1
KATA SULIT
- KLB : Kejadian Luar Biasa; status yang ditegakkan Indonesia untuk
mengklasifikasikan merebaknya suatu wabah penyakit.
- Wabah : Kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat
yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi daripada keadaan
yang lazim pada waktu dan daerah tertentu.
BRAINSTORMING
1. Kapan suatu kejadian disebut KLB?
Kriteria KLB:
1. timbulnya suatu penyakit menular tertentu yang sebelumnya tidak ada/ tidak
terkenal di suatu daerah
2. peningkatan kejadian kesakitan terus menerus selama tiga kurun waktu dalam
jam, hari, atau minggu berturut-turut menurut jenis penyakit
3. peningkatan kejadian kesakitan dua kali atau lebih dibandingkan dengan
periode sebelumnya
4. jumlah penderita baru dalam periode waktu satu bulan menunjukkan
kenaikan dua kali atau lebih dari sebelumnya
5. angka rata-rata per bulan selama satu tahun naik dua kali atau lebih dibanding
rata-rata per bulan sebelumnya.
2
Pasal 13; penanggulangan KLB seperti penyelidikan epidemiologi,
penatalaksanaan penderita, pencegahandan pengobatan, pemusnahan penyebab,
penanganan jenazah, penyuluhan kepada masyarakat dan lain-lain.
7. Bagaimana cara mencegah KLB?
- Meningkatkan fasilitas kesehatan
- Edukasi kepada masyarakat
- Vaksin dan imunisasi
HIPOTESIS
Salah satu kriteria yang dapat dikatakan KLB apabila jumlah penderita baru dalam
periode waktu satu bulan menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih dari
sebelumnya, di mana KLB sudah diatur dalam Peraturan menteri kesehatan RI no.
949/menkes/SK/VII/2004. Tindak lanjut setelah ditetapkan KLB diatur dalam
Peraturan menteri kesehatan RI no. 1501/menkes/per/X/2010. KLB ditangani oleh
Fasilitas kesehatan terdekat: puskesmas, RS, masyarakat, pemerintah daerah, dan
dinas kesehatan.
SASARAN BELAJAR
1. Memahami Dan Menjelaskan Masalah Gizi Pada Anak
2. Memahami Dan Menjelaskan Gaya Hidup Tidak Sehat Pada Anak
3. Memahami Dan Menjelaskan KLB
4. Memahami Dan Menjelaskan Aspek Sosial Dalam Mengakses Fasilitas
Kesehatan
5. Memahami Dan Menjelaskan Sistem Rujukan
6. Memahami Dan Menjelaskan Pandangan Islam Mengenai KLB, Menjaga
Kesehatan, Dan Berobat
3
1. Memahami Dan Menjelaskan Masalah Gizi Pada Anak
PENILAIAN STATUS GIZI SECARA LANGSUNG
(1). Antropometri
Pengertian
Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari
sudut pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam
pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan
tingkat gizi.
Penggunaan
Antropometri secara umum digunakan untuk melihat ketidakseimbangan
asupan protein dan energi. Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan
fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh
(Supariasa, 2001).
Antropometri adalah pengukuran yang paling sering digunakan sebagai
metode penilaian status gizi secara langsung untuk menilai dua masalah utama gizi,
yaitu : (1) kurang energi protein (KEP), khususnya pada anak-anak dan ibu hamil,
(2) obesitas pada semua kelompok umur (FKM UI, 2008).
Salah satu cara pengukuran status gizi dengan antropometri adalah IMT
(indeks massa tubuh) yang merupakan alat sederhana untuk memantau status gizi
orang dewasa (18 tahun keatas). Khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan
kelebihan berat badan. Rumus perhitungan IMT adalah sebagai berikut
(2). Klinis
Pengertian
Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai status
gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi
yang dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada
jaringan epitel (supervicial epithelial tissue) seperti kulit, mata, rambut dan mukosa
oral atau pada organ-organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar
tiroid.
Penggunaan
Penggunaan metode ini umumnya untuk survei klinis secara cepat (rapid
clinical surveys). Survei ini dirancang untuk mendeteksi secara cepat tanda-tanda
klinis umum dari kekurangan salah satu atau lebih zat gizi. Disamping itu
digunakan untuk mengetahui tingkat status gizi seseorang dengan melakukan
pemeriksaan fisik yaitu tanda (sign) dan gejala (symptom) atau riwayat penyakit.
(3). Biokimia
Pengertian
Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang
diuji secara laboratorium yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh.
Jaringan tubuh yang digunakan antara lain, darah, urine, tinja dan juga beberapa
jaringan tubuh seperti hati dan otot.
4
Penggunaan
Metode ini digunakan untuk suatu peringatan bahwa kemungkinan akan
terjadi keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi. Banyak gejala klinis yang kurang
spesifik, maka penentuan kimia faali dapat lebih banyak menolong untuk
menentukan kekurangan gizi yang spesifik.
(4). Biofisika
Pengertian
Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status gizi
dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat perubahan
struktur dari jaringan.
Penggunaan
Umumnya dapat digunakan dalam situasi tertentu seperti kejadian buta
senja epidemik (epidemic of night blindness). Cara yang digunakan adalah tes
adaptasi.
Penggunaan
Pengumpulan data konsumsi makanan dapat memberikan gambaran tentang
konsumsi berbagai zat gizi pada masyarakat, keluarga dan individu. Survei ini dapat
mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan zat gizi.
Penggunaan
Penggunaannya dipertimbangkan sebagai bagian dari indikator tidak
langsung pengukuran status gizi masyarakat.
Penggunaan
Pengukuran faktor ekologi dipandang sangat penting untuk mengetahui
penyebab malnutrisi di suatu masyarakat sebagai dasar untuk melakukan program
intervensi gizi (Supariasa, 2001).
5
KLASIFIKASI STATUS GIZI
Menurut Sediaoetama (2001), keadaan kesehatan gizi sesuai dengan tingkat
konsumsi dibagi menjadi tiga yaitu:
1. Gizi lebih (overnutritional state)
Adalah tingkat kesehatan gizi sebagai hasil konsumsi berlebih. Ternyata kondisi ini
mempunyai tingkat kesehatan yang lebih rendah, meskipun berat badan lebih tinggi
dibandingkan berat badan ideal. Dalam keadaan demikian, timbul penyakit-
penyakit tertentu yang sering dijumpai pada orang kegemukan seperti ; penyakit
kardiovaskuler yang menyerang jantung dan system pembuluh darah, hipertensi,
diabetes mellitus dan lainnya.
2. Status kesehatan
Salah satu faktor yang mempengaruhi status gizi adalah penyakit infeksi yang
dapat mengganggu metabolisme dan fungsi imunitas. Penyakit infeksi dapat
menyebabkan perubahan status gizi kurang yang selanjutnya bermanifestasi ke
status gizi buruk.
3. Pengetahuan
Semakin banyak pengetahuan gizinya semakin diperhitungkan jenis dan
kwantum makanan yang dipilih untuk dikonsumsinya. Awam yang tidak
mempunyai cukup pengetahuan gizi, akan memilih makanan yang paling menarik
pancaindera, dan tidak mengadakan pilihan berdasarkan nilai gizi makan.
Sebaliknya mereka yang semakin banyak pengetahuan gizinya, lebih
mempergunakan pertimbangan rasional dan pengetahuan tentang gizi makanan
tersebut.
6
4. Status ekonomi
Di negara Indonesia yang jumlah pendapatan penduduk sebagian rendah adalah
golongan rendah dan menengah akan berdampak pada pemenuhan bahan makanan
terutama makanan yang bergizi.
5. Pemeliharaan kesehatan
Perilaku sehubungan dengan peningkatan dan pemeliharaan kesehatan (health
promotion behaviour). Misalnya makan makanan yang bergizi, olah raga dan
sebagainya termasuk juga perilaku pencegahan penyakit (health prevention
behavior) yang merupakan respon untuk melakukan pencegahan penyakit.
6. Lingkungan
Status gizi kurang bila diperburuk oleh kesehatan lingkungan rumah tangga
yang kurang memadai, dapat meningkatkan angka kesakitan akibat infeksi.
7. Budaya
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengaruh budaya antara lain sikap
terhadap makanan, penyebab penyakit, kelahiran anak, dan produksi pangan.
Dalam hal sikap terhadap makanan, masih banyak terdapat pantangan, tahayul, tabu
dalam masyarakat yang menyebabkan konsumsi makanan menjadi rendah.
Status Kejadian Luar Biasa diatur oleh Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
949/MENKES/SK/VII/2004. Kejadian Luar Biasa dijelaskan sebagai timbulnya
atau meningkatnya kejadian kesakitan atau kematian yang bermakna secara
epidemiologis pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu.
7
Wabah adalah berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang
jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi dari pada keadaan yang
lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka.
Menteri menetapkan dan, mencabut daerah tertentu dalam wilayah Indonesia yang
terjangkit wabah sebagai daerah wabah.
Kriteria KLB
Status Kejadian Luar Biasa diatur oleh Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
949/MENKES/SK/VII/2004. Kejadian Luar Biasa dijelaskan sebagai timbulnya
atau meningkatnya kejadian kesakitan atau kematian yang bermakna secara
epidemiologis pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu.
Kriteria tentang Kejadian Luar Biasa mengacu pada Keputusan Dirjen No. 451/91,
tentang Pedoman Penyelidikan dan Penanggulangan Kejadian Luar Biasa. Menurut
aturan itu, suatu kejadian dinyatakan luar biasa jika ada unsur:
1. Timbulnya suatu penyakit menular yang sebelumnya tidak ada atau tidak
dikenal
2. Peningkatan kejadian penyakit/kematian terus-menerus selama 3 kurun waktu
berturut-turut menurut jenis penyakitnya (jam, hari, minggu)
3. Peningkatan kejadian penyakit/kematian 2 kali lipat atau lebih dibandingkan
dengan periode sebelumnya (jam, hari, minggu, bulan, tahun).Jumlah penderita
baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikan 2 kali lipat atau lebih bila
dibandingkan dengan angka rata-rata perbulan dalam tahun sebelumnya.
4. Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikan dua kali lipat
atau lebih bila dibandingkan dengan angka rata-rata perbulan dalam tahun
sebelumnya.
5. Angka rata-rata per bulan selama satu tahun menunjukkan kenaikan dua kali
lipat atau lebih dibanding dengan angka rata-rata per bulan dari tahun
sebelumnya.
6. Case Fatality Rate dari suatu penyakit dalam suatu kurun waktu tertentu
menunjukan kenaikan 50% atau lebih, dibanding dengan CFR dari periode
sebelumnya.
7. Propotional Rate (PR) penderita baru dari suatu periode tertentu menunjukkan
kenaikan dua kali atau lebih dibanding periode yang sama dan kurun
waktu/tahun sebelumnya.
8. Beberapa penyakit khusus : Kholera, "DHF/DSS": a). Setiap peningkatan kasus
dari periode sebelumnya (pada daerah endemis). b) Terdapat satu atau lebih
penderita baru dimana pada periode 4 minggu sebelumnya daerah tersebut
dinyatakan bebas dari penyakit yang bersangkutan.
8
Faktor Penyebab KLB
1. Herd Immunity yang rendah
Yang mempengaruhi rendahnya faktor itu, sebagian masyarakat sudah tidak kebal
lagi, atau antara yang kebal dan tidak mengelompok tersendiri.
2. Patogenesiti
Kemampuan bibit penyakit untuk menimbulkan reaksi pada pejamu sehingga
timbul sakit.
Penanggulangan KLB
Penanggulangan KLB dikenal dengan nama Sistem Kewaspadaan Dini (SKD-
KLB), yang dapat diartikan sebagai suatu upaya pencegahan dan penanggulangan
KLB secara dini dengan melakukan kegiatan untuk mengantisipasi KLB. Kegiatan
yang dilakukan berupa pengamatan yang sistematis dan terus-menerus yang
mendukung sikap tanggap/waspada yang cepat dan tepat terhadap adanya suatu
perubahan status kesehatan masyarakat. Kegiatan yang dilakukan adalah
pengumpulan data kasus baru dari penyakit-penyakit yang berpotensi terjadi KLB
secara mingguan sebagai upaya SKD-KLB. Data-data yang telah terkumpul
dilakukan pengolahan dan analisis data untuk penyusunan rumusan kegiatan
perbaikan oleh tim epidemiologi (Dinkes Kota Surabaya, 2002).
9
Penanganan jenazah akibat wabah
Penyuluhan kepada masyarakat
10
Morbiditas merupakan derajat sakit, cedera atau gangguan pada suatu populasi.
Morbiditas juga merupakan suatu penyimpangan dari status sehat dan sejahtera atau
keberadaan suatu kondisi sakit. Morbiditas juga mengacu pada angka kesakitan,
yaitu jumlah orang yang sakit dibandingkan dengan populasi tertentu yang sering
kali merupakan kelompok yang sehat atau kelompok yang beresiko. Di dalam
Epidemiologi, ukuran utama morbiditas adalah angka insidensi & prevalensi dan
berbagai ukuran turunan dari kedua indikator tersebut. Setiap kejadian penyakit,
kondisi gangguan atau kesakitan dapat diukur dengan angka insidensi dan angka
prevalensi.
Pengukuran Epidemiologi
UKURAN MORBIDITAS adalah jumlah penderita yang dicatat selama 1 tahun per
1000 jumlah penduduk pertengahan tahun. Angka ini dapat digunakan untuk
menggambarkan keadaan kesehatan secara umum, mengetahui keberahasilan
program-program pemberantasan penyakit, dan sanitasi lingkungan serta
memperoleh gambaran pengetahuan penduduk terhadap pelayanan kesehatan.
Secara umum ukuran yang banyak digunakan dalam menentukan morbiditas adalah
angka, rasio, dan proporsi.
RATE atau angka merupakan proporsi dalam bentuk khusus perbandingan antara
pembilang dengan penyebut atau kejadian dalam suatu populasi teterntu dengan
jumlah penduduk dalam populasi tersebut dalam batas waktu tertentu. Rate terdiri
dari berbagai jenis ukuran diataranya adalah:
1. Proporsi atau jumlah kelompok individu yang terdapat dalam penduduk suatu
wilayah yang semula tidak sakit dan menjadi sakit dalam kurun waktu tertentu dan
pembilang pada proporsi tersebut adalah kasus baru. Tujuan dari Insidence Rate
adalah sebagai berikut:
a. Mengukur angka kejadian penyakit
b. Untuk mencari atau mengukur faktor kausalitas
c. Perbandingan antara berbagai populasi dengan pemaparan yg berbeda
d. Untuk mengukur besarnya risiko yang ditimbulkan oleh determinan tertentu
Rumus:
𝑑
𝑃 =( )×𝐾
𝑛
Hasil estimasi dari insiden dapat digunakan sebagai bahan untuk perencanaan
penanggulangan masalah kesehatan dengan melihat potret masalah kesehatan,
angka dari beberapa periode dapat digunakan untuk melihat tren dan fluktuasi,
untuk pemantauan dan evaluasi upaya pencegahan maupun penanggulangan serta
sebagai dasar untuk membuat perbandingan angka insidens antar wilayah dan antar
waktu.
11
2. PR ( Prevalence) yaitu ukuran prevalensi suatu penyakit dapat digunakan.
a. Menggambarkan tingkat keberhasilan program pemberantasan penyakit
b. Untuk penyusunan perencanaan pelayanan kesehatan. Misalnya, penyediaan
obat-obatan, tenaga kesehatan, dan ruangan
c. Menyatakan banyaknya kasus yang dapat di diagnosa
d. Digunakan untuk keperluan administratif lainnya
e. Angka prevalensi dipengaruhi oleh tingginya insidensi dan lamanya sakit.
Lamanya sakit adalah suatu periode mulai dari didiagnosanya suatu penyakit
hingga berakhirnya penyakit teresebut yaitu sembuh, kronis, atau mati
3. PePR (Periode Prevalence Rate) yaitu perbandingan antara jumlah semua kasus
yang dicatat dengan jumlah penduduk selama 1 periode.
Rumus:
𝑃
𝑃𝑒𝑃𝑅 = ( ) × 𝐾
𝑅
4. PoPR (Point Prevlene Rate) adalah nilai prevalensi pada saat pengamatan yaitu
perbandingan antara jumlah semua kasus yang dicatat dengan jumlah penduduk
pada saat tetentu.
Rumus:
𝑃𝑜
𝑃𝑜𝑃𝑅 = ( ) × 𝐾
𝑅
P = jumlah semua kasus yang dica perbandingan antara jumlah semua kasus
yang dicatat
R = jumlah penduduk
k = pada saat tertentu
5. AR (Attack Rate) adalah angka insiden yang terjadi dalam waktu yang singkat
(Liliefeld 1980) atau dengan kata lain jumlah mereka yang rentan dan terserang
penyakit tertentu pada periode tertentu. Attack rate penting pada epidemi
progresif yang terjadi pada unit epidemi yaitu kelompok penduduk yang
terdapat pada ruang lingkup terbatas, seperti asrama, barak, atau keluarga.
12
RASIO adalah nilai relatif yang dihasilkan dari perbandingan dua nilai kuantitatif
yang pembilangnya tidak merupakan bagian dari penyebut.
Contoh: Kejadian Luar Biasa (KLB) diare sebanyak 30 orang di suatu daerah. 10
diantaranya adalah jenis kelamn pria. Maka rasio pria terhadap wanita adalah
R=10/20=1/2.
UKURAN FERTILITAS
1. Crude Birth Rate (CBR) atau angka kelahiran kasar adalah semua kelahiran
hidup yang dicatat dalam 1 tahun per 1000 jumlah penduduk pertengahan tahun
yang sama.
Rumus:
𝐵
𝐶𝐵𝑅 = ( ) × 𝐾
𝑃
Angka kelahiran kasar ini dapat digunakan untuk menggambarkan tingkat fertilitas
secara umum dalam waktu singkat tetapi kurang sensitif untuk : Membandingkan
tingkat fertilitas dua wilayah & Mengukur perubahan tingkat fertilitas karena
perubahan pada tingkat kelahiran akan menimbulkan perubahan pada jumlah
penduduk
2. Age Spesific Fertilty Rate (ASFR) Angka fertilitas menurut golongan umur
adalah jumlah kelahiran oleh ibu pada golongan umur tertentu yang dicatat selam 1
tahun yang dicatat per 1000 penduduk wanita pada golongan umur tertentu apda
tahun yang sama.
Rumus:
𝐹
𝐴𝑆𝐹𝑅 = ( ) × 𝐾
𝑅
3. Total Fertility Rate ( TFR) Angka fertilitas total adalah jumlah angka fertilitas
menurut umur yang dicatat sealma 1 tahun.
13
Rumus:
𝑇𝐹𝑅 = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎 𝑓𝑒𝑟𝑡𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑚𝑒𝑛𝑢𝑟𝑢𝑡 𝑢𝑚𝑢𝑟 × 𝐾
UKURAN MORTALITAS
a. Case Fatality Rate (CFR) atau angka kefatalan kasus adalah perbandingan
antara jumlah kematian terhadap penyakit tertentu yang terjadi dalam 1 tahun
dengan jumlah penduduk yang menderita penyakit tersebut pada tahun yang sama.
Rumus:
𝑃
𝐶𝐹𝑅 = ( ) × 𝐾
𝑇
Perhitungan ini dapat digunakan uutk mengetahui tingkat penyakit dengan tingkat
kematian yang tinggi. Rasio ini dapat dispesifikkan menjadi menurut golongan
umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan lain-lain
b. Crude Death Rate (CDR) atau Angka Kematian Kasar adalah jumlah
kematian yang dicatat selama 1 tahun per 1000 penduduk pada pertengahan tahun
yang sama. Disebut kasar karena angka ini dihitung secara menyeluruh tanpa
memperhatikan kelompok-kelompok tertentu di dalam populasi dengan tingkat
kematian yang berbeda-beda.
Rumus:
𝑃
𝐶𝐹𝑅 = ( ) × 𝐾
𝑇
Manfaat CDR
Sebagai gambaran status kesehatan masyarakat
Sebagai gambaran tingkat permasalahan penyakit dalam masyarakat
Sebagai gambaran kondisi sosial ekonomi
Sebagai gambaran kondisi lingkungan dan biologis
Untuk menghitung laju pertumbuhan penduduk
c. Age Spesific Death Rate (ASDR) angka kematian menurut golongan umur
adalah perbandingan antara jumlah kematian yang dicatat selama 1 tahun pada
penduduk golongan umur x dengan jumlah penduduk golongan umur x pada
pertengahan tahun.
Rumus:
𝑑𝑥
𝐴𝑆𝐷𝑅 = ( ) × 𝐾
𝑝𝑥
14
dx = jumlah kematian yang dicatat selama 1 tahun pada golongan umur x
px = jumlah penduduk pada golonga umur x pada pertengahan tahun yang sama
d. Under Five Mortality Rate (UFMR) atau Angka kematian Balita adalah
gabungan antara angka kematian bayi dengan angka kematian anak umur 1-4 tahun
yaitu jumlah kematian balita yang dicatat selama satu tahun per 1000 penduduk
balita pada tahun yang sama.
Rumus:
𝑀
𝑈𝐹𝑀𝑅 = ( ) × 𝐾
𝑅
Angka kematian balita sangat penting untuk mengukur taraf kesehatan masyarakat
karena angka ini merupakan indikator yang sensitif untuk status kesehatan bayi dan
anak.
15
P = ∑ kematian janin yg dilahirkan pada usia kehamilan berumur 28 mg
M =ditambah kematian bayi yang berumur kurang dari 7 har
R = 1000 kelahiran hidup pada tahun yang sama
16
Pertolongan persalinan dan perawatan masa nifas
17
Aspek Sosial Budaya dalam Pencarian Pelayanan Kesehatan
Walaupun jaminan kesehatan dapat membantu banyak orang yang
berpenghasilan rendah dalam memperoleh perawatan yang mereka butuhkan, tetapi
ada alasan lain disamping biaya perawatan kesehatan, yaitu adanya celah diantara
kelas sosial dan budaya dalam penggunaan pelayanan kesehatan (Sarafino, 2002).
Seseorang yang berasal dari kelas sosial menengah ke bawah merasa diri mereka
lebih rentan untuk terkena penyakit dibandingkan dengan mereka yang berasal dari
kelas atas. Sebagai hasilnya mereka yang berpenghasilan rendah lebih tidak
mungkin untuk mencari pencegahan penyakit (Sarafino, 2002).
18
unit yang lebih rendah) ke fasilitas pelayanan yang lebih kompeten, terjangkau,
rasional dan tidak dibatasi oleh wilayah administrasi. (Kebidanan Komunitas: hal
207)
Rujukan dalam pelayanan kebidanan merupakan kegiatan pengiriman orang
sakit dari unit kesehatan yang kurang lengkap ke unit yang lebih lengkap berupa
rujukan kasus patologis pada kehamilan, persalinan dan nifas masuk didalamnya,
pengiriman kasus masalah reproduksi lainnya seperti kasus ginekologi atau
kontrasepsi yang memerlukan penanganan spesialis. Termasuk juga didalamnya
pengiriman bahan laboratorium.
Jika penderita telah sembuh dan hasil laboratorium telah selesai, kembalikan
dan kirimkan ke unit semula, jika perlu disertai dengan keterangan yang lengkap
(surat balasan).
Rujukan informasi medis membahas secara lengkap data-data medis penderita
yang dikirim dan advis rehabilitas kepada unit yang mengirim. Kemudian Bidan
menjalin kerja sama dalam sistem pelaporan data-data parameter pelayanan
kebidanan, terutama mengenai kematian maternal dan pranatal. Hal ini sangat
berguna untuk memperoleh angka-angka secara regional dan nasional pemantauan
perkembangan maupun penelitian.
Menurut tata hubungannya, sistem rujukan terdiri dari: rujukan internal dan
rujukan eksternal.
Rujukan Internal adalah rujukan horizontal yang terjadi antar unit pelayanan
di dalam institusi tersebut. Misalnya dari jejaring puskesmas (puskesmas
pembantu) ke puskesmas induk.
Rujukan Eksternal adalah rujukan yang terjadi antar unit-unit dalam jenjang
pelayanan kesehatan, baik horizontal (dari puskesmas rawat jalan ke puskesmas
rawat inap) maupun vertikal (dari puskesmas ke rumah sakit umum daerah).
19
Rujukan Kesehatan adalah hubungan dalam pengiriman dan pemeriksaan
bahan ke fasilitas yang lebih mampu dan lengkap. Rujukan ini umumnya berkaitan
dengan upaya peningkatan promosi kesehatan (promotif) dan pencegahan
(preventif). Contohnya, merujuk pasien dengan masalah gizi ke klinik konsultasi
gizi (pojok gizi puskesmas), atau pasien dengan masalah kesehatan kerja ke klinik
sanitasi puskesmas (pos Unit Kesehatan Kerja).
Syarat Rujukan
• Adanya unit yang mempunyai tanggung jawab baik yang merujuk maupun yang
menerima rujukan
• Adanya pencatatan tertentu :
- Surat rujukan
- Kartu Sehat bagi klien yang tidak mampu
- Pencatatan yang tepat dan benar
- Kartu monitoring rujukan ibu bersalin dan bayi (KMRIBB)
• Adanya pengertian timbal balik antar yang merujuk dan yang menerima rujukan
• Adanya pengertian tugas tentang system rujuikan
• Sifat rujukan horizontal dan vertical (kearah yang lebih mampu dan lengkap).
Jenis Rujukan
o Rujukan medis
- Rujukan pasien
- Rujukan pengetahuan
- Rujukan laboratorium atau bahan pemeriksaan
o Rujukan kesehatan
- Rujukan ilmu pengetahuan, teknologi dan keterampilan, misalnya : pengiriman
dokter ahli terutama ahli bedah, kebidanan dan kandungan, penyakit dalam dan
dokter anak dari RSU Provinsi ke RSU Kabupaten.
- Pengiriman asisten ahli senior ke RS Kabupaten yang belum ada dokter ahli
dalam jangka waktu tertentu.
- Pengiriman tenaga kesehatan dari puskesmas RSU Kabupaten ke RS Provinsi.
- Alih pengetahuan dan keterampilan di bidang klinik, manajemen dan
pengoperasian peralatan.
o Rujukan manajemen
- Pengiriman informasi
- Obat, biaya, tenaga, peralatan
- Permintaan bantuan : survei epidemiologi, mengatasi wabah (KLB)
20
Jika kamu mendengar tentang tha’un di suatu tempat, maka janganlah kamu
memasukinya (tempat itu). Apa bila kamu (terlanjur) berada di tempat yang
terkena wabah itu, maka janganlah kamu keluar darinya (tempat itu) (H.R. at-
Turmuzi dari Sa’id).
Menjaga Kesehatan
Dalam kaidah ushuliyyat dinyatakan:
Dari Ibn ‘Abbas, ia berkata, aku pernah datang menghadap Rasulullah SAW, saya
bertanya: Ya Rasulullah ajarkan kepadaku sesuatu doa yang akan akan baca dalam
doaku, Nabi menjawab: Mintalah kepada Allah ampunan dan kesehatan, kemudian
aku menghadap lagipada kesempatan yang lain saya bertanya: Ya Rasulullah
ajarkan kepadaku sesuatu doa yang akan akan baca dalam doaku. Nabi menjawab:
“Wahai Abbas, wahai paman Rasulullah saw mintalah kesehatan kepada Allah, di
dunia dan akhirat.” (HR Ahmad, al-Tumudzi, dan al-Bazzar)
Kesehatan Jasmani
Ajaran Islam sangat menekankan kesehatan jasmani. Agar tetap sehat, hal yang
perlu diperhatikan dan dijaga, menurut sementara ulama, disebutkan, ada sepuluh
hal, yaitu: dalam hal makan, minum, gerak, diam, tidur, terjaga, hubungan seksual,
keinginan-keinginan nafsu, keadaan kejiwaan, dan mengatur anggota badan.
1. Mengatur Pola Makan dan Minum
21
benarya Rasulullah, Nabi menjawab: Jangan lalukan itu, berpuasa dan berbukalah,
bangun malam dan tidurlah, sebab, pada badanmu ada hak dan pada lambungmu
juga ada hak” (HR Bukhari dan Muslim).
“Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu
sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan
persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah, musuhmu dan orang-orang
selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. Apa
saja yang kamu najkahkanpadajalan Allah niscaya akan dibalas dengan cukup
kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan). (QS.Al-Anfal :6o):
Hukum Berobat
Majma’ Al Fiqh Al Islami berpendapat wajibnya berobat bagi orang yang jika
meninggalkan berobat bisa jadi membinasakan diri, anggota badan atau dirinya jadi
lemah, juga bagi orang yang penyakitnya bisa berpindah bahayanya pada orang
lain. (Dinukil dari Fatwa Syaikh Sholeh Al Munajjid no. 81973)
Rincian paling baik tentang masalah hukum berobat disampaikan oleh Syaikh
Sholih Al Munajjid,
1- Berobat jadi wajib jika tidak berobat dapat membinasakan diri orang yang sakit.
22
2- Berobat disunnahkan jika tidak berobat dapat melemahkan badan, namun
keadaannya tidak seperti yang pertama.
3- Berobat dihukumi mubah (boleh) jika tidak menimpa pada dirinya dua keadaan
pertama.
4- Berobat dihukumi makruh jika malah dengan berobat mendapatkan penyakit
yang lebih parah. (Lihat Fatawa Syaikh Sholih Al Munajjid no. 2148)
23
DAFTAR PUSTAKA
Damanik, H.M. (2010). Pola Makan Dan Status Gizi Anak Sekolah Dasar Di Desa
Perbukitan Dan Di Desa Tepi Danau Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir
Tahun 2010. http://repository.usu.ac.id/bitstream
/123456789/22464/4/Chapter%20II .pdf.Skripsi.
Qurahman, M.A.T. (2010). Hubungan Perilaku Hidup Sehat Dan Gizi Seimbang
Dengan Status Gizi Anak Sekolah Dasar Negeri Bulukantil Di Ngoresan Surakarta.
http://eprints.uns.ac.id/7353/1/1259 90308201008491.pdf.Skripsi.
WHO. (2000). Obesity: Preventing and Managing the Global Epidemic. WHO
Technical Report Series,Geneva.
http://ahmadbinhanbal.wordpress.com/2013/04/20/konsep-kesehatan-dalam-
islam/(21 Mei 2013)
http://www.hukor.depkes.go.id/up_prod_permenkes/PMK%20No.%20001%20ttg
%20Sistem%20Rujukan%20Pelayanan%20Kesehatan%20Perorangan.pdf
24