PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Mengidentifikasi salah satu TPS di daerah Dago.
2. Mengidentikasi pola penanganan sampah yang telah dilakukan oleh warga di
daerah Dago.
3. Mengevaluasi sistem pengumpulan sampah di daerah layanan pada salah satu TPS di
daerah Dago.
4. Mengevaluasi sistem pengelolaan sampah pada salah satu TPS di daerah Dago.
1.4. Metode Penelitian
Pengambilan data yang dilakukan dalam pembuatan laporan ini dilakukan melalui dua
cara antara lain:
1. Observasi
Observasi dilakukan dengan mendatangi tempat yang akan diteliti. Kemudian
dilakukan pengamatan secara langsung dan pencatatan secara sistematis terhadap
obyek yang akan diteliti. Pada hal ini, observasi dilakukan dengan mendatangi TPS
Guntur.
2. Wawancara
Pengambilan data dengan cara wawancara dilakukan dengan bertatap muka dan
berbincang dengan narasumber. Narasumber yang di wawancara pada proses
penelitian ini adalah pemulung, pengelola TPS, pengangkut sampah, dan warga.
1. Data Primer
Data penelitian yang diperoleh berdasarkan dari hasil wawancara, observasi
langsung, sampling, dan pengukuran langsung.
2. Data Sekunder
Data yang diperoleh dari hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya.
1. Sumber-Sumber Sampah
Sampah terdiri dari berbagai macam sumber antara lain:
2. Jenis Sampah
A. Sampah berdasarkan zat kimia yang terkandung didalamnya dibagi menjadi:
- Sampah anorganik, sampah yang umumnya tidak dapat membusuk,
misalnya logam/besi, pecahan gelas, plastik dan sebagainya.
- Sampah organik, sampah yang pada umumnya dapat membusukmisalnya
sisa-sisa makanan, daun-daunan, buah-buahan dan sebagainya.
B. Sampah berdasarkan dapat dan tidaknya terbakar
- Sampah yang mudah terbakar, misalnya : kertas, karet, kayu, plastik, kain
bekas dansebagainya.
- Sampah yang tidak dapat terbakar, misalnya: kaleng-kaleng bekas,
besi/logam bekas,pecahan gelas, kaca, dan sebagainya (Notoatmodjo,
2003).
- Abu (Ashes), merupakan sisa pembakaran dari bahan yang mudah terbakar,
baik di rumah, dikantor maupun industri.
- Sampah Jalanan (Street Sweeping), berasal dari pembersihan jalan dan
trotoar, terdiri dari kertas-kertas, kotoran dan daun-daunan.
- Bangkai Binatang (Dead Animal), yaitu bangkai binatang yang mati karena
bencana alam, penyakit atau kecelakaan.
- Sampah pemukiman (Household refuse), yaitu sampah campuran yang
berasal dari daerah perumahan.
- Bangkai Kendaraan (Abandoned vehicles), yang termasuk jenis sampah ini
adalah bangkai mobil, truk, kereta api, satelit, kapallaut dan alat
transportas lainnya.
- Sampah industri, terdiri dari sampah padat yang berasal dari industri
pengolahan hasil bumi, tumbuh tumbuhan dan industri lainnya.
- Sampah hasil penghancuran gedung/bangunan (Demolotion waste), yaitu
sampah yang berasal dari perombakan gedung/bangunan.
- Sampah dari daerah pembangunan, yaitu sampah yang berasal dari sisa
pembangunan gedung, perbaikan dan pembaharuan gedung. Sampah dari
daerah ini mengandung tanah batu-batuan, potongan kayu, alat perekat,
kertas dan lain-lain.
- Sampah Padat Pada Air Buangan (Sewage Solid), sampah yang terdiri dari
benda yang umumnya zat organik hasil saringan pada pintumasuk
suatu pusat pengolahan air buangan.
- Sampah Khusus, yaitu sampah yang memerlukan penanganan khusus
dalam pengelolaannya,misalnya kaleng cat, film bekas, zat radioaktif dan
zat yang toksis. (Mukono, 2006).
Sumber: http://jurnal.unimus.ac.id
Komposisi sampah menurut SNI 19-3961-1994 adalah sampah makanan, kayu dan
sampah taman, kertas, karton, tekstil dan produk tekstil, karet dan kulit, plastik, logam,
gelas, limbah rumah tangga berbahaya (B3), abu dan limbah lainnya. Dengan
mengetahui komposisi sampah dapat ditentukan cara pengolahan yang tepat dan yang
paling efisien sehingga dapat diterapkan proses pengolahannya. Tambah besar dan
beraneka ragam aktivitas sebuah kota, maka tambah kecil proporsi sampah yang berasal
dari kegiatan rumah tangga, yang umumnya didominasi sampah organik.
2. Karakteristik Sampah
Sampah memiliki karakteristik yang biasa ditampilkan dalam
penangananya.Karakteristik sampah dibedakan tinajuannya dari dua faktor yaitu secara
fisika dan kimia. Karakteristik tersebut sangat bervariasi, tergantung pada komponen-
komponen sampah. Ciri - ciri sampah dari berbagai tempat sumber serta jenisnya yang
berbeda-beda memungkinkan sifat-sifat yang berbeda pula. Karakteristik sampah dapat
dikelompokkan menurut sifat-sifatnya, seperti:
- Karakteristik fisika, yang paling penting adalah densitas, kadar air, kadar volatil,
kadar abu, nilai kalor, distribusi ukuran.
- Karakteristik kimia, khususnya yang menggambarkan susunan kimia sampah
tersebut yang terdiri dari unsur C, N, O, P, H, S, dsb.
3. Timbulan Sampah
Timbulan sampah adalah volume sampah atau berat sampah yang dihasilkan dari
jenis sumber sampah diwilayah tertentu persatuan waktu. (Departemen PU, 2004).
Timbulan sampah adalah sampah yang dihasilkan dari sumber sampah (SNI,
1995).Timbulan sampah sangat diperlukan untuk menentukan dan mendesain peralatan
yang digunakan dalam transportasi sampah, fasilitas recovery material, dan fasilitas
Lokasi Pembuangan Akhir (LPA) sampah. Menurut SNI 19-3964-1995, bila
pengamatan lapangan belum tersedia,maka untuk menghitung besaran sistem, dapat
digunakan angka timbulan sampah sebagai berikut:
- Satuan timbulan sampah kota sedang 2,75-3,25 L/orang/hari atau 0,070-0,080
kg/orang/hari.
- Satuan Timbulan sampah kota kecil = 2,5-2,75 L/orang/hari atau 0,625-0,70
kg/orang/hari
Keterangan :
1. Untuk kota sedang jumlah penduduknya 100.000 < p < 500.000.
2. Untuk kota kecil jumlah penduduknya < 100.000.
Prakiraan timbulan sampah baik untuk saat sekarang maupun di masa mendatang
merupakan dasar dari perencanaan, perancangan dan pengkajiansistem pengelolaan
persampahan. Prakiraan timbulan sampah merupakan langkahawal yangbiasa dilakukan
dalam pengelolaan persampahan. Satuan timbulansampah biasanya dinyatakan sebagaI
satuan skala kuantitas perorang atau perunitbangunan dan sebagainya. Rata- rata
timbulan sampah tidak akan sama antara satu daerah dengan daerah lainnya, atau suatu
negara dengan negara lainnya
Di Indonesia umumnya menerapkan satuan volume. Penggunaan satuan volume
dapat menimbulkan kesalahan dalam interpretasi karena terdapat faktor kompaksi
(densitas) yang harus diperhitungkan. Prakiraan timbulan sampah akan merupakan
langkah awal yang biasa dilakukan dalam pengelolaan persampahan.
Sumber: http://jurnal.unimus.ac.id
2.3. Faktor - faktor yang Mempengaruhi Jumlah Sampah
Menurut Sumantri (2010) ada beberapa faktor yang dapat memengaruhijumlah sampah,
yakni:
1. Jumlah Penduduk
Semakin padat penduduk, sampah semakin menumpuk karena tempatatau ruang
untuk menampung sampah semakin berkurang. Demikian dengansemakin meningkatnya
aktivitas penduduk, sampa yang dihasilkan juga semakinbanyak.Jumlah
PendudukSemakin padat penduduk, sampah semakin menumpuk karena tempatatau
ruang untuk menampung sampah semakin berkurang. Demikian dengansemakin
meningkatnya aktivitas penduduk, sampa yang dihasilkan juga semakinbanyak.Sistem
Pengumpulan atau Pembuangan Sampah yang dipakai
2. Sistem Pengumpulan atau Pembuangan Sampah yang dipakai
Pengumpulan dengan menggunakan gerobak lebih lambat dibandingkandengan
truk, oleh sebab itu di daerah yang menggunakan gerobak sebagaipengangkut sampah
akan menumpuk lebih banyak sampah dibandingkan dengandaerah yang menggunakan
sistem angkut sampah lewat truk.
3. Pengambilan Bahan-Bahan pada Sampah untuk dipakai Kembali
Metode ini dilakukan karena bahan tersebut masih memiliki nilaiekonomi bagi
golongan tertentu. Frekuensi pengambilan dipengaruhi olehkeadaan, bila harganya
tinggi, tinggi pula tingkat pemakaiannya kembali, sehinggasampah yang tertinggal pun
semakin sedikit.
4. Faktor Geografis
Lokasi tempat pembuangan apakah di daerah pegunungan, lembah,pantai atau di
dataran rendah. Biasanya jumlah sampah lebih banyak ditemukan didaerah dataran
rendah yang padat penduduk.
5. Faktor Waktu
Jumlah sampah per hari bervariasi menurut waktu. Jumlah sampah padavsiang
hari lebih banyak daripada di pagi hari. Namun, sampah di daerah pedesaantidak
bergantung terhadap waktu.
6. Faktor Sosial Ekonomi dan Budaya
Keberagaman budaya di suatu negara juga memengaruhi jumlahsampah yang
dihasilkan. Beberapa suku di Indonesia contohnya, seringmelaksanakan upacara adat
yang memakai sesajen atau seserahan. Sisa dari acaraadat tersebut tentunya
menghasilkan lebih banyak sampah dibandingkan denganbeberapa suku yang tidak
menggunakan sesajen.
7. Faktor Musim
Pada musim hujan sampah tersangkut pada selokan pintu air. Contohlainnya, pada
musim buah tertentu yang menghasilkan sisa juga akanmenghasilkan jumlah sampah
yang lebih banyak dibandingkan saat tidak musimbuah apapun.
8. Kebiasaan Masyarakat
Bila suatu kelompok masyarakat suka mengonsumsi satu jenis makananatau
tanaman, maka sampah dari makanan itu akan meningkat.
9. Kemajuan Teknologi
Akibat kemajuan teknologi, jumlah sampah dapat meningkat. Contoh,plastik,
kardus, rongsokan AC, TV, kulkas dan sebagainya.
10. Jenis Sampah
Makin tingkat kebudayaan suatu masyarakta, maka semakin komplekspula macam
dan jenis sampah yang dihasilkan.
A. Terhadap kesehatan
Sampah yang tidak dikelola dengan baik dan benar akan menimbulkan beberapa
fungsi baru yang berdampak bagi kesehatan masyarakat yang dijelaskan oleh Suprapto
(2005), di antaranya :
B. Terhadap lingkungan
Tidak hanya membahayakan manusia, keberadaan sampah yang tidak tertangani
secara tepat juga menimbulkan perubahan keseimbangan dalam lingkungan. Sampah
anorganik yang sulit terurai dan sifatnya toksik dalam jumlah berlebih di lingkungan
akan merusak struktur tanah, perairan dan bahkan udara. Karena itulah sampah juga
sering diartikan sebagai pencemar lingkungan.Kerusakan pada lingkungan ini
mengakibatkan banyak perubahan yang tidak diinginkan baik kepada makhluk hidup
maupun komponen lingkungan yang berujung pada bencana alam, seperti banjir
bandang, tanah longsor, dan lain-lain.
1. Aspek institusi
Aspek institusi menyangkut masalah manajemen didalam pengelolaan
persampahan yang meliputi kejelasan status institusi pengelola
persampahan, struktur organisasi yang sesuai, sumber daya manusia yang
kompeten, fungsi, tangggung jawab dan wewenang serta koordinasi vertikal
maupun horizontal dari badan pengelola.
2. Aspek legal/hukum
Sistem pengelolaan persampahan sangat ditentukan oleh peraturan-
peraturan yang mendukung.
3. Aspek pembiayaan
Aspek pembiayaan erat kaitannya dengan pendapatan yang diterima
dari retribusi sampah untuk membiayai operasional pengelolaan sampah.
(1) TPS tipe I, berfungsi sebagai tempat pemindahan sampah dari alat pengumpul
ke alat angkut sampah yang dilengkapi dengan ruang pemilahan, gudang,
landasan kontainer, serta luas lahan tempat pemindahan sampah ± 10 m2 s/d 50
m2
(2) TPS tipe II, berfungsi sebagai tempat pemindahan sampah dari alat pengumpul
ke alat angkut sampah yang dilengkapi dengan ruang pemilahan (10 m2),
pengomposan sampah organik (200 m2 ), gudang (50m2), landasan container
(60 m2), serta luas lahan tempat pemindahan sampah ± 60 m2 s/d 200 m2
(3) TPS tipe III, berfungsi sebagai tempat pemindahan sampah dari alatpengumpul
ke alat angkut sampah yang dilengkapi dengan ruang pemilahan (30 m2),
pengomposan sampah organik (800 m2), gudang (100m2), landasan kontainer
(60 m2), serta luas lahan tempat pemindahan sampah ± 200 m2