Referat
Referat
Disusun Oleh :
Pratika Lawrence Sasube
18 650 500 50
Dokter Pembimbing :
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya, Referat dengan judul “Gangguan Psikotik Akut” dapat terselesaikan. Referat ini
ditulis sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan stase Kepaniteraan Ilmu Kedokteran Jiwa
pada Program Pendidikan Dokter Umum Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia.
Penulis menyadari bahwa Referat ini dapat terselesaikan atas bantuan dan bimbingan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. dr. Herny Taruli Tambunan, M.Ked (KJ), Sp.KJ. selaku dokter pembimbing yang telah
menyediakan waktu dan pikiran untuk mengarahkan dan membimbing penulis dalam
penyusunan referat ini.
2. dr. Gerald Mario Semen, Sp.KJ. (K), S.H. selaku dokter pembimbing yang telah banyak
memberikan bimbingan dan ilmu pengetahuan dalam mengikuti kepaniteraan ilmu
kedokteran jiwa.
3. dr. Imelda Wijaya, Sp.KJ. selaku dokter pembimbing yang telah banyak memberikan
bimbingan dan ilmu pengetahuan dalam mengikuti kepaniteraan ilmu kedokteran jiwa.
4. Para staf, seluruh karyawan, dan perawat yang telah banyak membantu dan banyak
memberikan saran-saran yang berguna bagi penulis dalam menjalani kepaniteraan di
Rumah Sakit Ketergantungan Obat.
Akhir kata, penulis berharap semoga Referat ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
F52.10
Penolakan seksual (sexual aversion)
Adanya perasaan negative terhadap interaksi seksual, sehingga
aktivitas seksual dihindarkan
F52.11
Kurangnya kenikmatan seksual (lack of sexal enjoyment)
Respons seksual berlangsung normal dan mengalami orgasme,
tetapi kurang ada kenikmatan yang memadai.
III. Stimulansia
Stimulansia, atau disebut juga psikostimulan, merupakan
kelompok zat yang dapat meningkatkan fungsi mental dan fisik secara
temporer. Secara singkat, stimulansia bekerja pada neuron dan sirkuit
otak, terutama sistem neurotransmitter dopamine, meningkatkan atau
mempercepat aktivitas sisem saraf pusat.4 Hal tersebut menyebabkan efek
seperti peningkatan denyut jantung dan tekanan darah.5 kelompok zat ini
awalnya seringkali digunakan oleh atlet untuk meningkatkan performa
dan intensitas latihan. Beberapa contoh stimulansia seperti kafein,
amfetamin, kokain, dan efedrin.4
Bagian sistem saraf pusat yang bekerja pada pengaturan emosi
adalah sistem limbik atau disebut juga dopamine reward system atau brain
reward system, yaitu hipokampus, ventral tegmental area (VTA) ,
striatum, nukleus akumbens, dan korteks frontalis.4 Berbagai aktivitas
natural seperti makan, minum, melakukan aktivitas yang digemari,
aktivitas seksual mengaktivasi nukelus akumbens, memicu komunikasi
antar struktur neuron yang mengakibatkan pelepasan dopamin. Pelepasan
dopamin tersebut mengakibatkan perasaan senang atau elasi.4 Stimulansia
bekerja dengan menghambat jalur komunikasi normal antara neuron otak,
yaitu melalui sistem neurotransmitter dopamine.6 Penggunaan stimulansia
jangka panjang mempengaruhi neuron dopaminergic pada struktur limbik
(VTA, nukleus akumbens).4
V. Terapi
Dalam upaya mengembalikan atau memperbaiki fungsi seksual
pengguna stimulansia, perlu dilakukan abstinens obat maupun abstinens
seksual. Periode “cooling off” selama kurang lebih 30 hari dapat
membantu untuk mengurangi drug-sex connection. Tujuan utama dari
terapi adalah mengembalikan fungsi seksual normal tanpa keterlibatan
obat-obatan.6
Ketika penggunaan stimulansia berhubungan kuat dengan fungsi
seksual seseorang, sulit untuk melakukan metode abstinensia tersebut.
Pengguna akan merasa ketergantungan dengan stimulansia untuk
mendapatkan kepuasakan seksual, memicu penggunaan obat terus
menerus dan episode relaps. Fenomena tersebut disebut sebagai
“reciprocal relapse”.6
Penghentian penggunaan obat-obatan tidak menghilangkan
fantasi dan keinginan aktivitas seksual secara instan. Pada pengguna yang
tidak bersedia mengikuti metode tersebut dan periode “cooling off”, dapat
ditawarkan pendekatan meminimalisir risiko (harm reduction). Sebagai
contoh dapat dilakukan edukasi pada pasien untuk tidak lagi melakukan
hubungan seksual yang berisiko, dan beralih ke masturbasi untuk
melepaskan gairah seksual, serta mengurangi kemungkinan penggunaan
obat berulang.6
DAFTAR PUSTAKA
1. Elvira SD, Hadisukanto G. Buku Ajar Psikiatri FKUI Edisi Ketiga. 3rd ed. Jakarta:
Balai Penerbit FKUI; 2015.
2. Maslim R. Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ-III dan DSM-5.
Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya; 2013.
3. Sadock BJ, Sadock VA, Ruiz P. Kaplan and Sadock’s Synopsis of Psychiatry :
Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry. Philadelphia: Lippincott Williams and
Wilkins; 2014.
4. Substance Abuse and Mental Health Services Administration. How Stimulants Affect
the Brain and Behavior. Treatment Improvement Series (TIP). Center for Substance
Abusement Treatment Series No. 33. 1999. Diunduh dari:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK64328/
5. Stimulants; the brain’s response to drugs
6. AM Washton, JE Zweben. Cocaine and methamphetamine addiction: treatment,
recovery, and relapse prevention. 2009. Norton Professional Books: 1 – 10.
7. Ishak W, Tobia G. DSM-5 changes in diagnostic criteria of sexual dysfunction. Reprod
Sys Sexual Disorders. 2(2): 1 – 3.
8. Connecticut Clearinghouse. Stimulants; the brain’s response to drugs. 1997. Diunduh
dari: https://www.ctclearinghouse.org/customer-
content/www/topics/stimulants_the_brains_response_to_drugs_062005.pdf
9. Dolatshahi B dkk. A qualitative study of the relationship between methamphetamine
abuse and sexual dysfunction in male substance abusers. Int J High Risk Behav Addict:
5(3); 2016: 242 – 51. Diunduh dari:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5086781/
10. Hosseinifard dkk. Synergistic (MARATHON) effect of combined methamphetamine
with sexual stimulant drugs. Addict Health: 6(3); 2014: 112 – 7. Diunduh dari:
http://ahj.kmu.ac.ir/article_84624_d852ea00d56ca4065db6cceee9132aac.pdf
11. Bergland C. The neuroscience of pleasure and addiction. Article. 2014. Diunduh dari:
https://www.psychologytoday.com/us/blog/the-athletes-way/201405/the-
neuroscience-pleasure-and-addiction