Anda di halaman 1dari 4

Nama : Kiki Ramdani

NPM : 10060316096

Surfaktan (surface active agent) merupakan molekul-molekul yang


mengandung gugus hidrofilik (suka air) dan gugus lipofilik (suka minyak/lemak) pada
molekul yang sama. Sehingga dapat mempersatukan campuran yang terdiri dari air dan
minyak. Aktifitas surfaktan diperoleh karena sifat ganda dari molekulnya. Molekul
surfaktan yang suka akan air (hidrofilik) merupakan bagian polar dan molekul yang
suka akan minyak/lemak (lipofilik) merupakan bagian non polar. Bagian polar molekul
surfaktan dapat bermuatan positif, negatif atau netral. Umumnya bagian non polar
(lipofilik) merupakan rantai alkil yang panjang “ekor”, sedangkan bagian yang polar
(hidrofilik) mengandung gugus hidroksil dan nampak sebagai “kepala” surfaktan
(Cruz., et al. 2006).
Sifat-sifat surfaktan adalah dapat menurunkan tegangan permukaan, tegangan
antar muka, meningkatkan kestabilan partikel yang terdispersi dan mengontrol jenis
formulasinya baik itu oil in water (o/w) atau water in oil (w/o). Selain itu surfaktan
juga akan terserap ke dalam permukaan partikel minyak atau air sebagai penghalang
yang akan mengurangi atau menghambat penggabungan. (coalescence) dari partikel
yang terdispersi (Rieger, 1985). Sifat-sifat ini dapat diperoleh karena sifat ganda dari
molekulnya. Kemampuan surfaktan yang dapat menurunkan tegangan permukaan
disebabkan karena adanya kedua gugus tersebut yaitu gugus hidrofilik dan lipofilik.
Surfaktan akan mengadsorbsi molekul yang berada di kedua permukaan yang tidak
bercampur sesuai dengan sifat dari gugus masing-masing dari surfaktan, dan memiliki
afinitas yang kemudian akan menyelumbungi molekul tersebut sehingga tegangan
permukaan menurun dan tidak terpisah kembali. Penambahan surfaktan akan
membentuk misel sehingga akan terjadi penurunan tegangan permukaan. Penurunan
tegangan permukaan ini akan mencapai suatu titik yaitu titik konsentrasi misel kritis
(KMK). Setelah mencapai KMK, penambahan surfaktan tidak akan lagi menurunkan
tegangan permukaan karena antarmuka telah jenuh.
A. Pembersih rambut (shampoo)
Surfaktan yang sering digunakan adalah :
a. Surfaktan anionik (sabun asam lemak, alkil benzen sulfonat, alkil eter sulfat
paraffin sulfonat, dan alkil sulfat.
✓ Mekanisme : Surfaktan pada bagian alkil nya terikat pada suatu anion.
Surfaktan yang akan terurai menjadi ion-ion negative ketika bereaksi
dengan air (Rosen & kunjappu, 2012).
b. Surfaktan amfoter ( betaine, amphodiacetate, dan hydroxysutaine)
✓ Mekanisme : Surfaktan yang bagian alkilnya mempunyai muatan positif
dan negative (Rosen & kunjappu, 2012).

B. Pembersih kulit
Surfatkan yang sering digunakan adalah:
a. Surfaktan anionik (sulfated fatty alcohol, alkyl sulfonates, garam natrium
gliseril monostearat ester asam lemak tunggal)
✓ Mekanisme : Surfaktan yang bagian alkilnya terikat pada suatu anion.
surfaktan yang akan terurai menjadi ion-ion negative ketika bereaksi
dengan air (Rosen & kunjappu, 2012).
b. Surfaktan amfoter ( betaine, amphodiacetate, dan hydroxysutaine)
✓ Mekanisme : Surfaktan yang bagian alkilnya mempunyai muatan positif
dan negatife (Rosen & kunjappu, 2012).
c. Surfaktan nonionik (ester gliserin asam lemak, ester sorbitan asam lemak, ester
sukrosa asam lemak, polietilena alkil amina, glukamina, alkil poliglukosida,
mono alkanol amina, dialkanol amina dan alkil amina oksida.)
✓ Mekanisme dan Karakteristik: surfaktan yang bagian alkilnya tidak
bermuatan. tidak akan terurai dengan menjadi ion ketika bereaksi (Rosen &
kunjappu, 2012).
C. Alasan surfaktan kationik lebih berbahaya
Surfaktan kationik biasanya tidak kompatibel dengan surfaktan anionik, sulit untuk
menghasilkan produk yang secara bersamaan bersih. Surfaktan kationik juga bisa
menyebabkan iritasi yang berbahaya karena mengandung ammonium quartener
(benzalkonium klorida 10%) yang dapat menyebabkan efek korosif. Dosis yang dapat
menyebabkan gejala fatal pada orang dewasa yaitu sekitar 1-3 gram, sehingga harus
dipertimbangkan ketika menggunakan pembersih dengan surfaktan kationik.

D. Waktu pemilihan jenis surfaktan kationik, anionik dan non ionik


a. Surfaktan non ionik tidak berbahaya karena merupakan ester polialkohol asam
lemak seperti sorbitan, sukrosa dan gliserin, maka sangat dapat menghilangkan
kotoran sehingga dapat digunakan untuk makanan.
b. Surfaktan anionik akan berbusa dengan baik disegala suatu jenis air sehingga
dapat dibilas dengan mudah, kualitasnya baik dan dapat digunakan dalam
pembuatan shampo dan sabun cair.
c. Surfaktan kationik dapat memperbaiki kondisi rambut dengan menurunkan
gaya elektrostatik, dapat meningkatkan busa dan dapat digunakan dalam
pembuatan kondisioner.
d. Surfaktan amfoter memiliki daya busa rendah, dapat menurunkan iritasi, dapat
digunakan dalam kosmetik karena bebas kotoran dan mengurangi toksik.
DAFTAR PUSTAKA
Cruz, R.M.S., Martin, S.M.J. dan Camazano., 2006. Surfactant-enhanced desorption
of atrazine and linuron residues as affected by agung of herbicides in soil.,
Arc.Environ.Contam.Toxicol.
Rieger, MM. (1985). Surfactant in Cosmetic, Surfactant Science Series. New York:
Marcel, Dekker. Inc.
Rosen, M.J. dan Kunjappu, J.T., 2012. Surfactants and Interfacial
Phenomena.,Hoboken, New Jersey: John Wiley & Sons.

Anda mungkin juga menyukai