Anda di halaman 1dari 6

Nama : Mukhlis syarif hidayatulloh

Kelas : 2b BTP
Mata kuliah : dasar-dasar ilmu tanah

BATUAN SEDIMEN

a. Pengertian
Batuan sedimen ini merupakan salah satu jenis batuan yang mana terbentuk sebagai hasil
pemadatan endapan yang berupa bahan lepas. Batuan sedimen atau sering juga disebut sebagai
endapan merupakan batuan yang terbentuk dari endapan bahan- bahan yang terbawa oleh air
ataupun angin. Ada lagi pengertian mengenai batuan sedimen yakni batuan yang terbentuk karena
adanya proses pembatuan atau litifikasi dari hasil proses pelapukan dan juga erosi tanah yang telah
terbawa arus dan kemudian diendapkan. Seorang ahli, yakni Hutton (1875) menyatakan
bahwasannya batuan sedimen ini merupakan batuan yang terbentuk oleh konsolidasi sedimen,
sebagai material lepas, yang terangkut ke lokasi pengendapan oleh air, angin, es dan juga
longsoran gravitasi, gerakan tanah atau juga tanah longsor. Selain terbentuk dari demikian, batuan
sedimen ini juga terbentuk oleh penguapan larutan kalsium karbonat, silika, garam, dan juga
material- material lainnya. Demikianlah yang disebut dengan batuan sedimen. menurut Tucker
(1991), bahwa 70% batuan yang terdapat di seluruh permukaan bumi ini adalah jenis dari batuan
sedimen. Namun batuan itu hanya sebesat 2% dari volume seluruh kerak bumi. Hal ini
menandakan bahwa batuan sedimen yang tersebar dengan sangat luas di permukaan bumi, namun
ketebalannya hanya relatif tipis. Kerak bumi memang tersusun atas berbagai macam material, tidak
hanya batuan saja namun juga lapisan- lapisan tanah, pasir, dan juga yang lainnya. Dan batuan ini
juga termasuk elemen yang menyusun komposisi kerak bumi . batuan- bayuan yang metususn
kompisisi kerak bumi ini terbagi ke dalam berbagai macam jenis dan salah satunya adalah batuan
sedimen ini.
b. proses pembentukan
Batuan sedimen ini mengalami proses pemadatan dan juga pengompakan dari bahan lepas
(endapan) hingga menjadi batuan sedimen yang utuh. Proses ini dinamakan sebagai diagenesa.
Proses diagenesa sendiri dapat terjadi pada suhu dan tekanan atmosferik sampai dengan suhu 300
derajat celcius dan juga tekanan 1 – 2 kilobar yang berlangsung mulai dari sedimen mengalami
penguburan hingga terangkat dan juga tersingkap kembali di atas permukaan lapisan atmosfer
bumi. Berdasarkah hal ini maka ada 3 macam diagnesa, yakni:
1. Diagnesa eogenik, yakni diagnesa awal yang terjadi pada sedimen di bawah permukaan
air.
2. Diagnesa mesogenik, yakni diagnesa yang terjadi pada waktu sedimen mengalami
penguburan yang semakin dalam.
3. Diagnesa telogenik, yakni diagnesa yang terjadi pada saat batuan sedimen tersingkap
kembali ke permukaan bumi yang disebabkan karena pengangkatan dan juga erosi.
Itulah berbagai macam diagnesa yang terjadi pada batuan sedimen. Oleh karena diagnesa ini ada
bermacam macamnya, maka derajat kekompakan batuan sedimen ini juga ada berbagai macam
atau bervariasi. Berbagai macam kekompakan dari batuan sedimen ini antara lain:
1. Bahan lepas atau loose materials, yakni yang masih berupa endapan ataupun sedimen.
2. Padu atau indurated. Pada tingkatan ini konsolidasi material terjadi pada kondisi kering.
Namun hal ini akan terurai apabila dimasukkan ke dalam air.
Itulah beberapa jenis dari kekompakan yang terjadi pada batuan sedimen. Setelah kita mempelajari
kekompakan dari batuan sedimen, selanjutnya kita akan mempelajari mengenai tekstur dari batuan
sedimen.
c. Tekstur batuan sedimen
Seperti yang sudah dikatakan sebelumnya bahwasannya batuan sedimen ini mempunyai tekstur
yang bermacam- macam. Batuan sedimen ini dapat bertekstur klastika ataupun non- klastika.
Namun apabila batuannya sudah sangat kompak dan apabila telah terjadi rekristalisasi atau
pengkristalan kembali, maka batuan sedimen ini memiliki tekstur kristalin. Batuan sedimen yang
mempunyai tekstur kristalin ini pada umumnya terjadi pada jenis batu gamping dan juga batuan
sedimen yang kaya silika yang sangat kompak dan juga keras.Itulah beberapa informasi mengenai
batuan sedimen yang banyak terdapat di sekitar kita. Sebagai batuan yang banyak terdapat di
sekitar kita, batuan sedimen ini banyak sekali kegunaannya, terutama untuk bahan bagunan atau
untuk sebagai penghias rumah maupun gedung- gedung saat ini. Demikianlah informasi mengenai
batuan sedimen yang dapat kita pelajar sehingga kita dapat membedakan jenis batuan ini dengan
batuan- batuan yang lainnya.
d. Jenis-jenis batuan sedimen
Menurut Pettijohn (1975), O’Dunn dan Sill (1986) – membagi batuan batuan sedimen ini
berdasarkan terksturnya yang terbagi ke dalam dua kelompok besar, yakni batuan batuan sedimen
klastika dan juga batuan sedimen non- klastika.
Batuan sedimen klastika disebut juga dengan batuan sedimen detritus, mekanik, eksogen yang
merupakan batuan sedimen yang terdiri atas klastika- klastika atau hancuran bebatuan yang
mengendap secara alami atau mekanik oleh gaya beratnya sendiri. Batuan jenis ini terbentuk
sebagai hasil pengerjaan kembali atau reworkin dari batuan yang sudah ada sebelumnya. Proses
pengerjaan kembali yang terjadi sebagai pembentukan batuan ini meliputi pelapukan, erosi,
transportasi, dan juga redeposisi atau pengendapan kembali. Untuk menunjang proses tersebut
dapat terjadi, diperlukan beberapa media yakni air, angin, es , dan juga efek gravitasi atau beratnya
sendiri. Khusus untuk media yang terakhir tersebut atau media gravitasi ini sebagai akibat dari
longsoran batuan yang telah ada sebelumnya. Yang perlu kita ketahui dari kelompok batuan jenis
ini adalah bahwa kelompok batuan ini bersifat fragmental atau terdiri dari butiran- butiran atau
pecahan batuan sehingga bertekstur klastika. Contoh dari batuan sedimen klastika ini antara lain
batu breksi, konglomerat, batu pasir, dan juga batu lempeng. Batu breksi merupakan endapan krikil
yang bersudut tajam yang masih dekat dengan tempat asalnya. Batu konglomerat merupakan
endapan kerikil yang sudutnya membulat (sudut yang jauh terbawa aliran sungai). Sedangkan batu
pasir merupakan batuan endapan yang berasal dari fragmen batuan yang berukuran 1/16 hingga 2
mili meter.
Batuan sedimen non- klastika. Selanjutnya kita akan membahas mengenai jenis kelompok batuan
non- klastika. Batuan non- klastika ini merupakan jenis batuan sedimen yang terbentuk sebagai
hasil penguapan suatu larutan atau pengendapan material yang berada di tempat itu juga. Proses
pembentukan batuan jenis ini bisa terjadi dengan proses kimiawi, biologi ataupun organik, ataupun
kombinasi antara keduanya, yakni kombinasi antara kimiawi dan juga organik atau biologi. Proses
yang merupakan kombinasi dari keduanya ini disebut dengan biokomia. Proses pembentukan
batuan ini yang terjadi secara biologi atau organik merupakan prosen pembentukan yang dilakukan
oleh aktivitas alam tertentu yakni oleh tumbuhan maupun binatang. Sebagai contoh dari proses
pembentukan batuan ini secara organik adalah pembentukan rumah binatang laut atau karang,
terkumpulnya cangkang biinatang (fosil), dan terkuburnya kayu- kayuan sebagai akibat penurunan
daratan menjadi laut.
Menurut Sanders tahun 1981 dan Tucker 1991 – mengklasifikasikan atau membagi batuan
sedimen ini menjadi empat macam yakni:
Batuan sedimen detritus atau klastika
Batuan sedimen kimia – Batuan sedimen kimia merupakan batuan sedimen yang terbentuk melalui
reaksi kimia, seperti evaporasi, presitasi, dan juga konsentrasi. Contoh drai batuan sedimen kimia
ini adalah batu garam, batu gypsum, stalaktit, dan juga stalagmit.
Batuan sedimen organik – Batuan sedimen organik ini juga dikenal sebagai batuan sedimen asal
jasad. Batuan sedimen organik merupakan batuan sedimen yang berasal dari sisa- sisa jasad hidup
atau dibuat oleh jasad hidup. Golongan batuan jenis ini dapat dipecah menjadi dua macam, yakni
sedimen biomekanik dan juga sedimen biokimia. Sedimen biomekanik merupakanendapan dari
sisa- sisa bagian tubuh jasad hidup yang mengendap secara alami karena beratnya sendiri,
misalnya adalah batu gamping, kerang, batu numilites, dan juga batu gamping berlapis. Sementara
batuan sedimen biokimia merupakan batuan yang terjadi karena pengendapan unsur gamping dan
juga silisium dengan batuan makhluk hidup. Contoh dari batuan ini adalah batu gamping terumbu
atau rumah binatang kerang dan juga tanah diatomea atau pengendapan unsur silisium karena
adanya karbondioksida dalam air yang banyak diserap oleh ganggang diatomea.
Batuan sedimen klastika gunung api. – Khusus untuk batuan jenis ini merupakan batuan sedimen
yang mempunyai tekstur klastika dengan bahan penyusun utamanya berasal dari hasil kegiatan
oleh gunung api.
e. Warna batuan sedimen
Jika kita pada umumnya menjumpai bahwa batu berwarna gelap, yakni hitam atau sedikit keabu-
abuan, maka batuan sedimen ini mempunyai warna yang sedikut serah atau terang. Bataun sedimen
ini mempunyai wrna yang khas. Warna dari batuan sedimen ini pada umumnya berwarna terang
atau cerah, seperti putih, kuning, ataupun abu- abu terang. Namun tudak selamanya batuan
sedimen ini berwarna cerah atau terang. Batuan sedimen ini ada yang berwarna gelap, yakni abu-
abu gelap hingga hitam kelam, serta merah dan juga coklat. Dengan demikian batuan sedimen ini
mempunyai warna yang bervariasi. Variasi warna drai batuan sedimen ini disebabkan oleh
komposisi bahan penyusunnya.
f. Contoh batuan sedimen
Batuan Sedimen Klastik
Batuan sedimen jenis klastik merupakan batuan yang pembentukannya berasal dari pecahan batuan
asal atau pengendapan kembali oleh organisme pengurai (baca : Batuan Endapan). Batu asalnya
dapat berupa batuan sedimen itu sendiri, batuan metamorf atau batuan beku (baca : Batuan Beku
Luar). Fragmen batuan diperoleh dari proses pelapukan batuan baik mekanik maupun kimia yang
kemudian mengalami erosi dan terbawa oleh media pembawa menuju suatu cekungan untuk
diendapkan. Contoh batuan sedimen klastik yaitu :
Breksi
Batu breksi mempunyai butiran- butiran batuan yang bersifat coarse. Batu ini terbentuk dari proses
sedimentasi fragmen- fragmen yang memiliki ukuran antara 2 sampai 256 milimeter. Ukuran
tersebut tergolong ke dalam ukuran batuan yang kasar. Fragmen- fragmen batuan ini mempunyai
bentuk runcing dan menyudut. Fragmen tersebut berasal dari hasil longsoran yang mengalami
litifikasi. Selain itu, fragmen batu breksi juga bisa berasal dari kumpulan fragmen di bagian dasar
suatu lereng yang telah mengalami sedimentasi. Campuran dari batu gamping, granit, kuarsit,
kuarsa dan rijang bisa menjadi komposisi dari batu breksi. Batu breksi yang berukuran besar bisa
diakibatkan oleh pengendapan material yang dikeluarkan saat terjadi letusan gunung berapi (baca
: Dampak Letusan Gunung Berapi). Material tersebut mengendap di sungai atau danau di sekitar
lereng gunung berapi.
Konglomerat
Batu konglomerat memiliki struktur yang hampir sama dengan batu breksi. Komposisinya terdiri
dari campuran atau sejenis kuarsa, granit, rijang dan lain sebagainya. Ukurannya juga berkisar
antara 2 hingga 256 mm. Perbedaan batu konglomerat dengan batu breksi terletak pada bentuk
fragmennya. Bentuk batu breksi runcing, sedangkan fragmen batu konglomerat memiliki bentuk
agak bulat. Bentuk bulat tersebut akibat dari proses transport yang terjadi pada material- material
penyusunnya.
Batu pasir
Batu pasir atau standstone adalah batuan sedimen yang terbentuk dari proses sedimentasi butiran
pasir. Butiran- butiran pasir terbawa oleh media pembawanya seperti angin laut, deburan
gelombang laut dan aliran sungai. Pasir- pasir tersebut kemudian terkumpul pada suatu tempat.
Butiran- butiran batu pasir berukuran antara 0,1 hingga 2 mm. Batu pasir tersusun dari berbagai
variasi komposisi. Ada yang tersusun dari kuarsa dan feldspar banyak terdapat di lapisan kulit
bumi, ada pula yang memiliki komposisi pecahan batuan sabak, riolit, basalt dan sedikit bijih besi
serta klorit.Batu pasir mempunyai berbagai jenis warna seperti warna coklat, coklat muda, abu-
abu, merah, putih dan kuning. Karena bersifat keras, tahan terhadap cuaca dan mudah dibentuk,
batu pasir banyak dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai bahan membuat bangunan dan jalan.
Selain itu, batu pasir juga digunakan sebagai batu pengasah untuk menajamkan pisau. Batu pasir
dapat dikelompokkan lagi menjadi 3 jenis, yakni graywacke, quartz sandstone dan arkose (baca :
Jenis Jenis Batuan).
Batuan Sedimen Non Klastik
Batuan sedimen non klastik terdiri atas batuan sedimen kimiawi dan batuan sedimen organis.
Batuan sedimen kimiawi terjadi karena proses pengendapan kimiawi, seperti pengendapan dan
pengikisan oleh air yang mengandung banyak garam (evaporit). Sedangkan batuan sedimen
organis terjadi karena aktivitas organisme terutama mikro organisme. Contoh batuan sedimen non
klastik yakni :
Batu bara
Batu bara disebut juga dengan coal, merupakan batuan sedimen non klastik yang terbentuk dari
hasil kompaksi material organik seperti akar, batang atau daun tumbuhan. Proses pembentukannya
terjadi di daerah beriklim tropis dengan air yang mengandung sedikit oksigen seperti daerah rawa-
rawa. Bagian- bagian tubuh tumbuhan yang jatuh ke rawa akan mengendap.Semakin lama akan
semakin banyak bagian tumbuhan yang mengendap dan terakumulasi. Setelah terkumpul,
material- material tersebut akan terkubur oleh material lain sehingga tekanannya bertambah.
Tekanan tersebut akan mengeluarkan air lalu mengalami kompaksi dan terbentuklah batu bara.
Pada umumnya batu bara berwarna coklat kehitaman dengan tekstur amorf, tebal dan berlapis.
Batu ini tersusun dari humus dan karbon dengan pencahan yang berdifat prismatik
Batu gamping
Batu gamping atau batu kapur (limestone) adalah batuan sedimen non klastik yang tersusun dari
mineral utama berupa kalsit (CaCO3). Batu ini mempunyai berbagai variasi tekstur. Ada yang
bertekstur rapat, oolit atau kristalin, afanatis hingga berbutir kasar. Pembentukan batu gamping
diakibatkan adanya proses organisme atau proses anorganik. Pembentukan batu gamping
kebanyakan terjadi di laut dangkal yang tenang dan hangat. Kondisi tersebut merupakan kondisi
yang baik bagi organisme untuk membentuk cagkang dan skeleton.Ketika organisme bercangkang
mati, kalisium karbonat yang terdapat pada cangkang tersebut akan menjadi sumber bahan
pembuatan batu gamping. Tidak hanya dari organisme bercangkang, kalsium karbonat juga bisa
di dapatkan dari air laut. Batu gamping yang terbentuk dari kalsium karbonat air laut dikategorikan
sebagai batuan sedimen kimia, akan tetapi jumlah batu gamping jenis tersebut tidak sebanyak batu
gamping yang terbentuk dari cangkang organisme. Ada beberapa jenis batu gamping, diantaranya
adalah :
Chalk – Batu gamping ini memiliki tekstur yang halus dan lembut dengan warna abu-abu putih.
Coquina – Batu gamping jenis tersebut memiliki tekstur kasar yang yang tersusun dari sisa-sisa
cangkang organisme.
Fossiliferous – Sesuai dengan namanya, batu gamping fossiliferous memiliki kandungan fosil di
dalamnya.
Lithographic – Batu ini merupakan batu gamping padat mempunyai butiran yang halus dengan
ukuran yang relatif sama.
Oolitic – Batu gamping oolitic tersusun dari kalsium karbonat jenis “oolites” dengan bulatan kecil
yang terbentuk dari hasil presipitasi konsentris kalsium karbonat.
Travertine – Batu ini biasanya terbentuk di dalam gua dan menghasilkan kenampakan berupa
stalakmit, stalaktit, dan flowstone.

Anda mungkin juga menyukai