Anda di halaman 1dari 24

SKENARIO

Menteri Kesehatan Nila Djuwita F Moeloek mengatakan 71 orang


meninggal akibat wabah campak dan gizi buruk di Kabupaten Asmat, Papua.
“Update data, yang meninggal kurang lebih 71 orang,” kata Nila seusai rapat
terbatas mengenai penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB) di Kabupaten
Asmat, Papua, di Kantor Kemenko PMK, Jakarta, Rabu (31/1/2018). Dari kejadian
ini, pihaknya sudah melakukan imunisasi terhadap sekitar 13.300 anak di Asmat.
Namun, masih ada sejumlah distrik yang belum dapat dijangkau timnya karena
kendala geografis (Sumber:
https://nasional.kompas.com/read/2018/01/31/15410691/menkes-71-orang-
meninggal-dalam-kasus-gizi-buruk-dan-campak-di-asmat).
Sebagian besar orangtua yang anaknya meninggal dan sakit karena terpapar
campak dan gizi buruk tinggal jauh dari pusat kesehatan yang ideal. Dari 71 anak
yang meninggal dunia karena campak dan gizi buruk, 37 di antara mereka berasal
dari Distrik Pulau Tiga. Untuk menuju ke wilayah yang berbatasan dengan
Kabupaten Mimika hanya bisa dilalui melalui jalur sungai menggunakan perahu
bermotor. Perjalanan tersebut dapat memakan waktu antara dua hingga tiga jam.
Jangkauan ke pusat pengobatan sangat sulit karena masyarakat harus menggunakan
jalur laut dan sungai. Selain permasalahan geografis, ternyata warga suku Asmat
biasa mengonsumsi air sungai untuk kebutuhan makan dan minum sehari-hari.
Sebagian warga tidak mempunyai jamban sehingga untuk buang air besar dan kecil
biasa mereka lakukan di pekarangan rumah mereka (Sumber:
http://www.bbc.com/indonesia/indonesia-42882847. 31 Januari 2018. Krisis
kesehatan di asmat: ‘saya minum air langsung dari sungai’).
Permasalahan gizi pada anak tidak hanya masalah gizi kurang dan buruk
saja seperti yang terjadi di asmat. Tetapi juga masalah gizi lebih perlu diwaspadai.
Pertumbuhan obesitas pada anak di Indonesia meningkat tiga kali lipat. Kajian
Global Burden of Diseases yang dipublikasikan jurnal ilmiah Lancet pada 2014
menempatkan Indonesia di posisi 10 dalam daftar negara dengan tingkat obesitas
tertinggi di dunia. Penyebab gizi lebih pada anak ada bermacam-macam. Pada
umumnya dapat disebabkan karena energi makanan yang berlebih atau karena
pengeluaran energi yang kurang atau keduanya, sebagaimana sering ditemukan
pada anak-anak dalam keluarga dengan sosial ekonomi baik, serta gaya hidup santai
(sedentary life style). Anak dengan status gizi lebih berpotensi mengidap berbagai
jenis penyakit setelah dewasa, antara lain diabetes, penyakit jantung dan kanker.

1
KATA SULIT
- KLB : Kejadian Luar Biasa; status yang ditegakkan Indonesia untuk
mengklasifikasikan merebaknya suatu wabah penyakit.
- Wabah : Kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat
yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi daripada keadaan
yang lazim pada waktu dan daerah tertentu.

BRAINSTORMING
1. Kapan suatu kejadian disebut KLB?
Kriteria KLB:
1. timbulnya suatu penyakit menular tertentu yang sebelumnya tidak ada/ tidak
terkenal di suatu daerah
2. peningkatan kejadian kesakitan terus menerus selama tiga kurun waktu dalam
jam, hari, atau minggu berturut-turut menurut jenis penyakit
3. peningkatan kejadian kesakitan dua kali atau lebih dibandingkan dengan
periode sebelumnya
4. jumlah penderita baru dalam periode waktu satu bulan menunjukkan
kenaikan dua kali atau lebih dari sebelumnya
5. angka rata-rata per bulan selama satu tahun naik dua kali atau lebih dibanding
rata-rata per bulan sebelumnya.

2. Faktor apa yang mempengaruhi KLB?


- Jenis penyakit
- Letak geografis
- Perilaku masyarakat
- Lingkungan

3. Siapa yang menetapkan KLB?


Peraturan menteri kesehatan RI no. 949/menkes/SK/VII/2004

4. Bagaimana tahapan pelaporan KLB/wabah?


1. masyarakat atau tenaga kesehatan
2. kepala desa/ lurah dan puskesmas
3. pimpinan puskesmas
4. kepala dinas kesehatan kabupaten/ kota
5. melaporkan secara berjenjang ke bupati, gubernur, menteri, melalui direktur
jenderal.

5. Apa tindak lanjut setelah ditetapkan KLB?


1. identifikasi masalah KLB
2. mencari penyebab
3. penyelesaian/ solusi

6. Bagaimana cara penanggulangan KLB?


Peraturan menteri kesehatan RI no. 1501/menkes/per/X/2010

2
Pasal 13; penanggulangan KLB seperti penyelidikan epidemiologi,
penatalaksanaan penderita, pencegahandan pengobatan, pemusnahan penyebab,
penanganan jenazah, penyuluhan kepada masyarakat dan lain-lain.
7. Bagaimana cara mencegah KLB?
- Meningkatkan fasilitas kesehatan
- Edukasi kepada masyarakat
- Vaksin dan imunisasi

8. Apa tujuan penyelidikan epidemiologi?


Untuk mendapatkan gambaran masalah kesehatan secara menyeluruh

9. Siapa saja yang menangani KLB?


Fasilitas kesehatan terdekat: puskesmas, RS, masyarakat, pemerintah daerah,
dan dinas kesehatan.

HIPOTESIS
Salah satu kriteria yang dapat dikatakan KLB apabila jumlah penderita baru dalam
periode waktu satu bulan menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih dari
sebelumnya, di mana KLB sudah diatur dalam Peraturan menteri kesehatan RI no.
949/menkes/SK/VII/2004. Tindak lanjut setelah ditetapkan KLB diatur dalam
Peraturan menteri kesehatan RI no. 1501/menkes/per/X/2010. KLB ditangani oleh
Fasilitas kesehatan terdekat: puskesmas, RS, masyarakat, pemerintah daerah, dan
dinas kesehatan.

SASARAN BELAJAR
1. Memahami Dan Menjelaskan Masalah Gizi Pada Anak
2. Memahami Dan Menjelaskan Gaya Hidup Tidak Sehat Pada Anak
3. Memahami Dan Menjelaskan KLB
4. Memahami Dan Menjelaskan Aspek Sosial Dalam Mengakses Fasilitas
Kesehatan
5. Memahami Dan Menjelaskan Sistem Rujukan
6. Memahami Dan Menjelaskan Pandangan Islam Mengenai KLB, Menjaga
Kesehatan, Dan Berobat

3
1. Memahami Dan Menjelaskan Masalah Gizi Pada Anak
PENILAIAN STATUS GIZI SECARA LANGSUNG
(1). Antropometri
Pengertian
Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari
sudut pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam
pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan
tingkat gizi.

Penggunaan
Antropometri secara umum digunakan untuk melihat ketidakseimbangan
asupan protein dan energi. Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan
fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh
(Supariasa, 2001).
Antropometri adalah pengukuran yang paling sering digunakan sebagai
metode penilaian status gizi secara langsung untuk menilai dua masalah utama gizi,
yaitu : (1) kurang energi protein (KEP), khususnya pada anak-anak dan ibu hamil,
(2) obesitas pada semua kelompok umur (FKM UI, 2008).
Salah satu cara pengukuran status gizi dengan antropometri adalah IMT
(indeks massa tubuh) yang merupakan alat sederhana untuk memantau status gizi
orang dewasa (18 tahun keatas). Khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan
kelebihan berat badan. Rumus perhitungan IMT adalah sebagai berikut

(2). Klinis
Pengertian
Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai status
gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi
yang dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada
jaringan epitel (supervicial epithelial tissue) seperti kulit, mata, rambut dan mukosa
oral atau pada organ-organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar
tiroid.

Penggunaan
Penggunaan metode ini umumnya untuk survei klinis secara cepat (rapid
clinical surveys). Survei ini dirancang untuk mendeteksi secara cepat tanda-tanda
klinis umum dari kekurangan salah satu atau lebih zat gizi. Disamping itu
digunakan untuk mengetahui tingkat status gizi seseorang dengan melakukan
pemeriksaan fisik yaitu tanda (sign) dan gejala (symptom) atau riwayat penyakit.

(3). Biokimia
Pengertian
Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang
diuji secara laboratorium yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh.
Jaringan tubuh yang digunakan antara lain, darah, urine, tinja dan juga beberapa
jaringan tubuh seperti hati dan otot.

4
Penggunaan
Metode ini digunakan untuk suatu peringatan bahwa kemungkinan akan
terjadi keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi. Banyak gejala klinis yang kurang
spesifik, maka penentuan kimia faali dapat lebih banyak menolong untuk
menentukan kekurangan gizi yang spesifik.

(4). Biofisika
Pengertian
Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status gizi
dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat perubahan
struktur dari jaringan.

Penggunaan
Umumnya dapat digunakan dalam situasi tertentu seperti kejadian buta
senja epidemik (epidemic of night blindness). Cara yang digunakan adalah tes
adaptasi.

PENILAIAN STATUS GIZI SECARA TIDAK LANGSUNG


(1). Survei konsumsi makanan
Pengertian
Survei konsumsi makanan adalah penentuan status gizi secara tidak
langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi.

Penggunaan
Pengumpulan data konsumsi makanan dapat memberikan gambaran tentang
konsumsi berbagai zat gizi pada masyarakat, keluarga dan individu. Survei ini dapat
mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan zat gizi.

(2). Statistik vital


Pengertian
Pengukuran status gizi dengan statistik vital adalah dengan menganalisis
data beberapa satistik kesehatan seperti angka kematian berdasarkan umur, angka
kesakitan dan kematian akibat penyebab tertentu dan data lainnya yang
berhubungan dengan gizi.

Penggunaan
Penggunaannya dipertimbangkan sebagai bagian dari indikator tidak
langsung pengukuran status gizi masyarakat.

(3). Faktor ekologi


Pengertian
Bengoa mengungkapkan bahwa malnutrisi merupakan masalah ekologi
sebagai hasil interaksi beberapa faktor fisik, biologis dan lingkungan budaya.

Penggunaan
Pengukuran faktor ekologi dipandang sangat penting untuk mengetahui
penyebab malnutrisi di suatu masyarakat sebagai dasar untuk melakukan program
intervensi gizi (Supariasa, 2001).

5
KLASIFIKASI STATUS GIZI
Menurut Sediaoetama (2001), keadaan kesehatan gizi sesuai dengan tingkat
konsumsi dibagi menjadi tiga yaitu:
1. Gizi lebih (overnutritional state)
Adalah tingkat kesehatan gizi sebagai hasil konsumsi berlebih. Ternyata kondisi ini
mempunyai tingkat kesehatan yang lebih rendah, meskipun berat badan lebih tinggi
dibandingkan berat badan ideal. Dalam keadaan demikian, timbul penyakit-
penyakit tertentu yang sering dijumpai pada orang kegemukan seperti ; penyakit
kardiovaskuler yang menyerang jantung dan system pembuluh darah, hipertensi,
diabetes mellitus dan lainnya.

2. Gizi baik (eunutritional state)


Tingkat kesehatan gizi terbaik ialah kesehatan gizi optimum (eunutritional state).
Dalam kondisi ini jaringan penuh oleh semua zat tersebut. Tubuh terbebas dari
penyakit dan mempunyai daya kerja dan efisiensi yang sebaik-baiknya. Tubuh juga
mempunyai daya tahan yang setinggi-tingginya.

3. Gizi kurang (undernutrition)


Adalah tingkat kesehatan gizi sebagai hasil konsumsi defisien. Terjadi gejala-gejala
penyakit defisiensi gizi. Berat badan akan lebih rendah dari berat badan ideal dan
penyediaan zat-zat gizi bagi jaringan tidak mencukupi, sehingga akan menghambat
fungsi jaringan tersebut.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STATUS GIZI


1. Pola konsumsi dan asupan makanan
Keadaan kesehatan gizi tergantung dari tingkat konsumsi. Tingkat konsumsi
ditentukan oleh kualitas dan kuantitas hidangan. Kalau susunan hidangannya
memenuhi kebutuhan tubuh, baik dari kualitas maupun kuantitasnya, maka tubuh
akan mendapat kondisi kesehatan gizi yang sebaik-baiknya.

2. Status kesehatan
Salah satu faktor yang mempengaruhi status gizi adalah penyakit infeksi yang
dapat mengganggu metabolisme dan fungsi imunitas. Penyakit infeksi dapat
menyebabkan perubahan status gizi kurang yang selanjutnya bermanifestasi ke
status gizi buruk.

3. Pengetahuan
Semakin banyak pengetahuan gizinya semakin diperhitungkan jenis dan
kwantum makanan yang dipilih untuk dikonsumsinya. Awam yang tidak
mempunyai cukup pengetahuan gizi, akan memilih makanan yang paling menarik
pancaindera, dan tidak mengadakan pilihan berdasarkan nilai gizi makan.
Sebaliknya mereka yang semakin banyak pengetahuan gizinya, lebih
mempergunakan pertimbangan rasional dan pengetahuan tentang gizi makanan
tersebut.

6
4. Status ekonomi
Di negara Indonesia yang jumlah pendapatan penduduk sebagian rendah adalah
golongan rendah dan menengah akan berdampak pada pemenuhan bahan makanan
terutama makanan yang bergizi.

5. Pemeliharaan kesehatan
Perilaku sehubungan dengan peningkatan dan pemeliharaan kesehatan (health
promotion behaviour). Misalnya makan makanan yang bergizi, olah raga dan
sebagainya termasuk juga perilaku pencegahan penyakit (health prevention
behavior) yang merupakan respon untuk melakukan pencegahan penyakit.

6. Lingkungan
Status gizi kurang bila diperburuk oleh kesehatan lingkungan rumah tangga
yang kurang memadai, dapat meningkatkan angka kesakitan akibat infeksi.

7. Budaya
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengaruh budaya antara lain sikap
terhadap makanan, penyebab penyakit, kelahiran anak, dan produksi pangan.
Dalam hal sikap terhadap makanan, masih banyak terdapat pantangan, tahayul, tabu
dalam masyarakat yang menyebabkan konsumsi makanan menjadi rendah.

2. Memahami Dan Menjelaskan Gaya Hidup Tidak Sehat Pada Anak


Gaya hidup atau kebiasaan yang sering dilakukan anak di sekolah adalah
dengan membeli jajanan dengan sembarangan. Mereka membeli jajan menurut
kesukaan mereka tanpa melihat atau memikirkan zat gizi yang terkandung dalam
makanan yang dibelinya. Perhatian aktifitas di luar ramah yang banyak biasanya
membuat mereka melupakan waktu untuk makan sehingga mereka membeli jajanan
di sekolah untuk sekedar mengisi perut. Gaya hidup yang kurang sehat atau
kebiasaan jajan yang tidak sehat pada siswa harus segera ditangani agar mereka
dapat terhindar dari berbagai macam gangguan penyakit gizi (Saputri, 2012).
Menurut WHO (World Health Organization) gaya hidup kurang sehat dapat
merupakan 1 dari 10 penyebab kematian dan kecacatan di dunia. Anak sekolah
dasar sering membeli jajanan di sekolah. Mereka lebih suka untuk membeli
makanan yang tersedia paling dekat dengan keberadaannya. Kebiasaan membeli
jajanan yang kurang terjamin kesehatannya dapat menyebabkan keracunan,
gangguan pencernaan dan jika dibiarkan berlangsung lama akan menyebabkan
status gizi yang buruk pada anak (Saputri, 2012).

3. Memahami Dan Menjelaskan KLB


Definisi KLB
Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah salah satu status yang diterapkan
di Indonesia untuk mengklasifikasikan peristiwa merebaknya
suatu wabah penyakit.

Status Kejadian Luar Biasa diatur oleh Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
949/MENKES/SK/VII/2004. Kejadian Luar Biasa dijelaskan sebagai timbulnya
atau meningkatnya kejadian kesakitan atau kematian yang bermakna secara
epidemiologis pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu.

7
Wabah adalah berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang
jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi dari pada keadaan yang
lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka.
Menteri menetapkan dan, mencabut daerah tertentu dalam wilayah Indonesia yang
terjangkit wabah sebagai daerah wabah.

Wabah harus mencakup:


1. Jumlah kasus yang besar.
2. Daerah yang luas
3. Waktu yang lebih lama.
4. Dampak yang timbulkan lebih berat.

Kriteria KLB
Status Kejadian Luar Biasa diatur oleh Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
949/MENKES/SK/VII/2004. Kejadian Luar Biasa dijelaskan sebagai timbulnya
atau meningkatnya kejadian kesakitan atau kematian yang bermakna secara
epidemiologis pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu.

Kriteria tentang Kejadian Luar Biasa mengacu pada Keputusan Dirjen No. 451/91,
tentang Pedoman Penyelidikan dan Penanggulangan Kejadian Luar Biasa. Menurut
aturan itu, suatu kejadian dinyatakan luar biasa jika ada unsur:
1. Timbulnya suatu penyakit menular yang sebelumnya tidak ada atau tidak
dikenal
2. Peningkatan kejadian penyakit/kematian terus-menerus selama 3 kurun waktu
berturut-turut menurut jenis penyakitnya (jam, hari, minggu)
3. Peningkatan kejadian penyakit/kematian 2 kali lipat atau lebih dibandingkan
dengan periode sebelumnya (jam, hari, minggu, bulan, tahun).Jumlah penderita
baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikan 2 kali lipat atau lebih bila
dibandingkan dengan angka rata-rata perbulan dalam tahun sebelumnya.
4. Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikan dua kali lipat
atau lebih bila dibandingkan dengan angka rata-rata perbulan dalam tahun
sebelumnya.
5. Angka rata-rata per bulan selama satu tahun menunjukkan kenaikan dua kali
lipat atau lebih dibanding dengan angka rata-rata per bulan dari tahun
sebelumnya.
6. Case Fatality Rate dari suatu penyakit dalam suatu kurun waktu tertentu
menunjukan kenaikan 50% atau lebih, dibanding dengan CFR dari periode
sebelumnya.
7. Propotional Rate (PR) penderita baru dari suatu periode tertentu menunjukkan
kenaikan dua kali atau lebih dibanding periode yang sama dan kurun
waktu/tahun sebelumnya.
8. Beberapa penyakit khusus : Kholera, "DHF/DSS": a). Setiap peningkatan kasus
dari periode sebelumnya (pada daerah endemis). b) Terdapat satu atau lebih
penderita baru dimana pada periode 4 minggu sebelumnya daerah tersebut
dinyatakan bebas dari penyakit yang bersangkutan.

8
Faktor Penyebab KLB
1. Herd Immunity yang rendah
Yang mempengaruhi rendahnya faktor itu, sebagian masyarakat sudah tidak kebal
lagi, atau antara yang kebal dan tidak mengelompok tersendiri.

2. Patogenesiti
Kemampuan bibit penyakit untuk menimbulkan reaksi pada pejamu sehingga
timbul sakit.

3. Lingkungan Yang Buruk


Seluruh kondisi yang terdapat di sekitar organisme tetapi mempengaruhi kehidupan
ataupun perkembangan organisme tersebut.
 Penyakit yang terindikasi mengalami peningkatan kasus secara cepat.
 Merupakan penyakit menular dan termasuk juga kejadian keracunan.
 Mempunyai masa inkubasi yang cepat.
 Terjadi di daerah dengan padat hunian.

Penanggulangan KLB
Penanggulangan KLB dikenal dengan nama Sistem Kewaspadaan Dini (SKD-
KLB), yang dapat diartikan sebagai suatu upaya pencegahan dan penanggulangan
KLB secara dini dengan melakukan kegiatan untuk mengantisipasi KLB. Kegiatan
yang dilakukan berupa pengamatan yang sistematis dan terus-menerus yang
mendukung sikap tanggap/waspada yang cepat dan tepat terhadap adanya suatu
perubahan status kesehatan masyarakat. Kegiatan yang dilakukan adalah
pengumpulan data kasus baru dari penyakit-penyakit yang berpotensi terjadi KLB
secara mingguan sebagai upaya SKD-KLB. Data-data yang telah terkumpul
dilakukan pengolahan dan analisis data untuk penyusunan rumusan kegiatan
perbaikan oleh tim epidemiologi (Dinkes Kota Surabaya, 2002).

Penanggulangan KLB adalah kegiatan yg dilaksanakan utk menangani penderita,


mencegah perluasan KLB, mencegah timbulnya penderita atau kematian baru pada
suatu KLB yg sedang terjadi

Tujuan penanggulangan KLB :


 Mengenal dan mendeteksi sedini mungkin terjadinya klb
 Melalukan penyelidikan klb
 Memberikan petunjuk dalam mencari penyebab dan diagnose klb
 Memberikan petunjuk pengiriman dan penanggulangan klb
 Mengembangkan sistem pengamatan yang baik dan menyeluruh, dan menyusun
perencanaan yang mantap untuk penanggulangan klb

Upaya Penanggulangan KLB :


 Penyelidikan epidemiologis
 Pemeriksaan, pengobatan, perawatan dan isolasi penderita termasuk tindakan
karantina
 Pencegahan dan pengendalian
 Pemusnahan penyebab penyakit

9
 Penanganan jenazah akibat wabah
 Penyuluhan kepada masyarakat

Indikator Program penanggulangan KLB adalah :


 Terselenggaranya system kewaspadaan dini KLB di unit-unit pelayanan wilayah
puskesmas, kabupaten/kota, propinsi dan nasional.
 Deteksi dan respon dini KLB
 Tidak terjadi KLB besar.

Indikator Keberhasilan Penanggulangan KLB :


 Menurunnya frekuensi KLB
 Menurunnya jumlah kasus pada setiap KLB
 Menurunnya jumlah kematian pada setiap KLB
 Memendeknya periode KLB
 Menyempitnya penyebarluasan wilayah KLB

Penanggulangan pasien saat KLB :


1. Jangka pendek
 Menemukan dan mengobati pasien
 Melakukan rujukan dengan cepat
 Malakukan kaporasi sumber air dan disinfeksi kotoran yang tercemar
 Memberi penyuluhan tentang hygiene dan sanitasi lingkungan
 Melakukan koordinasi lintas program dan lintas sektoral
2. Jangka panjang
 Memperbaiki faktor lingkungan
 Mengubah kebiasaan tidak sehat menjadi sehat
 Pelatihan petugas

Upaya penaggulangan KLB DBD :


 Pengobatan/ perawatan penderita
 Penyelidikan epidemiologi
 Pemberantasan vector
 Penyuluhan kepada mayarakat
 Evaluasi/ penilaian penanggulangan KLB

Indikator keberhasilan penanggulangan KLB


1. Menurunnya frekuensi KLB.
2. Menurunnya jumlah kasus pada setiap KLB.
3. Menurunnya jumlah kematian pada setiap KLB.
4. Memendeknya periode KLB.
5. Menyempitnya penyebarluasan wilayah KLB.

Faktor Yang Mempengaruhi Mordibitas dan Mortalitas dalam KLB


Untuk Mengukur Masalah Penyakit
Setiap gangguan di dalam fungsi maupun struktur tubuh seseorang dianggap
sebagai penyakit. Penyakit, sakit, cedera, gangguan dan sakit, semuanya
dikategorikan di dalam istilah tunggal

10
Morbiditas merupakan derajat sakit, cedera atau gangguan pada suatu populasi.
Morbiditas juga merupakan suatu penyimpangan dari status sehat dan sejahtera atau
keberadaan suatu kondisi sakit. Morbiditas juga mengacu pada angka kesakitan,
yaitu jumlah orang yang sakit dibandingkan dengan populasi tertentu yang sering
kali merupakan kelompok yang sehat atau kelompok yang beresiko. Di dalam
Epidemiologi, ukuran utama morbiditas adalah angka insidensi & prevalensi dan
berbagai ukuran turunan dari kedua indikator tersebut. Setiap kejadian penyakit,
kondisi gangguan atau kesakitan dapat diukur dengan angka insidensi dan angka
prevalensi.

Pengukuran Epidemiologi
UKURAN MORBIDITAS adalah jumlah penderita yang dicatat selama 1 tahun per
1000 jumlah penduduk pertengahan tahun. Angka ini dapat digunakan untuk
menggambarkan keadaan kesehatan secara umum, mengetahui keberahasilan
program-program pemberantasan penyakit, dan sanitasi lingkungan serta
memperoleh gambaran pengetahuan penduduk terhadap pelayanan kesehatan.
Secara umum ukuran yang banyak digunakan dalam menentukan morbiditas adalah
angka, rasio, dan proporsi.

RATE atau angka merupakan proporsi dalam bentuk khusus perbandingan antara
pembilang dengan penyebut atau kejadian dalam suatu populasi teterntu dengan
jumlah penduduk dalam populasi tersebut dalam batas waktu tertentu. Rate terdiri
dari berbagai jenis ukuran diataranya adalah:

1. Proporsi atau jumlah kelompok individu yang terdapat dalam penduduk suatu
wilayah yang semula tidak sakit dan menjadi sakit dalam kurun waktu tertentu dan
pembilang pada proporsi tersebut adalah kasus baru. Tujuan dari Insidence Rate
adalah sebagai berikut:
a. Mengukur angka kejadian penyakit
b. Untuk mencari atau mengukur faktor kausalitas
c. Perbandingan antara berbagai populasi dengan pemaparan yg berbeda
d. Untuk mengukur besarnya risiko yang ditimbulkan oleh determinan tertentu
Rumus:
𝑑
𝑃 =( )×𝐾
𝑛

P=Estimasi incidence rate


d=Jumlah incidence (kasus baru)
n=Jumlah individu yang semula tidak sakit (population at risk)

Hasil estimasi dari insiden dapat digunakan sebagai bahan untuk perencanaan
penanggulangan masalah kesehatan dengan melihat potret masalah kesehatan,
angka dari beberapa periode dapat digunakan untuk melihat tren dan fluktuasi,
untuk pemantauan dan evaluasi upaya pencegahan maupun penanggulangan serta
sebagai dasar untuk membuat perbandingan angka insidens antar wilayah dan antar
waktu.

11
2. PR ( Prevalence) yaitu ukuran prevalensi suatu penyakit dapat digunakan.
a. Menggambarkan tingkat keberhasilan program pemberantasan penyakit
b. Untuk penyusunan perencanaan pelayanan kesehatan. Misalnya, penyediaan
obat-obatan, tenaga kesehatan, dan ruangan
c. Menyatakan banyaknya kasus yang dapat di diagnosa
d. Digunakan untuk keperluan administratif lainnya
e. Angka prevalensi dipengaruhi oleh tingginya insidensi dan lamanya sakit.
Lamanya sakit adalah suatu periode mulai dari didiagnosanya suatu penyakit
hingga berakhirnya penyakit teresebut yaitu sembuh, kronis, atau mati

3. PePR (Periode Prevalence Rate) yaitu perbandingan antara jumlah semua kasus
yang dicatat dengan jumlah penduduk selama 1 periode.
Rumus:
𝑃
𝑃𝑒𝑃𝑅 = ( ) × 𝐾
𝑅

P = jumlah semua kasus yang dicatat


R = jumlah penduduk
k = pada saat tertentu

4. PoPR (Point Prevlene Rate) adalah nilai prevalensi pada saat pengamatan yaitu
perbandingan antara jumlah semua kasus yang dicatat dengan jumlah penduduk
pada saat tetentu.
Rumus:
𝑃𝑜
𝑃𝑜𝑃𝑅 = ( ) × 𝐾
𝑅

P = jumlah semua kasus yang dica perbandingan antara jumlah semua kasus
yang dicatat
R = jumlah penduduk
k = pada saat tertentu

Point prevalensi meningkat pada Point prevalensi menurun pada


 Imigrasi penderita  Imigrasi orang sehat
 Emigrasi orang sehat  Emigrasi penderita
 Imigrasi tersangka penderita atau  Meningkatnya angka
mereka dengan risiko tinggi kesembuhan
untuk menderita  Meningkatnya angka kematian
 Meningkatnya masa sakit  Menurunnya jumlah penderita
 Meningkatnya jumlah penderita baru
baru  Masa sakit jadi pendek

5. AR (Attack Rate) adalah angka insiden yang terjadi dalam waktu yang singkat
(Liliefeld 1980) atau dengan kata lain jumlah mereka yang rentan dan terserang
penyakit tertentu pada periode tertentu. Attack rate penting pada epidemi
progresif yang terjadi pada unit epidemi yaitu kelompok penduduk yang
terdapat pada ruang lingkup terbatas, seperti asrama, barak, atau keluarga.

12
RASIO adalah nilai relatif yang dihasilkan dari perbandingan dua nilai kuantitatif
yang pembilangnya tidak merupakan bagian dari penyebut.
Contoh: Kejadian Luar Biasa (KLB) diare sebanyak 30 orang di suatu daerah. 10
diantaranya adalah jenis kelamn pria. Maka rasio pria terhadap wanita adalah
R=10/20=1/2.

PROPORSI adalah perbandingan dua nilai kuantitatif yang pembilangnya


merupakan bagian dari penyebut. Penyebaran proporsi adalah suatu penyebaran
persentasi yang meliputi proporsi dari jumlah peristiwa-peristiwa dalam kelompok
data yang mengenai masing-masing kategori atau subkelompok dari kelompok itu.
Pada contoh di atas, proporsi pria terhadap permapuan adalah P= 10/30=1/3.

UKURAN FERTILITAS
1. Crude Birth Rate (CBR) atau angka kelahiran kasar adalah semua kelahiran
hidup yang dicatat dalam 1 tahun per 1000 jumlah penduduk pertengahan tahun
yang sama.
Rumus:
𝐵
𝐶𝐵𝑅 = ( ) × 𝐾
𝑃

B = semua kelahiran hidup yang dicatat


P = Jumlah penduduk pertengahan tahun yang sama
k = konstanta(1000)

Angka kelahiran kasar ini dapat digunakan untuk menggambarkan tingkat fertilitas
secara umum dalam waktu singkat tetapi kurang sensitif untuk : Membandingkan
tingkat fertilitas dua wilayah & Mengukur perubahan tingkat fertilitas karena
perubahan pada tingkat kelahiran akan menimbulkan perubahan pada jumlah
penduduk

2. Age Spesific Fertilty Rate (ASFR) Angka fertilitas menurut golongan umur
adalah jumlah kelahiran oleh ibu pada golongan umur tertentu yang dicatat selam 1
tahun yang dicatat per 1000 penduduk wanita pada golongan umur tertentu apda
tahun yang sama.
Rumus:
𝐹
𝐴𝑆𝐹𝑅 = ( ) × 𝐾
𝑅

F = Kelahiran oleh ibu pada golongan umur tertentu yang dicatat


R = Penduduk wanita pada golongan umur tertentu pada tahun yang sama

Angka fertilitas menurut golongan umur ini dimaksudkan untuk mengatasi


kelemahan pada angka kelahiran kasar karena tingkat kesuburan pada setiap
golongan umur tidak sama hingga gambaran kelahiran menjadi lebih teliti

3. Total Fertility Rate ( TFR) Angka fertilitas total adalah jumlah angka fertilitas
menurut umur yang dicatat sealma 1 tahun.

13
Rumus:
𝑇𝐹𝑅 = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎 𝑓𝑒𝑟𝑡𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑚𝑒𝑛𝑢𝑟𝑢𝑡 𝑢𝑚𝑢𝑟 × 𝐾

UKURAN MORTALITAS
a. Case Fatality Rate (CFR) atau angka kefatalan kasus adalah perbandingan
antara jumlah kematian terhadap penyakit tertentu yang terjadi dalam 1 tahun
dengan jumlah penduduk yang menderita penyakit tersebut pada tahun yang sama.
Rumus:
𝑃
𝐶𝐹𝑅 = ( ) × 𝐾
𝑇

P = Jumlah kematian terhadap penyakit tertentu


T = jumlah penduduk yang menderita penyakit tersebut pada tahun yang sama

Perhitungan ini dapat digunakan uutk mengetahui tingkat penyakit dengan tingkat
kematian yang tinggi. Rasio ini dapat dispesifikkan menjadi menurut golongan
umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan lain-lain

b. Crude Death Rate (CDR) atau Angka Kematian Kasar adalah jumlah
kematian yang dicatat selama 1 tahun per 1000 penduduk pada pertengahan tahun
yang sama. Disebut kasar karena angka ini dihitung secara menyeluruh tanpa
memperhatikan kelompok-kelompok tertentu di dalam populasi dengan tingkat
kematian yang berbeda-beda.
Rumus:
𝑃
𝐶𝐹𝑅 = ( ) × 𝐾
𝑇

D= jumlah kematian yang dicatat selama 1 tahun


P=Jumlah penduduk pada pertengahan tahun yang sama

Manfaat CDR
 Sebagai gambaran status kesehatan masyarakat
 Sebagai gambaran tingkat permasalahan penyakit dalam masyarakat
 Sebagai gambaran kondisi sosial ekonomi
 Sebagai gambaran kondisi lingkungan dan biologis
 Untuk menghitung laju pertumbuhan penduduk

c. Age Spesific Death Rate (ASDR) angka kematian menurut golongan umur
adalah perbandingan antara jumlah kematian yang dicatat selama 1 tahun pada
penduduk golongan umur x dengan jumlah penduduk golongan umur x pada
pertengahan tahun.
Rumus:
𝑑𝑥
𝐴𝑆𝐷𝑅 = ( ) × 𝐾
𝑝𝑥

14
dx = jumlah kematian yang dicatat selama 1 tahun pada golongan umur x
px = jumlah penduduk pada golonga umur x pada pertengahan tahun yang sama

Manfaat ASDR sebagai berikut:


 untuk mengetahui dan menggambarkan derajat kesehatan masyarakat dengan
melihat kematian tertinggi pada golongan umur
 untuk membandingkan taraf kesehatan masyarakat di berbagai wilayah
 untuk menghitung rata-rata harapan hidup

d. Under Five Mortality Rate (UFMR) atau Angka kematian Balita adalah
gabungan antara angka kematian bayi dengan angka kematian anak umur 1-4 tahun
yaitu jumlah kematian balita yang dicatat selama satu tahun per 1000 penduduk
balita pada tahun yang sama.
Rumus:
𝑀
𝑈𝐹𝑀𝑅 = ( ) × 𝐾
𝑅

M = Jumlah kematian balita yang dicatat selama satu tahun


R = Penduduk balita pada tahun yang sama

Angka kematian balita sangat penting untuk mengukur taraf kesehatan masyarakat
karena angka ini merupakan indikator yang sensitif untuk status kesehatan bayi dan
anak.

e. Neonatal Mortality Rate (NMR) atau Angka Kematian Neonatal adalah


jumlah kematian bayi yang berumur kurang dari 28 hari yang dicatata selama 1
tahun per 1000 kelahiran hidup pada tahun yang sama.
Rumus:
𝑑𝑖
𝑁𝑀𝑅 = ( ) × 𝐾
𝐵

di = Jumlah kematian bayi yang berumur kurang dari 28 hari


B = Kelahiran hidup pada tahun yang sama

Manfaat dari angka kematian neonatal adalah sebgai berikut;


 untuk mengetahuai tinggi rendahnya perawatan post natal
 Untuk mengetahui program Imuninsasi
 Untuk pertolongan persalina
 untuk mengetahui penyakit infeksi

f. Perinatal Mortality Rate (PMR) atau angka kematian perinatal adalah


jumlah kematian janin yang dilahirkan pada usia kehamilan berumur 28 minggu
atau lebih ditambah kematian bayi yang berumur kurang dari 7 hari yang dicatat
dalam 1 tahun per 1000 kelahiran hidup pada tahun yang sama.
Rumus:
𝑃+𝑀
𝑃𝑀𝑅 = ( )×𝐾
𝑅

15
P = ∑ kematian janin yg dilahirkan pada usia kehamilan berumur 28 mg
M =ditambah kematian bayi yang berumur kurang dari 7 har
R = 1000 kelahiran hidup pada tahun yang sama

Manfaat dari angka kematian perinatal adalah untuk menggambarkan keadaan


kesehatan masyarakat terutama kesehatan ibu hamil dan bayi. Faktor yang
mempengaruhi tinggnya PMR adalah sebagai berikut:
 Banyak bayi dengan berat badan lahir rendah
 Status gizi ibu dan bayi
 Keadaan sosial ekonomi
 Penyakit infeksi terutama ISPA
 Pertolongan persalinan

g. Infant Mortality Rate (IMR) Angka Kematian Bayi adalah perbandingan


jumlah penduduk yang berumur kurang dari 1 tahun yang dicacat selama 1 tahun
dengan 1000 kelahiran hidup pada tahun yang sama.
Rumus:
𝑑0
𝐼𝑀𝑅 = ( ) × 𝐾
𝐵

d0 = Jumlah penduduk yang berumur kurang dari 1 tahun


B = Jumlah lahir hidup pada thun yang sama

Manfaat dari perhitungan angka kematian bayi adalah sebagai berikut:


 Untuk mengetahui gambaran tingkat permasalahan kesehatan masyarakat yg
berkaitan dengan faktor penyebab kematian bayi
 Untuk Mengetahui tingkat pelayanan antenatal
 Untuk mengetahui status gizi ibu hamil
 Untuk mengetahui tingkat keberhasilan program kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
dan Program Keluaga berencana (KB)
 untuk mengetahui kondisi lingkungan dan social ekonomi

h. Maternal Mortality Rate (MMR) Angka Kematian Ibu adalah jumlah


kematian ibu akibat komplikasi kehamilan, persalinan, dan masa nifas yang dicatat
selama 1 tahun per 1000 kelahiran hidup pada tahun yang sama.
Rumus:
𝐼
𝑀𝑀𝑅 = ( ) × 𝐾
𝑇

I = adalah jumlah kematian ibu akibat komplikasi kehamilan, persalinan,


dan masa nifas
T = Kelahiran hidup pada tahun yang sama

Tinggi rendahnya angka MMR tergantung kepada:


 Sosial ekonomi
 Kesehatan ibu sebelum hamil, persalinan, dan masa nasa nifas
 Pelayanan terhadap ibu hamil

16
 Pertolongan persalinan dan perawatan masa nifas

Pencegahan terjadinya wabah/KLB


a. Pencegahan tingkat pertama
1. Menurunkan faktor penyebab terjadinya wabah serendah mungkin dengan
cara desinfeksi, pasteurisasi, sterilisasi yang bertujuan untuk
menghilangkan mikroorganisme penyebab penyakit dan menghilangkan
sumner penularan.
2. Mengatasi/modifikasi lingkungan melalui perbaikan lingkungan fisik
seperti peningkatan air bersih, sanitasi lingkungan, peningkatan lingkungan
biologis seperti pemberntasan serangga dan binatang pengerat serta
peningkatan lingkungan sosial seperti kepadatan rumah tangga.
3. Meningkatkan daya tahan pejamu meliputi perbaikan status gizi,kualitas
hidup penduduk, pemberian imunisasi serta peningkatan status psikologis.

b. Pencegahan tingkat kedua


Sasaran pencegahan ini terutama ditunjukkan pada mereka yang menderita atau
dianggap menderita (suspek) atau yang terancam akan menderita (masa tunas)
dengan cara diagnosis dini dan pengobatan yang tepat agar dicegah meluasnya
penyakit atau untuk mencegah timbulnya wabah serta untuk segera mencegah
proses penyakit lebih lanjut serta mencegah terjadinya komplikasi.

c. Pencegahan tingkat ketiga


Bertujuan untuk mencegah jangan sampai penderita mengalami cacat atau kelainan
permanen, mencegah bertambah parahnya suatu penyakit atau mencegah kematian
akibat penyakit tersebut dengan dilakukannya rehabilitasi.

d. Strategi pencegahan penyakit


Dilakukan usaha peningkatan derajad kesehatan individu dan masyarakat,
perlindungan terhadap ancaman dan gangguan kesehatan, pemeliharaan kesehatan,
penanganan dan pengurangan gangguan serta masalah kesehatan serta rehabilitasi
lingkungan.

4. Memahami Dan Menjelaskan Aspek Sosial Budaya dalam Mengakses


Fasilitas Kesehatan
Pengaruh sosial budaya terhadap kesehatan masyarakat Tantangan berat yang
masih dirasakan dalam pembangunan kesehatan di Indonesia adalahsebagai berikut.
1. Jumlah penduduk yang besar dengan pertumbuhan yang cukup tinggi serta
penyebaran penduduk yang tidak merata di seluruh wilayah.
2. Tingkat pengetahuan masyarakat yang belum memadai terutama pada golongan
wanita.
3. Kebiasaan negatif yang berlaku di masyarakat, adat istiadat, dan perilaku yang
kurang menunjang dalam bidang kesehatan.
4. Kurangnya peran serta masyarakat dalam pembangunan bidang kesehatan.
Aspek sosial budaya yang berhubungan dengan kesehatanAspek soaial budaya
yang berhubungan dengan kesehatan anatara lain adalah faktorkemiskinan,
masalah kependudukan, masalah lingkungan hidup, pelacuran dan
homoseksual.

17
Aspek Sosial Budaya dalam Pencarian Pelayanan Kesehatan
Walaupun jaminan kesehatan dapat membantu banyak orang yang
berpenghasilan rendah dalam memperoleh perawatan yang mereka butuhkan, tetapi
ada alasan lain disamping biaya perawatan kesehatan, yaitu adanya celah diantara
kelas sosial dan budaya dalam penggunaan pelayanan kesehatan (Sarafino, 2002).
Seseorang yang berasal dari kelas sosial menengah ke bawah merasa diri mereka
lebih rentan untuk terkena penyakit dibandingkan dengan mereka yang berasal dari
kelas atas. Sebagai hasilnya mereka yang berpenghasilan rendah lebih tidak
mungkin untuk mencari pencegahan penyakit (Sarafino, 2002).

Faktor Sosial dalam Penggunaan Pelayanan Kesehatan


a. Cenderung lebih tinggi pada kelompok orang muda dan orang tua
b. Cenderung lebih tinggi pada orang yang berpenghasilan tinggi dan
berpendidikan tinggi
c. Cenderung lebih tinggi pada kelompok Yahudi dibandingkan dengan penganut
agama lain.
d. Persepsi sangat erat hubungannya dengan penggunaan pelayanan kesehatan.

Faktor Budaya dalam Penggunaan Pelayanan Kesehatan


Faktor kebudayaan yang mempengaruhi penggunaan pelayanan kesehatan
diantaranya adalah:
a. Rendah penggunaan pelayanan kesehatan pada suku bangsa terpencil.
b. Ikatan keluarga yang kuat lebih banyak menggunakan fasilitas pelayanan
kesehatan.
c. Meminta nasehat dari keluarga dan teman-teman.
d. Pengetahuan tentang sakit dan penyakit. Dengan asumsi jika pengetahuan
tentang sakit meningkat maka penggunaan pelayanan kesehatan juga
meningkat.
Sikap dan kepercayaan masyarakat terhadap provider sebagai pemberi
pelayanan kesehatan.

5. Memahami Dan Menjelaskan Sistem Rujukan


Sistem Rujukan adalah sistem yang dikelola secara strategis, pragmatis, merata
proaktif dan koordinatif untuk menjamin pemerataan pelayanan kesehatan maternal
dan neonatal yang paripurna dan komprehensif bagi masyarakat yang
membutuhkannya terutama bagi ibu dan bayi baru lahir, dimanapun mereka berada
dan berasal dari golongan ekonomi manapun, agar dapat dicapai peningkatan
derajat kesehatan ibu hamil dan bayi melalui peningkatan mutu dan keterjangkauan
pelayanan kesehatan maternal dan neonatal di wilayah mereka berada.
Sesuai SK Menteri Kesehatan Nomor 23 tahun 1972 tentang system rujukan adalah
suatu system penyelenggaraan pelayanan yang melaksanakan pelimpahan tanggung
jawab timbal balik terhadap suatu kasus penyakit atau masalah kesehatan secara
vertical dalam arti dari unit yang berkemampuan kurang kepada unit yang lebih
mampu atau secara horizontal dalam arti unit-unit yang setingkat kemampuannya.
Sistem rujukan upaya keselamatan adalah suatu sistem jaringan fasilitas
pelayanan kesehatan yang memungkinkan terjadinya penyerahan tanggung jawab
secara timbal-balik atas masalah yang timbul baik secara vertikal (komunikasi
antara unit yang sederajat) maupun horizontal (komunikasi inti yang lebih tinggi ke

18
unit yang lebih rendah) ke fasilitas pelayanan yang lebih kompeten, terjangkau,
rasional dan tidak dibatasi oleh wilayah administrasi. (Kebidanan Komunitas: hal
207)
Rujukan dalam pelayanan kebidanan merupakan kegiatan pengiriman orang
sakit dari unit kesehatan yang kurang lengkap ke unit yang lebih lengkap berupa
rujukan kasus patologis pada kehamilan, persalinan dan nifas masuk didalamnya,
pengiriman kasus masalah reproduksi lainnya seperti kasus ginekologi atau
kontrasepsi yang memerlukan penanganan spesialis. Termasuk juga didalamnya
pengiriman bahan laboratorium.
Jika penderita telah sembuh dan hasil laboratorium telah selesai, kembalikan
dan kirimkan ke unit semula, jika perlu disertai dengan keterangan yang lengkap
(surat balasan).
Rujukan informasi medis membahas secara lengkap data-data medis penderita
yang dikirim dan advis rehabilitas kepada unit yang mengirim. Kemudian Bidan
menjalin kerja sama dalam sistem pelaporan data-data parameter pelayanan
kebidanan, terutama mengenai kematian maternal dan pranatal. Hal ini sangat
berguna untuk memperoleh angka-angka secara regional dan nasional pemantauan
perkembangan maupun penelitian.

Menurut tata hubungannya, sistem rujukan terdiri dari: rujukan internal dan
rujukan eksternal.
 Rujukan Internal adalah rujukan horizontal yang terjadi antar unit pelayanan
di dalam institusi tersebut. Misalnya dari jejaring puskesmas (puskesmas
pembantu) ke puskesmas induk.
 Rujukan Eksternal adalah rujukan yang terjadi antar unit-unit dalam jenjang
pelayanan kesehatan, baik horizontal (dari puskesmas rawat jalan ke puskesmas
rawat inap) maupun vertikal (dari puskesmas ke rumah sakit umum daerah).

Menurut lingkup pelayanannya, sistem rujukan terdiri dari: rujukan medik


dan rujukan kesehatan.
 Rujukan Medik adalah rujukan pelayanan yang terutama meliputi upaya
penyembuhan (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif). Misalnya, merujuk pasien
puskesmas dengan penyakit kronis (jantung koroner, hipertensi, diabetes mellitus)
ke rumah sakit umum daerah. Jenis rujukan medik:
a. Transfer of patient. Konsultasi penderita untuk keperluan diagnostik,
pengobatan, tindakan operatif dan lain-lain.
b. Transfer of specimen. Pengiriman bahan untuk pemeriksaan laboratorium yang
lebih lengkap.
c. Transfer of knowledge/personel. Pengiriman tenaga yang lebih kompeten atau
ahli untuk meningkatkan mutu layanan pengobatan setempat. Pengiriman
tenaga-tenaga ahli ke daerah untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan
melalui ceramah, konsultasi penderita, diskusi kasus dan demonstrasi operasi
(transfer of knowledge). Pengiriman petugas pelayanan kesehatan daerah untuk
menambah pengetahuan dan keterampilan mereka ke rumah sakit yang lebih
lengkap atau rumah sakit pendidikan, juga dengan mengundang tenaga medis
dalam kegiatan ilmiah yang diselenggarakan tingkat provinsi atau institusi
pendidikan (transfer of personel).

19
 Rujukan Kesehatan adalah hubungan dalam pengiriman dan pemeriksaan
bahan ke fasilitas yang lebih mampu dan lengkap. Rujukan ini umumnya berkaitan
dengan upaya peningkatan promosi kesehatan (promotif) dan pencegahan
(preventif). Contohnya, merujuk pasien dengan masalah gizi ke klinik konsultasi
gizi (pojok gizi puskesmas), atau pasien dengan masalah kesehatan kerja ke klinik
sanitasi puskesmas (pos Unit Kesehatan Kerja).

Syarat Rujukan
• Adanya unit yang mempunyai tanggung jawab baik yang merujuk maupun yang
menerima rujukan
• Adanya pencatatan tertentu :
- Surat rujukan
- Kartu Sehat bagi klien yang tidak mampu
- Pencatatan yang tepat dan benar
- Kartu monitoring rujukan ibu bersalin dan bayi (KMRIBB)
• Adanya pengertian timbal balik antar yang merujuk dan yang menerima rujukan
• Adanya pengertian tugas tentang system rujuikan
• Sifat rujukan horizontal dan vertical (kearah yang lebih mampu dan lengkap).

Jenis Rujukan
o Rujukan medis
- Rujukan pasien
- Rujukan pengetahuan
- Rujukan laboratorium atau bahan pemeriksaan
o Rujukan kesehatan
- Rujukan ilmu pengetahuan, teknologi dan keterampilan, misalnya : pengiriman
dokter ahli terutama ahli bedah, kebidanan dan kandungan, penyakit dalam dan
dokter anak dari RSU Provinsi ke RSU Kabupaten.
- Pengiriman asisten ahli senior ke RS Kabupaten yang belum ada dokter ahli
dalam jangka waktu tertentu.
- Pengiriman tenaga kesehatan dari puskesmas RSU Kabupaten ke RS Provinsi.
- Alih pengetahuan dan keterampilan di bidang klinik, manajemen dan
pengoperasian peralatan.
o Rujukan manajemen
- Pengiriman informasi
- Obat, biaya, tenaga, peralatan
- Permintaan bantuan : survei epidemiologi, mengatasi wabah (KLB)

6. Memahami Dan Menjelaskan Pandangan Islam Mengenai KLB, Menjaga


Kesehatan, Dan Berobat
KLB
Tha’un disadari sebagai wabah yang menggelisahkan masyarakat Rasulullah saw
ketika itu. Jika suatu wabah berjangkit dalam suatu wilayah, maka kebijakan Nabi
adalah melakukan isolasi, yaitu orang luar tidak boleh masuk ke wilayah epidemi
dan sebaliknya orang yang berada di wilayah itu tidak boleh keluar ke daerah lain.
Demikian sabda Nabi Muhammad saw.:
Artinya;

20
Jika kamu mendengar tentang tha’un di suatu tempat, maka janganlah kamu
memasukinya (tempat itu). Apa bila kamu (terlanjur) berada di tempat yang
terkena wabah itu, maka janganlah kamu keluar darinya (tempat itu) (H.R. at-
Turmuzi dari Sa’id).

Tha’un Sebagai Kotoran (ar-Rijsu) Sekaligus Rahmat


Dalam hadis yang panjang, Rasulullah mengatakan: . ath-tha’un rijsun .. (. .
.tha’un itu adalah kotoran . . . H.R. al-Bukhari dari Usamah bin Zaid) dan berfungsi
sebagai siksa atau penyakit (‘azab). Beliau bersabda:
Artinya:
. . . Bahwa ada suatu ‘azab yang Allah mengutusnya (untuk) menimpa kepada
seseorang yang Ia kehendakinya. Allah menjadikannya sebagai rahmat bagi orang-
orang mukmin. Tidaklah bagi seseorang yang tertimpa tha’un kemudian ia
berdiam diri di wilayahnya itu dengan sabar dan ia menyadari bahwa tha’un itu
tidak akan menimpa kecuali telah ditetapkan Allah, kecuali ia memperoleh pahala
bagaikan orang mati syahid (H.R. al-Bukhari dari ‘Aisyah).
Dalam hadis tersebut dijelaskan bahawa (l) penduduk yang wilayahnya
terkena wabah dan tidak boleh keluar dari wilayah itu supaya mereka bersabar.
Penyakit itu tidak akan menular kepada orang kecuali atas kehendak Allah. Pahala
orang yang sabar (tidak keluar dari wilayahnya) memperoleh pahala sepadan orang
mati syahid, (2) Perwujudan rahmat dalam kasus ini adalah bersabar. Orang sabar
berada dalam lindungan Allah (inna-llaha ma’a ash-shabirin)

Menjaga Kesehatan
Dalam kaidah ushuliyyat dinyatakan:
Dari Ibn ‘Abbas, ia berkata, aku pernah datang menghadap Rasulullah SAW, saya
bertanya: Ya Rasulullah ajarkan kepadaku sesuatu doa yang akan akan baca dalam
doaku, Nabi menjawab: Mintalah kepada Allah ampunan dan kesehatan, kemudian
aku menghadap lagipada kesempatan yang lain saya bertanya: Ya Rasulullah
ajarkan kepadaku sesuatu doa yang akan akan baca dalam doaku. Nabi menjawab:
“Wahai Abbas, wahai paman Rasulullah saw mintalah kesehatan kepada Allah, di
dunia dan akhirat.” (HR Ahmad, al-Tumudzi, dan al-Bazzar)
Kesehatan Jasmani
Ajaran Islam sangat menekankan kesehatan jasmani. Agar tetap sehat, hal yang
perlu diperhatikan dan dijaga, menurut sementara ulama, disebutkan, ada sepuluh
hal, yaitu: dalam hal makan, minum, gerak, diam, tidur, terjaga, hubungan seksual,
keinginan-keinginan nafsu, keadaan kejiwaan, dan mengatur anggota badan.
1. Mengatur Pola Makan dan Minum

“Maka hendaklah manusia itu memperhatikan makanannya”.(QS. ‘Abasa 80 : 24 )


Dalam 27 kali pembicaraan tentang perintah makan, al-Quran selalu menekankan
dua sifat, yang halal dan thayyib, di antaranya dalam (Q., s. al-Baqarat (2)1168; al-
Maidat (s):88; al-Anfal (8):&9; al-Nahl (16) : 1 14),

2. Keseimbangan Beraktivitas dan Istirahat


“Nabi pernah berkata kepadaku: Hai hamba Allah, bukankah aku memberitakan
bahwa kamu puasa di sz’am? hari dan qiyamul laildimalam hari, maka aku katakan,

21
benarya Rasulullah, Nabi menjawab: Jangan lalukan itu, berpuasa dan berbukalah,
bangun malam dan tidurlah, sebab, pada badanmu ada hak dan pada lambungmu
juga ada hak” (HR Bukhari dan Muslim).

3. Olahraga sebagai Upaya Menjaga Kesehatan


Dalam pandangan ulama fikih, olahraga (Bahasa Arab: al-Riyadhat) termasuk
bidang ijtihadiyat. Secara umum hokum melakukannya adalah mubah, bahkan bisa
bernilai ibadah, jika diniati ibadah atau agar mampu melakukannya melakukan
ibadah dengan sempurna dan pelaksanaannyatidakbertentangan dengan norma
Islami.
Sumber ajaran Islam tidak mengatur secara rinci masalah yang berhubungan
dengan berolahraga, karena termasuk masalah ‘duniawi’ atau ijtihadiyat, maka
bentuk, teknik, dan peraturannya diserahkan sepenuhnya kepada manusia atau
ahlinya. Islam hanya memberikan prinsip dan landasan umum yang harus dipatuhi
dalam kegiatan berolahraga.
Nash al-Quran yang dijadikan sebagai pedoman perlunya berolahraga, dalam
konteks perintah jihad agar mempersiapkan kekuatan untuk menghadapi
kemungkinan serangan musuh, yaitu ayat:

“Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu
sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan
persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah, musuhmu dan orang-orang
selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. Apa
saja yang kamu najkahkanpadajalan Allah niscaya akan dibalas dengan cukup
kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan). (QS.Al-Anfal :6o):

4. Anjuran Menjaga Kebersihan

“Kebersihan sebagian dari Iman” (HR. Muslim)

Hukum Berobat
Majma’ Al Fiqh Al Islami berpendapat wajibnya berobat bagi orang yang jika
meninggalkan berobat bisa jadi membinasakan diri, anggota badan atau dirinya jadi
lemah, juga bagi orang yang penyakitnya bisa berpindah bahayanya pada orang
lain. (Dinukil dari Fatwa Syaikh Sholeh Al Munajjid no. 81973)
Rincian paling baik tentang masalah hukum berobat disampaikan oleh Syaikh
Sholih Al Munajjid,
1- Berobat jadi wajib jika tidak berobat dapat membinasakan diri orang yang sakit.

22
2- Berobat disunnahkan jika tidak berobat dapat melemahkan badan, namun
keadaannya tidak seperti yang pertama.
3- Berobat dihukumi mubah (boleh) jika tidak menimpa pada dirinya dua keadaan
pertama.
4- Berobat dihukumi makruh jika malah dengan berobat mendapatkan penyakit
yang lebih parah. (Lihat Fatawa Syaikh Sholih Al Munajjid no. 2148)

23
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Jurnal. 2013. Konsep Kesehatan dalam Islam.

Damanik, H.M. (2010). Pola Makan Dan Status Gizi Anak Sekolah Dasar Di Desa
Perbukitan Dan Di Desa Tepi Danau Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir
Tahun 2010. http://repository.usu.ac.id/bitstream
/123456789/22464/4/Chapter%20II .pdf.Skripsi.

Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta.

Qurahman, M.A.T. (2010). Hubungan Perilaku Hidup Sehat Dan Gizi Seimbang
Dengan Status Gizi Anak Sekolah Dasar Negeri Bulukantil Di Ngoresan Surakarta.
http://eprints.uns.ac.id/7353/1/1259 90308201008491.pdf.Skripsi.

Saputri, L.O, Kristiawati, Krisnana, I. (2012). Peningkatan Pengetahuan Dan


SikapDalam Pemilihan Jajanan Sehat Menggunakan Alat Permaian Edukatif Ular
Tangga. http://journal.unair.ac.id/filerPDF/Artikel%20anak_%202%20jajanan
%20sehat.doc. Jurnal.

WHO. (2000). Obesity: Preventing and Managing the Global Epidemic. WHO
Technical Report Series,Geneva.

World Health Organization. (2007). Growth reference 5-19 years.


http://www.who.int/growthref/who 2007_bmi_for_age/en/

http://ahmadbinhanbal.wordpress.com/2013/04/20/konsep-kesehatan-dalam-
islam/(21 Mei 2013)

http://www.hukor.depkes.go.id/up_prod_permenkes/PMK%20No.%20001%20ttg
%20Sistem%20Rujukan%20Pelayanan%20Kesehatan%20Perorangan.pdf

24

Anda mungkin juga menyukai