Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN KUNJUNGAN

SUPERVISI BPJS KESEHATAN CABANG MAGELANG


Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu
Kesehatan Masyarakat

Disusun Oleh:

Laila Firdausi Wahidah (13711157)

Dwi Ana Setyawati (13711105)

Widya Puspitas Sari (13711053)

Rachmi Hidayati Pattimura (13711044)

Ivan Dwi Saputra (13711048)

Pembimbing:

dr. Sunarto, M.Kes

STASE ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

YOGYAKARTA


2019
BAB I
LATAR BELAKANG

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial atau BPJS merupakan badan hukum


yang dibentuk untuk menyelenggarakan program Jaminan sosial (BPJS
Kesehatan, 2014). Berdasarkan Undang-Undang No 24 Tahun 2011, jaminan
sosial adalah salah satu bentuk perlindungan sosial untuk menjamin seluruh
rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak. Didalam
Undang-Undang tersebut juga dijelaskan bahwa beberapa lembaga jaminan sosial
yang ada di Indonesia dinyatakan sebagai BPJS diantaranya yaitu Perusahaan
Perseroan (Persero) Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK), Perusahaan
Perseroan (Persero) Dana Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri (TASPEN),
Perusahaan Perseroan (Persero) Asuransi Sosial Angkatan Bersenjata Republik
Indonesia (ASABRI), Perusahaan Perseroan (Persero) Asuransi Kesehatan
Indonesia (ASKES). Undang-Undang tersebut dibentuk oleh 2 BPJS yaitu BPJS
Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan. BPJS Kesehatan akan menyelenggarakan
program jaminan di bidang kesehatan sedangkan BPJS Ketenagakerjaan akan
menyelenggarakan program jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua, jaminan
pensiun, dan jaminan kematian (Presiden RI, 2011).
Di lain sisi, Jaminan Kesehatan merupakan salah satu dari lima jaminan
sosial yang tercantum dalam Undang-Undang No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem
Jaminan Sosial Nasional (Presiden RI, 2004). Lima jaminan sosial tersebut
diantaranya adalah jaminan kesehatan, jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari
tua, jaminan pensiun, dan jaminan kematian. Sedangkan, sistem Jaminan
Kesehatan tersebut dinamakan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Sistem JKN
ini diselenggarakan berdasarkan pada prinsip:
1. Gotong-royong;
2. Nirlaba;
3. Keterbukaan;
4. Kehati-hatian;
5. Akuntabilitas;
6. Portabilitas;
7. Kepesertaan bersifat wajib;
8. Dana amanat; dan
9. Hasil pengelolaan Dana Jaminan Sosial dipergunakan seluruhnya
untuk pengembangan program dan untuk sebesar-besar kepentingan
peserta.

Menurut BPJS Kesehatan (2014), saat ini JKN BPJS memiliki beberapa
manfaat yang dapat dirasakan oleh masyarakat Indonesia yaitu meliputi:
a. Pelayanan kesehatan tingkat pertama, yaitu pelayanan kesehatan non
spesialistik mencakup:
1. Administrasi pelayanan
2. Pelayanan promotif dan preventif
3. Pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi medis
4. Tindakan medis non spesialistik, baik operatif maupun non operatif
5. Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai
6. Transfusi darah sesuai kebutuhan medis
7. Pemeriksaan penunjang diagnosis laboratorium tingkat pertama
8. Rawat inap tingkat pertama sesuai indikasi
b. Pelayanan kesehatan rujukan tingkat lanjutan, yaitu pelayanan kesehatan
mencakup:
1. Rawat jalan, meliputi:
a) Administrasi pelayanan
b) Pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi spesialistik oleh
dokter spesialis dan sub spesialis
c) Tindakan medis spesialistik sesuai dengan indikasi medis
d) Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai
e) Pelayanan alat kesehatan implant
f) Pelayanan penunjang diagnostic lanjutan sesuai dengan
indikasi medis
g) Rehabilitasi medis
h) Pelayanan darah
i) Peayanan kedokteran forensik
j) Pelayanan jenazah di fasilitas kesehatan
2. Rawat Inap yang meliputi:
a) Perawatan inap non intensif
b) Perawatan inap di ruang intensif
c) Pelayanan kesehatan lain yang ditetapkan oleh Menteri
BAB II
PERMASALAHAN

Suatu program atau sistem dalam pelaksanaannya, tak akan terlepas dari
suatu masalah. Begitu juga dengan sistem BPJS Kesehatan yang resmi beroperasi
pada tahun 2014 ini. BPJS dibuat sedemikian rupa dengan tujuan agar dapat
membiayai masalah kesehatan seluruh lapisan masyarakat Indonesia sehingga
dapat disimpulkan bahwa sistem ini merupakan suatu sistem dimana yang tidak
sakit akan membiayai yang sakit. Pada sistem seperti itu, pastilah memiliki
masalah dalam pelaksanaannya baik secara teknis maupun di lapangan sehingga
diperlukan evaluasi terus-menerus untuk memperbaiki sistem yang sudah ada.
Seiring dengan berjalannya waktu, program BPJS ini telah melakukan berbagai
evaluasi bersama tindakan-tindakan penyelesaiannya. Akan tetapi, ada beberapa
masalah yang hingga kini belum terselesaikan diantaranya yaitu program JKN
yang diselenggarakan BPJS kesehatan masih ditemukan banyak peserta yang
menunggak pembayaran pada peserta BPJS mandiri. Para peserta banyak yang
datang ke BPJS untuk mendaftar ketika sakit, namun tidak menjalankan iuran
pada bulan-bulan berikutnya. Padahal, banyak dari penyakit-penyakit pasien
seperti kanker, hemodialisa, dan penyakit-penyakit kronis lainnya yang
membutuhkan biaya yang besar. Selain itu, program BPJS sendiri masih terdapat
kemungkinan terjadinya fraud terkait di program JKN ini. Fraud atau tindakan
kecurangan terkait anggaran ini dapat disebabkan oleh pelayan kesehatan, dokter,
ataupun petugas BPJS itu sendiri baik secara teknis maupun di lapangan.
Sejak bulan September 2018, BPJS mulai memberlakukan sistem aturan
yang baru yaitu sistem rujukan berjenjang. Sistem rujukan berjenjang yang
dimaksud adalah masyarakat harus dirujuk ke fasilitas pelayanan tipe D terlebih
dahulu sebelum ke rumah sakit tipe C, B dan A untuk berobat. Aturan baru
sistem rujukan BPJS ini bertujuan untuk mencegah defisit anggaran. Namun,
aturan baru ini juga menimbulkan masalah baru yaitu mempersulit berbagai pihak,
khususnya para pasien. Banyak dari pasien yang memerlukan rujukan ke rumah
sakit akan tetapi harus melalui rumah sakit tipe D terlebih dahulu sehingga
menempuh rujukan yang panjang. Selain itu, sistem rujukan ini menyebabkan
penumpukan antrian di beberapa rumah sakit tipe D ataupun C dan terdapat
pengurangan yang lumayan drastis pada tipe B. Pada laporan dan catatan harian
ini kami akan membahas permasalahan tersebut berdasarkan sumber literatur yang
kami peroleh.
BAB III
PEMBAHASAN

BPJS merupakan badan penyelenggaran jaminan kesehatan nasional yang


ditunjuk oleh pemerintah untuk menyelenggarakan program jaminan sosial.
Sistem jaminan social ini bertujuan untuk memberikan kepastian perlindungan
dan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
(BPJS). Badan Penyelenggara Jaminan Sosial atau BPJS merupakan lembaga
yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan sosial di Indonesia
menurut Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 dan Undang-Undang Nomor 24
Tahun 2011. Undang-Undang ini membentuk 2 (dua) BPJS yaitu BPJS Kesehatan
dan BPJS Ketenagakerjaan. BPJS Kesehatan menyelenggarakan program
jaminan kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan menyelenggarakan program
jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua, jaminan pensiun dan jaminan
kematian.
Peserta harus membayar iuran jaminan kesehatan untuk menjadi peserta
BPJS. Dikutip dari website resmi BPJS Kesehatan (bpjs-kesehatan.go.id), Peserta
BPJS adalah setiap orang, termasuk orang asing yang bekerja paling singkat enam
bulan di Indonesia yang telah membayar iuran, meliputi :1.Penerima Bantuan
Iuran Jaminan Kesehatan (PBI), yaitu fakir miskin dan orang tidak mampu
dengan penetapan peserta sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan.2. Bukan Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan (Non PBI). Bagi
peserta yang mempunyai upah/gaji, besaran iuran berdasarkan persentase
upah/gaji dibayar oleh pekerja dan pemberi kerja. Bagi yang tidak mempunyai
gaji/upah besaran iurannya ditentukan dengan nilai nominal tertentu, sedangkan
bagi masyarakat miskin dan tidak mampu membayar
iuranmakaiurannyadibayaripemerintah.
Prinsip yang digunakan jaminan kesehatan menurut UU SJSN, yaitu:
prinsip kegotong royongan, Prinsip ini didasarkan pada mekanisme gotong-
royong dari para peserta yang mampu kepada peserta yang tidak mampu dalam
bentuk kepesertaan yang bersifat wajib bagi seluruh rakyat. Pesertayang sehat
dapat membantu orang yang sakit. Oleh karena itu, masyarkat Indonesia
seharusnya dapat menyadari akanpentingnya prinsip kegotong-royongan dari
jaminan sosial ini sehingga mereka sadar akan hak dan kewajibannya dalam
membayar iuran maupun memperoleh fasilitas kesehatan yang tersedia sesuai
dengan prosedur yang berlaku. Selain itu, BPJS juga harus senantiasa menerapkan
prinsip keterbukaan, kehati-hatian, akuntabilitas, efisiensi dan efektifitas supaya
dana yang terkumpul dari iuran peserta dapat dikelola dengan sebaik-baiknya
dalam rangka pengembangan program danuntuk kepentingan peseta yang sebesar-
besarnya. BPJS Kesehatan harus lebih berkembang dan maju dengan membangun
sistem yang lebih baik supaya dapat mencegah adanya aksi kecurangan dalam
program JKN-KIS. Program BPJS ini juga perlu adanya pembentukan tim khusus
yang mengatur dan mencegah aksi kecurangan dalam prosedur BPJS yang
berlaku. Selain itu, dalam penyelenggaraan program JKN-KIS ini tentunya perlu
bantuan dari semua pihak baik dari masyarakat, pemerintah, mitra perbankan,
manajemen fasilitas kesehatan dan tenaga medis untuk bisa mengawal dan
mengawasi program JKN-KIS ini agar bisa terus mengalirkan manfaatnya kepada
yang membutuhkannya.
Aturan Sistem berjenjang untuk dapat menggunakan klaim BPJS dinilai
masyarakat sangat merugikan, hal ini dikarenakan pasien yang mengalami kondisi
darurat serta harus mendapatkan penanganan medis di tipe B harus melalui
rujukan rumah sakit tipe C terlebih dahulu, sehingga dengan diberlakukannya
aturan sistem klaim berjenjang dari BPJS menyebabkan rumah sakit tipe C
pasiennya menumpuk. Oleh karena itu, Implementasi rujukan online di fasilitas
kesehatan harus terus ditingkatkan. Hal ini supaya prosesdalam keadministrasian
di rumah sakit dapat menjadi lebih cepat dan sederhana. Pelayanan terhadap
pasien tetap dapat dilakukan oleh rumah sakit meskipun tidak membawa surat
rujukan. Sehingga, antrian tidak lagi menumpuk dan pasien dapat dilayani dengan
cepat.
Pada sistem rujukan online, ketika petugas FKTP memberikan rujukan
online ke rumah sakit kepada peserta BPJS.Petugas kesehatan juga harus
mempertimbangkan jarak rumah sakit, tipe rumah sakit, kelengkapan sarana
prasarana rumah sakit dan dokter yang sesuai dengan kompetensi diagnosa
penyakit yang dideritanya. Sehingga, pasien tetap mendapatkan informasi yang
jelas dan merasakan pelayanan yang baik serta sesuai dengan rumah sakit tujuan
rujukan tersebut tanpa mengurangi kualitas pelayanan yang didapatkannya baik
ketersediaan obat-obatannya maupun pelayanan jaminan BPJS Kesehatan. Selain
itu, penataan pasien BPJS ini juga harus diimbangi oleh ketersediaan fasilitas dan
tenaga kesehatan yang memadai untuk dapat melayani semua pasien dengan
optimal.

.
BAB IV
CATATAN HARIAN

Salah satu bentuk kegiatan yang harus dilakukan dalam stase Ilmu
kesehatan masyarakat dalam pendidikan klinik Fakultas kedokteran UII adalah
melakukan kunjungan ke kantor BPJS. Pada kesempatan ini kami mendapatkan
tugas untuk magang dan observasi di kantor BPJS Kesehatan Cabang Magelang
yang terletak dijalan gatot Subroto No.2 Magelang Jawa Tengah. Pada pukul
07.00, 01 Maret 2019 kami berangkat dari Mess dokter muda FK UII, pada pukul
08.00 WIB kami tiba dikantor BPJS. Saat dikantor BPJS kita dipersilahkan naik
ke lantai dua, memasuki ruang meeting room, kemudian kami diberikan
penjelasan 2 materi yaitu materi tentang system kepesertaan BPJS dan system
pelayanan dan perujukan. Proses magang dan observasi dilakukan mulai dari
pukul 09-00 sampai pukul 11.30 WIB. Dibawah ini berikut akan dipaparkan
ringkasan hasil kunjungan kamu di BPJS kesehatan Cabang Maelang :

Hari, Tanggal Jam Kegiatan


09.00 – 10.30 1. Dokter muda kelompok desa
Dukun tiba di BPJS kesehatan
cabang Magelang
2. Perkenalan dan ramah tamah
dengan pihak kantor BPJS
Kesehatan cabang Magelang
3. Penjelasan materi pertama
mengenai system jaminan
kesehatan (JKN) dan alur
pendaftaran BPJS

Jumat, 01 Maret 2019


10.30-11.30 1. Penayangan video penggunaan
aplikasi BPJS
2. Penjelasan materi kedua
mengenai sistem layanan
kesehatan dan alur rujukan
BPJS
3. Sesi diskusi dan tanya jawab
Hasil yang kami dapatkan :
1. BPJS merupakan suatu sistem jaminan kesehatan nasional berupa asuransi
kesehatan di Indonesia
2. BPJS menggunakan sitem pelayanan rujukan berjenjang terhadap fasilitas
kesehatan primer
3. Mendapatkan informasi mengnai penyakit apa saja yang dapat di klaim
BPJS
4. Mendapatkan informasi mengenai alur pembayaran kepesertaan
5. Mengetahui penybab kurangnya dana pembayaran kesehatan
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

Jaminan kesehatan nasional merupakan sutu program negara dengan


harapan dapat memberikan perlindungan serta kesejahteraan social untuk semua
masyarakat. Berdasarkan hasil pemaparan dan diskusi, masih banyak masalah
yang terjadi dalam sistem BPJS. Terutama terkait dengan jumlah kepesertaan
BPJS yang mana karena dirasa rumit dan prosesnya lama masih banyak
masyarakat yang enggan untuk mendaftarkan diri sebagai anggota BPJS, selain
dari itu masalah utama yang lainnya adalah mengenai masih banyaknya anggota
BPJS yang terlambat dalam membayar iuran kepesertaan, yang akibatnya BPJS
mengalami kekurangan dana yang akan didistribusikan kepelayanan kesehatan.
Saran
1. Upaya peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya
BPJS yang merupakan suatu program dalam bergotong royong
terhadap masyarakat yang sakit dari yang sehat.
2. Menggiatkan penyuluhan terkait alur kepesertaan dan tata cara
pembayaran iuran bagi masyarakat.
3. Perlu adanya transparansi keuangan dari pembayaran
masyarakat terhdap penggunaan pihak BPJS
DAFTAR PUSTAKA

BPJS Kesehatan, 2014. Panduan Praktis Tentang Kepesertaan Dan Pelayanan


Kesehatan Yang Diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan berdasarkan
Regulasi yang Sudah Terbit. https://bpjs-
kesehatan.go.id/bpjs/dmdocuments/a9c04aa825ffc12d24aeee668747f284
.pdf Diakses tanggal 02 Maret 2019 pukul 12.32
BPJS Kesehatan, 2014. Manfaat Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) BPJS
Kesehatan. https://bpjs-kesehatan.go.id/bpjs/pages/detail/2014/12
Diakses tanggal 02 Maret 2019 pukul 16.26
Presiden RI., 2011. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2011
tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. https://bpjs-
kesehatan.go.id/bpjs/dmdocuments/20e67493084e6d2e600888b1dd9f94f
4.pdf Diakses tanggal 02 Maret 2019 pukul 15.38
Presiden RI., 2004. Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional.
https://jdih.kemenkeu.go.id/fulltext/2004/40TAHUN2004UU.htm
Diakses tanggal 02 Maret 2019 pukul 16.17

Anda mungkin juga menyukai