Dalam prinsip keteraturan kita harus berorientasi pada system dan berupaya menjaga pada system
yang telah dibentuk.Tujuan atau visi sebelumnya adalah langkah awal untuk prinsip keteraturan. Visi
jangka panjang yaitu hari kiamat sudah pasti akan terjadi, pergantian siang malam sudah pasti. Hal
ini menunjukan bahwa hukum alam sudah pasti dan teratur dan harus kita yakini.Setelah kita
mempunyai visi kita juga menentukan misi atau langkah untuk mencapai tujuan tersebut. Dalam
menjalankan misi kita juga perlu mempertimbangkan nilai-nilai yang berpengaruh dalam mencapai
tujuan yakni nilai yang tidak berubah atau kekal yaitu God Spot.
Hidup itu jangan melanggar ajaran allah mengalirlah seperti air yang mengalir dari tempat yang
tinggi ke tempat yang lebih rendah. Karena hidup dan mati pasti akan terjadi, yang terpenting adalah
jaga keseimbangan sehingga akan selamat dunia akhirat.
Prinsip Keteraturan (Well Organized Principle) - Percaya pada Qadha & Qadar
Ketika hendak melakukan pekerjaan perlu dimulai dengan membuat tujuan. Dalam mencapai
tujuan tersebut diperlukan pula sebuah proses yang dapat terdiri dari bebera sub proses. Setiap
sub proses ini melalui sebuah upaya. Setiap akhir dari sub proses akan terdapat hasil yang
kemudian merupakan input ke sub proses berikutnya. Pada akhirnya akan diketahui apakah
hasil akhir merupakan keberhasilan atau kegagalan. Disini dapat ditangkap satu pengertian
bahwa bila ingin berhasil diperlukan upaya dan melibatkan berbagai komponen dalam satu
sistem yang sinergi. Hasil akan dapat diperoleh bila kita telah dapat menyusun sistem yang
(sinergis), memeliharanya serta menerapkan secara teratur sesuai dengan prinsip-prinsip yang
telah dibahas sebelumnya. Prinsip keteraturan mirip dengan kerja sebuah sistem yang memiliki
komponen-kompanen yang saling tergantung dan membutuhkan. Bila satu komponen tidak
berjalan dengan baik atau berjalan sendiri-sendiri, maka hasil akhir yang dicapai akan jauh dari
harapan.
D. Takdir
Takdir adalah ketentuan suatu peristiwa yang terjadi di alam raya ini yang meliputi semua sisi
kejadiannya baik itu mengenai kadar atau ukurannya, tempatnya maupun waktunya. Dengan
demikian segala sesuatu yang terjadi tentu ada takdirnya, termasuk manusia.
Umat Islam memahami takdir sebagai bagian dari tanda kekuasaan Tuhan yang harus diimani
sebagaimana dikenal dalam Rukun Iman. Penjelasan tentang takdir hanya dapat dipelajari dari
informasi Tuhan, yaitu informasi Allah melalui Al Quran dan Al Hadits. Secara keilmuan umat
Islam dengan sederhana telah mengartikan takdir sebagai segala sesuatu yang sudah terjadi.
F. Ikhtiar
Ikhtiar adalah usaha manusia untuk memenuhi kebutuhan dalam hidupnya, baik material,
spiritual, kesehatan, dan masa depannya agar tujuan hidupnya selamat sejahtera dunia dan
akhirat terpenuhi. Ikhtiar juga dilakukan dengan sungguh-sungguh, sepenuh hati, dan
semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan dan keterampilannya. Akan tetapi, usaha kita
gagal, hendaknya kita tidak berputus asa. Kita sebaiknya mencoba lagi dengan lebih keras dan
tidak berputus asa. Kegagalan dalam suatu usaha, antara lain disebabkan keterbatasan dan
kekurangan yang terdapat dalam diri manusia itu sendiri. Apabila gagal dalam suatu usaha,
setiap muslim dianjurkan untuk bersabar karena orang yang sabar tidak akan gelisah dan
berkeluh kesah atau berputus asa. Agar ikhtiar atau usaha kita dapat berhasil dan sukses,
hendaknya melandasi usaha tersebut dengan niat ikhlas untuk mendapat ridha Allah, berdoa
dengan senantiasa mengikuti perintah Allah yang diiringi dengan perbuatan baik, bidang usaha
yang akan dilakukann harus dikuasai dengan mengadakan penelitian atau riset, selalu berhati-
hati mencari teman (mitra) yang mendukung usaha tersebut, serta memunculkan perbaikan-
perbaikan dalam manajemen yang professional.
H. Sunnatullah
Menurut bahasa sunnatullah berasal dari kata sunnah yang bersinonim dengan tariqah yang
berarti jalan yang dilalui atau sirah yang berarti jalan hidup. Kemudian, kata tersebut digabung
dengan lafal Allah sehingga menjadi kata sunatullah yang berarti ketentuan-ketentuan atau
hukum Allah swt. yang berlaku atas segenap alam dan berjalan secara tetap dan teratur.
Sunnatullah terdiri dari dua macam, yaitu :
1. Sunnatullah qauliyah adalah sunnatullah yang berupa wahyu yang tertulis dalam bentuk
lembaran atau dibukukan, yaitu Al-Qur’an.
2. Sunnatullah kauniyyah adalah sunnatullah yang tidak tertulis dan berupa kejadian atau
fenomena alam. Contohnya, matahari terbit di ufuk timur dan tenggelam di ufuk barat.
Kedua sunatullah tersebut memiliki persamaan, yaitu :
1. Kedua-duanya berasal dari Allah swt.
2. Kedua-duanya dijamin kemutlakannya.
3. Kedua-duanya tidak dapat diubah atau diganti dengan hukum lainnya.
Contohnya adalah hukum yang terdapat dalam Al-Qur’an. Dalam Al-Qur’an dikatakan bahwa
barang siapa yang beriman dan beramal saleh, pasti akan mendapat balasan pahala dari Allah
swt. Selain memiliki persamaan, keduanya juga mempunyai perbedaan. Sunatullah yang ada di
alam, dapat diukur. Lain halnya dengan sunnatullah yang ada dalam AL-Qur’an. Walaupun hal
itu pasti terjadi, tetapi tidak diketahui secara pasti kapan waktunya.
I. Tawakal
Tawakal atau tawakkul berarti mewakilkan atau menyerahkan. Dalam agama Islam, tawakal
berarti berserah diri sepenuhnya kepada Allah dalam menghadapi atau menunggu hasil suatu
pekerjaan, atau menanti akibat dari suatu keadaan.
Imam al-Ghazali merumuskan definisi tawakkal sebagai berikut, "Tawakkal ialah menyandarkan
kepada Allah swt tatkala menghadapi suatu kepentingan, bersandar kepada-Nya dalam waktu
kesukaran, teguh hati tatkala ditimpa bencana disertai jiwa yang tenang dan hati yang
tenteram.
Berdasarkan al-Qur’an Surah at-Talaq ayat 3, Allah swt. akan mencukupkan segala keperluan
orang-orang yang bertawakal dan bila dijabarkan orang yang bertawakal akan :
d. Menenangkan jiwa
Orang yang beriman kepada qadha dan qadar senangtiasa mengalami ketenangan jiwa dalam
hidupnya, sebab ia selalu merasa senang dengan apa yang ditentukan Allah kepadanya. Jika
beruntung atau berhasil, ia bersyukur. Jika terkena musibah atau gagal, ia bersabar dan
berusaha lagi.
Firaman Allah dalam QS. Al-Fajr ayat 27-30 yang artinya :
Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang tenang lagi diridhai-Nya.
Maka masuklah kedalam jamaah hamba-hamba-Ku, dan masuklah kedalam surga-Ku.