderung memegang teguh konsep psikoanalisis Freudian yang berkaitan
dengan peran seks yang disosialisasikan dalam keluarga.
4. Terapis menempatkan klien perempuan sebagai objek seks sehingga dalam batas-batas
tertentu masih mengindikasikan pelecehan peran perempuan.

1.6 Macam-macam Psikoterapis[10]

Ada tiga kelompok profesional yang anggota-anggotanya mendapat pendidikan dan pengalaman
dalam psikoterapi, yaitu psikolog klinis, psikiater, dan pekerja social psikiatri.

1. Psikolog kilnis

Seorang psikolog klinis adalah yang telah mendapatkan gelar master. Psikolog banyak
menggunakan bermacam-macam teknik untuk mendiagnosis masalah-masalah psikologis.
Psikolog menggunakan psikoterapi untuk menangani masalah-masalah ini.

2. Psikiater

Psikiater adalah dokter yang mendapat spesialisasi dibidang psikiatri untuk menangani
gangguan-gangguan mental.

3. Pekerja sosial psikiatri


Pekerja sosial mendapat gelar master atau dokter dalam karya sosial. Banyak pekerja sosial
psikiatri berspesialisasi dalam terapi perkawinan atau keluarga.

BAB 2

PSIKOTERAPI ISLAM

Psikoterapi Islam memiliki ruang lingkup dan jangkauan yang sangat luas. Selain menaruh
perhatian pada proses penyembuhan, psikoterapi Islam sangat menekankan pada usaha
peningkatan diri, seperti membersihkan kalbu, menguasai pengaruh dorongan primitif,
meningkatkan derajat nafs, menumbuhkan akhlaqul karimah dan meningkatkan potensi untuk
menjalankan amanah sebagai hamba Allah dan khalifah di muka bumi.

Mappiare, 1996 (dalam Subandi, 2000) menekankan bahwa psikoterapi Islam bertujuan untuk
mengembalikan seorang pribadi pada fitrahnya yang suci atau kembali ke jalan yang lurus. Lebih
jauh lagi Hamdani, 1996-an (dalam Subandi, 2000) menyebutkan bahwa psikoterapi juga perlu
memberikan bimbingan kepada seseorang untuk menemukan hakekat dirinya, menemukan
Tuhannya dan menemukan rahasia Tuhan.

Psikoterapi Islam tidak hanya memberikan terapi pada orang-orang yang “sakit” sesuai dengan
kriteria mental-psikologis-sosial, tetapi juga ikut menangani orang-orang yang “sakit” secara
moral dan spiritual. Jadi ukuran yang dijadikan sebagai standar untuk menentukan kriteria suatu
tingkah laku itu perlu diterapi atau tidak, yang pertama-tama adalah nilai moral-spiritual dalam
Islam. Baru kemudian mengacu pada kriteria-kriteria psikologi yang ada.

Teori-teori psikologi pada umumnya terlalu berorientasi pada manusia atau antroposentris
(Bastaman, 1995 dalam Subandi, 2000), sehingga ukuran kebenarannya juga dari kacamata
manusiawi. Sedangkan dalam perspektif psikologi Islami dalam hal ini psikoterapi Islam
kebenarannya harus dikembalikan kepada Al-Quran dan sunnah (Al-Hadis).

1. Bentuk Psikoterapi Berwawasan Islam

Muhammad Mahmud Mahmud (dalam Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir, 2001), seorang
psikolog muslim ternama membagi psikoterapi Islam dalam dua kategori, pertama, bersifat
duniawi berupa pendekatan dan teknik-teknik pengobatan psikis setelah memahami
psikopatologi dalam kehidupan nyata. Psikoterapi duniawi merupakan hasil daya upaya manusia
berupa teknik-teknik terapi atau pengobatan kejiwaan yang didasarkan atas kaidah-kaidah
insaniyah. Kedua, bersifat ukhrawi, berupa bimbingan mengenai nilai-nilai moral, spiritual dan
agama, dan kedua model psikoterapi ini satu sama lain saling terkait.

Menurut Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir (2001) psikoterapi dalam Islam yang dapat
menyembuhkan semua aspek psikopatologi, baik yang bersifat duniawi, ukhrawi maupun
penyakit manusia modern adalah sebagaimana ungkapan dari Ali bin Abi Thalib sebagai berikut:
“Obat hati itu ada lima macam: membaca Al-Quran sambil mencoba memahami artinya,
melakukan shalat malam, bergaul dengan orang yang baik atau shalih, memperbanyak shaum
atau puasa, dzikir malam hari yang lama”.

Barang siapa yang mampu melakukan salah satu dari kelima macam obat hati tersebut maka
Allah akan mengabulkannya (permintaannya dengan menyembuhkan penyakit yang diderita).

Terapi yang pertama, Al-Quran dianggap sebagai terapi yang pertama dan utama, sebab di
dalamnya terdapat rahasia mengenai bagaimana menyembuhkan penyakit jiwa manusia. Tingkat
kemujarabannya sangat tergantung seberapa jauh tingkat sugesti keimanan seseorang. Sugesti
yang dimaksud dapat diraih dengan mendengar, membaca, memahami dan merenungkan, serta
melaksanakan isi kandungannya:

“Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang
yang beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain
kerugian”. (QS. Al-Isra, 71:82).

Terapi yang kedua adalah melakukan shalat malam (qiyamul lail). Keampuhan terapi shalat
sunnah ini sangat terkait dengan pengamalan shalat wajib, sebab kedudukan terapi shalat sunnah
hanya menjadi suplemen bagi terapi shalat wajib. Adapun hikmah dari pelaksanaan shalat malam
dalam hal ini shalat tahajud adalah:

1. Mendapat kedudukan terpuji di hadapan Allah SWT.

“Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah
tambahan bagimu; Mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang Terpuji”.
(QS. Al-Israa, 71:79).

2. Memiliki kepribadian orang-orang salih yang dekat dengan Allah SWT, terhapus dosanya
dan terhindar dari perbuatan munkar.
3. Jiwanya selalu hidup sehingga mudah mendapatkan ilmu dan ketentraman dan dijanjikan
kenikmatan syurga.
4. Doanya makbul, mendapat ampunan Allah SWT., dan dilapangkan rizkinya.
5. Ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT.

Shalat secara umum memiliki empat aspek terapeutik, pertama adalah aspek olahraga, karena
shalat adalah suatu proses yang menuntut aktivitas fisik yang di dalamnya terdapat proses
relaksasi. Salah satu teknik yang banyak dipakai dalam proses terapi gangguan jiwa adalah
latihan relaksasi. Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Nizami diungkap bahwa shalat
menghasilkan bio energi yang menghantarkan si pelaku dalam situasi seimbang (equilibrium).
Hasil penelitian lainnya dari Arif Wisono Adi, 1985 (dalam Djamaludin Ancok dan Fuat
Nashori, 1994) menunjukan adanya korelasi negatif yang signifikan antara keteraturan
menjalankan shalat dengan tingkat kecemasan. Makin rajin dan teratur orang melakukan shalat
maka makin rendah tingkat kecemasannya.
Kedua adalah aspek meditasi. Shalat adalah proses yang menuntut konsentrasi yang dalam
(khusuk) dan kekhusukan dalam shalat adalah suatu proses meditasi, yang dalam beberapa
penelitian dikatakan bahwa aktivitas meditasi dapat menghilangkan kecemasan.

Ketiga adalah aspek auto-sugesti. Bacaan dalam pelaksanaan shalat adalah ucaapan yang
dipanjatkan pada Allah. Di samping berisi pujian pada Allah juga berisikan doa dan permohonan
pada Allah agar selamat di dunia dan di akhirat. Proses shalat pada dasarnya adalah terapi yang
tidak berbeda dengan terapi “self-hypnosis” dengan mensugesti diri sendiri dengan
mengucapakan hal-hal yang baik pada diri sendiri agar memiliki sifat yang baik tersebut.

Keempat adalah aspek kebersamaan. Hal ini tampak pada saat pelaksanaan shalat berjamaah
yang pada pelaksanaannya memupuk rasa kebersamaan. Beberapa ahli psikologi berpendapat
bahwa perasaan “keterasingan” dari orang lain adalah penyebab utama terjadinya gangguan jiwa.
Dengan shalat berjamaah perasaan terasing dari orang lain itu dapat hilang.

Terapi yang ketiga adalah bergaul dengan orang salih. Orang yang salih adalah orang yang
mampu mengintegrasikan dirinya dan mampu mengaktualisasikan potensinya semaksimal
mungkin dalam berbagai dimensi kehidupan. Jika seseorang dapat bergaul dengan orang salih
maka nasihat-nasihat dari orang salih tersebut akan dapat memberikan terapi bagi kelainan atau
penyakit mental seseorang. Dalam terminologi tasawuf hal ini tergambar pada seorang guru sufi
atau mursyid yang memiliki ketajaman batin terhadap kondisi penyakit muridnya.

Terapi yang keempat adalah melakukan puasa. Maksud puasa di sini adalah menahan (imsak)
diri dari segala perbuatan yang dapat merusak citra fitri manusia. Al-Ghazali mengemukakan
bahwa hikmah berpuasa (menahan rasa lapar) adalah:

Menjernihkan kalbu dan mempertajam pandangan akal

Melembutkan kalbu sehingga mampu merasakan kenikmatan batin

Menjauhkan perilaku yang hina dan sombong, yang perilaku ini sering mengakibatkan kelupaan

Mengingatkan jiwa manusia akan cobaan dan azab Allah, sehingga sangat hati-hati di dalam
memilih makanan

Memperlemah syahwat da tertahannya nafsu amarah yang buruk

Mengurangi tidur untuk diisi dengan berbagai aktivitas ibadah

Mempermudah untuk selalu tekun beribadah

Menyehatkan badan dan jiwa

Menumbuhkan kepedulian sosial

Menumbuhkan rasa empati


Terapi yang kelima adalah zikir. Dalam arti sempit zikir berarti menyebut asma-asma agung
dalam berbagai kesempatan. Sedangkan dalam arti yang luas, zikir mencakup pengertian
mengingat segala keagungan dan kasih sayang Allah SWT. yang telah diberikan kepada kita,
sambil mentaati segala perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Zikir dapat mengembalikan
kesadaran seseorang untuk mengingat, menyebut dan mereduksi kembali hal-hal yang
tersembunyi dalam hatinya. Zikir juga mampu mengingatkan seseorang bahwa yang membuat
dan menyembuhkan penyakit hanyalah Allah SWT., semata sehingga zikir mampu memberi
sugesti penyembuhannya, melakukan zikir sama nilainya dengan terapi relaksasi.

1. Studi Kasus

Fulan adalah seorang laki-laki berusia 20 tahun dan merupakan salah seorang mahasiswa di
sebuah PTN di Bandung. Pada saat duduk di bangku SMA, Fulan dikenal sebagai siswa yang
cukup ditakuti di sekolahnya, karena kebiasaannya berperilaku kasar dan “menindas” siswa-
siswa lain dan hal ini pun terjadi hingga duduk dibangku kuliah.

Suatu saat Fulan bertemu dengan seorang aktivis kerohanian di kampus tempat Fulan kuliah.
Berawal dari perbincangan ringan Fulan mulai tertarik untuk masuk ke dalam komunitas aktivis
kerohanian tersebut dan meninggalkan lingkungan dan teman-teman tempat dia biasa
menghabiskan waktunya. Setelah sekian lama ternyata banyak hal yang berubah dari diri Fulan,
kebiasaannya berperilaku kasar kepada orang lain sudah tidak nampak lagi pada dirinya.
Sekarang Fulan lebih dikenal sebagai ahli mesjid yang rajin shalat, shaum sunnah dan sangat
ramah kepada orang lain.

Apabila kita melihat perubahan yang tampak pada diri Fulan dengan perspektif psikologi Islami,
maka benang merahnya akan sangat jelas terlihat, bahwa lingkungan yang kondusif dalam hal ini
komunitas orang-orang saleh dan pemaknaan terhadap ibadah shalat dan shaum merupakan
unsur-unsur terapeutik yang berpengaruh terhadap perubahan pada diri Fulan. Kepribadian Fulan
yang sebelumnya didominasi oleh aspek nafsu dikikis perlahan-lahan dengan aktivitas-aktivitas
spirtitual yang mampu meningkatkan derajat kepribadiannya. Diawali dengan tobat dan
kesadaran akan dosa-dosa yang telah dilakukan, tidak mengulanginya kembali dan mengisi
setiap waktu dalam hidup dengan aktivitas yang sudah digariskan dalam syari’at.

BAB 3

FENOMENA KEMAJUAN PSIKOTERAPI HARI INI

1. Psikoterapi untuk Kurang Percaya diri / Minder

Percaya diri adalah memiliki kepercayaan dan keyakinan pada kemampuan diri untuk melakukan
atau mencapai sesuatu yang baik dalam sosial, hubungan, pekerjaan, atau hal-hal lainnya dalam
kehidupan. Kepercayaan diri yang tinggi merupakan elemen yang sangat penting dalam
pencapaian prestasi yang signifikan.

Setiap orang pernah mengalami kurang percaya diri dalam hal-hal tertentu, namun bagi
penderita, perasaan ini hadir secara konstan dari waktu ke waktu dalam kehidupan mereka.
Memiliki kepercayaan diri yang rendah bisa sangat membatasi, mempengaruhi kemampuan
untuk menjalani kehidupan dengan baik bahkan menghilangkan kesempatan dan menghindari
peluang yang ada. Kepercayaan diri yang rendah seringkali muncul dan menganggu dalam hal-
hal berikut :.

1. Ketakutan yang tidak seharusnya terjadi, seperti dalam menghadapi ujian, dalam
menghadapi klien maupun atasan dan bawahan kerja.
2. Kegiatan sosial
3. Mengemudi (takut mengemudi)
4. Wawancara/ penilaian kerja
5. Presentasi / public speaking
6. Tampil dalam pertunjukan
7. Merasa tidak cukup baik
8. Pemalu
9. Takut terhadap penilain atau pandangan orang, dll.

Ketidak percayaan diri bukan saja dialami oleh kalangan orang-orang yang kurang berprestasi
namun dapat pula terjadi pada kalangan orang-orang berprestasi, seperti manajer, supervisor,
guru, dsb. Persoalan percaya diri mendominasi kasus terapi saat ini secara klinis maupun non
klinis.

Ada beberapa penyebab kurang percaya diri, seperti :

1. Pengaruh lingkungan
2. Diremehkan atau dikucilkan lingkungan
3. Hasil didikan orangtua yang penuh larangan
4. Kurang kasih sayang atau pujian dari keluarga
5. Trauma kegagalan di masa lalu
6. Trauma atas kejadian buruk di masa lalu
7. Kecemasan

Kurangnya kepercayaan diri umumnya merupakan gejala dari adanya trauma / kecemasan di
bawah sadar yang belum ‘dilepaskan’.

Psikoterapi adalah cara yang sangat efektif untuk melepas trauma masa lalu secara permanen,
meningkatkan kepercayaan diri dan penghargaan atas diri sendiri.

1. Fenomena Psikoterapi dalam Internet[11]

Dewasa ini Internet bukan hanya tempat untuk Mengirim E-mail, Chatting, Nonton Video,
ataupun Download berbagai file dan Aplikasi, tetapi sekarang internet juga sudah menyediakan
Test-test Psikologi dan bahkan Psikoterapi.
Psikoterapi itu sendiri di Indonesia lebih hanya kepada Test secara Kasat mata, karena si
Psikolog yang memeriksa tidak bertemu secara langsung. Ada beberapa Kelebihan maupun
Kekurangan dalam melakukan Psikoterapi secara Online, seperti sebagai berikut :

1. Kelebihan[12]
2. Menghemat waktu, karena klien tidak perlu Repot-repot untuk datang ke tempat
Psikoterapis.
3. Lebih Hemat dan Murah, biasanya Psikoterapi yang di Lakukan secara Online memiliki
Cost harga yang lebih murah ketimbang Datang langsung ke Tempat Terapis, bahkan ada
Psikoterapis yang tidak di pungut biaya alias Gratis.
4. Cocok untuk Orang yang Memiliki Kepribadian Tertutup alias Pemalu, biasanya orang
Pemalu akan lebih terbuka dan Berani jika Terapis di lakukan jarak jauh ketimbang
Bertatap Muka langsung
5. Kekurangan :
6. Sang Terapis, dalam hal ini sang Psikolog, tidak mengetahui bagaimana keadaan klien
sesungguhnya itu seperti apa.
7. Terapis tidak bisa mengetahui bagaimana Bahasa Tubuh si Klien, tatapan mata klien, dan
cara bicara si klien, seperti kita tahu bahwa bahasa tubuh, tatapan mata, dan cara bicara
merupakan entry point bagi seorang Psikolog untuk bisa mengetahui Kepribadian,
karakteristik, dan bahkan Permasalahan yang sedang di alami Sang Klien.

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Zainul. 2012 .A-Z Psikologi”Berbagai Kumpulan Topik Psikologi”. Yogyakarta : Andi
Yogyakarta.

Nurhayati, Eti. 2011. Bimbingan, konseling, & psikoterapi inovatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Prabowo, Hendro & B.P. Riyanti. 1998. Psikologi umum 2. Jakarta: Universitas Gunadarma

http://id.wikipedia.org/wiki/Psikoterapi

http://id.wikipedia.org/wiki/Psikoterapi/sejarah

http://kumpulan-materi.blogspot.com/2012/03/sejarah-perkembangan-psikoterapi.html

http://www.psikoterapis.com/?en_bagaimana-proses-psikoterapi-%2C23

http://id.wikipedia.org/wiki/Psikoterapi

http://khayeoja.blogspot.com/2013/03/psikoterapi-secara-umum.html

http://id.wikipedia.org/wiki/Psikoterapi/macam psikoterapis.

http://konselingkonfrehensir.blogspot.com/2012/01/perkembangan-teknologi-informasi-
dalam.html
http://raadiyahputrilaura.blogspot.com/2012/12/fenomena-psikoterapi-dalam-internet.html

Tentang Penulis

Lamlam Masropah adalah mahasiswa Jurusan Bimbingan dan Konseling Islam (BKI) Fakultas
Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati Bandung. Putri
kelahiran Garut Jawa Barat 24 Januari 1993 dari pasangan H. Abdul Wahid dan Hj. Siti
Maesaroh. Selain menempuh pendidikan formal yang dimulai dari SDN Cihurip 1, dilanjut ke
SMP N 1 Cihurip, kemudian SMAN 13 Garut, penulis juga menempuh pendidikan non formal di
beberapa pesantren. Sehari-hari selain menjalani aktivitas sebagai mahasiswa, penulis juga aktif
di beberapa organisasi. Buku ini merupakan buku perdana yang penulis susun. Sekarang penulis
tinggal di pondok pesantren Al-Ihsan, Cibiru Hilir Bandung. Penulis bisa di hubungi melalui no.
kontak 081809811788 atau email lamlammasropah@ymail.com .

Anda mungkin juga menyukai