Anda di halaman 1dari 40

SASARAN BELAJAR

LI.1. MEMAHAMI DAN MENJELASKAN ANATOMI REPRODUKSI WANITA


LO.1.1 MAKROSKOPIS
LO.1.2 MIKROSKOPIS
LI.2. MEMAHAMI DAN MENJELASKAN FISIOLOGI MENSTRUASI
LI.3. MEMAHAMI DAN MENJELASKAN KELAINAN HAID
LO.3.1 DEFINISI
LO.3.2 PATOFISIOLOGI
LO.3.3 DIAGNOSIS
LO.3.4 TATALAKSANA
LI.4 MEMAHAMI DAN MENJELASKAN PANDANGAN ISLAM TENTANG HAID DAN
ISTIHADHAH, IBADAH YANG DAPAT DILAKSANAKAN DALAM KEADAAN SUCI
DAN TIDAK SUCI
LI.1. MEMAHAMI DAN MENJELASKAN ANATOMI REPRODUKSI WANITA
LO.1.1 MAKROSKOPIS

http://healthfavo.com/wp-content/uploads/2013/08/female-reproductive-system.jpg

A. Uterus
Uterus merupakan organ berongga yang berbentuk buah pir dan berdinding tebal,
dilapisi peritoneum (serosa). Uterus terdiri dari:
- corpus, bagian uterus di atas isthmus atau di bawah muara tuba uterina
Dinding uterus terdiri dari 3 lapisan:
o Serosa (peritoneum visceralis) yang melekat pada ligamentum latum uteri di intraabdomen
o Miometrium, berupa otot polos tiga lapis (dari luar ke dalam arah serabut otot longitudinal,
anyaman, dan sirkular)
o Endometrium adalah lapisan berongga yang lunak, mengandung sejumlah kelenjar dan dilapisi
dengan “ciliated collumnar epithelium
- fundus, bagian uterus yang terletak di atas muara tuba uterina
- serviks uteri, bagian di bawah isthmus, bagian corpus yang menyempit

Dalam keadaan normal posisi uterus adalah antefleksi anteversi. Uterus pada kehamilan lanjut:
fundus berbentuk kubah, insersi (penyisipan) tuba serta ligamentum rotundum dibagian atas
corpus uteri dan terlihat pasokan vaskular yang hipertrofi.

Vaskularisasi:
A.uterina cabang A.hipogastrika/a. iliaca interna. A.uterina beranastomosis dengan A.ovarica
dan A.vaginalis. Sistem venanya mengikuti sistem pembuluh nadinya dan bermuara ke dalam
V.iliaca interna.

2
Aliran Limf: Pembuluh limf dari fundus uteri berjalan bersama Aa. Ovarica dan mengaliran
limf ke nodi para aortici setinggi vertebrata L1. Pembuluh limf dari corpus uteri dan cervix
uteri bermuara ke nodi iliaci externi.

Inervasi: Saraf simpatis dan parasimpatis berasal dari N. hypogastricus inferior.

Ligamenta penyangga uterus: ligamentum latum uteri, ligamentum rotundum uteri (caudal dari
tuba, melalui canalis inguinalis ke bagian cranial labium majus), ligamentum cardinale (lateral
cervical), ligamentum ovarii proprium, ligamentum sacrouterina propium, ligamentum
infundibulo pelvicum/lig.suspensorii proprium, ligamentum vesicouterina, ligamentum
rectouterina.

B. Tuba Uterina/ Tuba Falopii


Tuba Falopii adalah saluran antara rongga rahim dengan indung telur. Pada bagian ujungnya
terdapat fimbria berfungsi menangkap sel telur yang dilepaskan indung telur saat ovulasi.
Saluran ini menghubungkan cavum uteri dengan cavum peritoneale. Dibagi menjadi 4 bagian :
- Pars uterina/ interstitsialis (intramularis), bagian tuba yang berjalan dalam dinding uterus
mulai pada ostium internum tubae.
- Pars isthmica, bagian tuba sebelah luar dinding uterus dan merupakan bagian tuba yang lurus
dan sempit.
- Pars Ampullaris, bagian tuba antara pars isthmica dan infundibulum, dan merupakan tempat
terjadinya pertemuan antara sel telur dan sel sperma (fertilisasi). Kemudian embrio yang
berkembang akan bergerak menuju rongga rahim dengan bantuan silia di dinding saluran telur
dalam waktu 7 hari.
- Pars Infundibularis (fimbriae), bagian yang berbentuk corong dan lubangnya menghadap ke
rongga perut, bagian ini mempunyai fimbria yang berguna sebagai alat penangkap ovum.

Dinding Tuba Falopii terdiri dari 3 lapisan: lapisan serosa, muskularis, dan mucosa. Mukosa
tuba dilapisi selapis sel kolumnar yang sebagian memiliki bulu-getar (silia) dan sebagian lain
memiliki kelenjar.

Vaskularisasi: Aa. Uterine merupakan cabang A. Iliaca interna sedangkan Aa. Ovarica cabang
dari aorta abdominalis. Vena mengikuti arteri.

Aliran Limf: pembuluh limf mengikuti jalannya arteria dan bermuara ke nodi iliaci interni dan
para aortici.

Inervasi: Saraf simpatis dan parasimpatis berasal dari plexus hypogastricus inferior.

C. Ovarium
 Terletak dalam rongga pelvis
 Terdiri dari dexter dan sinister
 Berbentuk bulat memanjang, agak pipih (seperti buah almond dengan ukuran 3x1,5x1 cm)
 Terdiri dari cortex (luar) dan medulla (sebelah dalam, berisi pembuluh darah, limfe dan saraf)
 Dilekatkan oleh mesovarium pada ligamentum latum
 Difiksasi oleh:
- Lig. Suspensorium ovarii (Lig. Infudibulopelvicum), lig ini menggantungkan uterus pada
dinding panggul antara sudut tuba.
- Lig. Teres uteri ( Lig. Rotundum): Terdapat pada bagian atas lateral dari uterus, caudal dari
tuba, kedua lig ini melalui canalis inguinalis ke bagian cranial labium majus
- Ovarium melekat ke uterus oleh Lig. Ovarii proprium

3
- Melekat ke Lig. Latum oleh mesovarium
- Dilekatkan oleh mesosalphinx pada tuba uterine

Vaskularisasi: diperdarahi oleh A.ovarica (cabang aorta abdominalis), sedangkan venanya


muncul dari hilus ovarium sebagai pleksus pampiniformis, diteruskan ke V.Ovarica dextra lalu
ke V.Cava inferior (kecuali V.Ovarica sinistra yang terlebih dahulu bermuara ke V. Renalis
sinistra).
Aliran Limf: pembuluh limf ovarium mengikuti A. Ovarica dan mengalirkan limf ke nodi para
aortici, setinggi vertebra L1.

Inervasi: persarafan ovarium berasal dari plexus aorticus dan mengikuti perjalanan A. Ovarica.

LO.1.2 MIKROSKOPIS
a. Uterus
Dari segi histologi, uterus terdiri dari tiga lapisan:
1) Lapisan serosa atau peritoneum viseral yang terdiri dari sel mesotelial.
2) Lapisan muscular atau miometrium yang merupakan lapisan paling tebal di uterus dan terdiri
dari serat otot halus yang dipisahkan oleh kolagen dan serat elastik. Berkas otot polos ini
membentuk empat lapisan yang tidak berbatas tegas. Lapisan pertama dan keempat terutama
terdiri atas serat yang tersusun memanjang, yaitu sejajar dengan sumbu panjang organ. Lapisan
tengah mengandung pembuluh darah yang lebih besar.
3) Lapisan endometrium yang terdiri atas epitel dan lamina propia yang mengandung kelenjar
tubular simpleks. Sel-sel epitel pelapisnya merupakan gabungan selapis sel-sel silindris
sekretorus dan sel bersilia. Jaringan ikat lamina propia kaya akan fibroblas dan mengandung
banyak substansi dasar. Serat jaringan ikatnya terutana berasal dari kolagen tipe III. Lapisan
endometrium dapat dibagi menjadi dua zona:
a. Lapisan fungsional yang merupakan bagian tebal dari endometrium. Perubahan siklik dibagi
menjadi beberapa tahap:

http://www.ouhsc.edu/histology/Glass%20slides/19_01.jpg
http://www.ouhsc.edu/histology/Glass%20slides/20_01.jpg
http://www.ouhsc.edu/histology/Glass%20slides/96_01.jpg

4
- Proliferatif (atau folikular), dibawah pengaruh estrogen ovarium, stratum functionale semakin
tebal dan kelenjar uterus memanjang dan berjalan lurus di permukaan. A. Spiralis memanjang
berkelok-kelok.
- Sekretorik (atau luteal), dimulai setelah folikel matur. Perubahan pada endometrium
disebabkan oleh pengaruh estrogen dan progesteron yang disekresi oleh korpus luteum
fungsional, akibatnya stratum functionale dan stratum basale endometrium menjadi lebih tebal
karena bertambahnya sekresi kelenjar dan edema lamina propria, epitel kelenjar uterus
mengalami hipertrofi akibat adanya akumulasi sekretorik yang kaya karbohidrat. A. Spiralis
terus berjalan ke bagian atas endometrium dan tampak jelas karena dindingnya tebal. Selama
fase sekretori, stratum functionale endometrium ditandai oleh perubahan epitel permukaan
silindris, kelenjar uterus dan lamina propria. Stratum basale menunjukkan perubahan minimal.
- Menstruasi, endometrium di stratum functionale mengalami degenerasi dan terlepas.
Endometrium yang terlepas mengandung kepingan-kepingan stroma yang hancur, bekuan
darah, dan kelenjar uterus beserta produknya. Stratum basal endometrium tetap tidak
terpengaruh selama fase ini. Bagian distal A. Spiralis mengalami nekrosis, sedangkan bagian
arteri yang lebih dalam tetap utuh.

b. Lapisan basal yang paling dalam dan berdekatan dengan miometrium. Lapisan ini mengandung
lamina propia dan bagian awal kelenjar uterus. Lapisan ini berperan sebagai bahan regenerasi
dari lapisan fungsional dan akan tetap bertahan pada fase menstruasi. Endometrium adalah
jaringan yang sangat dinamis pada wanita usia reproduksi. Perubahan pada endometrium terus
menerus terjadi sehubungan dengan respon terhadap perubahan hormon, stromal, dan vaskular
dengan tujuan akhir agar nantinya uterus sudah siap saat terjadi pertumbuhan embrio pada
kehamilan. Stimulasi estrogen dikaitkan erat dengan pertumbuhan dan proliferasi
endometrium, sedangkan progesteron diproduksi oleh korpus luteum setelah ovulasi
menghambat proliferasi dan menstimulasi sekresi di kelenjar dan juga perubahan predesidual
di stroma.

Tuba falopii terdiri atas 4 segmen yaitu bagian Intramural (Pars Interstitial), Istmus, Ampula,
Infundibulum . Jari2/jumbai melebar ke arah ovarium disebut fimbriae. Secara histologi,
dinding tuba uterina terdiri dari 3 lapisan: tunika mukosa, tunika muskularis, tunika serosa.

(Junqueira, L. C. and Carneiro, J., 2007. Histologi dasar. 10th ed. Jakarta: EGC.)

b. Ovarium
Permukaan ovarium ditutupi oleh epitel selapis gepeng atau kuboid, yakni epitel germinal. Di
bawah lapis epitel germinal terdapat sebuah lapisan jaringan ikat padat yang tidak berbatas jelas
membentuk tunika albuginea. Jaringan korteks ovarium berada di bawah tunika albuginea. Di
sini terdapat sejumlah besar folikel ovarium sedang berkembang pada fase yang berbeda-beda.

Sebuah folikel ovarium terdiri atas sebuah oosit yang dikelilingi oleh satu atau lebih lapisan sel
folikel. Folikel dibagi ke dalam tiga fase perkembangan, yaitu folikel primordial, folikel
berkembang, dan folikel de Graaf atau matang.

Folikel primordial paling banyak dijumpai saat sebelum kelahiran. Terdiri atas sebuah oosit
primer dengan inti dan anak inti besar yang dibungkus oleh selapis sel folikel gepeng.
Sementara folikel berkembang, stroma ovarium yang mengelilingi folikel akan berdeferensiasi
menjadi teka interna dan teka eksterna. Teka interna kaya akan vaskular dan teka eksterna
terutama terdiri atas jaringan ikat. Tidak ada pembuluh darah dalam lapisan granulosa.

5
Sewaktu folikel berkembang pula, terbentuk ruang-ruang kecil di antara sel folikel yang berisi
cairan folikel. Folikel ini disebut folikel sekunder. Kemudian ruang-ruang ini menyatu dan
akhirnya hanya membentuk satu ruang besar yang disebut antrum. Sel-sel dari lapisan
granulosa berkumpul pada satu bagian dinding folikel, membentuk bukit kecil sel-sel,
yaitu kumulus ooforus, yang mengandung oosit. Kumulus ooforus ini menonjol kedalam
antrum. Oosit tidak akan bertumbuh lagi dan dilapisi oleh sel granulosa tipis yang disebut
korona radiata. Folikel ini kini benama folikel de Graaf atau matang.

Proses ovulasi terdiri atas pecahnya folikel matang dan pelepasan ovum. Ovum bersama zona
pelucida, sel-sel yang meliputinya, dan beberapa cairan antrum meninggalkan ovarium dan
masuk ke dalam tuba uterina. Setelah ovulasi, sel granulosa dan sel-sel dari teka interna
yang menetap dalam ovarium membentuk kelenjar endokrin sementara yang disebut korpus
luteum yang mensekresikan progesteron dan estrogen.

Struktur ovarium terdiri dari:


a) Korteks di bagian luar, terdiri dari:
- Stroma padat, mengandung folikel ovarium. Stroma berbentuk jala retikulin dengan sel bentuk
gelendong.
- Sebelum pubertas hanya tdpt folikel primitif atau primer.
- Kematangan seks: adanya folikel yang berkembang dan hasil akhirnya berupa korpus luteum,
folikel atretis.
- Saat menopause folikel menghilang dan korteks jadi tipis dan terdiri dari jaringan ikat fibrosa
b) Medula dibagian dalam,tdd:
- Jaringan ikat fibroelastis berisi pembuluh darah besar, limf dan saraf.

c. Korpus Luteum
Bila tidak tjd fertilisasi maka korpus luteum hanya bertahan 10-14 hari dan berdegenerasi
disebut korpus luteum menstruasi. Bila terjadi fertilisasi, plasenta menghasilkan HCG dan
menstimulasi korpus luteum untuk bertahan selama ± 6 bulan dan akan menurun tapi tidak
hilang dan masih mensekresi progesteron sampai akhir kehamilan disebut korpus luteum
pregnans.

http://legacy.owensboro.kctcs.edu/gcaplan/anat2/histology/a%20ovary%203.jpg
https://secure.health.utas.edu.au/intranet/cds/cam202/Images/98-9824x200a.jpg

LI.2. MEMAHAMI DAN MENJELASKAN FISIOLOGI MENSTRUASI


PEMBENTUKAN OOSIT PRIMER DAN FOLIKEL PRIMER
Selama bagian terakhir kehidupan janin, oogonia memulai tahap-tahap awal pembelahan
meiotik pertama tetapi tidak menuntaskannya. Oogonia tersebut, yang kini dikenal sebagai

6
oosit primer, mengandung jumlah diploid 46 kromosom replikasi, yang dikumpulkan ke dalam
pasangan- pasangan homolog tetapi tidak memisah. Oosit primer tetap berada dalam keadaan
meiotic arrest ini selama bertahun- tahun sampai sel ini dipersiapkan untuk ovulasi.
Sebelum lahir, setiap oosit primer dikelilingi oleh satu lapisan sel granulosa. Bersama-sama,
satu oosit dan sel-sel granulosa di sekitarnya membentuk folikel primer. Oosit yang tidak
membentuk folikel kemudian mengalami kerusakan melalui proses apoptosis. Saat lahir hanya
sekitar 2 juta folikel primer yang tersisa, masing- masing mengandung satu oosit primer yang
mampu menghasilkan satu ovum
Sekali terbentuk, folikel ditakdirkan mengalami satu dari dua nasib: mencapai kematangan dan
berovulasi, atau ber- degenerasi untuk membentuk jaringan parut, suatu proses yang dikenal
sebagai atresia.
Sampai masa pubertas, semua folikel yang mulai berkembang mengalami atresia pada tahap-
tahap awal tanpa pernah berovulasi. Bahkan selama beberapa tahun pertama pubertas, banyak
dari siklus bersifat anovulatorik (yaitu tanpa pembebasan ovum).
PEMBENTUKAN OOSIT SEKUNDER DAN FOLIKEL SEKUNDER
Pembentukan folikel sekunder ditandai oleh pertumbuhan oosit primer dan oleh ekspansi serta
diferensiasi lapisan-lapisan sel sekitar
Tepat sebelum ovulasi, oosit primer, yang nukleusnya mengalami meiotic arrest (penghentian
proses meiosis) selama bertahun-tahun, menyelesaikan pembelahan meiotik pertamanya.
Pembelahan ini menghasilkan dua sel anak, masing- masing menerima set haploid 23
kromosom ganda, analog dengan pembentukan spermatosit sekunder (Gambar 20-13).

PEMBENTUKAN OVUM MATANG


Masuknya sperma ke dalam oosit sekunder dibutuhkan untuk memicu pembelahan meiotik
kedua. Oosit sekunder yang tidak dibuahi tidak pernah menyelesaikan pembelahan final ini.
Selama pembelahan ini, separuh set kromosom bersama dengan sedikit sitoplasma dikeluarkan
sebagai badan polar kedua. Separuh set lainnya (23 kromosom tak berpasangan) tetap tertinggal
dalam apa yang sekarang dinamai ovum matang.

7
CATATAN KLINIS. Semakin tuanya usia ovum yang dibebaskan oleh wanita pada usia akhir
30-an dan 40-an diperkirakan berperan menyebabkan peningkatan insidens kelainan genetik,
misalnya sindrom Down, pada anak yang lahir dari ibu dalam kisaran usia tersebut.
Siklus ovarium terdiri dari fase folikular dan luteal yang bergantian.
Setelah pubertas dimulai, ovarium secara terus-menerus mengalami dua fase secara bergantian:
fase folikular, yang didominasi oleh keberadaan folikel matang; dan fase luteal, yang ditandai
oleh adanya korpus luteum. Folikel bekerja pada paruh pertama siklus untuk menghasilkan telur
matang yang siap untuk berovulasi pada pertengahan siklus. Korpus luteum mengambil alih
selama paruh terakhir siklus untuk mempersiapkan saluran reproduksi wanita untuk kehamilan
jika terjadi pembuahan telur yang dibebaskan tersebut
Fase folikular ditandai oleh pembentukan folikel matang.
Setiap saat selama siklus, sebagian dari folikel-folikel primer mulai berkembang. Namun,
hanya folikel yang melakukan- nya selama fase folikular, saat lingkungan hormonal tepat untuk
mendorong pematang nnya, yang berlanjut melewati tahap-tahap awal perkembangan. Folikel
yang lain, karena tidak mendapat bantuan hormon, mengalami atresia.
PROLIFERASI SEL GRANULOSA DAN PEMBENTUKAN ZONA PELUSIDA
Satu lapisan sel granulosa pada folikel primer berproliferasi untuk membentuk beberapa lapisan
yang mengelilingi oosit. Sel-sel granulosa ini mengeluarkan “kulit” kental mirip gel yang
membungkus oosit dan memisahkannya dari sel granulosa sekitar. Membran penyekat ini
dikenal sebagai zona pelusida.
PROLIFERASI SEL TEKA; SEKRESI ESTROGEN
Pada saat yang sama ketika oosit sedang membesar dan sel- sel granulosa berproliferasi, sel-
sel jaringan ikat ovarium khusus yang berkontak dengan sel granulosa berproliferasi dan
berdiferensiasi membentuk suatu lapisan luat sel teka. Sel teka dan sel granulosa, yang secara
kolektif dinamai sel folikel, berfungsi sebagai satu kesaruan untuk mengeluarkan estrogen. Dari
tiga estrogen yang penting secara faali-estra- diol, estron, dan estriol-estradiol adalah estrogen
ovarium utama.
PEMBENTUKAN ANTRUM
Lingkungan hormon pada fase folikular mendorong terjadinya pembesaran dan pengembangan
kemampuan sekresi sel- sel folikel, mengubah folikel primer menjadi folikel sekunder, atau
folikel antrum, yang mampu mengeluarkan estrogen. Selama tahap perkembangan folikel ini,
terbentuk suatu rongga berisi cairan, antrum, di bagian tengah sel-sel granulosa (Gambar 20-
l4a dan 20-15). Sebagian dari pertumbuhan folikel ini disebabkan oleh proliferasi berkelanjutan
sel granulosa dan sel teka, tetapi sebagian besar disebabkan oleh pembesaran dramatik antrum.
Seiring dengan tumbuhnya folikel, produksi estrogen juga meningkat.
PEMBENTUKAN FOLIKEL MATANG
Salah satu folikel biasanya tumbuh lebih cepat daripada yang lain, berkembang menjadi folikel
matang (praovulasi, tersier, atau Graffl dalam waktu sekitar 14 hari setelah dimulainya
pembentukan folikel)
OVULASI
Folikel matang yang telah sangat membesar ini menonjol dari permukaan ovarium,
menciptakan suatu daerah tipis yang kemudian pecah untuk membebaskan oosit saat ovulasi.
Tepat sebelum ovulasi, oosit menyelesaikan pembelahan meiotik pertamanya. Ovum (oosit
sekunder), masih dikeli lingi oleh zona pelusida yang lekat dan sel-sel granulosa (kini dinamai
korona radiata, yang berarti "mahkota memancar"), tersapu keluar folikel yang pecah ke dalam
rongga abdomen oleh cairan antrum yang bocor (Gambar 20-14b). Ovum yang dibebaskan ini
cepat tertarik ke dalam tuba uterina, tempat fertilisasi dapat terjadi. Pecahnya folikel saat
ovulasi menandakan berakhirnya fase folikular dan dimulainva fase luteal.
Fase luteal ditandai oleh keberadaan korpus luteum.
Pembentukan korpus luteum: sekresi estrogen dan progesteron

8
Folikel yang pecah yang rertinggal di ovarium setelah mengeluarkan ovum segera mengalami
perubahan. Sel-sel granulosa dan sel teka yang tertinggal di sisa folikel mula-mula kolaps ke
dalam ruang antrum yang kosong dan telah terisi sebagian oleh bekuan darah.
Sel-sel folikel lama ini segera mengalami transformasi struktural drastis untuk membentuk
korpus luteum, suatu proses yang dinamai luteinisasi (Gambar 20-l4c dan e). Korpus luteum
mengalami vaskularisasi hebat seiring dengan masuknya pembuluh-pembuluh darah dari
daerah teka ke daerah granulosa yang mengalami luteinisasi. Perubahan-perubahan ini sesuai
untuk fungsi korpus luteum: mengeluarkan banyak progesteron dan sedikit estrogen ke dalam
darah, Sekresi esrrogen pada fase folikular diikuti oleh sekresi progesteron pada fase luteal
penring untuk mempersiapkan uterus untuk implantasi ovum yang dibuahi
DEGENERASI KORPUS LUTEUM
Jika ovum yang dibebaskan tidak dibuahi dan ddak terjadi impiantasi maka korpus luteum akan
berdegenerasi dalam waktu sekitar 14 hari setelah pembentukannya (Gambar 20- 14d). Sel-sel
luteal berdegenerasi dan difagositosis, vaskularisasi berkurang, dan jaringan ikat segera masuk
untuk mem- bentuk massa jaringan fibrosa yang dikenal sebagai korpus albikans ("badan
putih”).
KORPUS LUTEUM KEHAMILAN
Jika pembuahan dan implantasi terjadi maka korpus luteum terus tumbuh serta meningkatkan
produksi progesteron dan estrogennya.

9
Siklus ovarium diatur oleh interaksi hormon yang kompleks.
Ovarium memiliki dua unit endokrin yang berkaitan: folikel penghasil esffogen selama paruh
pertama siklus dan korpus luteum, yang menghasilkan progesteron dan estrogen selama paruh
terakhir siklus. Seperti pada pria, fungsi gonad pada wanita dikontrol secara langsung oleh
hormon-hormon gonadotropik hipofisis anterior, yaitu follicle stimulating hormone (FSH) dan
luteinizing hormone (LH). Kedua hormon ini, sebaliknya, diatur oleh gonadotropin-releasing
hormone (GnRH) hipotalamus serta efek umpan balik hormon-hormon gonad. Namun, tidak
seperti pada pria, kontrol gonad wanita diperumit oleh sifat fungsi ovarium yang siklik. Sebagai
conroh, efek FSH dan LH pada ovarium bergantung pada stadium sildus ova- rium. Selain itu,
estrogen menimbulkan efek umpan balik negatif selama paruh tertentu siklus dan efek umpan
balik positif pada paruh siklus lainnya, bergantung pada konsen- trasi estrogen. Juga berbeda
dari pria, FSH tidak semata- mata bertanggung jawab untuk gametogenesis, demikian juga LH
tidak hanya menentukan sekresi hormon gonad
KONTROL FUNGSI FOLIKEL
Kita mulai dengan fase folikular siklus ovarium (1). Diperlukan dukungan hormon untuk pem-
bentukan antrum, perkembangan folikel, dan sekresi estrogen (3). Estrogen, FSH (4), dan LH
(5) semuanya dibutuhkan. Pembentukan antrum diinduksi oleh FSH. Baik FSH maupun

10
estrogen merangsang proliferasi sel-sel granulosa. FSH dan LH diperlukan untuk sintesis dan
sekresi estrogen oleh folikel, tetapi kedua hormon ini bekerja pada sel yang berbeda dan pada
tahap yang berbeda dalam jalur pembentukan estrogen (Gambar 20-17). Sel-sel teka cepat
menghasilkan androgen tetapi kurang kemampuannya untuk mengubah androgen ini menjadi
estrogen. Sel granulosa, sebaliknya mengandung enzim aromarase sehingga dapat dengan
mudah mengubah androgen menjadi estrogen, tetapi sel ini tidak dapat membentuk androgen.
LH bekerja pada sel teka untuk merangsang produksi androgen, sementara FSH bekerja pada
sel granulosa untuk meningkatkan konversi androgen teka (yang berdifusi ke dalam sel
granulosa dari sel teka) menjadi estrogen. Karena basal FSH yang rendah (6) sudah memadai
untuk mendorong konversi akhir menjadi estrogen ini, maka laju sekresi estrogen oleh folikel
terutama bergantung pada kadar LH dalam darah, yang terus meningkat selama fase folikular
(7). Selain itu, seiring dengan semakin tumbuhnya folikel, lebih banyak estrogen diproduksi
karena sel folikel penghasil estrogen bertambah.
Sebagian dari estrogen yang dihasilkan oleh folikel yang sedang tumbuh dikeluarkan ke dalam
darah dan merupakan penyebab terus meningkatnya kadar estrogen plasma selama fase
folikular. Estrogen sisanya tetap berada di dalam folikel, ikut membentuk cairan antrum dan
merangsang proliferasi lebih lanjut sel granulosa
Estrogen yang dikeluarkan, selain bekerja pada jaringan spesifik seks misalnya uterus,
menghambat hipotalamus dan hipofisis anterior secara umpan balik negatif (Gambar 20- 18).
Kadar estrogen yang meningkat sedang dan menandai fase folikular bekerja secara langsung
pada hipotalamus untuk menghambat sekresi GnRH sehingga pelepasan FSH dan LH dari
hipofisis anterior yang dipicu oleh GnRH tertekan. Namun, efek primer estrogen adalah
langsung pada hipofisis itu sendiri. Estrogen menurunkan kepekaan sel yang menhasilkan
hormone-hormon gonadotropik, khususnya sel penghasil FSH, terhadap GnRH. Faktor
penunjang lain yang menyebabkan turunnya FSH selama fase folikular adalah sekresi inhibin
oleh sel-sel folikel. Inhibin terutama menghambat sekresi FSH dengan bekerja pada sel
hipofisis anterior seperti yang terjadi pada pria. Penurunan sekresi FSH menyebabkan atresia
semua folikel yang sedang berkembang kecuali satu yang paling matang.
Berbeda dari FSH, sekresi LH terus meningkat perlahan selama fase folikular 7 meskipun
terdapat inhibisi sekresi GnRH (dan karenanya, secara tak langsung terhadap LH). Hal yang
tampaknya paradoks ini disebabkan oleh kenyataan bahwa estrogen saja tidak dapat secara
penuh menekan sekresi LH tonik (kadar rendah, terus-menerus); untuk menghambat secara
total sekresi tonik LLH maka diperlukan baik estrogen maupun progesterone.
KONTROL OVULASI
Ovulasi dan selanjutnya luteinisasi folikel yang pecah dipicu
oleh peningkatan sekresi LH
yang mendadak dan besar (9). Lonjakan LH ini menyebabkan empat perubahan besar dalam
folikel:
1. Hal ini menghentikan sintesis estrogen oleh sel folikel (11)
2. Hal ini memulai kembali meiosis di oosit folikel yang sedang berkembang, tampaknya dengan
menghambat pelepasan suatu oocyte maturation inhibiting substance yang dihasilkan oleh sel
granulosa. Bahan ini dipercayai berperan menghentikan meiosis di oosit primer setelah oosit
ini terbungkus oleh sel-sel granulosa di ovarium janin
3. Hal ini memicu pembentukan prostaglandin kerja lokal, yang memicu ovulasi dengan
mendorong perubahan vaskular yang menyebabkan pembengkakan cepat foli- kel sembari
menginduksi digesti enzimatik dinding folikel. Bersama-sama, berbagai efek ini menyebabkan
pecahnya dinding yang menutupi tonjolan folikel (10)
4. Hal ini menyebabkan diferensiasi sel folikel menjadi sel luteal. Karena lonjakan LH memicu
ovulasi dan lutei- nisasi, maka pembentukan korpus luteum secara oto- matis mengikuti ovulasi
(12). Karena itu, lonjakan sekresi LH di pertengahan siklus merupakan titik dramatik dalam

11
siklus; hal ini mengakhiri fase folikular dan memulai fase luteal (15).
Dua cara sekresi LH yang berbeda sekresi tonik LH (7) yang menyebabkan sekresi hormon
ovarium dan lonjakan LH (9) yang menyebabkan ovulasi-tidak saja terjadi dalam waktu yang
berbeda dan menghasilkan efek berbeda pada ovarium tetapi juga dikontrol oleh mekanisme
yang berbeda. Sekresi tonik LH ditekan secara parsial (7) oleh efek inhibitorik kadar sedang
estrogen (3) selama fase folikular dan ditekan total (17) oleh peningkatan kadar progesteron
selama fase luteal (13). Karena sekresi tonik LH merangsang sekresi estrogen dan progesteron
maka hal ini merupakan sistem kontrol umpan balik negatif yang tipikal.
Sebaliknya, lonjakan LH dipicu oleh efeh umpan balih positif. Sementara kadar estrogen yang
meningkat dan moderat pada awal fase folikular menghambat sekresi LH, kadar estrogen yang
tinggi selama puncak sekresi estrogen pada akhir fase folikular merangsang sekresi LH dan
memulai lonjakan LH (Gambar 20-19). Karena itu, LH meningkatkan produksi estrogen oleh
folikel, dan konsentrasi estrogen yang memuncak merangsang sekresi LH. Konsentrasi
estrogen dalam plasma yang ringgi bekerja langsung pada hipotalamus untuk meningkatkan
GnRH sehingga sekresi LH dan FSH meningkat. Hal ini juga secara langsung bekerja pada
hipofisis anterior untuk secara spesifik meningkatkan kepekaan sel penghasil LH terhadap
GnRH. Efek yang terakhir ini berperan dalam Ionjakan sekresi LH yangjauh lebih besar
daripada peningkatan sekresi FSH pada pertengahan siklus (9). Sekresi inhibin yang berlanjut
oieh sel folikel juga cenderung iebih menghambat sel penghasil FSH, menahan kadar FSH
untuk tidak naik setinggi kadar LH.

KONTROL KORPUS LUTEUM


LH “memelihara” korpus luteum; yaitu, setelah memicu pembentukan korpus lureum, LH
merangsang sekresi berkelanjutan hormon steroid oleh struktur ovarium ini. Dibawah pengaruh

12
LH, korpus luteum mengeluarkan progesterone (13) dan estrogen (14), dengan progesteron
merupakan produk hormon yang paling banyak. Kadar progesterone plasma meningkat untuk
perrama kali selama fase luteal.
Pada pertengahan siklus terjadi penurunan sesaat kadar estrogen darah (11) karena folikel
penghasil estrogen mati saat ovulasi. Kadar estrogen kembali naik selama fase luteal kareana
aktivitas korpus luteum, meskipun tidak mencapai kadar yang sama ketika fase folikular . Apa
yang mencegah kadar estrogen yang lumayan tinggi selama fase luteal ini me- micu lonjakan
LH lain? Progesteron. Meskipun estrogen kadar tinggi merangsang sekresi LH namun
progesteron' yang mendominasi fase luteal, dengan kuat menghambat sekresi LH serta sekresi
FSH (17) (16) (Gambar 20-20). Inhibisi FSH dan LH oleh progesteron mencegah pematangan
folikel baru dan ovulasi selama fase luteal. Di bawah pengaruh progesteron, sistem reproduksi
dipersiapkan untuk menunjang ovum yang baru saja dibebaskan, seandainya ovum tersebut
dibuahi, dan bukan mempersiapkan pelepasan ovum lain. Tidak ada inhibin yang disekresikan
selama fase luteal.
Menurunnya kadar LH (17), yang didorong oieh efek inhibitorik progesterone jelas berperan
dalam degenerasi korpus luteum. Prostaglandin dan estrogen yang dikeluarkan oleh sel luteal
itu sendiri juga mungkin berperan. Matinya korpus luteum mengakhiri fase luteal dan
menyiapkan tahap baru untuk fase folikular berikutnya. Sewaktu korpus luteum berdegenerasi,
kadar progesteron (19) dan estrogen (20) plasma turun cepat) karena kedua hormon ini tidak
lagi diproduksi. Hiilangnya efek inhibisi kedua hormon ini pada hipotalamus memungkinkan
sekresi FSH (21) dan sekresi LH tonik (22) kembali meningkat moderat. Di bawah pengaruh
hormon-hormon gonadotropik ini, kelompok baru folikel primer kembali diinduksi untuk
matang seiring dengan dimulainya fase folikular baru.

13
PENGARUH ESTROGEN DAN PROGESTERON PADA UTERUS
Uterus terdiri dari dua lapisan utama: miometrium, lapisan otot polos luar; dan endometrium,
lapisan dalam yang mengandung banyak pembuluh darah dan kelenjar. Estrogen merangsang
pertumbuhan miometrium dan endometrium. Hormon ini juga menginduksi sintesis resepror
progesteron di endometrium. Karena itu, progesteron dapat berefek pada endometrium hanya
setelah endometrium "dipersiapkan' oleh estrogen. Progesteron bekerja pada endometrium
yang telah dipersiapkan oleh estrogen untuk mengubahnya menjadi lapisan yang ramah dan
menunjang pertumbuhan ovum yang dibuahi. Di bawah pengaruh progesreron, jaringan ikat
endo- metrium menjadi longgar dan edematosa akibat akumulasi elektrolit dan ait memfasilitasi
implantasi ovum yang dibuahi. Progesteron menyiapkan endometrium lebih lanjut untuk me-
nampung mudigah dengan mendorong kelenjar endometrium mengeluarkan dan menyimpan
glikogen dalam jumlah besar serta merangsang pertumbuhan besar-besaran pembuluh da- rah
endometrium. Progesteron juga mengurangi kontraktilitas uterus agar tercipta iingkungan yang
renang untuk implantasi dan pertumbuhan mudigah.
Siklus haid terdiri dari tiga fase: fase haid, fase proliferative, dan fase sekretorik atau
progestasional.
Fase Haid
Fase haid adalah fase yang paling jelas, ditandai oleh pengeluaran darah dan sisa endometrium
dari vagina
Sewaktu korpus luteum berdegenerasi karena tidak terjadi fertilisasi dan implantasi ovum yang
dibebaskan selama siklus sebelumnya, kadar progesteron dan estrogen darah turun tajam.
Karena efek akhir progesterone dan estrogen adalah mempersiapkan endometrium untuk
implantasi ovum yang dibuahi maka terhentinya sekresi kedua hormon ini menyebabkan
lapisan dalam uterus yang kaya vascular dan nutrient ini kehilangan hormone-hormon
penunjangnya.
Turunnya kadar hormon ovarium juga merangsang pembebasan suatu prostaglandin uterus
yang menyebabkan vasokontriksi pembuluh-pembuluh endometrium, menghambat aliran
darah ke endometrium. Penurunan penyaluran O2 yang terjadi kemudian menyebabkan
kematian endo- metrium, termasuk pembuluh darahnya. Perdarahan yang terjadi melalui
kerusakan pembuluh darah ini membilas jaringan endometrium yang mati ke dalam lumen

14
uterus. Sebagian besar lapisan dalam uterus terlepas selama haid kecuali sebuah lapisan dalam
yang tipis berupa sel epitel dan kelenjar, yang menjadi asal regenerasi endometrium.
Prostaglandin uterus yang sama juga merangsang kontraksi ritmik ringan miometrium uterus.
Kontraksi ini membantu mengeluarkan darah dan sisa endometrium dari rongga uterus keluar
melalui vagina sebagai darah haid. Kontraksi uterus yang terlalu kuat akibat produksi
berlebihan prostaglandin menyebabkan kram haid (dismenore) yang dialami oleh sebagian
wanita.
Haid biasanya berlangsung selama lima sampai tujuh hari setelah degenerasi korpus luteum,
bersamaan dengan bagian awal fase folikular ovarium (23). Penghentian efek progesteron dan
estrogen (19),(20) akibat degenerasi korpus luteum menyebabkan terkelupasnya endometrium
(haid) 23 dan terbentuknya folikel-folikel baru di ovarium di bawah pengaruh hormon
gonadotropik (21), (22) yang kadarnya meningkat. Turunnya sekresi hormon gonad
menghilangkan pengaruh inhibitorik dari hipotalamus dan hipofisis anrerior sehingga sekresi
FSH dan LH meningkai dan fase folikular baru dapat dimulai.
FASE PROLIFERATIF
Kemudian, darah haid berhenti, dan fase prolitFeratif siklus uterus dimulai bersamaan dengan
bagian terakhir fase folikular ovarium ketika endometrium mulai memperbaiki diri dan
berproliferasi (24) di bawah pengaruh estrogen dari folikel-folikel yang baru berkembang.
FASE SEKRETORIK ATAU PROGESTASIONAL
Setelah ovulasi, ketika terbentuk korpus luteum baru,(12), uterus masuk ke fase sekretorik, arau
progestasional, yang bersarnaan waktunya dengan fase luteal ovarium ( 25), (15). Korpus
luteum mengeluarkan sejumlah besar progesteron (13) dan estrogen. Progesteron mengubah
endometrium tebal yang telah dipersiapkan estrogen menjadi jaringan kaya vaskular dan
glikogen. Periode ini disebut fase sekretorik, karena kelenjar endometrium aktif mengeluarkan
glikogen, atau fase progestasional ("sebelum kehamilan'), merujuk kepada lapisan subur
endometrium yang mampu menopang kehidupan mudigah.

15
LI.3. MEMAHAMI DAN MENJELASKAN KELAINAN HAID

16
LO.3.1 DEFINISI

Ritmus abnormal seperti:


- Polimenorea - haid terlalu sering, interval < 21 hari
- Oligomenore - haid terlalu jarang, interval > 31 hari
- Amenorea - tidak haid
- Perdarahan tidak teratur, interval datangnya haid tidak tentu
- Perdarahan pertengahan siklus dalam bentuk spotting
a. Jumlah atau banyaknya darah (normal ganti pembalut 2-5x/hari)
- Hipermenorea - darah haid terlalu banyak, ganti pembalut >6 pembalut/hari dimana setiap
pembalut basah seluruhnya.
- Hipomenorea - darah haid terlalu sedikit, ganti pembalut < pembalut/hari
- Spotting
b. Lamanya perdarahan (normal 2 -5 hari)
- Menoragia - lamanya lebih dari 6 hari
- Brakhimenorea - lamanya < 2 hari
- Perdarahan sebelum dan sesudah haid
- Premenstrual spotting dan postmenstrual spotting

1. Kelainan dalam banyaknya darah dan lamanya perdarahan pada haid : Hipermenorea atau
menoragia dan Hipomenorea
2. Kelainan siklus : Polimenorea; Oligomenorea; Amenorea
3. Perdarahan di luar haid : Metroragia
4. Gangguan lain yang ada hubungan dengan haid : Pre menstrual tension (ketegangan pra haid);
Mastodinia; Mittelschmerz (rasa nyeri pada ovulasi) dan Dismenorea

1. Kelainan Dalam Banyaknya Darah Dan Lamanya Perdarahan Pada Haid


- Hipermenorea atau Menoragia
Definisi: Perdarahan haid lebih banyak dari normal atau lebih lama dari normal (lebih dari 8
hari), kadang disertai dengan bekuan darah sewaktu menstruasi.
Sebab-sebab

17
o Hipoplasia uteri, dapat mengakibatkan amenorea, hipomenorea, menoragia. Terapi :
uterotonika
o Asthenia, terjadi karena tonus otot kurang. Terapi : uterotonika, roborantia.
o Myoma uteri, disebabkan oleh : kontraksi otot rahim kurang, cavum uteri luas,
bendunganpembuluh darah balik.
o Hipertensi
o Dekompensio cordis
o Infeksi, misalnya : endometritis, salpingitis.
o Retofleksi uteri, dikarenakan bendungan pembuluh darah balik.
o Penyakit darah, misalnya Werlhoff, hemofili

- Hipomenorea
Definisi: perdarahan haid yang lebih pendek dan atau lebih kurang dari biasa.
Sebab-sebab Hipomenorea disebabkan oleh karena kesuburan endometrium kurang akibat dari
kurang gizi,penyakit menahun maupun gangguan hormonal.
Tindakan Merujuk ke fasilitas yang lebih tinggi dan lengkap.

2. Kelainan Siklus
- Polimenorea atau Epimenoragia
Definisi: siklus haid yang lebih memendek dari biasa yaitu kurang 21 hari, sedangkan
jumlahperdarahan relatif sama atau lebih banyak dari biasa.
Sebab-sebab Polimenorea merupakan gangguan hormonal dengan umur korpus luteum
memendek sehinggasiklus menstruasi juga lebih pendek atau bisa disebabkan akibat stadium
proliferasi pendek atau stadium sekresi pendek atau karena keduanya.
Terapi Stadium proliferasi dapat diperpanjang dengan hormon estrogen dan stadium sekresi
menggunakan hormon kombinasi estrogen dan progesteron.

- Oligomenorea
Definisi: siklus menstruasi memanjang lebih dari 35 hari, sedangkan jumlah perdarahan tetap
sama.
Sebab-sebab Perpanjangan stadium folikuller; perpanjangan stadium luteal; kedua stadium
menjadi panjang; pengaruh psikis; pengaruh penyakit: TBC
Terapi Oligomenorea yang disebabkan ovulatoar tidak memerlukan terapi, sedangkan bila
mendekatiamenorea diusahakan dengan ovulasi.

- Amenorea
Definisi: keadaan tidak datang haid selama 3 bulan berturut-turut. Klasifikasi:
o Amenorea Primer, apabila belum pernah datang haid sampai umur 18 tahun.
o Amenorea Sekunder, apabila berhenti haid setelah menarche atau pernah mengalami haidtetapi
berhenti berturut-turut selama 3 bulan.
Sebab-sebab Fisiologis; terjadi sebelum pubertas, dalam kehamilan, dalam masa laktasi
maupun dalam masa menopause; gangguan pada aksis hipotalamus-hipofisis ovarium ;
kelainan kongenital ; gangguan sistem hormonal; penyakit-penyakit lain; ketidakstabilan
emosi; kurang zat makanan yang mempunyai nilai gizi lebih.
Amenore didiagnosa pada perempuan yang tidak menstruasi :
1. sampai usia 13 tahun dan belum menunjukkan tanda – tanda pubertas
2. sampai usia 15 tahun walaupun sudah menunjukkan tanda pubertas lain
3. sudah menstruasi,tetapi tidak menstruasi lagi selama interval 3 siklus atau lebih atau selama 6
bulan
Amenorea primer merupakan suatu keadaan dimana tidak terjadi menstruasi pada wanita yang
berusia 16 tahun ke atas dengan karaktersitik seksual sekunder normal, atau umur 14 tahun ke

18
atas tanpa adanya perkembangan karakteristik seksual sekunder. Amenorea primer terjadi pada
0.1 – 2.5% wanita usia reproduksi.
Amenorea sekunderAmenorea sekunder adalah hilangnya menstruasi setelah menarche.
Yaitutidak terjadinya menstruasi selama lebih dari 6 bulan pada wanita yangbiasanya mendapat
siklus menstruasi teratur atau bisa sampai 12 bulanpada wanita yang biasanya mengalami
oligomenorrhoea. Angka kejadianberkisar antara 1 – 5%.
Terapi, tergantung dengan etiologinya. Secara umum dapat diberikanhormon-hormon yang
merangsang ovulasi, iradiasi dari ovarium dan pengembalian keadaan umum,
menyeimbangkan antara kerja-rekreasi dan istirahat.

3. Perdarahan di luar haid


- Metroragia
Definisi: perdarahan yang tidak teratur dan tidak ada hubungannya dengan haid. Klasifikasi
a. Metroragia oleh karena adanya kehamilan; seperti abortus, kehamilan ektopik.
b. Metroragia diluar kehamilan.
Sebab-sebab
1)Metroragia diluar kehamilan dapat disebabkan oleh luka yang tidak sembuh; carcinoma
corpusuteri, carcinoma cervicitis; peradangan dari haemorrhagis (seperti kolpitis
haemorrhagia,endometritis haemorrhagia); hormonal.
2)Perdarahan fungsional : a) Perdarahan Anovulatoar; disebabkan oleh psikis, neurogen,
hypofiser, ovarial (tumor atau ovarium yang polikistik) dan kelainan gizi, metabolik,
penyakitakut maupun kronis. b) Perdarahan Ovulatoar; akibat korpus luteum persisten,
kelainanpelepasan endometrium, hipertensi, kelainan darah dan penyakit akut ataupun kronis.
Terapi kuretase dan hormonal.

4. Gangguan Lain Yang Ada Hubungan Dengan Haid


- Pre Menstrual Tension (Ketegangan Pra Haid)
Ketegangan sebelum haid terjadi beberapa hari sebelum haid bahkan sampai menstruasi
berlangsung. Terjadi karena ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesterom menjelang
menstruasi. Pre menstrual tension terjadi pada umur 30-40 tahun.
Gejala klinik gelisah, susah tidur; perutkembung, mual muntah; payudara tegang dan sakit;
terkadang merasa tertekan.
Terapi Olahraga, perubahan diet (tanpa garam, kopi dan alkohol); mengurangi stress; konsumsi
antidepressan bila perlu; menekan fungsi ovulasi dengan kontrasepsi oral, progestin;
konsultasidengan tenaga ahli, KIEM untuk pemeriksaan lebih lanjut.

- Mastodinia atau Mastalgia


Definisi: rasa tegang pada payudara menjelang haid.
Sebab-sebab, Disebabkan oleh dominasi hormon estrogen, sehingga terjadi retensi air dan
garam yang disertai hiperemia didaerah payudara.

- Mittelschmerz (Rasa Nyeri pada Ovulasi)


Definisi: rasa sakit yang timbul pada wanita saat ovulasi, berlangsung beberapa jam sampai
beberapa hari di pertengahan siklus menstruasi. Hal ini terjadi karena pecahnya folikel Graff.
Lamanya bisa beberapa jam bahkan sampai 2-3 hari. Terkadang Mittelschmerz diikuti
olehperdarahan yang berasal dari proses ovulasi dengan gejala klinis seperti kehamilan ektopik
yang pecah.

- Dismenorea

19
Definisi Adalah nyeri sewaktu haid. Dismenorea terjadi pada 30-75 % wanita dan memerlukan
pengobatan.Etiologi dan patogenesis dari dismenore sampai sekarang belum jelas. Klasifikasi
:
1)Dismenorea Primer (dismenore sejati, intrinsik, esensial ataupun fungsional); adalah nyeri
haid yang terjadi sejak menarche dan tidak terdapat kelainan pada alat kandungan. Sebab :
psikis; (konstitusionil: anemia, kelelahan, TBC); (obstetric : cervic sempit, hyperanteflexio,
retroflexio); endokrin (peningkatan kadar prostalandin, hormon steroid seks, kadar vasopresin
tinggi). Etiologi : nyeri haid dari bagian perut menjalar ke daerah pinggang dan paha, terkadang
disertai dengan mual dan muntah, diare, sakit kepala dan emosi labil. Terapi : psikoterapi,
analgetika, hormonal.
2)Dismenorea Sekunder; terjadi pada wanita yang sebelumnya tidak mengalami dismenore.
Hal ini terjadi pada kasus infeksi, mioma submucosa, polip corpus uteri, endometriosis,
retroflexiouteri fixata, gynatresi, stenosis kanalis servikalis, adanya AKDR, tumor ovarium.
Terapi : causal (mencari dan menghilangkan penyebabnya).

LO.3.2 PATOFISIOLOGI
MENORHAGIA

Pada siklus ovulasi normal, hipotalamus mensekresi Gonadotropin releasing hormon (GnRH),
yang menstimulasi pituitary agar melepaskan Folicle-stimulating hormone (FSH). Hal ini pada
gilirannya menyebabkan folikel di ovarium tumbuh dan matur pada pertengahan siklus,
pelepasan leteinzing hormon (LH) dan FSH menghasilkan ovulasi. Perkembangan folikel
menghasilkan esterogen yang berfungsi menstimulasi endometrium agar berproliferasi. Setelah
ovum dilepaskan kadar FSH dan LH rendah. Folikel yang telah kehilangan ovum akan
berkembang menjadi korpus luteum, dan korpus luteum akan mensekresi progesteron.
Progesteron menyebabkan poliferasi endometrium untuk berdeferemnsiasi dan stabilisasi. 14
hari setelah ovulasi terjadilah menstruasi. Menstruasi berasal dari dari peluruhan endometrium
sebagai akibat dari penurunan kadar esterogen dan progesteron akibat involusi korpus luteum.

 Siklus anovulasi pada umumnya terjadi 2 tahun pertama setelah menstruasi awal yang
dikarenakan oleh HPO axis yang belum matang. Siklus anovulasi juga terjadi pada beberapa
kondisi patologis.
 Pada siklus anovulasi, perkembangan folikel terjadi dengan adanya stimulasi dari FSH, tetapi
dengan berkurangnya LH, maka ovulasi tidak terjadi. Hasilnya tidak ada korpus luteum yang
terbentuk dan tidak ada progesteron yang disekresi. Endometrium berplroliferasi dengan cepat,
ketika folikel tidak terbentuk produksi esterogen menurun dan mengakibatkan perdarahan.
Kebanyakan siklus anovulasi berlangsung dengan pendarahan yang normal, namun
ketidakstabilan poliferasi endometrium yang berlangsung tidak mengakibatkan pendarahan
hebat.

AMENOREA
Siklus haid marupakan proses ritmik yang terjadi antara hipotalamus, hipofisis, ovarium dan
uterus untuk merangsang pertumbuhan folikel dan mempersiapkan endormetrium sebagai
tempat implantasi. Haid terjadi ketika oosit matur yang dilepaskan oleh ovarium tidak dibuahi
sperma. Siklus haid terdiri atas 2 fase, yaitu fase folikular dan fase luteal. Setiap fase

20
dipengaruhi oleh hormone yang berbeda sehingga memberikan dampak berbeda terhadap
endometrium. Penilaian fungsi organ hipotalamus, hipofisis, ovarium, dan uterus merupakan
dasar untuk mengidentifikasi penyebab amenorea.

Amenorea karena gangguan fungsi hipotalamus


Disfungsi hipotalamus akan mempengaruhi pelepasan FSH dan LH yang dapat menyebabkan
gangguan ovulasi dan amenorea. Penyebab terbanyak kelainan ini adalah amenorea
hipotalamus fungsional yang ditandai dengan abnormalitas sekresi GnRH, kadar FSH dan LH
yang rendah, perkembangan folikel abnormaldan rendhnya estradiol. Amenorea hipotalamus
fungsional dapat disebabkan oleh gangguan pola makan, olahraga, atau tingkat stress fisik atau
mental yang berlebihan. Amenorea hipotalamus yang terjadi bersama dengan keluhan anosmia
dikenal sebagai sindrom Kaliman.

Amenorea karena gangguan fungsi hipofisis


Defisiensi FSH dan LH dapat terjadi karena mutasi gen reseptor GnRH di hipofisis. Selain itu
mutasi pada gen FSH berhubungan erat dengan kejadian amenorea. Pada kondisi ini pasien
memiliki kadar FSH dan estradiol rendah sedangkan kadar LH tnggi. Hiperprolakinemia
merupakan gangguan hipofisis yang juga dapat menyebabkan amenorea terutama dikaitkan
dengan pengaruhnya terhadap GnRH. Empat uluh sampai lima puluh persen prolaktinemia
disebabkan oleh adenoma hipofisis. Tumor hipofisis lain yang dapat menekan sekresi
gonadotropin adalah kraniofaringioma atau germimoma. Cedera otak atau riwayat radiasi
kepala juga dapat menyebabkan amenorea. Gangguan fungsi hipofisis lainnya yang dapat
menyebabkan amenorea adalah empty Sella Tursica syndrome, hemokromatosis dan
sarkoidosis.

Amenorea karena disfungsi ovarium


Disgenesis ovarium paling sering terjadi pada sindrom Turner dimana terjadi deplesi folikel
akibat kelainan kromosom X. pada kondisi ini ovarium biasanya sangat kecil dan dikenal
dengan streak gonad. Kegagalan fungsi ovarium primer pada pasien sindrom turner tidandai
dengan tingginya kadar FSH dan rendahnya estradiol. Manifestasi klinik lain pada pasien
sindrom turner yaitu tubuhnya pendek, lehernya pendek, kelainan pada ginjal (50%),
hipertendi, metacarpal dan metatarsal pendek, obesitas dan osteoporosis. Gangguan ovulasi
karena disfungsi ovarium yang banyak terjadi adalah sindrom ovarium polikistik. Pada kondisi
ini gangguan ovulasi terjadi karena tingginya androgen dalam ovarium sehingga menghambat
pematangan oosit dan ovulasi. Meanifestasi klinik SOPK biasanya munculnya sebagai
amenorea sekunder dengan tanda hiper androgen klinis lain seperti jerawat dan hirstutisme.

Amenorea karena kelainan saluran reproduksi/uterus


Amenorea primer dapat terjadi pada pasien dengan kelainan saluran reproduksi. Kegagalan
pembentukan uterus dan 2/3 atas vagina yang terjadi karena gangguan pembentukan duktus
Muller dikenal sebagai sindrom Mayer-Rokistansky-Kuster-Houser. Manifestasi klinik
sindrom ini adalah amenorea primer.

Amenorea karena Kerusakan Reseptor Hormon dan Gangguan Differensiasi Seksual


Mutasi reseptor FSH dan LH dapat menghambat respons FSH sehingga mengganggu
folikulogenesis dan ovulasi. Kondisi ini dikenal dengan sindrom resisten gonadotropin dan
dapat menyebabkan kelainan amenorea.
Gangguan differensiasi seksual yang terjadi karena efek hiperandrogen pada perempuan dapat
menyebabkan kelainan genetalia interna dan eksterna dengan manifestasi klinik amenorea.
Gangguan differensiasi seksual dapat terjadi pada individu dengan kromoson 46 XX, individu
dengan kromosom 46 XY dan individu dengan masalah jumlah kromosom seks. Hyperplasia

21
adrenal kongenital merupakan salah satu gangguan differensiasi seksual yang terjadi pada satu
gangguan differensiasi seksual yang terjadi pada individu dengan kromosom 46 XX. Kelainan
ini terjadi karena defisiensi enzim 21 hidroksilase (CYP-21) pada proses streroidogenesis
sehingga menyebabkan kondisi hiperandrogen intraovarium yang selanjutnya mengakibatkan
anovulasi dan amenorea. Sindrom insensitivitas androgen juga merupakan kondisi gangguan
differensiasi seksual dengan manifestasi klinis amenorea primer. Pasien ini memiliki fenotip
perempuan karena terdapat defek pada reseptor androgen.

DISMENOREA
Bila tidak terjadi kehamilan Penyakit :endometriosis,
inflamasi pelvis,
adenomiosis, kista
Regresi korpus luteum
ovarium, kelainan otak

Progesterone menurun
Dismenore
sekunder
Labilisasi membrane
lisosom (mudah pecah)
Nyeri haid

Enzim fosfolipase
A2 meningkat MK:nyeri MK:Intoleran
aktivitas

Hidrolisis senyawa
fosfolipid

Terbentuk asam arakidonat


Meningkatkan sensitisasi &
menurunkan ambang rasa
prostaglandin
sakit pada ujng saraf aferen
nervus pelvicus
PGE 2 PGF 2α

PGE 2 & PGF 2α dalam MK:


darah meningkat intoleransi
aktivitas
Miometrium terangsang

Meningkatkan kontraksi MK: nyeri


& disritmia uterus

Nyeri MK:
iskemia Dismenore primer
haid ansietas

LO.3.3 DIAGNOSIS
Diagnosis Amenore

22
1. Anamnesis
Tanyakan tentang data subyektif dan data obyektif yang diperoleh berdasarkan riwayat hidup
pasien dan keluarga. Riwayat hidup berupa usia, pekerjaan, keluhan utama, riwayat kebidanan,
riwaat penyakit yang pernah diderita, pola kegiatan sehari-hari, riwayat ketergantungan,
riwayat psikososial, dan riwayat KB. Sedangkan, riwayat hidup keluarga pasien berupa
kerusakan gen, pola rambut kemaluan, infertilitas, riwayat menars, dan haid keluarga dan
riwayat pubertas.

2. Pemeriksaan fisik
Pengukuran BB, TB, pemeriksaan perawakan yang tak wajar (seperti leher bergelambir, tubuh
pendek), ada atau tidaknya uterus, pemeriksaan rambut kemaluan, pemeriksaan tiroid,
pemeriksaan genital dan darah. Tes darah berupa:
- FSH
- LH
- PRL
- Testosterone
- TSH

3. Pemeriksaan penunjang
Berupa lab dan radiologi.

23
Berdasarkan skema penegakkan diagnosis apabila seorang pasien amenore memiliki payudara
atau tidak memiliki rambut kemaluan, diagnosanya adalah sindrom insensitivitas androgen
dimana secara fenotip adalah perempuan tetapi secara genotip adalah pria. Hal ini perlu analisis
kromosom. Jika hasilnya positif, maka pasien tersebut harus melakukan operasi penghilangan
payudara untuk mencegah transformasi dari perempuan ke pria setelah pubertas. Apabila
seorang pasien memiliki ciri normal seksual sekunder seperti adanya rambut kemaluan maka
dokter harus melakukan MRI untuk mengetahui ada atau tidaknya uterus. Apabila terdapat
uterus tapi abnormal atau tidak ada vagina maka pasien tersebut didiagnosis agenesis saluran
Muller. Analisis kromosom diperlukan untuk mengetahui apakah pasien tersebut secara genetic
adalah perempuan. Selain pasien memiliki uterus normal, obstruksi saluran keluar perlu
dianalisis. Hymen imperforata atau septum vagina transversal dapat menyebabkan obstruksi
saluran keluar. Jika saluran keluar paten, maka dokter harus melanjutkan pemeriksaan yang
sama dengan pemeriksaan amenore sekunder.

Anamnesis
Pada pasien yang mengalami perdarahan uterus disfungsional, anamnesis perlu dilakukan untuk
menegakkan diagnosis dan menyingkirkan diagnosis banding.
Riwayat detail menstruasi :
- Jumlah hari mestruasi
- Jumlah pembalut yang digunakan per hari

24
- Dampak terhadap kehidupan sehari-hari
- Riwayat pendarahan pada gusi, mudah memar, dan perdarahan yang panjang akibat luka ringan
- Gejala penambahan berat badan, konstipasi, rambut rontok, kelelahan
- Galaktorea
- Riwayat seksual dan penggunaan kontrasepsi

Pemeriksaan
Pemeriksaan fisik pertama kali dilakukan untuk menilai stabilitas keadaan hemodinamik,
selanjutnya dilakukan pemeriksaan untuk:
o Menilai
− Indeks Massa Tubuh (IMT > 27 termasuk obesitas)
− Tanda-tanda Hiperandrogen
− Pembesaran kelenjar thyroid atau manofestasi hiper atau hypothyroid
− Galaktorea
− Gangguan Lapang Pandang (karena adenoma hypofisis)
− Faktor resiko keganasan (obesitas, hipertensi, DM, dll)
o Menyingkirkan
− Kehamilan, kehamilan ektopik, abortus, penyakit trofoblas
− Servisitis, endometritis
− Polip dan mioma uteri
− Keganasan serviks dan uterus
− Hiperplasia endometrium
− Gangguan pembekuan darah

Pemeriksaan Ginekologi
Pemeriksaan ginekologi yang teliti perlu dilakukan termasuk pemeriksaan pap smear, dan harus
disingkirkan adanya mioma uteri, polip, hiperplasia endometrium, atau keganasan.

Primer Sekunder Tersier


Laboratorium -Hb -Darah lengkap -Prolaktin
-Tes hemostatis (BT- -Tiroid (TSH,
kehamilan CT, lainnya FT4)
-urin sesuai fasilitas) -Hemostasis (PT,
aPTT,dll)
USG -USG -USG
Pemeriksaan transabdominal Transabdominal
Penunjang -USG -USG
transvaginal transvaginal
SIS -SIS
-Doppler
Penilaian -Mikrokuret -Mikrokuret/
Endometrium -D&K D&K
-Histeroskopi
-Endometrial
sampling
Penilaian -IVA -Pap smear -Pap smear
serviks bila ada -Kolposkopi
patologi

 Pemeriksaan Lab

25
- TSH (Thyroid Stimulating Hormone)
TSH bertugas mengatur sintesis hormon tiroid. Pemeriksaan TSH berfungsi untuk mengetahui
fungsi kelenjar tiroid. Hipotiroid yang biasa ditandai dengan meningkatnya TSH, menyebabkan
haid tidak teratur termasuk amenorrhea. Gangguan fungsi tiroid ini dapat menyebabkan
peningkatan produksi prolaktin.
- Prolaktin
Produksi prolaktin yang berlebihan atau disebut hiperprolaktinemia pada wanita dapat
menyebabkan gangguan siklus haid.
- Luteinizing Hormone (LH) dan Folicle Stimulating Hormone (FSH)
Pemeriksaan LH dan FSH berguna untuk mengetahui keadaan hipergonadotropik
hipogonadisme dan hipogonadotropik hipogonadisme. Hipergonadotropik hipogonadisme
dapat menyebabkan gagal ovarium yang mengakibatkan menopause dini, sedangkan
hipogonadotropik hipogonadisme dapat mengakibatkan amenorrhea hipotalamus yang
disebabkan oleh gangguan poros hipotalamus-pituitari-ovarium.
- Progesteron
Pemeriksaan progesteron dapat mengetahui terjadinya defisiensi estrogen, lesi pada struktur
endometrium dan sumbatan pada uterus yang menyebabkan amenorrhea.

Amenorrhea dapat menyebabkan ketidaknyamanan, namun dengan pemeriksaan laboratorium


dan konsultasi dokter dapat diketahui penyebabnya sehingga dapat dilakukan tindakan yang
tepat untuk menormalkan kembali siklus haid.
 Pemeriksaan penunjang
- Foto Rontgen dari thorak terhadap tuberkulosis pulmonum dan dari sella tursika untuk
mengetahui apakah ada perubahan pada sella tersebut.
- Pemeriksaan sitologi vagina untuk mengetahui adanya estrogen
- Tes toleransi glukosa untuk mengetahui adanya diabetes melitus
- Pemeriksaan mata untuk mengetahui keadaan retina, dan luasnya lapangan visus jika ada
kemungkinan tumor hipofisis
- Pemeriksaan metabolisme basal pemeriksaan T3 dan T4 untuk mengetahui fungsi glandula
tiroidea
- Laparoskopi : untuk mengetahui adanya hipoplasia uteri yang berat, aplasia uteri, disgenesis
ovarium, tumor ovarium, ovarium polikistik (Sindrom Dtein-Leventhal)
- Pemeriksaan kromatin seks
- Pembuatan kariogram
- Pemeriksaan kadar hormon untuk mengetahui funsi glandula tiroid.

Langkah diagnostik PUD

26
Metroragia
1. Anamnesis
- Tanyakan bagaimana mulainya perdarahan, apakah didahului oleh siklus yang pendek atau oleh
oligomenorea/amenorea
- Sifat perdarahan (banyak atau sedikit2,sakit atau tidak)
- Lama perdarahan, dsb.
2. Pemeriksaan umum
Perlu diperhatikan tanda2 yang meninjuk kearah kemungkinan penyakit metabolic, penyakit
endokrin, penyakit menahun, dll.
3. Pemeriksaan ginekologik
Perlu dilihat apakah tidak ada kelainan2 organik, yang menyebabkan perdarahan abnormal
(polip, ulkus, tumor, kehamilan terganggu)

27
LO.3.4 TATALAKSANA
50 % dari kaum wanita pernah mengalami gangguan haid pada masa remaja. Biasanya
gangguan ini mencapai puncaknya pada umur 17-25 tahun. Karena tingginya kejadian ini,
berbagai pengobatan pun telah diberikan.
Ketidakteraturan menstruasi biasanya tanpa sebab fisik dihubungkan dengan disfungsi
hipotalamus, yang dapat dikaikan dengan stres fisik (misalnya cedera kepala ringan) atau stres
emosional (misalnya ketika akan menghadapi ujian). Ada beberapa cara untuk menghadapi
keadaan ini secara medis. Cara paling mudah adalah dengan memberikan pil KB, yang
mengandung progesteron dan estrogen dalam kadar tertentu. Berikan selama 10-12 hari. Dalam
7 hari pasien akan mengalami perdarahan.
Progesteron bekerja dengan memproduksi estrogen dari dalam tubuhnya sendiri, membangun
dan meluruhkan lapisan dalam rahim, melindunginya dari overstimulasi endometrium.
Cara lain untuk menanggani gangguan menstruasi yang tidak teratur adalah mengobati akar
permasalahannya dan ini memerlukan peran seorang ginekolog.
Terapi unruk hipermenorea (menoragia) khususnya pada mioma uteri tergantung pada
penangganan mioma uteri, sedangkan pada wanita yang didiagnosis menderita polip
endometrium penangganannya adalah kuretase.
Terapi untuk amenorea primer, jika amenorea menetap 9-12 bulan dan anovulasi merupakan
penyebab utama, dapat diberikan klomifen, terutama Klomifen merupakan anti estrogen.
Dengan pengobatan ini kira-kira 90 % wanita amenorea dan 40 % wanita yang mengalami
oligomenorea akan membaik. Terapi amenorea sekunder perbaiki kebiasaan makan dan
menjaga kebersihan diri.
Untuk gangguan haid lainnya cukup diberikan keterangan bahwa hal tersebut tidak
mengganggu fertilitas/kesuburan dari wanita yang bersangkutan.
Ada banyak cara untuk mengobati kram. Olahraga adalah terapi yang sangat efektif, seperti
juga diet yang bergizi. Kalsium dan vitamin B6 telah dikaitkan sebagai pereda nyeri/kram. Obat
antiprostaglandin seperti aspirin, naproxen, ibuprofen merupakan obat ideal untuk kram
menstruasi. Obat ini diminum sejak terasa sakit selama 2-3 hari.
Kebanyakan dari mereka yang mengeluhkan rasa sakit tidak memerlukan pengobatan, tetapi
butuh pengertian dan penerangan. Jika sakit semakin parah segeralah berobat ke dokter.

Penatalaksanaan Perdarahan Uterus Disfungsional


Tujuan terapi
- mengontrol perdarahan
- mencegah perdarahan berulang
- mencegah komplikasi
- mengembalikan kekurangan zat besi dalam tubuh
- menjaga kesuburan.
Tatalaksana awal dari perdarahan akut adalah pemulihan kondisi hemodinamik dari ibu.
Pemberian estrogen dosis tinggi adalah tatalaksana yang sering dilakukan. Regimen estrogen
tersebut efektif di dalam menghentikan episode perdarahan. Bagaimanapun juga penyebab
perdarahan harus dicari dan dihentikan. Apabila pasien memiliki kontraindikasi untuk terapi
estrogen, maka penggunaan progesteron dianjurkan.
Untuk perdarahan disfungsional yang berlangsung dalam jangka waktu lama, terapi yang
diberikan tergantung dari status ovulasi pasien, usia, risiko kesehatan, dan pilihan kontrasepsi.
Kontrasepsi oral kombinasi dapat digunakan untuk terapinya. Pasien yang menerima terapi
hormonal sebaiknya dievaluasi 3 bulan setelah terapi diberikan, dan kemudian 6 bulan untuk
reevaluasi efek yang terjadi. Terapi operasi dapat disarankan untuk kasus yang resisten terhadap
terapi obat-obatan. Secara singkat langkah-langkah tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Perbaikan Keadaan Umum

28
Pada perdarahan yang banyak sering ditemukan keadaan umum yang buruk. Pada perdarahan
uterus disfungsional akut, anemia (Hb <8 g/dL) yang terjadi harus segera diatasi dengan
transfusi darah. Pada perdarahan uterus disfungsional kronis keadaan anemia ringan seringkali
dapat diatasi dengan diberikan sediaan besi, sedangkan anemia berat membutuhkan transfusi
darah.

2. Penghentian Pendarahan
Hormon Steroid Seks
- Estrogen
Dipakai pada perdarahan uterus disfungsional untuk menghentikan perdarahan karena memiliki
berbagai khasiat yaitu healing effect, pembentukan mukopolisakarida pada dinding pembuluh
darah, vasokonstriksi (karena merangsang prostaglandin), meningkatkan pembentukan
thrombin dan fibrin. Dosis pemberian estrogen pada perdarahan uterus disfungsional adalah 25
mg IV setiap 4-6 jam untuk 24 jam diikuti dengan oral terapi yaitu 1 tablet perhari selama 5-7
hari (untuk semua produk estrogen dengan kandungan ≤ 35 mg ethynil estradiol).
- Progestin
Berbagai jenis progestin sintetik telah dilaporkan dapat menghentikan perdarahan. Beberapa
sedian tersebut antara lain noretisteron, MPA, megestrol asetat, dihidrogesteron dan linestrenol.
Noretisteron dapat menghentikan perdarahan setelah 24-48 jam dengan dosis 20-30 mg/hari,
medroksiprogesteron asetat dengan dosis 10-20 mg/hari selama 10 hari, megestrol asetat
dengan didrogesteron dengan dosis 10-20 mg/hari selama 10 hari, serta linestrenol dengan dosis
15 mg/hari selama 10 hari.
- Androgen
Merupakan pilihan lain bagi penderita yang tak cocok dengan estrogen dan progesteron.
Sediaan yang dapat dipakai antara lain adalah isoksasol (danazol) dan metil testosteron
(danazol merupakan suatu turunan 17-α-etinil-testosteron). Dosis yang diberikan adalah 200
mg/hari selama 12 minggu. Perlu diingat bahwa pemakaian jangka panjang sediaan androgen
akan berakibat maskulinisasi.

Penghambat sintesis prostaglandin.


Pada peristiwa perdarahan, prostaglandin penting peranannya pada vaskularisasi endometrium.
Dalam hal ini PgE2 dan PgF2α meningkat secara bermakna. Dengan dasar itu, penghambat
sintesis prostaglandin atau obat anti inflamasi non steroid telah dipakai untuk pengobatan
perdarahan uterus disfungsional, terutama perdarahan uterus disfungsional anovulatorik. Untuk
itu asam mefenamat dan naproksen seringkali dipakai dosis 3 x 500 mg/hari selama 3-5 hari
atau ethamsylate 500 mg 4 kali sehari terbukti mampu mengurangi perdarahan.

Antifibrinolitik
Sistem pembekuan darah juga ikut berperan secara lokal pada perdarahan uterus disfungsional.
Peran ini tampil melalui aktivitas fibrinolitik yang diakibatkan oleh kerja enzimatik. Proses ini
berfungsi sebagai mekanisme pertahanan dasar untuk mengatasi penumpukan fibrin. Unsur
utama pada system fibrinolitik itu adalah plasminogen, yang bila diaktifkan akan mengeluarkan
protease plasmin. Enzim tersebut akan menghambat aktivasi palsminogen menjadi plasmin,
sehingga proses fibrinolisis akhirnya akan terhambat pula. Sediaan yang ada untuk keperluan
ini adalah asam amino kaproat (dosis yang diberikan adalah 4 x 1-1,5 gr/hari selama 4-7 hari).

Operatif
Jenis pengobatan ini mencakup: dilatasi dan kuretase, ablasi laser dan histerektomi. Dilatasi
dan kuretase merupakan tahap yang ringan dari jenis pengobatan operatif pada perdarahan
uterus disfungsional. Tujuan pokok dari kuretase pada perdarahan uterus disfungsional adalah
untuk diagnostik, terutama pada umur diatas 35 tahun atau perimenopause. Hal ini berhubungan

29
dengan meningkatnya frekuensi keganasan pada usia tersebut. Tindakan ini dapat
menghentikan perdarahan karena menghilangkan daerah nekrotik pada endometrium. Ternyata
dengan cara tersebut perdarahan akut berhasil dihentikan pada 40-60% kasus. Namun demikian
tindakan kuretase pada perdarahan uterus disfungsional masih diperdebatkan, karena yang
diselesaikan hanyalah masalah pada organ sasaran tanpa menghilangkan kausa. Oleh karena itu
kemungkinan kambuhnya cukup tinggi (30-40%) sehingga acapkali diperlukan kuretase
berulang. Beberapa ahli bahkan tidak menganjurkan kuretase sebagai pilihan utama untuk
menghentikan perdarahan pada perdarahan uterus disfungsional, kecuali jika pengobatan
hormonal gagal menghentikan perdarahan.
Pada ablasi endometrium dengan laser ketiga lapisan endometrium diablasikan dengan cara
vaporasi neodymium YAG laser. Endometrium akan hilang permanen, sehingga penderita akan
mengalami henti haid yang permanen pula. Cara ini dipilih untuk penderita yang punya
kontraindikasi pembedahan dan tampak cukup efektif sebagai pilihan lain dari histerektomi,
tetapi bukan sebagai pengganti histerektomi
Tindakan histerektomi pada penderita perdarahan uterus disfungsional harus memperhatikan
usia dan paritas penderita. Pada penderita muda tindakan ini merupakan pilihan terakhir.
Sebaliknya pada penderita perimenopause atau menopause, histerektomi harus
dipertimbangkan bagi semua kasus perdarahan yang menetap atau berulang. Selain itu
histerektomi juga dilakukan untuk perdarahan uterus disfungsional dengan gambaran histologis
endometrium hiperplasia atipik dan kegagalan pengobatan hormonal maupun dilatasi dan
kuretase. Histerektomi mempunyai tingkat mortalitas 6/ 10.000 operasi. Satu penelitian
menemukan bahwa histerektomi berhubungan dengan tingkat morbiditas dan membutuhkan
waktu penyembuhan yang lebih lama dibanding ablasi endometrium. Beberapa studi
sebelumnya menemukan bahwa fungsi seksual meningkat setelah histerektomi dimana terdapat
peningkatan aktifitas seksual. Histerektomi merupakan metode popular untuk mengatasi
perdarahan uterus disfungsional, terutama di negara-negara industri.

3. Mengembalikan keseimbangan fungsi hormon reproduksi


Usaha ini meliputi pengembalian siklus haid abnormal menjadi normal, pengubahan siklus
anovulatorik menjadi ovulatorik atau perbaikan suasana sehingga terpenuhi persyaratan untuk
pemicuan ovulasi.
- Siklus ovulatorik
Perdarahan uterus disfungsional ovulatorik secara klinis tampil sebagai polimenorea,
oligomenorea, menoragia dan perdarahan pertengahan siklus, perdarahan bercak prahaid atau
pasca haid. Perdarahan pertengahan siklus diatasi dengan estrogen konjugasi 0,625-1,25
mg/hari atau etinilestradiol 50 mikrogram/ hari dari hari ke 10 hingga hari ke 15. Perdarahan
bercak prahaid diobati dengan progesteron (medroksi progestron asetat atau didrogestron)
dengan dosis 10 mg/hari dari hari ke 17 hingga hari ke 26. Beberapa penulis menggunakan
progesteron dan estrogen pada polimenorea dan menoragia dengan dosis yang sesuai dengan
kontrasepsi oral, mulai hari ke 5 hingga hari ke 25 siklus haid.
- Siklus anovulatorik
Perdarahan uterus disfungsional anovulatorik mempunyai dasar kelainan kekurangan
progesteron. Oleh karena itu pengobatan untuk mengembalikan fungsi hormon reproduksi
dilakukan dengan pemberian progesteron, seperti medroksi progesterone asetat dengan dosis
10-20 mg/hari mulai hari ke 16-25 siklus haid. Dapat pula digunakan didrogesteron dengan
dosis 10-20 mg/hari dari hari 16-25 siklus haid, linestrenol dengan dosis 5-15 mg/hari selama
10 hari mulai hari hari ke 16-25 siklus haid. Pengobatan hormonal ini diberikan untuk 3 siklus
haid. Jika gagal setelah pemberian 3 siklus dan ovulasi tetap tak terjadi, dilakukan pemicuan
ovulasi. Pada penderita yang tidak menginginkan anak keadaan ini diatur dengan penambahan
estrogen dosis 0,625-1,25 mg/hari atau kontrasepsi oral selama 10 hari, dari hari ke 5 sampai
hari ke 25.

30
Penanganan terapi berdasarkan usia
PUD pada Usia Perimenarche
Pada usia perimenarche (rata-rata 11 tahun ) hingga memasuki usia reproduksi , berlangsung
sampai 3- 5 tahun setelah menarche dan ditandai dengan siklus yang tidak teratur baik lama
maupun jumlah darahnya.
 Pada keadaan yang tidak akut dapat diberikan antiprostaglandin, antiinflamasi nonsteroid
(NSAID), atau asam traneksamat. Pemberian tablet estrogen – progesteron kombinasi, atau
tablet progesterone saja maupun analog GnRH (agonis atau antagonis) hanya bila tidak ada
perbaikan.
 Pada keadaan akut, dimana Hb sampai <8 gr%, maka pasien harus :
o Dirawat dan diberikan transfusi darah.
o Untuk mengurangi perdarahan diberikan sediaan :
 Estrogen- progesterone kombinasi, misalnya 17β estradiol 2x2 mg, atau
 Estrogen equin konjugasi 2x1.25 mg, atau
 Estropipete 1x 1,25 mg dikombinasikan dengan noretisteron asetat 2x5 mg ;atau
 Medroksiprogesteron asetat (MPA) 2x10 mg, atau juga dapat diberikan
 normegestrol asetat 2x5 mg dan cukup diberikan selama 3 hari

Bila perdarahan akut telah berkurang atau selesai , lakukan pengaturan siklus, dengan
pemberian tablet progesterone pada hari 16-25 selama 3 bulan. MPA atau didrogesterone
(10mg/ hari) sedangnkan noretisterone 5mg/ hari.

PUD pada Usia Reproduksi


Pada usia ini dapat terjadi siklus yang berovulasi (65%) dan terdapat siklus yang tidak
berovulasi. Pada keadaan akut penanganan sama seperti PUD pada usia perimenarche .
- Pada PUD dengan siklus yang berovulasi umumnya lebih ringan dan jarang hingga akut. PUD
yang terjadi paling sering berupa perdarahan bercak (spotting) pada pertengahan siklus.
Pengobatan dapat diberikan berupa :
o 17-β estradiol 1x2 mg, atau estrogen equin konjugasi 1x1,25 mg, atau estropipete 1x1,25 mg,
dari hari ke 10-15 siklus haid
o Pada perdarahan bercak prahaid dapat diberikan MPA 1x10 mg, atau didrogesteron 1x10 mg,
atau Noretisteron asetat 1x5 mg; atau juga Normegestrol asetat 1x5 mg yang diberikan mulai
hari 16-25 siklus.
o Pada perdarahban bercak pascahaid dapat diberikan 17-β estradiol 1x 2mg, atau estrogen equin
konjugasi 1x 1,25 mg, atau estropipete 1x 1,25 mg yang diberikan mulai hari 2- 8 siklus haid.

PUD pada usia perimenopause


Perimenopause atau usia antara masa pramenopause dan pascamenopause, yaitu sekitar
menopause (usia 40-50 tahun). PUD ini hampir 95% terjadi siklus yang tidak berovulasi (folikel
persisten). Sehingga setiap perdarahan atau gangguan haid yang terjadi pada usia
perimenopause harus dipikirkan adanaya keganasan pada endometrium.
Pada keadaan tidak akut pasien dipersiapkan untuk dilakukan tindakan D & C (Dilatasi dan
kuretase). Perubahan pada endometrium juga dapat dilihat dengan USG. Bila ditemukan
ketebalan endometrium lebih dari 5 mm berarti telah terjadi hiperplasia endometrium.
Jika hasil pemeriksaan patologi anatomi menggambarkan suatu hiperplasia kistikm atau
hiperplasia adenomatosa, maka pertama kali dapat dicoba pemberian progesteron seperti MPA
dengan dosis 3x10 mg / hari selama 6 bulan, atau dapat juga diberikan depo
medroksiprogesterone asetat (DPMA)
Bila ketebalan endometrium kurang dari 6 mm dapat langsung diberikan kombinasi estrogen-
progesteron, seperti estrogen equin konyugasi 1x0,3 mg , atau 17-β estradiol 1x2 mg + MPA

31
1x10 mg yang dibekian secara berkelanjutan selama 6 bulan. Bila tidak ada perbaikan, maka
perlu dilakukan tindakan D&C . dan pengobatan selanjutnya bergantung pada hasil patologi
anatomi yang diperoleh. Namun pasien dengan faktor risiko kanker endometrium seperti
kegemukan, DM, dan hipertensi sebaiknya tetap dilakukak D&C , meskipun ketebalan
endometrium <5 mm.

Berdasarkan banyaknya perdarahan


Jika Perdarahan Uterus Disfungsional telah ditegakkan dan perdarahannya tidak banyak serta
tidak terdapat diskrasia perdarahan, dapat dilakukan observasi tanpa melakukan intervensi
terlebih dahulu.
 Apabila pasien mengalami perdarahan sedang , pasien dapat diberikan :
o Kontrasepsi Oral Estrogen dosis tinggi selama 3 minggu atau
o Regimen 3-4 pil kontrasepsi oral dosis rendah per hari selama 1 minggu kemudian diikuti
dengan penurunan ke dosis lazim sampai 3 minggu.
 Apabila pasien mengalami perdarahan berat :
o Pasien perlu dirawat di rumah sakit, tirah baring.
o Diberikan suntikan estradiol valerate (10mg) dan hydroxyprogesterone caproate (500 mg)
intramuskular ; atau
o Conjugated estrogens (25 mg) intravena atau intramuskular.
o Berikan preparat besi untuk mencegah anemia
Untuk mencegah kekambuhan perlu diberikan kontrasepsi oral siklik selama 2-3 bulan atau
dapat dilakukan induksi mentruasi setiap 2-3 bulan dengan 10 mg hydroxyprogesterone acetate
oral, 1-2 kali per hari selama 10 hari .
Jika pemberian terapi hormon gagal mengontrol perdarahan uterus, perlu dilakukan evaluasi
dan pemeriksaan biopsi endometrium, histeroskopi, atau dilatasi dan kuretase untuk diagnosis
lebih lanjut dan terapi.

LI.4 MEMAHAMI DAN MENJELASKAN PANDANGAN ISLAM TENTANG HAID


DAN ISTIHADHAH, IBADAH YANG DAPAT DILAKSANAKAN DALAM KEADAAN
SUCI DAN TIDAK SUCI
a. Makna Istihadhah
Istihadhah ialah keluarnya darah terus menerus pada seorang wanita tanpa henti sama sekali
atau berhenti sebentar sehari atau dua hari dalam sebulan.
b. Kondisi wanita mustahadhah

1. Sebelum mengalami istihadhah, dia mempunyai haid yang jelas waktunya.


Dalam kondisi ini hendaklah dia berpedoman kepada jadwal haidnya yang telah diketahui
sebelumnya. Maka pada masa itu dihitung sebagai haid dan berlaku baginya hukum-hukum
haid. Adapun selain masa tersebut merupakan istihadhah yang berlaku baginya hukum-hukum
istihadhah. Misalnya, seorang wanita biasanya haid selama enam hari pada setiap awal bulan,
tiba-tiba mengalami istihadhah dan darahnya keluar terus menerus. Maka masa haidnya
dihitung enam hari pada setiap awal bulan, sedang selainnya merupakan istihadhah.
Berdasarkan hadits Aisyah bahwa Fatimah binti Abi Hubaisy bertanya kepada Nabi saw,

ِ ‫َّام الَّتِي ُك ْن‬


ِ ‫ت تَحِ ي‬
َ‫ْضيْن‬ َ ‫صالَة َ قَد َْر األَي‬ َّ ‫ط ُه ُر أَفَأَدَعُ ال‬
َّ ‫ الَ إِ َّن ذَلِكَ ع ِْر ٌق َولَك ِْن دَعِي ال‬: ‫صالَة َ ؟ قَا َل‬ ُ ‫س ْو َل هللاِ إِنِي أ ُ ْست َ َح‬
ْ َ ‫اض فَالَ أ‬ ُ ‫يَا َر‬
. ‫صلِي‬
َ َ ‫و‬ ‫ِي‬ ‫ل‬ ‫س‬
ِ َ ‫ت‬‫غ‬ْ ‫ا‬ ‫م‬ ُ
َّ َ‫ث‬ ‫ا‬‫ه‬ ‫ي‬
ْ ‫ف‬
ِ
“Ya Rasulullah, sungguh aku mengalami istihadhah maka tidak pernah suci, apakah aku
meninggalkan shalat?” Nabi saw menjawab, “Tidak, itu adalah darah penyakit. Namun

32
tinggalkanlah shalat sebanyak hari yang biasanya kamu haid sebelum itu, kemudian mandilah
dan lakukan shalat.”
(HR. Al-Bukhari).

2. Tidak mempunyai haid yang jelas waktunya sebelum mengalami istihadhah, karena istihadhah
tersebut terus menerus terjadi padanya mulai dari saat pertama kali dia mendapatkan darah.
Dalam kondisi ini hendaknya dia melakukan tamyiz (pembedaan), seperti jika darahnya
berwarna hitam, atau kental, atau berbau maka yang terjadi adalah haid dan berlaku baginya
hukum-hukum haid. Dan jika tidak demikian, yang terjadi adalah istihadhah dan berlaku
baginya hukum-hukum istihadhah. Misalnya, seorang wanita pada saat pertama kali mendapat
darah dan darah itu keluar terus menerus, akan tetapi ia dapati selama sepuluh hari dalam
sebulan darahnya berwarna hitam kemudian setelah itu berwarna merah, atau ia dapati selama
sepuluh hari dalam sebulan darahnya kental kemudian setelah itu encer, atau ia dapati selama
sepuluh hari dalam sebulan berbau darah haid tetapi setelah itu tidak berbau. Maka haidnya
yaitu darah yang berwarna hitam (pada kasus pertama), darah kental (pada kasus kedua) dan
darah yang berbau (pada kasus ketiga). Sedangkan selain hal tersebut, dianggap sebagai darah
istihadhah.

Berdasarkan sabda Nabi saw kepada Fatimah binti Abu Hubaisy:

. ‫صلِي فَإِنَّ َما ه َُو ع ِْر ٌق‬ َّ ‫صالَ ِة فَإِذَا َكانَ اآلخ ََر فَت ََو‬
َ ‫ضئِي َو‬ َ ‫ف فَإِذَا َكانَ ذَلِكَ فَأ َ ْم ِسكِي‬
َّ ‫ع ِن ال‬ ُ ‫ض ِة فَإِنَّهُ أَس َْودُ يُ ْع َر‬
َ ‫ِإذَا َكانَ دَ ُم ال َح ْي‬
“Darah haid yaitu apabila berwarna hitam yang dapat diketahui. Jika demikian maka
tinggalkan shalat. Tetapi jika selainnya maka berwudhulah dan lakukan shalat karena itu
darah penyakit.”
(HR. Abu Dawud, an-Nasa`Abu dan dinyatakan shahih oleh Ibnu Hibban dan al-Hakim).
3. Tidak mempunyai haid yang jelas waktunya dan tidak bisa dibedakan secara tepat darahnya.
Seperti jika istihadhah yang dialaminya terjadi terus menerus mulai dari saat pertama kali
melihat darah sementara darahnya memiliki satu sifat saja atau berubah-ubah dan tidak
mungkin dianggap sebagai darah haid. Dalam kondisi ini, hendaklah ia mengambil kebiasaan
kaum wanita pada umumnya. Maka masa haidnya adalah enam atau tujuh hari pada setiap bulan
dihitung mulai dari saat pertama kali mendapati darah. Sedang selebihnya merupakan
istihadhah. Misalnya seorang wanita saat pertama kali melihat darah pada tanggal lima dan
darah itu keluar terus menerus tanpa dapat dibedakan secara tepat mana yang darah haid baik
melalui warna ataupun dengan cara lain. Maka haidnya pada setiap bulan dihitung selama enam
hari atau tujuh hari dimulai dari tanggal lima tersebut.

Hal ini berdasarkan hadits Hamnah binti Jahsy bahwa ia berkata kepada Nabi saw, “Ya
Rasulullah, sungguh aku sedang mengalami istihadhah yang deras sekali. Lalu bagaimana
pendapatmu tentangnya karena ia telah menghalangiku shalat dan berpuasa?” Beliau bersabda,
“Aku beritahukan kepadamu (untuk menggunakan) kapas dengan meletakkannya pada farji,
karena hal itu dapat menyerap darah.” Hamnah berkata, “Darahnya lebih banyak dari itu.” Nabi
saw pun bersabda, “Ini hanyalah salah satu usikan setan. Maka hitunglah haidmu enam atau
tujuh hari menurut ilmu Allah Taala, lalu mandilah sampai kamu merasa telah bersih dan suci,
kemudian shalatlah selama 24 atau 23 hari, dan puasalah.” (HR. Ahmad, Abu Dawud dan at-
Tirmidzi. Menurut Ahmad dan at-Tirmidzi hadits ini shahih, sedang menurut al-Bukhari
hasan).

c. Hukum-hukum istihadhah
Dari penjelasan terdahulu, dapat kita mengerti kapan darah itu sebagai darah haid dan kapan
sebagai darah istihadhah. Jika yang terjadi adalah darah haid maka berlaku baginya hukum-

33
hukum haid, sedangkan jika yang terjadi darah istihadhah maka yang berlaku pun hukum-
hukum istihadhah. Hukum-hukum haid yang penting telah dijelaskan di muka. Adapun hukum-
hukum istihadhah seperti halnya hukum-hukum keadaan suci. Tidak ada perbedaan antara
wanita mustahdhah dan wanita suci, kecuali dalam hal-hal berikut:
1. Wanita mustahdhah wajib berwudhu setiap kali hendak shalat.
Berdasarkan sabda Nabi saw kepada Fatimah binti Abu Hubaisy.

َّ ‫ث ُ َّم ت ََو‬
َ ‫ضئِي ِل ُك ِل‬
. ٍ‫صالَة‬

“Kemudian berwudhulah kamu setiap kali hendak shalat.” (Hr. Al-Bukhari)

Hal itu memberikan pemahaman bahwa wanita mustahadhah tidak berwudhu untuk shalat yang
telah tertentu waktunya kecuali jika telah masuk waktunya. Sedangkan shalat yang tidak
tertentu waktunya, maka ia berwudhu pada saat hendak melakukannya.
2. Ketika hendak berwudhu,
Membersihkan sisa-sisa darah dan melekatkan kain dengan kapas (atau pembalut) pada farjinya
untuk mencegah keluarnya darah. Berdasarkan sabda Nabi saw kepada Hamnah. “Aku
beritahukan kepadamu (untuk menggunakan) kapas, karena hal itu dapat menyerap darah.”
Hamnah berkata, “Darahnya lebih banyak dari itu.” Nabi bersabda, “Gunakan kain.” Kata
Hamnah, “Darahnya masih banyak pula.” Nabi pun bersabda, “Maka pakailah
penahan.” Kalaupun masih ada darah yang keluar setelah tindakan tersebut, maka tidak apa-
apa hukumnya. Karena sabda Nabi saw kepada Fatimah binti Abu Hubaisy:

ِ ‫علَى ال َح‬
. ‫صي ِْر‬ َ ‫ط َر الدَّ ُم‬ َ ‫صالَ ٍة ث ُ َّم‬
َ َ‫صلِي َوإِ ْن ق‬ َّ ‫ُّضكِ ث ُ َّم ا ْغت َ ِسلِي َوت ََو‬
َ ‫ضئِي ِل ُك ِل‬ َ ‫صالَة َ أَي‬
ِ ‫َّام ت َ َحي‬ َّ ‫ِاجْ ت َ ِن ِبي ال‬
“Tinggalkan shalat selama hari-hari haidmu, kemudian mandilah dan berwudhulah untuk
setiap kali shalat, lalu shalatlah meskipun darah menetes di atas alas.”
(HR. Ahmad dan Ibnu Majah).

3. Jima’ (senggama).
Para ulama berbeda pendapat tentang kebolehannya pada kondisi bila ditinggalkan tidak
dikhawatirkan menyebabkan zina. Yang benar adalah boleh secara mutlak. Karena ada banyak
wanita, mencapai sepuluh atau lebih, mengalami istihadhah pada zaman nabi, sementara Allah
dan rasulNya tidak melarang jima’ dengan mereka. FirmanNya,
“Hendaknya kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haid…” (Al-Baqarah: 222).

Ayat ini menunjukkan bahwa di luar keadaan haid, suami tidak wajib menjauhkan diri dari sitri.
Kalaupun shalat saja boleh dilakukan wanita mustahadhah maka jima’ pun tentu lebih boleh.
Dan tidak benar jima’ wanita mustahadhah dikiaskan dengan jima’ wanita haid, karena
keduanya tidak sama, bahkan menurut pendapat para ulama yang menyatakan haram. Sebab,
mengkiaskan sesuatu dengan hal yang berbeda adalah tidak sah.
(Rujukan: Darah kebiasaan wanita, Syaikh Muhammad bin Shaleh al-Utsaimin).

Haid (Menstruasi)
Yaitu darah yang keluar dari seorang wanita secara alami, tanpa suatu sebab dan pada waktu-
waktu tertentu.
1. Usia wanita yang mengalami haid tidak tertentu, kapan seorang wanita melihat pada dirinya
darah haid maka ia telah dianggap haid, walaupun belum berusia 9 tahun atau berusia di atas
50 tahun.
2. Batas minimal dan maksimal masa haid tidak tentu, kapan seorang wanita melihat darah
kebiasaan tersebut bukan karena luka dan sebagainya maka darah itu adalah darah haid tanpa

34
diukur dengan masa tertentu. Kecuali jika haid itu berlanjut dan tidak berhenti atau berhenti
dalam waktu singkat itu disebut istihadhah.
3. Haid itu akan berhenti dengan keluarnya lender putih yaitu cairan wanita, maka terdapat dua
kemungkinan ; bila itu terjadi dalam masa haid dan ia menganggapnya sebagai daraah haid
yang ia kenal, maka itu berarti darah haid, dan bila terjadi diluar kebiasaan waktu haid dan ia
tidak menganggapnya sebagai darah haid yang ia kenal, maka darah itu tidak ada hukumnya
karena termasuk sesuatu yang sedikit (yang dimaafkan).

Tata Cara Bersuci Dari Haid Dan Junub


Cara mandi bagi wanita yang sudah selesai haidnya atau telah berjunub adalah sama dengan
cara laki-laki mandi junub, hanya bagi wanita tidak wajib atasnya melepas ikatan atau kepangan
(jalinan) rambutnya, sebagaimana dijelaskan dalam hadits Ummu Salamah ra. berikut ini:
"Seorang wanita berkata kepada Rasulullah SAW: "Sesungguhnya aku adalah orang yang
mengikat rambut kepalaku. Apakah aku (harus) membuka ikatan rambut ku untuk mandi
janabat." Rasulullah menjawab: "Sungguh cukup bagimu menuang mengguyur) atas kepalamu
tiga tuangan dengan air kemudian engkau siram seluruh badanmu, maka sungguh dengan
berbuat demikian) engkau telah bersuci." {HR. Muslim, Ahmad, dan Tirmidzi dan dia berkata
hadits ini adalah hasan shahih). Dalam riwayat lain hadits ini dari jalan Abdurrazaq dengan
lafadz: "Apakah aku harus (harus) melepaskannya (ikatan rambutku) untuk mandi janabat?"
disunahkan bagi wanita apabila mandi dari haid atau nifas memakai kapas yang ditaruh padanya
minyak wangi lalu digunakan untuk membersihkan bekas darah agar tidak meninggalkan bau.
Dan juga firman Allah SWT: "Mereka bertanya kepadamu tentang haid , katakanlah haid itu
kotoran yang menyakitkan) maka dari itu jauhkanlah diri kalian dari wanita (istri) yang sedang
haiddan janganlah engkau mendekati mereka, sampai mereka bersuci (mandi)." {Al-Baqarah :
222}

Adapun tata cara mandi yang disunnahkan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam adalah:
1. mencuci kedua tangan sekali, dua kali atau tiga kali.
2. lalu mencuci kemaluan dengan tangan kiri, setelah itu tangan bekas menggsok kemaluan
tersebut digosokan ke bumi.
3. kemudian berwudhu seperti wudhunyaorang yang mau shalat. Boleh mengakhirkan kedua kaki
(dalam berwudhu tidak mencuci kaki)sampai mandi selesaibaru kemudian mencuci kedua kaki.
4. membasahi kepala sampai pangkal rambutdengan menyela-nyelanya dengan jari-jemari.
5. setelah itu menuangkan air di atas kepala sebanyak tiga kali.
6. kemudian menyiram seluruh tubuh, dimulai dengan bagian kanan tubuh lalu bagian kiri sambil
membersihkan kedua ketiak, telinga bagian dalam, pusar dan jari jemari kaki serta menggosok
bagian tubuh yang mungkin digosok.
7. selesai mandi, mencuci kedua kaki bagi yang mengakhirkannya (tidak mencucinya tatkala
berwudhu)
8. membersihkan/mengeringkan air yang ada di badan dengan tangan (dan boleh dengan handuk
atau lainnya)

L.I.5. Memahami dan menjelaskan ibadah yang dapat dijalankan dalam keadaan suci
dan tidak suci

d. Makna Istihadhah
Istihadhah ialah keluarnya darah terus menerus pada seorang wanita tanpa henti sama sekali
atau berhenti sebentar sehari atau dua hari dalam sebulan.
e. Kondisi wanita mustahadhah

35
4. Sebelum mengalami istihadhah, dia mempunyai haid yang jelas waktunya.
Dalam kondisi ini hendaklah dia berpedoman kepada jadwal haidnya yang telah diketahui
sebelumnya. Maka pada masa itu dihitung sebagai haid dan berlaku baginya hukum-hukum
haid. Adapun selain masa tersebut merupakan istihadhah yang berlaku baginya hukum-hukum
istihadhah. Misalnya, seorang wanita biasanya haid selama enam hari pada setiap awal bulan,
tiba-tiba mengalami istihadhah dan darahnya keluar terus menerus. Maka masa haidnya
dihitung enam hari pada setiap awal bulan, sedang selainnya merupakan istihadhah.
Berdasarkan hadits Aisyah bahwa Fatimah binti Abi Hubaisy bertanya kepada Nabi saw,

ِ ‫َّام الَّتِي ُك ْن‬


ِ ‫ت تَحِ ي‬
َ‫ْض ْين‬ َ ‫صالَة َ قَد َْر األَي‬ َّ ‫ط ُه ُر أَفَأَدَعُ ال‬
َّ ‫ الَ إِ َّن ذَلِكَ ع ِْر ٌق َولَك ِْن دَعِي ال‬: ‫صالَة َ ؟ قَا َل‬ ُ ‫س ْو َل هللاِ إِنِي أ ُ ْست َ َح‬
ْ َ ‫اض فَالَ أ‬ ُ ‫يَا َر‬
. ‫صلِي‬َ َ ‫و‬ ‫ِي‬ ‫ل‬ ‫س‬
ِ َ ‫ت‬‫غ‬ْ ‫ا‬ ‫م‬ ُ ‫ث‬
َّ َ ِ‫ا‬‫ه‬ ‫ي‬
ْ ‫ف‬
“Ya Rasulullah, sungguh aku mengalami istihadhah maka tidak pernah suci, apakah aku
meninggalkan shalat?” Nabi saw menjawab, “Tidak, itu adalah darah penyakit. Namun
tinggalkanlah shalat sebanyak hari yang biasanya kamu haid sebelum itu, kemudian mandilah
dan lakukan shalat.”
(HR. Al-Bukhari).

5. Tidak mempunyai haid yang jelas waktunya sebelum mengalami istihadhah, karena istihadhah
tersebut terus menerus terjadi padanya mulai dari saat pertama kali dia mendapatkan darah.
Dalam kondisi ini hendaknya dia melakukan tamyiz (pembedaan), seperti jika darahnya
berwarna hitam, atau kental, atau berbau maka yang terjadi adalah haid dan berlaku baginya
hukum-hukum haid. Dan jika tidak demikian, yang terjadi adalah istihadhah dan berlaku
baginya hukum-hukum istihadhah. Misalnya, seorang wanita pada saat pertama kali mendapat
darah dan darah itu keluar terus menerus, akan tetapi ia dapati selama sepuluh hari dalam
sebulan darahnya berwarna hitam kemudian setelah itu berwarna merah, atau ia dapati selama
sepuluh hari dalam sebulan darahnya kental kemudian setelah itu encer, atau ia dapati selama
sepuluh hari dalam sebulan berbau darah haid tetapi setelah itu tidak berbau. Maka haidnya
yaitu darah yang berwarna hitam (pada kasus pertama), darah kental (pada kasus kedua) dan
darah yang berbau (pada kasus ketiga). Sedangkan selain hal tersebut, dianggap sebagai darah
istihadhah.

Berdasarkan sabda Nabi saw kepada Fatimah binti Abu Hubaisy:

. ‫صلِي فَإِنَّ َما ه َُو ع ِْر ٌق‬ َّ ‫صالَةِ فَإِذَا َكانَ اآلخ ََر فَت ََو‬
َ ‫ضئِي َو‬ َ ‫ف فَإِذَا َكانَ ذَلِكَ فَأ َ ْم ِسكِي‬
َّ ‫ع ِن ال‬ ُ ‫ض ِة فَإِنَّهُ أَس َْودُ يُ ْع َر‬
َ ‫إِذَا َكانَ دَ ُم ال َح ْي‬
“Darah haid yaitu apabila berwarna hitam yang dapat diketahui. Jika demikian maka
tinggalkan shalat. Tetapi jika selainnya maka berwudhulah dan lakukan shalat karena itu
darah penyakit.”
(HR. Abu Dawud, an-Nasa`Abu dan dinyatakan shahih oleh Ibnu Hibban dan al-Hakim).
6. Tidak mempunyai haid yang jelas waktunya dan tidak bisa dibedakan secara tepat darahnya.
Seperti jika istihadhah yang dialaminya terjadi terus menerus mulai dari saat pertama kali
melihat darah sementara darahnya memiliki satu sifat saja atau berubah-ubah dan tidak
mungkin dianggap sebagai darah haid. Dalam kondisi ini, hendaklah ia mengambil kebiasaan
kaum wanita pada umumnya. Maka masa haidnya adalah enam atau tujuh hari pada setiap bulan
dihitung mulai dari saat pertama kali mendapati darah. Sedang selebihnya merupakan
istihadhah. Misalnya seorang wanita saat pertama kali melihat darah pada tanggal lima dan
darah itu keluar terus menerus tanpa dapat dibedakan secara tepat mana yang darah haid baik
melalui warna ataupun dengan cara lain. Maka haidnya pada setiap bulan dihitung selama enam
hari atau tujuh hari dimulai dari tanggal lima tersebut.

36
Hal ini berdasarkan hadits Hamnah binti Jahsy bahwa ia berkata kepada Nabi saw, “Ya
Rasulullah, sungguh aku sedang mengalami istihadhah yang deras sekali. Lalu bagaimana
pendapatmu tentangnya karena ia telah menghalangiku shalat dan berpuasa?” Beliau bersabda,
“Aku beritahukan kepadamu (untuk menggunakan) kapas dengan meletakkannya pada farji,
karena hal itu dapat menyerap darah.” Hamnah berkata, “Darahnya lebih banyak dari itu.” Nabi
saw pun bersabda, “Ini hanyalah salah satu usikan setan. Maka hitunglah haidmu enam atau
tujuh hari menurut ilmu Allah Taala, lalu mandilah sampai kamu merasa telah bersih dan suci,
kemudian shalatlah selama 24 atau 23 hari, dan puasalah.” (HR. Ahmad, Abu Dawud dan at-
Tirmidzi. Menurut Ahmad dan at-Tirmidzi hadits ini shahih, sedang menurut al-Bukhari
hasan).

f. Hukum-hukum istihadhah
Dari penjelasan terdahulu, dapat kita mengerti kapan darah itu sebagai darah haid dan kapan
sebagai darah istihadhah. Jika yang terjadi adalah darah haid maka berlaku baginya hukum-
hukum haid, sedangkan jika yang terjadi darah istihadhah maka yang berlaku pun hukum-
hukum istihadhah. Hukum-hukum haid yang penting telah dijelaskan di muka. Adapun hukum-
hukum istihadhah seperti halnya hukum-hukum keadaan suci. Tidak ada perbedaan antara
wanita mustahdhah dan wanita suci, kecuali dalam hal-hal berikut:
1. Wanita mustahdhah wajib berwudhu setiap kali hendak shalat.
Berdasarkan sabda Nabi saw kepada Fatimah binti Abu Hubaisy.

َّ ‫ث ُ َّم ت ََو‬
َ ‫ضئِي ِل ُك ِل‬
. ٍ‫صالَة‬

“Kemudian berwudhulah kamu setiap kali hendak shalat.” (Hr. Al-Bukhari)

Hal itu memberikan pemahaman bahwa wanita mustahadhah tidak berwudhu untuk shalat yang
telah tertentu waktunya kecuali jika telah masuk waktunya. Sedangkan shalat yang tidak
tertentu waktunya, maka ia berwudhu pada saat hendak melakukannya.
2. Ketika hendak berwudhu,
Membersihkan sisa-sisa darah dan melekatkan kain dengan kapas (atau pembalut) pada farjinya
untuk mencegah keluarnya darah. Berdasarkan sabda Nabi saw kepada Hamnah. “Aku
beritahukan kepadamu (untuk menggunakan) kapas, karena hal itu dapat menyerap darah.”
Hamnah berkata, “Darahnya lebih banyak dari itu.” Nabi bersabda, “Gunakan kain.” Kata
Hamnah, “Darahnya masih banyak pula.” Nabi pun bersabda, “Maka pakailah
penahan.” Kalaupun masih ada darah yang keluar setelah tindakan tersebut, maka tidak apa-
apa hukumnya. Karena sabda Nabi saw kepada Fatimah binti Abu Hubaisy:

ِ ‫علَى ال َح‬
. ‫صي ِْر‬ َ ‫ط َر الدَّ ُم‬ َ ‫صالَةٍ ث ُ َّم‬
َ َ‫صلِي َوإِ ْن ق‬ َّ ‫ُّضكِ ث ُ َّم ا ْغت َ ِسلِي َوت ََو‬
َ ‫ضئِي ِل ُك ِل‬ َ ‫صالَة َ أَي‬
ِ ‫َّام ت َ َحي‬ َّ ‫اِجْ تَنِبِي ال‬
“Tinggalkan shalat selama hari-hari haidmu, kemudian mandilah dan berwudhulah untuk
setiap kali shalat, lalu shalatlah meskipun darah menetes di atas alas.”
(HR. Ahmad dan Ibnu Majah).

3. Jima’ (senggama).
Para ulama berbeda pendapat tentang kebolehannya pada kondisi bila ditinggalkan tidak
dikhawatirkan menyebabkan zina. Yang benar adalah boleh secara mutlak. Karena ada banyak
wanita, mencapai sepuluh atau lebih, mengalami istihadhah pada zaman nabi, sementara Allah
dan rasulNya tidak melarang jima’ dengan mereka. FirmanNya,
“Hendaknya kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haid…” (Al-Baqarah: 222).

37
Ayat ini menunjukkan bahwa di luar keadaan haid, suami tidak wajib menjauhkan diri dari sitri.
Kalaupun shalat saja boleh dilakukan wanita mustahadhah maka jima’ pun tentu lebih boleh.
Dan tidak benar jima’ wanita mustahadhah dikiaskan dengan jima’ wanita haid, karena
keduanya tidak sama, bahkan menurut pendapat para ulama yang menyatakan haram. Sebab,
mengkiaskan sesuatu dengan hal yang berbeda adalah tidak sah.
(Rujukan: Darah kebiasaan wanita, Syaikh Muhammad bin Shaleh al-Utsaimin).

Haid (Menstruasi)
Yaitu darah yang keluar dari seorang wanita secara alami, tanpa suatu sebab dan pada waktu-
waktu tertentu.
4. Usia wanita yang mengalami haid tidak tertentu, kapan seorang wanita melihat pada dirinya
darah haid maka ia telah dianggap haid, walaupun belum berusia 9 tahun atau berusia di atas
50 tahun.
5. Batas minimal dan maksimal masa haid tidak tentu, kapan seorang wanita melihat darah
kebiasaan tersebut bukan karena luka dan sebagainya maka darah itu adalah darah haid tanpa
diukur dengan masa tertentu. Kecuali jika haid itu berlanjut dan tidak berhenti atau berhenti
dalam waktu singkat itu disebut istihadhah.
6. Haid itu akan berhenti dengan keluarnya lender putih yaitu cairan wanita, maka terdapat dua
kemungkinan ; bila itu terjadi dalam masa haid dan ia menganggapnya sebagai daraah haid
yang ia kenal, maka itu berarti darah haid, dan bila terjadi diluar kebiasaan waktu haid dan ia
tidak menganggapnya sebagai darah haid yang ia kenal, maka darah itu tidak ada hukumnya
karena termasuk sesuatu yang sedikit (yang dimaafkan).

Tata Cara Bersuci Dari Haid Dan Junub


Cara mandi bagi wanita yang sudah selesai haidnya atau telah berjunub adalah sama dengan
cara laki-laki mandi junub, hanya bagi wanita tidak wajib atasnya melepas ikatan atau kepangan
(jalinan) rambutnya, sebagaimana dijelaskan dalam hadits Ummu Salamah ra. berikut ini:
"Seorang wanita berkata kepada Rasulullah SAW: "Sesungguhnya aku adalah orang yang
mengikat rambut kepalaku. Apakah aku (harus) membuka ikatan rambut ku untuk mandi
janabat." Rasulullah menjawab: "Sungguh cukup bagimu menuang mengguyur) atas kepalamu
tiga tuangan dengan air kemudian engkau siram seluruh badanmu, maka sungguh dengan
berbuat demikian) engkau telah bersuci." {HR. Muslim, Ahmad, dan Tirmidzi dan dia berkata
hadits ini adalah hasan shahih). Dalam riwayat lain hadits ini dari jalan Abdurrazaq dengan
lafadz: "Apakah aku harus (harus) melepaskannya (ikatan rambutku) untuk mandi janabat?"
disunahkan bagi wanita apabila mandi dari haid atau nifas memakai kapas yang ditaruh padanya
minyak wangi lalu digunakan untuk membersihkan bekas darah agar tidak meninggalkan bau.
Dan juga firman Allah SWT: "Mereka bertanya kepadamu tentang haid , katakanlah haid itu
kotoran yang menyakitkan) maka dari itu jauhkanlah diri kalian dari wanita (istri) yang sedang
haiddan janganlah engkau mendekati mereka, sampai mereka bersuci (mandi)." {Al-Baqarah :
222}

Adapun tata cara mandi yang disunnahkan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam adalah:
9. mencuci kedua tangan sekali, dua kali atau tiga kali.
10. lalu mencuci kemaluan dengan tangan kiri, setelah itu tangan bekas menggsok kemaluan
tersebut digosokan ke bumi.
11. kemudian berwudhu seperti wudhunyaorang yang mau shalat. Boleh mengakhirkan kedua kaki
(dalam berwudhu tidak mencuci kaki)sampai mandi selesaibaru kemudian mencuci kedua kaki.
12. membasahi kepala sampai pangkal rambutdengan menyela-nyelanya dengan jari-jemari.
13. setelah itu menuangkan air di atas kepala sebanyak tiga kali.

38
14. kemudian menyiram seluruh tubuh, dimulai dengan bagian kanan tubuh lalu bagian kiri sambil
membersihkan kedua ketiak, telinga bagian dalam, pusar dan jari jemari kaki serta menggosok
baagian tubuh yang mungkin digosok.
15. selesai mandi, mencuci kedua kaki bagi yang mengakhirkannya (tidak mencucinya tatkala
berwudhu)
16. membersihkan/mengeringkan air yang ada di badan dengan tangan (dan boleh dengan handuk
atau lainnya)

DAFTAR PUSTAKA
http://muslimah.or.id/ramadhan/hukum-obat-pencegah-haid-selama-ramadhan-amalan-
wanita-haid.html
Cormack D.H. Introduction to Histology. Philadelphia, J.B. Lippincott Company, 1984:299-
303

Ganong W.F. 2008. Buku Ajar FIsiologi Kedokteran. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Gunawan ,SG.(2007).Farmakologi dan Terapi, Edisi 5. Jakarta : Departement Farmakologi dan


Terapeutik FKUI

39
Guyton, Hall. 2006. Text Book of Medical Physiology 11th edition. Philadelphia: Elsevier
Soundres

Harrison’s : Principles of Internal medicine, 18th

http://emedicine.medscape.com/article/953945-treatment
th
Junquiera L.C, Carneiro J, Kelley R.O. Basic Histology. 10 edition, Washington, Lange, 2003:
316-23

Kumar V, Abbas AK, Fausto N. Robbins and Cotran Pathologic Basis of Disease. Philadelphia:
Elsevier Saunders. 2005

Leeson CR, Leeson TS, Paparo AA. 1996. Buku Ajar Histologi. Ed 5. Jakarta : EGC.

Murray,RK et al (2003). Biokimia Harper edisi 25.Jakarta.EGC

Persatuan Obstetri dan Ginekologi Indonesia. Standar Pelayanan Medik. Jakarta : 2006

Price, Sylvia A. Wilson, Lorraine M. 1995. Patofisiologi : konsep klinis proses-proses penyakit.
Ed. 4. Jakarta : EGC.

Sarwono, 1999. Ilmu Kandungan. Yayasan Bina Pustaka. Jakarta.

Scherzer W J, Clamrock H, 1996. Amenorea, Novaks Gynecology, 12 th edition, William &


Wilkins, Baltimore, 809 – 831

Sherwood Lauralee. Fisiologi Manusia dari sel ke sel. Edisi 2. Jakarta: EGC, 2001

Snell,RS.(2006).Anatomi Klinik untuk Mahasiswa kedokteran edisi 6. Jakarta.EGC

40

Anda mungkin juga menyukai