Anda di halaman 1dari 32

DASAR-DASAR ISLAM

MAKALAH

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Ilmu Tauhid

Dosen pengampu : Dr. Bukhari Muslim, S.Sos, M.Ag.

Diusun oleh :

Puti rela suciati 1187040053

Rizki Adityawan Maulana 1187040059

Sofi Amalia 1187040078

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG

2019
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan berkah dan hidayah-
Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
”Dasar-dasar Islam”. Atas semua dukungan dan materi yang diberikan dalam
penyusunan makalah ini, maka penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada
Bapak Dr. Bukhari Muslim S,Sos. M,Ag.

Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk memberikan informasi kepada


pembaca mengenai dasar-dasar islam. Dasar dapat diartikan sebagai garis besar
suatu pembicaraan atau rute perjalananan yang akan di tempuh atau bagian-bagian
pokok yang menyangga suatu bangunan.

Pada makalah ini sedikit akan mengulas tentang dasar-dasar islam yang
mencakup tentang sumber pokok islam, hukuman bagi yang meninggalkan dasar-
dasar islam, dan hikmah yang terkandung dalam asas-asas islam.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang terlibat dalam
penyusunan makalah ini. Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari bahwa
dalam penyusunan makalah ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami
mengharap pembaca berkenan menyampaikan saran dan kritik demi memperbaiki
kekurangan yang terdapat dalam makalah ini.

Bandung, 30 September 2019

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
A. Pendahuluan .......................................................................................................... 1
B. Tujuan .................................................................................................................... 2
C. Manfaat .................................................................................................................. 2
BAB II ISI DAN PEMBAHASAN ................................................................................... 3
A. Pengertian Agama Islam ...................................................................................... 3
B. Sumber-Sumber Ajaran Agama Islam ............................................................... 4
C. Hukuman Bagi Yang Meninggalkan Dasar-Dasar Islam................................ 12
D. Hikmah Yang Terkandung Dalam Asas-Asas Islam .......................................... 21
BAB III PENUTUP ......................................................................................................... 27
A. Kesimpulan .......................................................................................................... 27
B. Saran .................................................................................................................... 27
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 28

ii
BAB I PENDAHULUAN

A. Pendahuluan
Kehadiran agama Islam yang dibawa Nabi Muhammad Saw diyakini dapat
menjamin terwujudnya kehidupan manusia yang sejahtera lahir dan batin.
Petunjuk-petunjuk agama mengenai berbagai kehidupan manusia, sebagaimana
terdapat di dalam sumber ajarannya, Alquran dan Hadis, tampak amat ideal dan
agung.
Sumber ajaran islam adalah segala sesuatu yang melahirkan atau
menimbulkan aturan yang mempunyai kekuatan yang bersifat mengikat yang
apabila dilanggar akan menimbulkan sanksi yang tegas dan nyata (Sudarsono,
1992:1). Dengan demikian sumber ajaran islam ialah segala sesuatu yang
dijadikan dasar, acuan, atau pedoman syariat islam.
Ajaran Islam adalah pengembangan agama Islam. Agama Islam bersumber
dari Al-Quran yang memuat wahyu Allah dan al-Hadis yang memuat Sunnah
Rasulullah. Komponen utama agama Islam atau unsur utama ajaran agama
Islam (akidah, syari’ah dan akhlak) dikembangkan dengan rakyu atau akal
pikiran manusia yang memenuhi syarat runtuk mengembangkannya.
Mempelajari agama Islam merupakan fardhu ’ain , yakni kewajiban pribadi
setiap muslim dan muslimah, sedang mengkaji ajaran Islam terutama yang
dikembangkan oleh akal pikiran manusia, diwajibkan kepada masyarakat atau
kelompok masyarakat.
Allah telah menetapkan sumber ajaran Islam yang wajib diikuti oleh setiap
muslim. Ketetapan Allah itu terdapat dalam Surat An-Nisa (4) ayat 59 yang
artinya :” Hai orang-orang yang beriman, taatilah (kehendak) Allah, taatilah
(kehendak) Rasul-Nya, dan (kehendak) ulil amri di antara kamu ...”. Menurut
ayat tersebut setiap mukmin wajib mengikuti kehendak Allah, kehendak Rasul
dan kehendak ’penguasa’ atau ulil amri (kalangan) mereka sendiri. Kehendak
Allah kini terekam dalam Al-Quran, kehendak Rasul terhimpun sekarang
dalam al Hadis, kehendak ’penguasa’ (ulil amri) termaktum dalam kitab-kitab
hasil karya orang yang memenuhi syarat karena mempunyai ”kekuasaan”
berupa ilmu pengetahuan.

1
Pada umumnya para ulama fikih sependapat bahwa sumber utama hukum
islam adalah Alquran dan hadist. Dalam sabdanya Rasulullah SAW bersabda,
“ Aku tinggalkan bagi kalian dua hal yang karenanya kalian tidak akan
tersesat selamanya, selama kalian berpegang pada keduanya, yaitu Kitab
Allah dan sunnahku.” Dan disamping itu pula para ulama fikih menjadikan
ijtihad sebagai salah satu dasar hukum islam, setelah Alquran dan hadist.
Berijtihad adalah berusaha sungguh-sungguh dengan memperguna kan seluruh
kemampuan akal pikiran, pengetahuan dan pengalaman manusia yang
memenuhi syarat untuk mengkaji dan memahami wahyu dan sunnah serta
mengalirkan ajaran, termasuka ajaran mengenai hukum (fikih) Islam dari
keduanya.
Ketika manusia patuh dan taat terhadap syariat Allah, maka hidupnya pun
terarah menuju jalan kebahagian. Sebaliknya, ketika mereka cenderung dengan
akal pikirannya dan memilih berhukum dengan selain yang diturunkan Allah,
maka pasti berujung kepada dampak buruk yang tidak sedikit, baik di dunia
maupun akhirat. Dampak buruk di dunia bisa terlihat dalam lingkup sosial,
politik, ekonomi dan sebagainya. Sementara di akhirat jelas berujung kepada
siksaan yang berulang kali diingatkan dalam Al-Qur’an.

B. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu untuk mengetahui
dasar-dasar seperti sumber hukum islam yaitu al-quran dan hadist

C. Manfaat
Adapun manfaat dari pemuatan makalah ini untuk
mengimplementasikan di kehidupan sehari-hari. Dan untuk memberikan
informasi tentang dasar-dasar islam kepada teman sebaya.

2
BAB II ISI DAN PEMBAHASAN

A. Pengertian Agama Islam

Dari segi bahasa, Islam berasal dari bahasa Arab, yaitu dari kata
“salima” yang mengandung arti selamat, sentosa, dan damai. Dari kata
salima selanjutnya diubah menjadi bentuk “aslama” yang berarti berserah
diri masuk dalam kedamaian. Senada dengan pendapat di atas, sumber lain
mengatakan bahwa Islam berasal dari bahasa Arab, terambil dari kata salima
yang berarti selamat sentosa. Dari asal kata itu dibentuk kata “aslama” yang
artinya memelihara dalam keadaan selamat sentosa dan berarti pula
menyerahkan diri, tunduk, patuh, dan taat. Kata aslama itulah yang menjadi
kata Islam yang mengandung arti segala arti yang terkandung dalam arti
pokoknya. Oleh sebab itu, orang yang berserah diri, patuh, dan taat disebut
sebagai orang Muslim. Orang yang demikian berarti telah menyatakan
dirinya taat, menyerahkan diri, dan patuh kepada Allah Swt. Orang tersebut
selanjutnya akan dijamin keselamatannya di dunia dan akhirat. Dari
pengertian kebahasaan ini, kata Islam dekat dengan arti kata agama yang
berarti menguasai, menundukkan, patuh, hutang, balasan, dan kebiasaan.
Pengertian Islam demikian itu, menurut Maulana Muhammad Ali dapat
dihami dari firman Allah yang terdapat pada ayat 202 surat AI-Baqarah
yang artinya, “Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam
Islam secara keseluruhannya, dan janganlah kamu turuti langkah-langkah
syaitan, sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.”

Dari uraian di atas, kita sampai pada suatu kesimpulan bahwa kata
Islam dari segi bahasa mengandung arti patuh, tunduk, taat, dan berserah
diri kepada Tuhan dalam upaya mencari keselamatan dan kebahagiaan
hidup, baik di dunia maupun di akhirat. Hal demikian dilakukan atas
kesadaran dan kemauan diri sendiri, bukan paksaan atau berpura-pura,
melainkan sebagai panggilan dari fitrah dirinya sebagai makhluk yang sejak
dalam kandungan sudah menyatakan patuh dan tunduk kepada Tuhan.

3
B. Sumber-Sumber Ajaran Agama Islam
1. Al-quran
1.1 Pengertian Al-Quran

Ditinjau dari segi bahasa (etimologi), Al-Qur’an berasal dari bahasa


Arab yang berarti “bacaan” atau “sesuatu yang dibaca berulang-ulang”.
Kata Al-Qur’an adalah bentuk kata benda (masdar) dari kata kerja “qara’a”
yang artinya membaca. Konsep pemakaian kata ini dapat juga dijumpai pada
salah satu surat Al Qur’an, yaitu: “Sesungguhnya mengumpulkan Al-
Qur’an (di dalam dadamu) dan (menetapkan) bacaannya (pada lidahmu) itu
adalah tanggungan Kami. (Karena itu,) jika Kami telah membacakannya,
hendaklah kamu ikuti bacaannya”. (QS 75:17-18).

Secara istilah (terminologi), Dr. Dawud Al-Attar (1979)


mendefinisikan Al-Qur’an sebagai wahyu Allah yang diturunkan kepada
Nabi Muhammad secara lisan, makna serta gaya bahasanya yang tertulis
dalam kitab yang ditulis secara “mutawattir”. Definisi di atas mengandung
beberapa kekhususan sebagai berikut:

a. Seluruh ayat Al-Qur’an adalah wahyu Allah; tidak ada satu pun yang
datang dari perkataan atau pikiran Nabi Muhammad.
b. Al-Qur’an diturunkan dalam bentuk lisan dengan makna dan gaya
bahasanya. Artinya isi maupun redaksi Al-Qur’an datang dari Allah
sendiri.
c. Al-Qur’an dinukilkan secara mutawattir, artinya Al-Qur’an disampaikan
kepada orang lain secara terus menerus oleh sekelompok orang yang tidak
mungkin bersepakat untuk berdusta karena banyaknya jumlah dan
berbeda-beda tempat tinggal mereka.
d. Al-Qur’an sebagai wahyu diturunkan secara berangsur-angsur selama 23
tahun. Oleh para ulama membagi masa turun ini dibagi menjadi 2 periode,
yaitu periode Mekkah dan periode Madinah.

4
e. Periode Mekkah berlangsung selama 13 tahun masa kenabian Rasulullah
SAW dan surat-surat yang turun pada waktu ini tergolong surat
Makkiyyah. Ayat-ayat Al-Qur’an yang turun pada periode Mekkah
sebanyak 4.780 ayat yang tercakup dalam 86 surat, Ciri-ciri ayat
Makkiyah:

 Ayatnya pendek-pendek.
 Kebanyakan di awali dengan “ya ayyuhan nas”.
 Berisi ajaran Tauhid, hari kiamat, akhlak dan kisah-kisah.

f. Periode Madinah yang dimulai sejak peristiwa hijrah berlangsung selama


10 tahun dan surat yang turun pada kurun waktu ini disebut surat
Madaniyah. periode Madinah sebanyak 1.456 ayat yang tercakup dalam
28 surat. Ciri-ciri Ayat Madaniyyah :

 Ayatnya panjang.
 Kebanyakan di awali dengan “ya ayuuhal ladzina”.
 Berisi ayat-ayat hukum, keadilan, masyarakat.

Al-Qur’an terdiri dari 30 Juz, 114 surat dan 6666 ayat. Selain Al-
Qur’an, wahyu Allah ini diberi nama-nama lain oleh Allah, sebagaimana
tercantum dalam ayat-Nya, yaitu:

1. Al-Kitab, berarti sesuatu yang ditulis (QS. Ad-Dukhan: 2). Di dalam


nama ini terkandung isyarat perintah agar firman Allah itu ditulis nabi
serta mengandung prediksi bahwa Al-Qur’an akan menjadi kitab abadi
yang dapat dibaca manusia.
2. Al-Kalam, berarti ucapan (QS. At-Taubah: 6). Nama ini menunjukkan
bahwa Al-Qur’an seluruhnya ucapan Allah. Dalam kaitan ini
terkandung jaminan bahwa Al-Qur’an itu suci dan seluruh ayatnya
datang dari Allah yang Maha Suci dan Maha Benar.
3. Az-Zikra, berarti peringatan (QS. Al-Hijr: 9). Nama ini menunjukkan
fungsi Al-Qur’an selaku motivator amal, yaitu agar manusia beramal

5
baik dan konsisten dengan kebajikan lantaran amal perbuatan manusia
akan diminta pertanggungjawaban kelak di hari pembalasan.
4. Al-Qasas, berarti cerita-cerita (QS. Ali Imran, 62). Al-Qur’an
membawa cerita nyata tentang masyarakat masa silam bahkan sejak
kejadian pertama kali. Kenyataan ini membenarkan pernyataan bahwa
Al-Qur’an adalah kitab suci tertua.
5. Al-Huda, berarti petunjuk (QS. At-Taubah: 33). Nama ini
menunjukkan fungsi Al-Qur’an sebagai petunjuk yang hanya
dengannya manusia dapat mencapai keridaan Allah.
6. Al-Furqan, berarti pemisah/pembeda (QS. Al-Furqan: 1). Sebagai
pedoman hidup dan kehidupan manusia, Al-Qur’an menyajikan norma
dan etika secara jelas, tegas, dan tuntas terutama soal kebaikan dan
keburukan.
7. Al-Mau’izah, berarti nasihat (QS. Yunus: 57). Meskipun di sana sini
terdapat peringatan dan ancaman, namun secara umum gaya
penyampaian Al-Qur’an amat halus. Semakin didekati Al-Qur’an
semakin menjadi teman dialog dengan nasihat-nasihatnya yang
menyejukkan.
8. As-Syifa, berarti obat atau penawar jiwa (QS. Al-Isra: 82).
Sesungguhnya akar problematika manusia terletak di dalam dadanya.
Dan Al-Qur’an memberi solusi atas problematika manusia itu melalui
akarnya. Ia menembus dada manusia dan menghujam hatinya.
9. An-Nur, berarti cahaya (QS. An-Nisa: 174). Nama ini mengisyaratkan
Al-Qur’an sebagai cermin yang mewadahi sinar yang terpancar dari
Sang Sumber Cahaya, Allah SWT. Al-Qur’an memantulkan cahaya-
Nya dan karenanya ia mampu menembus hati manusia.
10. Ar-Rahman, berarti karunia (QS. An-Naml: 77). Segala pemberian
Allah akan menjadi rahmat di dunia dan akhirat, ketika pemberian itu
diterima, dijalani, dan dikembangkan dengan landasan Al-Qur’an.
11. Al Muthahharah, kita yang disucikan. Isi Al-Qur’an mencakup dan
menyempurnakan pokok- pokok ajaran dari kitab-kitab Allah SWT
yang terdahulu (Taurot, Injil, dan Zabur).

6
Sebagian ulama mengatakan, bahwa Al-Qur’an mengandung tiga
pokok ajaran:

a. Keimanan;
b. Akhlak dan budi pekerti; dan
c. Aturan tentang pergaulan hidup sehari-hari antar sesama manusia.

Sebagian ulama yang lain berpendapat, bahwa Al-Qur’an berisi dua


peraturan pokok:

a. Peraturan yang mengatur hubungan manusia dengan Allah SWT; dan


b. Peraturan yang mengatur hubungan manusia dengan sesamanya, dan
dengan alam sekitarnya.

1.2 Ciri dan Kelebihan Al-Qur’an

Al-Qur’an mempunyai beberapa ciri khusus yang membedakannya


dengan kitab-kitab yang lain:

 Ia diturunkan dalam bahasa Arab. Ini membedakannya dari kitab-kitab


Samawi yang lain. Tidak pemah terdengar wujudnya kitab yang lain
ditunmkan dalam bahasa Arab. Perkara ini dijelaskan oleh Allah swt
dengan firmanNya yang bermaksud: ” Sesungguhnya Kami turunkan
dia, (sebagai) bacaan yang berbahasa Arab, supaya kamu berfikir”
(Yusuf:2).
 Al-Qur’an turun sebagai Wahyu daripada Allah swt kepada Rasulullah
s.a.w dengan lafaz dan maknanya sekali.
 Al-Qur’an menjadi mukjizat bagi Rasulullah s.a.w. Allah telah
mencabar orang-orang Arab agar membuat satu kitab yang sama seperti
Al Qur’an. Tetapi mereka tidak mampu melakukannya. Ini menjadi
bukti yang jelas bahawa al-Qur’an bukanlah ciptaan Nabi Muhammad
s.a.w, sebaiknya datang daipada Allah swt yang Maha Mengetahui lagi
Maha Bijaksana.

7
 Al-Qur’an disampaikan kepada kita melalui riwayat yang mutawatir
dan dengan jalan penulisan dari sisi Rasullah s.a.w hingga ke hari ini.
Ketetapanya adalah diyakini, tidak diresapi oleh pengubahan atau
penukaran atau peminda Firman Allah: ” Sesungguhnya Kamilah yang
menumnkan Al-Qur’an dan sesungguhnya Kami benar- benar
memeliharanya” (Al-Hijr, 9).
 Membaca Al-Qur’an di dalam sembahyang dan di luar sembahyang
adalah dikira ibadah dan diberikan pahala. Allah swt mewajibkan kita
membaca surah Al-Fatihah dalam sembahyang. Nabi s.a.w
memberitahu kepada kita bahawa seseorang muslim akan diberi
ganjaran pahala bacaannya bagi setiap huruf dengan sepuluh kebaikan.

1.3 Fungsi Al-Quran

Al-qur’an mempunyai fungsi, diantaranya adalah :

 Al-Huda (petunjuk), bahwa al-qur’an adalah petunjuk bagi kehidupan


manusia disamping sunnah Rasul yang merupakan yang kedua yang
menjadi petunjuk bagi kehidupan manusia.
 Al-Furqan (pembeda). Sebagaimana firman Allah “Bulan Ramadhan
adalah bulan yang diturunkannya al-qur’an yang berfungsi sebagai
petunjuk bagi manusia dan penjelas mengenai petunjuk itu dan
pembeda (antara yang hak dan yan batil)..(QS. Al-Baqarah : 185).
 Al-Syifa (obat). Sebagaimana firman Allah “Hai manusia,
sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan
penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada….(QS.
Yunus : 57).
 Al-Mau’izhah (nasihat). Sebagaiman firman Allah “Al-Qur’an ini
adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta pelajaran
bagi yang bertaqwa”. (QS. Ali Imran : 38).

1.4 Isi Kandungan Al-Qur’an

8
Pokok-pokok isi Al-Quran dapat dikelompokan atas lima macam,
sebagaimana dikemukakan oleh Muhammad Rasyid Ridha: “Al-Quran
diturunkan hanya membawa lima perkara saja” (Abdul Aziz, 1988:17).
Isi Al-Quran yang lima maccam itu adalah:

a. Tentang Aqidah Tauhid; Tauhid sebagai satu hak Allah SWT. Dari
sejumlah hak-Nya telah diajarkan kepada manusia sejak Nabi Adam
as hingga Nabi-nabi sesudahnya.
b. Tentang Wa’du dan Wa’id (janji dan ancaman).
c. Tentang ibadat; ibadah bagi manusia disamping menjadi tujuan
hidupnya, juga berfungsi sebagai bukti nyata syukurnya kepada Allah
SWT. Atas segala nikmat dan karunia-Nya yang telah diberikan.
d. Tentang cara dan jalan mencapai kebahagiaan; Al-Qur’an
mengandung hukum-hukum yang mengatur tata cara pergaulan hidup
bermasyarakat untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.
e. Tentang sejara umat masa lalu; dalam Al-Quran terdapat kisah-kisah
para Nabi dan Rasul dan orang-orang shalih lainnya agar kita dapat
mengambil hikmah dan pelajaran.

2. Hadist

2.1 Pengertian Hadist

Kata Sunnah adalah salah satu kosa kata bahasa Arab ‫سنة‬
(sunnah). Secara bahasa, kata ‫(السنة‬al-sunnah) berarti perjalanan hidup
yang baik atau yang buruk. Pengertian di atas didasarkan kepada Hadîts
Nabi Saw yang diriwayatkan oleh Muslim sebagai berikut: Artinya:
“Barang siapa membuat sunnah yang baik maka dia akan memperoleh
pahalanya dan pahala orang yang mengamalkannya sesudahnya tanpa
mengurangi pahalanya sedikitpun. Barang siapa membuat sunnah yang
buruk maka dia akan memperoleh dosanya dan dosa orang yang
mengamalkannya sesudahnya tanpa mengurangi dosa mereka sedikit
pun.” Al Sunnah menurut jumhur ahli hadits adalah sama dengan hadits
yaitu: “Apa-apa yang diriwayatkan dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi

9
wasallam baik berbentuk ucapan, perbuatan, ketetapan, dan sifat baik
khalqiyah (bentuk) atau khuluqiyah (akhlak). Dilihat dari hierarki
sumber hukum Islam, Al-Sunnah menempati tempat kedua setelah Al-
Qur’an. Penempatan ini disebabkan karena perbedaan sifat di antara
keduanya. Dilihat dari segi kualitas periwayatannya al-Qur’an bersifat
relatif. Al-Syatibi menyatakan bahwa Al-Sunnah sebagai penjelas dan
penjabar Al-Qur’an. Dalam hubungan dengan Al-Qur’an, maka Al-
Sunnah berfungsi sebagai penafsir, pensyarah, dan penjelas daripada
ayat-ayat tertentu. Apabila disimpulkan tentang fungsi Al-Sunnah
dalam hubungan dengan Al-Qur’an itu adalah sebagai berikut :

1) Bayan Tafsir. Yaitu menerangkan ayat-ayat yang sangat umum,


mujmal dan musytarak. Seperti hadits : “Shallu kamaa ro-aitumuni
ushalli” (Shalatlah kamu sebagaimana kamu melihatku shalat) adalah
merupakan tafsiran daripada ayat Al-Qur’an yang umum, yaitu :
“Aqimush-shalah” (Kerjakan shalat). Demikian pula hadits: “Khudzu
‘anni manasikakum” (Ambillah dariku perbuatan hajiku) adalah tafsir
dari ayat Al-Qur’an “Waatimmulhajja” ( Dan sempurnakanlah hajimu
).
2) Bayan Taqrir. Yaitu Al-Sunnah berfungsi untuk memperkokoh dan
memperkuat pernyataan Al-Qur’an. Seperti hadits yang berbunyi:
“Shoumu liru’yatihiwafthiru liru’yatihi” (Berpuasalah karena melihat
bulan dan berbukalah karena melihatnya) adalah memperkokoh ayat
Al-Qur’an dalam surat Al-Baqarah : 185.
3) Bayan Taudhih. Yaitu menerangkan maksud dan tujuan sesuatu ayat
Al-Qur’an, seperti pernyataan Nabi : “Allah tidak mewajibkan zakat
melainkan supaya menjadi baik harta-hartamu yang sudah dizakati”,
adalah taudhih (penjelasan) terhadap ayat Al-Qur’an dalam surat at-
Taubah: 34, yang artinya sebagai berikut : “Dan orang-orang yang
menyimpan mas dan perak kemudian tidak membelanjakannya dijalan
Allah maka gembirakanlah mereka dengan azab yang pedih”. Pada
waktu ayat ini turun banyak para sahabat yang merasa berat untuk

10
melaksanakan perintah ini, maka mereka bertanya kepada Nabi yang
kemudian dijawab dengan hadits tersebut.

2.2 Fungsi Hadist

Sebagai sumber ajaran Islam kedua, setelah Alquran, Al-Sunnah


memiliki fungsi yang diantaranya adalah :

- Untuk memperkuat Al-qur’an.


- Menjelaskan isi Al-qur’an (bayan tafsir).

Dalam kaitan ini, hadist berfungsi memerinci petunjuk dan isyarat


Al-qur’an yang bersifat global, sebagai pengecuali terhadap isyarat
Al-qur’an yang bersifat umum, sebagai pembatas terhadap ayat
Alquran yang bersifat mutlak dan sebagai pemberi informasi terhadap
suatu kasus yang tidak di jumpai dalam Al-qur’an.

2.3 Macam-Macam Hadist

a. Ucapan Al Hadist Qauliyah adalah perkataan Nabi Muhammad


SAW dalam berbagai bidang seperti, hukum, akhlak, dan lain-lain.
Contohnya : “Bahwasanya amal-amal perbuatan itu dengan niat, dan
hanya bagi setiap orang itu memperoleh apa yang ia niatkan dan
seterusnya” HR. Bukhari dan Muslim
b. Perbuatan Al Hadist Fi’liyah adalah perbutan Nabi Muhammad
SAW yang mrupakan penjelasan dari peraturan syari’ah yang belum
jelas pelaksanaannya. Cara bersembahyang dan cara menghadap
kiblat dalam sembahyang sunat.
c. Penetapan dan PembiaranArti Taqriri ialah menetapkan,
mendiamkan, yakni tidak mengadakan sanggahan atau menyetujui
apa yang telah dilakukan atau dikatakan oleh para sahabat dihadapan
Nabi Muhammad. Contoh Taqrir Nabi Muhammad SAW tentang
perbuatan sahabat yang dilakukan dihadapannya dalam salah satu
jamuan makan dirumah Khalid Bin Walid yang menyajikan daging

11
biawak. Nabi Muhammad menyaksikan dan tidak menyanggahnya
tetapi beliau enggan memakannya karena jijik.
d. Sifat, keadaan, dan Himmah Rasulullah.

-Sifat dan Keadaan beliau yang termasuk unsur Al – Sunnah


“Rasulullah SAW itu adalah sebaik-baik manusia mengenai paras
mukanya dan bentuk tubuhnya. Beliau bukan orang tinggi dan bukan
pula orang pendek” HR. Bukhari dan Muslim.

- Silsilah, Nama dan tahun Kelahiran Nabi Muhammad SAW telah


ditetapkan oleh para sahabat dan ahli tarikh.
- Himmah (hasrat/cita-cita) beliau yang belum sempat direalisasikan.
Misalnya hasrat beliau untuk berpuasa pada tanggal 9 Asyura.

C. Hukuman Bagi Yang Meninggalkan Dasar-Dasar Islam

Ketika manusia patuh dan taat terhadap syariat Allah, maka


hidupnya pun terarah menuju jalan kebahagian. Sebaliknya, ketika
mereka cenderung dengan akal pikirannya dan memilih berhukum
dengan selain yang diturunkan Allah, maka pasti berujung kepada
dampak buruk yang tidak sedikit, baik di dunia maupun akhirat.
Dampak buruk di dunia bisa terlihat dalam lingkup sosial, politik,
ekonomi dan sebagainya. Sementara di akhirat jelas berujung kepada
siksaan yang berulang kali diingatkan dalam Al-Qur’an.

Dalam salah satu karyanya, Al-Imanu Billlah, Dr. Ali Muhammad


Ash-Shalabi mengungkapkan sejumlah dampak buruk yang dirasakan
oleh manusia akibat meninggalkan hukum Allah dan lebih memilih
hukum yang disimpulkan oleh akal atau hawa nafsunya sendiri. Tema
ini beliau kupas secara rinci dalam bab Tauhid Uluhiyah. Artinya, salah
satu bagian dari upaya memurnikan tauhid kepada Allah adalah wajib
berpedoman kepada hukum yang telah ditetapkan-Nya. Menariknya,
semua poin-poin tersebut, beliau sertakan dalil yang cukup jelas, baik
dari Al-Qur’an maupun As-Sunnah.

12
a. Menolak Penerapan Syariat Menjadikan Hati Keras Membatu

Ketika ahli kitab melanggar perjanjian dengan Allah untuk


mendengar dan taat, memperlakukan ayat-Nya secara tidak baik,
menakwilkan kitab-Nya tidak seperti yang diturunkan, mengartikan
tidak sesuai maksudnya, mengatakan hal-hal yang tidak disebutkan
dalam kitab-Nya, enggan mengamalkan karena rasa benci di hati,
akhirnya Allah menjadikan hati mereka keras membatu hingga tidak
bisa memetik pelajaran dari nasihat yang disampaikan.

Ini adalah salah satu hukuman terbesar yang menghinakan hati,


menghalangi hati dari kelembutan-kelembutan Rabbani, petunjuk dan
kebaikan yang disampaikan malah semakin menambah
keburukan. Allah ta’ala berfirman:

“(Tetapi) karena mereka melanggar janjinya, Kami kutuki mereka,


dan Kami jadikan hati mereka keras membatu. Mereka suka merubah
perkataan (Allah) dari tempat-tempatnya, dan mereka (sengaja)
melupakan sebagian dari apa yang mereka telah diperingatkan
dengannya.”(Al-Mâ’idah: 13)

Seperti itulah kondisi siapa pun yang berpaling dari syariat Allah dan
lebih mengedepankan rasio serta hawa nafsu sebagai dasar dalam
mengatur hukum di antara manusia. Sebagai balasannya, Allah pun
mengunci rapat hatinya.

13
“Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa
nafsunya sebagai Tuhannya dan Allah membiarkannya berdasarkan
ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan
meletakkan tutupan atas penglihatannya…?” (QS. Al-Jâtsiyah: 23)

Dalam tafsirnya, Imam As-Sa’di menjelaskan maknanya adalah


pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya
sebagai Tuhannya; apa yang disenangi nafsunya ia turuti. Tidak peduli
diridhai Allah atau tidak. Karena itu, Allah Ta’ala membiarkannya
berdasarkan ilmu-Nya dan ia tidak diberi hidayah. Pendengarannya
dikunci mati sehingga ia tidak bisa menengar apa pun yang bermanfaat
untuk dirinya. Hatinya juga tidak bisa menerima kebaikan dan Allah
meletakkan tutupan atas penglihatannya dari melihat kebenaran.”
(Tafsir As-Sa’di, 7/1637)

b. Tersesat dari Jalan Kebenaran

Peringatan keras bagi mereka yang mengedepankan hawa nafsu


daripada hukum-hukum Allah telah disampaikan. Imam Ar-Razi,
dalam tafsirnya menuliskan:

‫ بل ليس لمؤمن‬، ‫ال ينبغي أن يظن ظان أن هوى نفسه متبعه وأن زمام االختيار بيد اإلنسان كما في الزوجات‬
‫وال مؤمنة أن يكون له اختيار عند حكم هللا ورسوله فما أمر هللا هو المتبع وما أراد النبي هو الحق ومن خالفهما‬
‫ فمن ترك المقصد ولم يسمع‬، ‫ ألن هللا هو المقصد والنبي هو الهادي الموصل‬، ‫في شيء فقد ضل ضالال مبينا‬
‫قول الهادي فهو ضال قطعا‬

Bagi setiap mukmin, tidak patut baginya untuk mengambil pilihan lain
selain hukum yang telah ditetapkan Allah dan Rasul-Nya. Apa pun
yang diperintahkan-Nya harus diikuti, dan apa pun yang diinginkan
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam nyata. (At-Tafsîr Al-Kabîr,
25/183) itulah kebenaran, siapa pun menyalahi sedikit pun di
antaranya, sungguh telah tersesat secara

14
c. Jatuh Dalam kemunafikan

Salah satu di antara ciri orang munafik adalah benci terhadap


penegakkan syariat. Karakter seperti ini telah muncul sejak pertama
kali Islam tegak di Kota Madinah. Tabiat mereka senantiasa
mencemooh dan menyerang syariat. Sikapnya selalu berpaling dari apa
yang diturunkan Allah serta menghalangi manusia dari jalan-Nya.
Allah berfirman:

“Apabila dikatakan kepada mereka, ‘Marilah kamu (tunduk) kepada


hukum yang Allah telah turunkan dan kepada hukum Rasul,’ niscaya
kamu lihat orang-orang munafik menghalangi (manusia) dengan
sekuat-kuatnya dari (mendekati) kamu..” (An-Nisâ’: 61)

Ayat di atas dengan jelas menyebutkan bahwa saalah satu karakter


orang munafik adalah menolak dan menghalangi orang untuk
berhukum dengan hukum Allah. Kalaupun ada syariat yang mereka
terima, itu bukan lantaran mereka yakin akan kebenarannya, namun
semata-mata karena syariat tersebut sejalan dengan kepentingannya.

d. Terhalang dari pintu tobat

15
“Hari rasul, janganlah hendaknya kamu disedihkan oleh orang-orang
yang bersegera (memperlihatkan) kekafirannya, yaitu di antara
orang-orang yang mengatakan dengan mulut mereka, ‘Kami telah
beriman,’ padahal hati mereka belum beriman; dan (juga) di antara
orang-orang Yahudi…..Barang siapa yang Allah menghendaki
kesesatannya, maka sekali-kali kamu tidak akan mampu menolak
sesuatu pun (yang datang) daripada Allah. Mereka itu adalah orang-
orang yang Allah tidak hendak mensucikan hati mereka. Mereka
beroleh kehinaan di dunia dan di akhirat mereka beroleh siksaan yang
besar.” (Al-Mâ’idah: 41)

Ayat ini turun berkenaan dengan mereka yang bersegera dalam


menampakkan kekafiran, terlepas dari ketaatan kepada Allah dan
Rasul-Nya dan lebih mengedepankan pandangan manusia dan hawa
nafsu daripada syariat-Nya, “Yaitu di antara orang-orang yang
mengatakan dengan mulut mereka, ‘Kami telah beriman,’ padahal hati
mereka belum beriman,”yaitu menampakkan iman melalui lisan
namun hati mereka kosong tanpa iman. Mereka adalah orang-orang
munafik. “Dan (juga) di antara orang-orang Yahudi,” yaitu musuh-
musuh Islam dan kaum muslimin. (Tafsir Ibnu Katsir, 3/136)

Kejahatan yang mereka lakukan adalah menyimpang dari syariat


Islam, kadang dengan cara dipisah-pisahkan satu sama lain, dan
kadang dengan dirubah-rubah sesuai hawa nafsu, syahwat, dan
kepentingan duniawi mereka. Sebagai balasan atas kejahatan keji itu,
mereka terhalang dari tobat.

e. Menghalangi Manusia Dari jalan Allah

Salah satu di antara efek buruk ketika tidak mau menerapkan syariat
Islam, Allah Ta’ala akan golongkan mereka seperti orang-orang
musyrik Makkah yang tidak mau mengamalkan syariat dan
menghalangi manusia darinya. Dalam salah satu ayat-Nya, Allah
Ta’ala menggambarkan ciri-ciri mereka:

16
“Mereka menukarkan ayat-ayat Allah dengan harga yang sedikit, lalu
mereka menghalangi (manusia) dari jalan Allah. Sesungguhnya amat
buruklah apa yang mereka kerjakan itu.” (QS. At-Taubah: 9)

Demikianlah sikap yang dituturkan Al-Qur’an tentang orang-orang


musyrik Arab yang enggan untuk mengikuti syariat Allah, karena
sibuk dengan urusan-urusan dunia yang hina dan menghalangi
manusia dari jalan Allah.

f. Lenyapnya Rasa Aman dan timbulnya Kekacauan Di mana-


mana

Allah berfirman:

‫سانَ لَيَ إ‬
‫طغ َٰى* أَ إن َرآهُ ا إست َ إغن َٰى‬ ِ ‫ك اَال إِ ان إ‬
َ ‫اإل إن‬

“Ketahuilah! Sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas.


Karena dia melihat dirinya serba cukup.” (Al-‘Alaq: 6-7).

Melampaui batas adalah sifat dominan manusia ketika jauh dari


syariat Allah. Saat kita merenungkan penuturan Al-Qur’an tentang
manusia yang jauh dari iman, kita akan menemukan hal aneh pada
dirinya, yaitu (manusia) lemah menghadapi berbagai godaan yang
memperdaya, melupakan kebaikan, berbuat zalim terhadap sesama,
kufur nikmat, memungkiri kebaikan, sangat keras ketika bersengketa,
rakus dalam mendapatkan harta, pelit untuk berbagi dan sejumlah
karakter buruk lainnya. Watak-watak manusia seperti ini tidak mungkin
bisa dihadapi atau diobati selain dengan syariat dari sisi Penciptanya.

17
g. Permusuhan dan Kebencian Terus Menyebar di Tengah
Masyarakat

Ketika orang-orang Yahudi menyalahi, mendustakan, dan tidak mau


tunduk pada syariat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, Allah
memberitahukan hati mereka tidak bersatu padu, karena permusuhan
terus terjadi di antara mereka karena menyalahi syariat Yang Maha
Benar.

Tidak berbeda dengan orang-orang Nasrani, di saat mereka


meninggalkan sebagian syariat yang diperingatkan dan enggan
mengikuti Nabishallallahu ‘alaihi wasallam, mereka pun tertimpa
hukuman seperti yang menimpa kawan-kawan mereka, orang-orang
Yahudi.

“Dan di antara orang-orang yang mengatakan, ‘Sesungguhnya kami


ini orang-orang Nasrani,’ ada yang telah Kami ambil perjanjian
mereka, tetapi mereka (sengaja) melupakan sebagian dari apa yang
mereka telah diberi peringatan dengannya; maka Kami timbulkan di
antara mereka permusuhan dan kebencian sampai hari Kiamat. Dan
kelak Allah akan memberitakan kepada mereka apa yang mereka
kerjakan.” (Al-Mâ’idah: 14)

h. Terhalang Dari Pertolongan Allah dan Kekuasaan-Nya

Tidak ada satu sebab pun yang memicu umat ini terabaikan dan
terhalang dari pertolongan Allah, kecuali karena mereka enggan
berhukum pada syariat-Nya. Mengabaikan penerapan syariat artinya
mengabaikan syarat meraih kemenangan yang dinyatakan dalam
banyak sekali ayat Al-Qur’an, seperti firman Allah, “Hai orang-orang

18
mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan
menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” (QS. Muhammad: 7)

Ketika menafsirkan ayat di atas, Ibnu Katsir mengatakan:

ّ
‫الجن‬ ‫ وأعدائكم من شياطين‬،‫ وتعظيمها ينصركم هللا على انفسكم‬،‫إن تنصروا دين هللا وشريعته بالعمل بها‬
‫ فإن الجزاء من جنس العمل‬،‫واإلنس‬

“Jika kalian menolong agama dan syariat Allah dengan


mengamalkan dan mengagungkannya, niscaya Dia akan menolong
kalian untuk mengatasi diri kalian sendiri, juga musuh-musuh kalian
dari golongan setan jin dan manusia, karena balasan diberikan sesuai
dengan amal.”(Tafsir Ibnu Katsir, 4/175)

i. Kehinaan Saat Nyawa Dicabut

Allah Ta’ala berfirman:

“Sesungguhnya orang-orang yang kembali ke belakang (kepada


kekafiran) sesudah petunjuk itu jelas bagi mereka, setan telah
menjadikan mereka mudah (berbuat dosa) dan memanjangkan angan-
angan mereka. Yang demikian itu karena sesungguhnya mereka
(orang-orang munafik) itu berkata kepada orang-orang yang benci
kepada apa yang diturunkan Allah (orang-orang Yahudi), ‘Kami akan
mematuhi kamu dalam beberapa urusan,’ sedang Allah mengetahui
rahasia mereka. Bagaimanakah (keadaan mereka) apabila malaikat
mencabut nyawa mereka seraya memukul-mukul muka mereka dan
punggung mereka? Yang demikian itu adalah karena sesungguhnya
mereka mengikuti apa yang menimbulkan kemurkaan Allah dan
karena mereka membenci keridhaan-Nya, sebab itu Allah menghapus
(pahala) amal-amal mereka.”(QS. Muhammad: 25-28)

Ayat-ayat di atas mengancam sekelompok orang yang menyimpang


dari apa yang diturunkan Allah. Mereka adalah orang-orang yang

19
menuruti para musuh-Nya, seperti Yahudi dan Nasrani, pada sebagian
yang mereka perintahkan.

Dalam ayat tersebut, Allah Ta’ala juga menyebut orang-orang


seperti ini murtad karena tindakan seperti itu, dan mengancamkan
tempat kembali yang gelap gulita serta siksa yang menyakitkan. Itu
semua diawali sejak detik-detik pertama ketika meninggalkan
dunia. (lihat: Tafsir Al-Qasimi, 6/259 dan Tafsir Ath-Thabari,
26/60)

j. Memakan Api Neraka dan mendapat Murka Allah

Allah berfirman:

“Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah


diturunkan Allah, yaitu Kitab dan menjualnya dengan harga yang
sedikit (murah), mereka itu sebenarnya tidak memakan (tidak
menelan) ke dalam perutnya melainkan api, dan Allah tidak akan
berbicara kepada mereka pada hari Kiamat dan tidak mensucikan
mereka dan bagi mereka siksa yang amat pedih. Mereka itulah orang-
orang yang membeli kesesatan dengan petunjuk dan siksa dengan
ampunan. Maka alangkah beraninya mereka menentang api neraka!
Yang demikian itu adalah karena Allah telah menurunkan Kitab
dengan membawa kebenaran; dan sesungguhnya orangorang yang
berselisih tentang (kebenaran) Kitab itu, benarbenar dalam
penyimpangan yang jauh (dari kebenaran).” (QS. Al-Baqarah: 174-
176)

Setelah membahas sebagian hukum-hukum syariat, seperti larangan


memakan bangkai, darah, babi dan hewan yang disembelih untuk
selain Allah, ayat-ayat di atas selanjutnya mengancam orang-orang
yang menyembunyikan syariat demi keuntungan kecil yang mereka
makan, karena menyembunyikan syariat akan berujung pada berbagai
macam penyimpangan.

20
Orang-orang yang menyembunyikan kebenaran yang diturunkan
demi mendapatkan keuntungan tidak seberapa itu pada hakikatnya
melakukan tindakan haram, karenanya Allah akan menyiksa mereka
dengan neraka Jahanam, memakan api dalam arti yang sebenarnya
kelak pada hari Kiamat, sebagai balasan atas memakan uang hasil suap
terhadap agama. (Tafsir Al-Qurthubi, 2/239 dan Tafsir As-Sa’di,
1/134)

D. Hikmah Yang Terkandung Dalam Asas-Asas Islam


1. Lahan Ibadah

“Dan taatlah kepada Allah serta Rasul Nya, jika kamu berpaling maka
sesungguhnya kewajiban Rasul Kami hanyalah menyampaikan amanat
Allah dengan terang”. (QS At Taghabun : 12). Dengan mengetahui,
memahami, dan melaksanakan hukum islam, setiap tindakan yang
dilakukan akan bernilai ibadah di sisi Allah. Misalnya melaksanakan
hukum islam dalam hubungannya dengan pekerjaan, jenis pekerjaan apa
saja kah yang termasuk halal dan haram, dan anda mengikutinya sesuai
syariat islam, maka pekerjaan anda menjadi lahan ibadah dan ladang
pahala.

2. Sarana Komunikasi dengan Allah

Dengan mengikuti hukum islam, secara langsung anda mengetahui apa


saja yang Allah perintah dan Allah larang, dalam kondisi senang, sedih,
sedang mengharap sesuatu, anda senantiasa mengingat Nya dengan berdoa
sesuai anjuran dalam syariat islam, maka anda menjadi hamba yang
senantiasa mengingat dan diingat oleh Allah.

3. Mendatangkan Manfaat

“Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan)


tentang urusan itu, maka ikutilah dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu”.
(QD Al Maidah : 18).

21
Penjelasan dari firman Allah tersebut ialah, dalam kondisi apapun umat
muslim hendaknya mengambil sikap sesuai hukum islam, bukan
mengambil keputusan berdasarkan hawa nafsu atau keinginan pribadi
agar urusan tersebut dapat mendatangkan manfaat atau hikmah baik di
dunia maupun di akherat.

4. Menghindarkan Dari Kesia siaan


“Hai orang orang yang beriman, taatlah kepada Allah dan kepada Rasul
Nya dan janganlah kamu merusakkan pahala amal amal mu”. (QS
Muhammad : 31).
Agar jalan hidup tidak sia sia, Allah telah mengatur jalur kehidupan
melalui berbagai syariat islam dalam hubungannya dengan aktivitas
manusia untuk menjaga agamanya, untuk kemanfaatan bagi diri sendiri
dan keluarga, juga untuk memberi manfaat pada orang lain. Dengan
mengikuti hukum islam, segala aktivitas tidak ada yang sia sia, mulai dari
bekerja, silaturahmi, bahkan istirahat pun bernilai ibadah.

5. Sanksi Hukum

Hukum islam ada berbagai macam diantaranya halal, haram, wajib,


sunnah, dll. Hukum tersebut memiliki kebaikan jika dilaksanakan dan
sanksi jika tidak ditaati. Misalnya memberi sanksi kepada orang yang
melakukan zina, hukum islam dan sanksi nya memberikan manfaat bagi
kehidupan berupa kesadaran untuk mawas diri dalam melakukan
berbagai aktivitas keseharian sehingga seniantiasa berada di jalur
hukum yang telah ditetapkan dan mengambil hikmah dari contoh
contoh orang orang terdahulu yang mendapat azab dari Allah karena
melanggar perintah Nya,

Allah berfirman “Maka kami jadikan yang demikian itu hukuman


berat bagi orang orang di masa itu serta menjadi peringatan bagi
orang oorang yang bertaqwa”. (QS Al Baqarah : 66). minuman
haram dan makanan haram menurut islam sudah sangat jelas
ditentukan berdasarkan hukum syariat islam, jadi harus dihindari agar

22
anda tidak mendapatkan hukuman dari Allah Swt baik secara langsung
atau pun jangka panjang.

6. Mengatur dan Memperlancar Interaksi Sosial

Kita berinteraksi dengan banyak orang yang memiliki berbagai


sifat dan kepentingan, tentu tidak semuanya berpandangan sama, ada
berbagai pendapat dan prinsip. Ketika terlibat suatu hal yang melibatkan
orang banyak, hukum islam menjadi jalan terbaik untuk segala urusan, kita
dapat menyatukan keputusan berdasarkan hukum islam, manakah yang
lebih banyak manfaatnya dibanding yang lain, seperti firman Allah berikut
“Jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikan ia
kepada Al Qur’an dan sunnah, yang demikian itu lebih utama dan lebih
baik akibatnya”. (QS An Nisa : 59).

7. Sarana Dakwah

Dakwah bertujuan untuk mengubah perilaku manusia sesuai hukum


yang benar. Hukum islam dalam kehidupan sehari hari dapat dijadikan
sebagai dasar untuk memberikan pengetahuan atau ilmu agar segala urusan
dilaksanakan dengan tata cara yang sesuai.

8. Pendidikan Akhlak

Akhlak artinya budi pekerti, perangai, atau tingkah laku. Pada jaman
sekarang banyak informasi masuk melalui berbagai media, baik
lingkungan secara langsung atau tidak langsung seperti media televisi dan
internet. Pendidikan akhlak berdasar hukum islam penting untuk
ditanamkan sejak dini dalam kehidupan sehari hari agar generasi muda
nantinya dapat menyaring serta memiliki akhlak sholeh dan sholehah.

23
9. Menegakkan Keadilan

Allah berfirman “Wahai orang orang yang beriman hendaklah kamu


menjadi orang orang yang kuat menegakkan keadilan, menjadi
saksi kebenaran karena Allah, biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu
bapak dan kaum kerabatmu”. (QS An Nisa : 28). Keadilan perlu untuk
ditegakkan, islam memiliki hukum hukum atau syariat yang mengatur hal
tersebut, terdapat berbagai ketentuan yang dapat diterapkan kepada setiap
orang secara merata atau tidak pandang bulu. Keadilan hanya bisa
dijalankan oleh orang yang bertaqwa sebab itu hukum islam penting untuk
diterapkan dalam kehidupan sehari hari. Keadilan tidak hanya dilakukan
untuk orang lain saja, namun keutamaan adil terhadap diri sendiri juga
wajib dilakukan.

10. Ketenangan Keluarga

Dalam kehidupan keluarga, ada syariat yang wajib dipahami yang


berhubungan dengan kewajiban, hak, dan segala hal yang halal atau haram
untuk dilakukan. Keluarga yang menjalankan rumah tangga dengan hukum
islam akan memiliki ketenangan sebab melakuan segala urusan berdasar
petunjuk Allah.

11. Menjaga Kehormatan

Hukum islam mengatur apa saja yang wajib dan haram untuk
dilakukan, hal itu bertujuan untuk kebaikan dan melindungi kehormatan.
Misalnya dalam hukum islam terdapat kewajiban menutup aurat baik bagi
perempuan ataupun laki laki memiliki syariat tersendiri, hal itu bertujuan
untuk menjaga kehormatan dan mencegah maksiat.

24
12. Motivasi dan Pemberi Semangat

Syariat islam yang ditaati akan mendapat imbalan kebaikan dari Allah,
baik berupa ketenangan hidup, pahala, juga janji Allah berupa surga di
akherat nanti. Hukum islam tersebut dapat menjadi motivasi atau
penyemangat bagi semua orang untuk sebanyak mungkin berbuat amal
kebaikan.

13. Sebagai Peringatan

Hukum islam banyak memperingatkan tentang perbuatan maksiat dan


akibatnya. Kehidupan di dunia hanya sementara dan kehidupan di akherat
sangat abadi, Allah memperingatkan manusia untuk taat kepada Nya dan
Rasul Nya serta tidak tertipu kesenangan dunia dan tipu daya syetan.
Banyak dijelakskan dalam Al Qur’an contoh contoh kaum pada jaman
terdahulu yang mendapat azab dari Allah karena tidak taat, hal itu dapat
dijadikan sebagai peringatan untuk menjauhi maksiat dan segala sesuatu
yang dilarang Allah, seperti firman Allah berikut “Maka hendaklah orang
orang yang menyalahi perintah Rasul takut akan ditimpa cobaan atau
ditimpa azab yang pedih”. (QS An Nuur : 63).

14. Pelebur Segala Emosi

Hukum islam yang disusun berdasar Al Qur’an dan hadist diciptakan


sebagai tuntunan dalam kehidupan sehari hari ketika kondisi lapang
maupun kondisi sempit atau ketika terlibat suatu urusan dan masalah yang
mendatangkan kecemasan, jika segala ujian dihadapi dengan berdasar pada
hukum islam, hal itu akan mampu menjadi pelebur emosi dan amarah sebab
di dalamnya terdapat berbagai syariat yang mendatangkan kedamaian dan
ketenangan.

25
15. Pedoman Hidup

“Untuk setiap umat diantara kamu (umat Nabi Muhammad SAW dan umat
umat sebelumnya) Kami jadikan peraturan (syariat) dan jalan yang
terang”. (QS Al Maidah : 48). Dari firman Allah tersebut jelas bahwa
dengan mengikuti syariat islam, kita akan mendapat petunjuk dalam
kehidupan dan jalan yang lurus.

Hukum islam memang tidak sepenuhnya bisa diterapkan dalam


kehidupan sehari hari di lingkungan kita mengingat dalam masyarakat
terdapat berbagai suku dan penganut agama yang memiliki peraturan
masing masing dan setiap manusia wajib bertoleransi. Tetapi dalam
kenyataannya hukum islam terbukti ampuh untuk memperkecil
penyimpangan asal dilakukan dengan merata tanpa pandang dbulu. Hukum
islam yang diterapkan dalam kehidupan sehari hari adalah syariat secara
garis besar yang berisi petunjuk untuk menjalankan berbagai kewajiban dan
dalam bersikap.

26
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun Kesimpulan pada makalah ini tentang dasar-dasar islam
adalah, bahwa ketika kita mempunyai keyakikan atau keimanan terhadap
sesuatu harus dilandasi dengan dasar-dasar yang kuat. ketika kita memiliki
keyakinan terhadap agama kita yaitu agama islam harus memiliki dasar yang
kuat supaya kita tak mudah tergoyahkan oleh godaan syaitan atau godaan yang
lainnya dan selalu mengingat Allah SWT dari mulai kita tidur sampai kita tidur
lagi. Banyak sekali hukuman yang diberikan kedapa seseorangan karena
bersebrangan dengan dasar-dasar islam, namun dibalik itu semua pasti ada
hikmahnya ketika kita senantiasa bertobat dan tidak mengulangi perbuatan
yang dilarang oleh hukum islam.

B. Saran
Kami selaku penyusun menyadari masih jauh dari sempurna dan
tentunya banyak sekali kekurangan dalam pembuatan makalah ini. Hal ini
disebabkan karena masih terbatasnya kemampuan kami. Oleh karena itu,
kami selaku pembuat makalah ini sangat mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun. Kami juga mengharapkan makalah ini sangat
bermanfaat untuk kami khususnya dan pembaca pada umumnya.

27
DAFTAR PUSTAKA

28

Anda mungkin juga menyukai