Salah satu bentuk pendidikan kesehatan gigi dan mulut adalah pemeliharaan oral
hygiene yang dapat dilakukan dengan kontrol plak (Sunnati, 2014). Plak gigi (dental plaque)
adalah suatu lapisan lunak berwarna kuning keabu-abuan yang melekat erat pada permukaan
gigi dan terdiri atas mikroorganisme yang berkembang dalam suatu matriks. Matriks ini
terdiri atas glikoprotein saliva dan polisakarida ekstraseluler. Akumulasi bakteri plak pada
permukaan gigi merupakan penyebab utama penyakit periodontal. Akumulasi plak dan
terjadinya gingivitis dapat terjadi pada subjek yang tidak melakukan prosedur oral hygiene
secara teratur. Pada dasarnya kontrol plak dapat dilakukan secara mekanis dan kimia.
Menyikat gigi merupakan salah satu contoh kontrol plak secara mekanis. Kontrol plak secara
kimia digunakan sebagai tambahan pada kontrol plak secara mekanis, salah satunya adalah
obat kumur. Penggunaan obat kumur tidak dapat menggantikan kontrol plak secara mekanis
seperti menyikat gigi. Obat kumur direkomendasikan untuk mengobati infeksi, mengurangi
inflamasi, menghilangkan nyeri, mengurangi halitosis, dan mengurangi risiko terhadap karies
(Sunnati, 2014).
Tahapan DHE (Kontrol plak secara Mekanis)
Tindakan untuk memeriksa kebersihan gigi dari plak menggunakan bahan pewarna
(disclosing agent), hal ini bertujuan untuk menunjukkan gigi sudah bersih atau masih terdapat
akumulasi plak dan untuk melihat apakah cara menyikat gigi sudah baik dan benar.
Pemakaian disclosing agent, bila bahan berupa cairan atau gel, teteskan pada kapas atau
cotton bud kemudian aplikasikan pada seluruh permukaan gigi hingga merata, bila bahan
pewarna berupa tablet, kunyahlah dan ratakan dengan lidah keseluruh pemukaan gigi
(Depkes, 1990).
Kemudian, melakukan penilaian bias dengan cara melalui cermin dapat dilihat
keadaan gigi yang masih kotor. Bagian gigi yang masih berwarna merah menunjukkan
adanya plak, apabila hal tersebut terjadi maka pasien harus diberikan instruksi cara menyikat
gigi yang benar karena menggosok gigi tiap hari dengan cara yang salah tidaklah membantu
dalam mengurangi akumulasi plak pada gigi. Pemilihan sikat gigi dan pasta gigi merupkan
hal yang penting untuk pasien, pemilihan sikat gigi tergantung kenyamanan pasien asalkan
tidak menimbulkan trauma pada jaringan sekitar gigi. Selain itu, metode penyikatan gigi
harus dapat membersihkan semua permukaan gigi, khususnya daerah margin gingiva dan
daerah interdental. Gerakan sikat gigi tidak boleh melukai jaringan lunak maupun jaringan
keras. Metode harus tersusun dengan baik sehingga setiap bagian gigi geligi dapat disikat
bergantian dan tidak ada daerah yang terlewatkan (Depkes, 1990).
Beberapa metode penyikatan gigi yang dapat digunakan adalah sebagai berikut:
1. Tekhnik Horizontal
Semua permukaan gigi di gogok dengan maju mundur seperti menggosok lantai.
Teknik ini biasanya dianjurkan pada anak-anak.
2. Teknik Fone
Gigi dalam keadaan okulasi, bulu sikat ditekan kuat-kuat dan digerakan melingkar
selebar mungkin. Untuk permukaan oklusal, lingual digosok dengan gerakan maju
mundur. Teknik ini baik untuk gigi yang lengkap dan memiliki oklusi yang baik.
3. Teknik Charter
Bulu-bulu sikat mengarah ke permukaan oklusal membentuk sudut 45º, sikat
ditekan sehingga serabut-serabutnya melengkung dengan ujung ditekan diantara
kedua gigi kemudian dengan gerakan memutar pada gagangnya, ujung sikat
dipertahankan pada posisi ini. Tehnik ini dianjurkan untuk penderita dengan
daerah interdental yang terbuka.
4. Teknik Roll
Tehnik roll sangat bermanfaat bila digunakan pada gingival yang sensitive.
Bagian samping sikat diletakkan berkontak dengan bagian samping gigi dengan
bulu sikat mengarah ke apikal dan sejajar terhadap sumbu gigi. Sikat kemudian
diputar perlahanlahan ke bawah pada rahang atas dan keatas pada rahang bawah
sehingga bulu sikat menyapu daerah gusi dan gigi. Permukaan oklusal dapat
disikat dengan gerakan rotasi.
5. Teknik Stillman
Posisi bulu sikat sama dengan tehnik roll tetapi dekat dengan mahkota gigi,
digerakan maju mundur, Tehnik ini dilakukan sebanyak delapan kali tiap daerah
interproksimal, membersihkan dan memijat.
6. Teknik Fisiologik
Menggunakan bulu sikat yang halus, digerakkan dari arah servical ke oklusal
dengan gerakan untuk memijat gusi. Tehnik ini tidak dianjurkan karena dapat
menyebabkan penurunan gusi.
7. Teknik Bass
Teknik ini baik digunakan bila gingival dalam keadaan sehat, karena tehnik ini
dapat menimbulkan rasa sakit bila digunakan pada jaringan yang terinflamasi dan
sensititf. Pada tehnik ini ujung sikat harus dipegang sedemikian rupa sehingga
bulu sikat terletak 45º terhadap sumbu gigi, dengan ujung bulu sikat mengarah ke
margin ginggiva. Sikat kemudian ditekan kearah ginggiva dan digerakkan dengan
gerakan memutar yang kecil sehingga bulu sikat masuk ke daerah margin
ginggiva dan juga terdorong masuk diantara gigi.
(Depkes, 1990).
Sumber Gambar: Newmen and Carranza’s Clinical Periodontology 13th Edition, 2018.
DAFTAR PUSTAKA
Carranza, F.A., Newman, M.G., Takel, H.H., dan Klokkevold, P.R. 2018. Newmen and
Carranza’s Clinical Periodontology 13th Edition. Canada: Elsevier.
Depkes R.I. 1990. Pedoman Penyelenggara Upaya Kesehatan Gigi di PUSKESMAS. Jakarta:
Direktorat Kesehatan Gigi, DEPKES R.I.
Sunnati, 2014. Efektifitas Berkumur dengan Obat Kumur Kombinasi Minyak Esensial dan
Teh Hijau. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Syiah Kuala. Cakradonya Dent J;
6(1):619-677.
Tandilangi, M., Christy, M., dan Vonny, NSW. 2016. Efektivitas Dental Health Education
Dengan Media Animasi Kartun Terhadap Perubahan Perilaku Kesehatan Gigi dan
Mulut Siswa SD Advent 02 Sario Manado. Program Studi Pendidikan Dokter Gigi
Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado. Jurnal e-GiGi (eG);
4(2):106-110.