MAKALAH
Diusun oleh :
JURUSAN KIMIA
2019
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan berkah dan hidayah-
Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
”Dasar-dasar Islam”. Atas semua dukungan dan materi yang diberikan dalam
penyusunan makalah ini, maka penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada
Bapak Dr. Bukhari Muslim S,Sos. M,Ag.
Pada makalah ini sedikit akan mengulas tentang dasar-dasar islam yang
mencakup tentang sumber pokok islam, hukuman bagi yang meninggalkan dasar-
dasar islam, dan hikmah yang terkandung dalam asas-asas islam.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang terlibat dalam
penyusunan makalah ini. Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari bahwa
dalam penyusunan makalah ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami
mengharap pembaca berkenan menyampaikan saran dan kritik demi memperbaiki
kekurangan yang terdapat dalam makalah ini.
Tim Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
A. Pendahuluan .......................................................................................................... 1
B. Tujuan .................................................................................................................... 2
C. Manfaat .................................................................................................................. 2
BAB II ISI DAN PEMBAHASAN ................................................................................... 3
A. Pengertian Agama Islam ...................................................................................... 3
B. Sumber-Sumber Ajaran Agama Islam ............................................................... 4
C. Hukuman Bagi Yang Meninggalkan Dasar-Dasar Islam................................ 12
D. Hikmah Yang Terkandung Dalam Asas-Asas Islam .......................................... 21
BAB III PENUTUP ......................................................................................................... 27
A. Kesimpulan .......................................................................................................... 27
B. Saran .................................................................................................................... 27
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 28
ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Pendahuluan
Kehadiran agama Islam yang dibawa Nabi Muhammad Saw diyakini dapat
menjamin terwujudnya kehidupan manusia yang sejahtera lahir dan batin.
Petunjuk-petunjuk agama mengenai berbagai kehidupan manusia, sebagaimana
terdapat di dalam sumber ajarannya, Alquran dan Hadis, tampak amat ideal dan
agung.
Sumber ajaran islam adalah segala sesuatu yang melahirkan atau
menimbulkan aturan yang mempunyai kekuatan yang bersifat mengikat yang
apabila dilanggar akan menimbulkan sanksi yang tegas dan nyata (Sudarsono,
1992:1). Dengan demikian sumber ajaran islam ialah segala sesuatu yang
dijadikan dasar, acuan, atau pedoman syariat islam.
Ajaran Islam adalah pengembangan agama Islam. Agama Islam bersumber
dari Al-Quran yang memuat wahyu Allah dan al-Hadis yang memuat Sunnah
Rasulullah. Komponen utama agama Islam atau unsur utama ajaran agama
Islam (akidah, syari’ah dan akhlak) dikembangkan dengan rakyu atau akal
pikiran manusia yang memenuhi syarat runtuk mengembangkannya.
Mempelajari agama Islam merupakan fardhu ’ain , yakni kewajiban pribadi
setiap muslim dan muslimah, sedang mengkaji ajaran Islam terutama yang
dikembangkan oleh akal pikiran manusia, diwajibkan kepada masyarakat atau
kelompok masyarakat.
Allah telah menetapkan sumber ajaran Islam yang wajib diikuti oleh setiap
muslim. Ketetapan Allah itu terdapat dalam Surat An-Nisa (4) ayat 59 yang
artinya :” Hai orang-orang yang beriman, taatilah (kehendak) Allah, taatilah
(kehendak) Rasul-Nya, dan (kehendak) ulil amri di antara kamu ...”. Menurut
ayat tersebut setiap mukmin wajib mengikuti kehendak Allah, kehendak Rasul
dan kehendak ’penguasa’ atau ulil amri (kalangan) mereka sendiri. Kehendak
Allah kini terekam dalam Al-Quran, kehendak Rasul terhimpun sekarang
dalam al Hadis, kehendak ’penguasa’ (ulil amri) termaktum dalam kitab-kitab
hasil karya orang yang memenuhi syarat karena mempunyai ”kekuasaan”
berupa ilmu pengetahuan.
1
Pada umumnya para ulama fikih sependapat bahwa sumber utama hukum
islam adalah Alquran dan hadist. Dalam sabdanya Rasulullah SAW bersabda,
“ Aku tinggalkan bagi kalian dua hal yang karenanya kalian tidak akan
tersesat selamanya, selama kalian berpegang pada keduanya, yaitu Kitab
Allah dan sunnahku.” Dan disamping itu pula para ulama fikih menjadikan
ijtihad sebagai salah satu dasar hukum islam, setelah Alquran dan hadist.
Berijtihad adalah berusaha sungguh-sungguh dengan memperguna kan seluruh
kemampuan akal pikiran, pengetahuan dan pengalaman manusia yang
memenuhi syarat untuk mengkaji dan memahami wahyu dan sunnah serta
mengalirkan ajaran, termasuka ajaran mengenai hukum (fikih) Islam dari
keduanya.
Ketika manusia patuh dan taat terhadap syariat Allah, maka hidupnya pun
terarah menuju jalan kebahagian. Sebaliknya, ketika mereka cenderung dengan
akal pikirannya dan memilih berhukum dengan selain yang diturunkan Allah,
maka pasti berujung kepada dampak buruk yang tidak sedikit, baik di dunia
maupun akhirat. Dampak buruk di dunia bisa terlihat dalam lingkup sosial,
politik, ekonomi dan sebagainya. Sementara di akhirat jelas berujung kepada
siksaan yang berulang kali diingatkan dalam Al-Qur’an.
B. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu untuk mengetahui
dasar-dasar seperti sumber hukum islam yaitu al-quran dan hadist
C. Manfaat
Adapun manfaat dari pemuatan makalah ini untuk
mengimplementasikan di kehidupan sehari-hari. Dan untuk memberikan
informasi tentang dasar-dasar islam kepada teman sebaya.
2
BAB II ISI DAN PEMBAHASAN
Dari segi bahasa, Islam berasal dari bahasa Arab, yaitu dari kata
“salima” yang mengandung arti selamat, sentosa, dan damai. Dari kata
salima selanjutnya diubah menjadi bentuk “aslama” yang berarti berserah
diri masuk dalam kedamaian. Senada dengan pendapat di atas, sumber lain
mengatakan bahwa Islam berasal dari bahasa Arab, terambil dari kata salima
yang berarti selamat sentosa. Dari asal kata itu dibentuk kata “aslama” yang
artinya memelihara dalam keadaan selamat sentosa dan berarti pula
menyerahkan diri, tunduk, patuh, dan taat. Kata aslama itulah yang menjadi
kata Islam yang mengandung arti segala arti yang terkandung dalam arti
pokoknya. Oleh sebab itu, orang yang berserah diri, patuh, dan taat disebut
sebagai orang Muslim. Orang yang demikian berarti telah menyatakan
dirinya taat, menyerahkan diri, dan patuh kepada Allah Swt. Orang tersebut
selanjutnya akan dijamin keselamatannya di dunia dan akhirat. Dari
pengertian kebahasaan ini, kata Islam dekat dengan arti kata agama yang
berarti menguasai, menundukkan, patuh, hutang, balasan, dan kebiasaan.
Pengertian Islam demikian itu, menurut Maulana Muhammad Ali dapat
dihami dari firman Allah yang terdapat pada ayat 202 surat AI-Baqarah
yang artinya, “Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam
Islam secara keseluruhannya, dan janganlah kamu turuti langkah-langkah
syaitan, sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.”
Dari uraian di atas, kita sampai pada suatu kesimpulan bahwa kata
Islam dari segi bahasa mengandung arti patuh, tunduk, taat, dan berserah
diri kepada Tuhan dalam upaya mencari keselamatan dan kebahagiaan
hidup, baik di dunia maupun di akhirat. Hal demikian dilakukan atas
kesadaran dan kemauan diri sendiri, bukan paksaan atau berpura-pura,
melainkan sebagai panggilan dari fitrah dirinya sebagai makhluk yang sejak
dalam kandungan sudah menyatakan patuh dan tunduk kepada Tuhan.
3
B. Sumber-Sumber Ajaran Agama Islam
1. Al-quran
1.1 Pengertian Al-Quran
a. Seluruh ayat Al-Qur’an adalah wahyu Allah; tidak ada satu pun yang
datang dari perkataan atau pikiran Nabi Muhammad.
b. Al-Qur’an diturunkan dalam bentuk lisan dengan makna dan gaya
bahasanya. Artinya isi maupun redaksi Al-Qur’an datang dari Allah
sendiri.
c. Al-Qur’an dinukilkan secara mutawattir, artinya Al-Qur’an disampaikan
kepada orang lain secara terus menerus oleh sekelompok orang yang tidak
mungkin bersepakat untuk berdusta karena banyaknya jumlah dan
berbeda-beda tempat tinggal mereka.
d. Al-Qur’an sebagai wahyu diturunkan secara berangsur-angsur selama 23
tahun. Oleh para ulama membagi masa turun ini dibagi menjadi 2 periode,
yaitu periode Mekkah dan periode Madinah.
4
e. Periode Mekkah berlangsung selama 13 tahun masa kenabian Rasulullah
SAW dan surat-surat yang turun pada waktu ini tergolong surat
Makkiyyah. Ayat-ayat Al-Qur’an yang turun pada periode Mekkah
sebanyak 4.780 ayat yang tercakup dalam 86 surat, Ciri-ciri ayat
Makkiyah:
Ayatnya pendek-pendek.
Kebanyakan di awali dengan “ya ayyuhan nas”.
Berisi ajaran Tauhid, hari kiamat, akhlak dan kisah-kisah.
Ayatnya panjang.
Kebanyakan di awali dengan “ya ayuuhal ladzina”.
Berisi ayat-ayat hukum, keadilan, masyarakat.
Al-Qur’an terdiri dari 30 Juz, 114 surat dan 6666 ayat. Selain Al-
Qur’an, wahyu Allah ini diberi nama-nama lain oleh Allah, sebagaimana
tercantum dalam ayat-Nya, yaitu:
5
baik dan konsisten dengan kebajikan lantaran amal perbuatan manusia
akan diminta pertanggungjawaban kelak di hari pembalasan.
4. Al-Qasas, berarti cerita-cerita (QS. Ali Imran, 62). Al-Qur’an
membawa cerita nyata tentang masyarakat masa silam bahkan sejak
kejadian pertama kali. Kenyataan ini membenarkan pernyataan bahwa
Al-Qur’an adalah kitab suci tertua.
5. Al-Huda, berarti petunjuk (QS. At-Taubah: 33). Nama ini
menunjukkan fungsi Al-Qur’an sebagai petunjuk yang hanya
dengannya manusia dapat mencapai keridaan Allah.
6. Al-Furqan, berarti pemisah/pembeda (QS. Al-Furqan: 1). Sebagai
pedoman hidup dan kehidupan manusia, Al-Qur’an menyajikan norma
dan etika secara jelas, tegas, dan tuntas terutama soal kebaikan dan
keburukan.
7. Al-Mau’izah, berarti nasihat (QS. Yunus: 57). Meskipun di sana sini
terdapat peringatan dan ancaman, namun secara umum gaya
penyampaian Al-Qur’an amat halus. Semakin didekati Al-Qur’an
semakin menjadi teman dialog dengan nasihat-nasihatnya yang
menyejukkan.
8. As-Syifa, berarti obat atau penawar jiwa (QS. Al-Isra: 82).
Sesungguhnya akar problematika manusia terletak di dalam dadanya.
Dan Al-Qur’an memberi solusi atas problematika manusia itu melalui
akarnya. Ia menembus dada manusia dan menghujam hatinya.
9. An-Nur, berarti cahaya (QS. An-Nisa: 174). Nama ini mengisyaratkan
Al-Qur’an sebagai cermin yang mewadahi sinar yang terpancar dari
Sang Sumber Cahaya, Allah SWT. Al-Qur’an memantulkan cahaya-
Nya dan karenanya ia mampu menembus hati manusia.
10. Ar-Rahman, berarti karunia (QS. An-Naml: 77). Segala pemberian
Allah akan menjadi rahmat di dunia dan akhirat, ketika pemberian itu
diterima, dijalani, dan dikembangkan dengan landasan Al-Qur’an.
11. Al Muthahharah, kita yang disucikan. Isi Al-Qur’an mencakup dan
menyempurnakan pokok- pokok ajaran dari kitab-kitab Allah SWT
yang terdahulu (Taurot, Injil, dan Zabur).
6
Sebagian ulama mengatakan, bahwa Al-Qur’an mengandung tiga
pokok ajaran:
a. Keimanan;
b. Akhlak dan budi pekerti; dan
c. Aturan tentang pergaulan hidup sehari-hari antar sesama manusia.
7
Al-Qur’an disampaikan kepada kita melalui riwayat yang mutawatir
dan dengan jalan penulisan dari sisi Rasullah s.a.w hingga ke hari ini.
Ketetapanya adalah diyakini, tidak diresapi oleh pengubahan atau
penukaran atau peminda Firman Allah: ” Sesungguhnya Kamilah yang
menumnkan Al-Qur’an dan sesungguhnya Kami benar- benar
memeliharanya” (Al-Hijr, 9).
Membaca Al-Qur’an di dalam sembahyang dan di luar sembahyang
adalah dikira ibadah dan diberikan pahala. Allah swt mewajibkan kita
membaca surah Al-Fatihah dalam sembahyang. Nabi s.a.w
memberitahu kepada kita bahawa seseorang muslim akan diberi
ganjaran pahala bacaannya bagi setiap huruf dengan sepuluh kebaikan.
8
Pokok-pokok isi Al-Quran dapat dikelompokan atas lima macam,
sebagaimana dikemukakan oleh Muhammad Rasyid Ridha: “Al-Quran
diturunkan hanya membawa lima perkara saja” (Abdul Aziz, 1988:17).
Isi Al-Quran yang lima maccam itu adalah:
a. Tentang Aqidah Tauhid; Tauhid sebagai satu hak Allah SWT. Dari
sejumlah hak-Nya telah diajarkan kepada manusia sejak Nabi Adam
as hingga Nabi-nabi sesudahnya.
b. Tentang Wa’du dan Wa’id (janji dan ancaman).
c. Tentang ibadat; ibadah bagi manusia disamping menjadi tujuan
hidupnya, juga berfungsi sebagai bukti nyata syukurnya kepada Allah
SWT. Atas segala nikmat dan karunia-Nya yang telah diberikan.
d. Tentang cara dan jalan mencapai kebahagiaan; Al-Qur’an
mengandung hukum-hukum yang mengatur tata cara pergaulan hidup
bermasyarakat untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.
e. Tentang sejara umat masa lalu; dalam Al-Quran terdapat kisah-kisah
para Nabi dan Rasul dan orang-orang shalih lainnya agar kita dapat
mengambil hikmah dan pelajaran.
2. Hadist
Kata Sunnah adalah salah satu kosa kata bahasa Arab سنة
(sunnah). Secara bahasa, kata (السنةal-sunnah) berarti perjalanan hidup
yang baik atau yang buruk. Pengertian di atas didasarkan kepada Hadîts
Nabi Saw yang diriwayatkan oleh Muslim sebagai berikut: Artinya:
“Barang siapa membuat sunnah yang baik maka dia akan memperoleh
pahalanya dan pahala orang yang mengamalkannya sesudahnya tanpa
mengurangi pahalanya sedikitpun. Barang siapa membuat sunnah yang
buruk maka dia akan memperoleh dosanya dan dosa orang yang
mengamalkannya sesudahnya tanpa mengurangi dosa mereka sedikit
pun.” Al Sunnah menurut jumhur ahli hadits adalah sama dengan hadits
yaitu: “Apa-apa yang diriwayatkan dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi
9
wasallam baik berbentuk ucapan, perbuatan, ketetapan, dan sifat baik
khalqiyah (bentuk) atau khuluqiyah (akhlak). Dilihat dari hierarki
sumber hukum Islam, Al-Sunnah menempati tempat kedua setelah Al-
Qur’an. Penempatan ini disebabkan karena perbedaan sifat di antara
keduanya. Dilihat dari segi kualitas periwayatannya al-Qur’an bersifat
relatif. Al-Syatibi menyatakan bahwa Al-Sunnah sebagai penjelas dan
penjabar Al-Qur’an. Dalam hubungan dengan Al-Qur’an, maka Al-
Sunnah berfungsi sebagai penafsir, pensyarah, dan penjelas daripada
ayat-ayat tertentu. Apabila disimpulkan tentang fungsi Al-Sunnah
dalam hubungan dengan Al-Qur’an itu adalah sebagai berikut :
10
melaksanakan perintah ini, maka mereka bertanya kepada Nabi yang
kemudian dijawab dengan hadits tersebut.
11
biawak. Nabi Muhammad menyaksikan dan tidak menyanggahnya
tetapi beliau enggan memakannya karena jijik.
d. Sifat, keadaan, dan Himmah Rasulullah.
12
a. Menolak Penerapan Syariat Menjadikan Hati Keras Membatu
Seperti itulah kondisi siapa pun yang berpaling dari syariat Allah dan
lebih mengedepankan rasio serta hawa nafsu sebagai dasar dalam
mengatur hukum di antara manusia. Sebagai balasannya, Allah pun
mengunci rapat hatinya.
13
“Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa
nafsunya sebagai Tuhannya dan Allah membiarkannya berdasarkan
ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan
meletakkan tutupan atas penglihatannya…?” (QS. Al-Jâtsiyah: 23)
بل ليس لمؤمن، ال ينبغي أن يظن ظان أن هوى نفسه متبعه وأن زمام االختيار بيد اإلنسان كما في الزوجات
وال مؤمنة أن يكون له اختيار عند حكم هللا ورسوله فما أمر هللا هو المتبع وما أراد النبي هو الحق ومن خالفهما
فمن ترك المقصد ولم يسمع، ألن هللا هو المقصد والنبي هو الهادي الموصل، في شيء فقد ضل ضالال مبينا
قول الهادي فهو ضال قطعا
Bagi setiap mukmin, tidak patut baginya untuk mengambil pilihan lain
selain hukum yang telah ditetapkan Allah dan Rasul-Nya. Apa pun
yang diperintahkan-Nya harus diikuti, dan apa pun yang diinginkan
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam nyata. (At-Tafsîr Al-Kabîr,
25/183) itulah kebenaran, siapa pun menyalahi sedikit pun di
antaranya, sungguh telah tersesat secara
14
c. Jatuh Dalam kemunafikan
15
“Hari rasul, janganlah hendaknya kamu disedihkan oleh orang-orang
yang bersegera (memperlihatkan) kekafirannya, yaitu di antara
orang-orang yang mengatakan dengan mulut mereka, ‘Kami telah
beriman,’ padahal hati mereka belum beriman; dan (juga) di antara
orang-orang Yahudi…..Barang siapa yang Allah menghendaki
kesesatannya, maka sekali-kali kamu tidak akan mampu menolak
sesuatu pun (yang datang) daripada Allah. Mereka itu adalah orang-
orang yang Allah tidak hendak mensucikan hati mereka. Mereka
beroleh kehinaan di dunia dan di akhirat mereka beroleh siksaan yang
besar.” (Al-Mâ’idah: 41)
Salah satu di antara efek buruk ketika tidak mau menerapkan syariat
Islam, Allah Ta’ala akan golongkan mereka seperti orang-orang
musyrik Makkah yang tidak mau mengamalkan syariat dan
menghalangi manusia darinya. Dalam salah satu ayat-Nya, Allah
Ta’ala menggambarkan ciri-ciri mereka:
16
“Mereka menukarkan ayat-ayat Allah dengan harga yang sedikit, lalu
mereka menghalangi (manusia) dari jalan Allah. Sesungguhnya amat
buruklah apa yang mereka kerjakan itu.” (QS. At-Taubah: 9)
Allah berfirman:
سانَ لَيَ إ
طغ َٰى* أَ إن َرآهُ ا إست َ إغن َٰى ِ ك اَال إِ ان إ
َ اإل إن
17
g. Permusuhan dan Kebencian Terus Menyebar di Tengah
Masyarakat
Tidak ada satu sebab pun yang memicu umat ini terabaikan dan
terhalang dari pertolongan Allah, kecuali karena mereka enggan
berhukum pada syariat-Nya. Mengabaikan penerapan syariat artinya
mengabaikan syarat meraih kemenangan yang dinyatakan dalam
banyak sekali ayat Al-Qur’an, seperti firman Allah, “Hai orang-orang
18
mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan
menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” (QS. Muhammad: 7)
ّ
الجن وأعدائكم من شياطين، وتعظيمها ينصركم هللا على انفسكم،إن تنصروا دين هللا وشريعته بالعمل بها
فإن الجزاء من جنس العمل،واإلنس
19
menuruti para musuh-Nya, seperti Yahudi dan Nasrani, pada sebagian
yang mereka perintahkan.
Allah berfirman:
20
Orang-orang yang menyembunyikan kebenaran yang diturunkan
demi mendapatkan keuntungan tidak seberapa itu pada hakikatnya
melakukan tindakan haram, karenanya Allah akan menyiksa mereka
dengan neraka Jahanam, memakan api dalam arti yang sebenarnya
kelak pada hari Kiamat, sebagai balasan atas memakan uang hasil suap
terhadap agama. (Tafsir Al-Qurthubi, 2/239 dan Tafsir As-Sa’di,
1/134)
“Dan taatlah kepada Allah serta Rasul Nya, jika kamu berpaling maka
sesungguhnya kewajiban Rasul Kami hanyalah menyampaikan amanat
Allah dengan terang”. (QS At Taghabun : 12). Dengan mengetahui,
memahami, dan melaksanakan hukum islam, setiap tindakan yang
dilakukan akan bernilai ibadah di sisi Allah. Misalnya melaksanakan
hukum islam dalam hubungannya dengan pekerjaan, jenis pekerjaan apa
saja kah yang termasuk halal dan haram, dan anda mengikutinya sesuai
syariat islam, maka pekerjaan anda menjadi lahan ibadah dan ladang
pahala.
3. Mendatangkan Manfaat
21
Penjelasan dari firman Allah tersebut ialah, dalam kondisi apapun umat
muslim hendaknya mengambil sikap sesuai hukum islam, bukan
mengambil keputusan berdasarkan hawa nafsu atau keinginan pribadi
agar urusan tersebut dapat mendatangkan manfaat atau hikmah baik di
dunia maupun di akherat.
5. Sanksi Hukum
22
anda tidak mendapatkan hukuman dari Allah Swt baik secara langsung
atau pun jangka panjang.
7. Sarana Dakwah
8. Pendidikan Akhlak
Akhlak artinya budi pekerti, perangai, atau tingkah laku. Pada jaman
sekarang banyak informasi masuk melalui berbagai media, baik
lingkungan secara langsung atau tidak langsung seperti media televisi dan
internet. Pendidikan akhlak berdasar hukum islam penting untuk
ditanamkan sejak dini dalam kehidupan sehari hari agar generasi muda
nantinya dapat menyaring serta memiliki akhlak sholeh dan sholehah.
23
9. Menegakkan Keadilan
Hukum islam mengatur apa saja yang wajib dan haram untuk
dilakukan, hal itu bertujuan untuk kebaikan dan melindungi kehormatan.
Misalnya dalam hukum islam terdapat kewajiban menutup aurat baik bagi
perempuan ataupun laki laki memiliki syariat tersendiri, hal itu bertujuan
untuk menjaga kehormatan dan mencegah maksiat.
24
12. Motivasi dan Pemberi Semangat
Syariat islam yang ditaati akan mendapat imbalan kebaikan dari Allah,
baik berupa ketenangan hidup, pahala, juga janji Allah berupa surga di
akherat nanti. Hukum islam tersebut dapat menjadi motivasi atau
penyemangat bagi semua orang untuk sebanyak mungkin berbuat amal
kebaikan.
25
15. Pedoman Hidup
“Untuk setiap umat diantara kamu (umat Nabi Muhammad SAW dan umat
umat sebelumnya) Kami jadikan peraturan (syariat) dan jalan yang
terang”. (QS Al Maidah : 48). Dari firman Allah tersebut jelas bahwa
dengan mengikuti syariat islam, kita akan mendapat petunjuk dalam
kehidupan dan jalan yang lurus.
26
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun Kesimpulan pada makalah ini tentang dasar-dasar islam
adalah, bahwa ketika kita mempunyai keyakikan atau keimanan terhadap
sesuatu harus dilandasi dengan dasar-dasar yang kuat. ketika kita memiliki
keyakinan terhadap agama kita yaitu agama islam harus memiliki dasar yang
kuat supaya kita tak mudah tergoyahkan oleh godaan syaitan atau godaan yang
lainnya dan selalu mengingat Allah SWT dari mulai kita tidur sampai kita tidur
lagi. Banyak sekali hukuman yang diberikan kedapa seseorangan karena
bersebrangan dengan dasar-dasar islam, namun dibalik itu semua pasti ada
hikmahnya ketika kita senantiasa bertobat dan tidak mengulangi perbuatan
yang dilarang oleh hukum islam.
B. Saran
Kami selaku penyusun menyadari masih jauh dari sempurna dan
tentunya banyak sekali kekurangan dalam pembuatan makalah ini. Hal ini
disebabkan karena masih terbatasnya kemampuan kami. Oleh karena itu,
kami selaku pembuat makalah ini sangat mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun. Kami juga mengharapkan makalah ini sangat
bermanfaat untuk kami khususnya dan pembaca pada umumnya.
27
DAFTAR PUSTAKA
28