TINJAUAN PUSTAKA
Kriteria Mayor:
1. Paroksismal nocturnal dyspnea
2. Distensi vena pada leher
3. Rales
4. Kardiomegali (ukuran peningkatan jantung pada radiografi dada)
5. Edema paru akut
6. S3 ( Suara jantung ketiga )
7. Peningkatan tekanan vena jugularis (> 16 cm H2O di atrium kanan)
8. Hepatojugular refluks
Kriteria Minor:
1. Bilateral ankle edema
2. Batuk nokturnal
3. Dyspnea pada aktivitas biasa
4. Hepatomegali
5. Efusi pleura
6. Penurunan kapasitas vital oleh sepertiga dari maksimum terekam
7. Takikardia (denyut jantung> 120 denyut / menit.)
3. Rontgen thorax
Rontgen toraks dapat menunjukkan adanya pembesaran ukuran jantung
(kardiomegali) yang ditandai dengan peningkatan diameter tranversal lebih dari 15,5
cm pada pria dan lebih 14,5 cm pada wanita, hipertensi vena, atau edema paru.
Rata-rata pada orang dewasa dengan bentuk tubuh yang normal, rasio itu
berkisar antara 45-50%. Rasio ini tidak selalu bermakna patologik, seseorang dengan
rasio yang normal masih ada kemungkinan menderita penyakit jantung. Rasio yang
lebih dari 50% sering dijumpai pada orang yang gemuk dan pendek, karena letak
jantung mendatar (horizontal), tanpa ada kelainan pada jantungnya.
Pulmonary edema secara khas didiagnosa dengan foto thorax. Radiograph
(foto thorax) yang normal terdiri dari area putih terpusat yang menyinggung jantung
dan pembuluh-pembuluh darah utamanya plus tulang-tulang dari vertebral column,
dengan bidang-bidang paru yang menunjukan sebagai bidang-bidang yang lebih
gelap pada setiap sisi, yang dilingkungi oleh struktur-struktur tulang dari dinding
dada. Foto thorax yang khas dengan pulmonary edema mungkin menunjukan lebih
banyak tampakan putih pada kedua bidang-bidang paru daripada biasanya. Kasus-
kasus yang lebih parah dari pulmonary edema dapat menunjukan
opacification (pemutihan) yang signifikan pada paru-paru dengan visualisasi yang
minimal dari bidang-bidang paru yang normal. Pemutihan ini mewakili pengisian
dari alveoli sebagai akibat dari pulmonary edema, namun mungkin memberikan
informasi yang minimal tentang penyebab yang mungkin mendasarinya.
Gambaran Radiologi yang ditemukan :
1. Pelebaran atau penebalan hilus (dilatasi vaskular di hilus)
2. Corakan paru meningkat (lebih dari 1/3 lateral)
3. Kranialisasi vaskuler
4. Hilus suram (batas tidak jelas)
5. Interstitial fibrosis (gambaran seperti granuloma-granuloma kecil atau nodul
milier)
Diuretik
Diuretik direkomendasikan pada pasien gagal jantung dan tanda-tanda
klinis/ gejala kongesti.
Antagonis Aldosteron
Antagonis aldosteron menurunkan angka masuk rumah sakit untuk
perburukan gagal jantung dan meningkatkan survival jika ditambahkan pada terapi
yang sudah ada, termasuk dengan ACEI. Jika tidak ada kontraindikasi, aldosteron
antagonis ditambahkan pada keadaan LVEF <35% dengan gejala gagal jantung yang
berat.
Beta bloker
Beta bloker diberikan pada semua penderita gagal jantung simptomatik dan
LVEF<40% bila tidak ada kontraindikasi. Beta bloker memperbaiki fungsi ventrikel
dan kualitas hidup pasien, menurunkan angka masuk RS untuk perburukan gagal
jantung dan meningkatkan harapan hidup. Terapi beta bloker seharusnya sudah
dimulai di RS sebelum pasien dipulangkan (Kelas rekomendasi I, tingkat bukti A)
Glikosida jantung
Glikosida jantung menyebabkan peningkatan kontraktilitas jantung dengan
meningkatkan kontraksi sarkomer jantung melalui peningkatan kadar kalsium bebas
dalam protein kontraktil, yang merupakan hasil dari peningkatan kadar natrium
intrasel akibat penghambatan NaKATPase dan pengurangan relatif dalam ekspulsi
Terapi vasodilator
A. Antagonis kalsium
Antagonis kalsium dikontraindikasikan pada gagal jantung karena memiliki
efek inotropik negatif yang dapat memperburuk gejala gagal jantung. Amlodipin
merupakan satu-satunya antagonis kalsium yang dapat menurunkan mortalitas
pada gagal jantung.
B. Senyawa nitrat dan donor nitrit oksida
Nitroprusid bekerja menyebabkan relaksasi otot polos secara langsung dan
kemudian mengurangi afterload dan preload. Pengurangan dalam afterload
Peptida natriuretik
Peptida natriuretik sebagai senyawa ideal bagi terapi gagal jantung. Senyawa
peptida ini bekerja menyebabkan :
- Natriuresis.
- Diuresis.
- Dilatasi vena dan arteri.
- Penghambatan sistem saraf simpatis.
- Antagonis protein pada rantai RAAS.
- Penghambatan kontriksi otot polos vaskular.
Trombolitik
A. Antiplatelet
Penggunaan antiplatelet pada gagal jantung masih diperdebatkan. Aspirin
memperlihatkan perburukan gagal jantung berdasarkan pada proses penghambatan
prostaglandin. Penelitian lain memperlihatkan bahwa efikasi ACEI dapat menurun
jika diberikan bersamaan dengan aspirin.
Warfarin (atau antikoagulan oral alternatif) direkomendasikan pada penderita
dengan gagal jantung dengan AF yang permanen, persisten atau paroksismal tanpa
kontraindikasi terhadap antikoagulan. Penyesuaian dosis antikoagulan menurunkan
risiko komplikasi tromboemboli termasuk stroke.
B. Antikoagulan
Antikoagulan seperti warfarin diindikasikan pada pasien gagal jantung dengan:
- Fibrilasi atrial
- Riwayat tromboembolik
- Trombus pada ventrikel kiri
Warfarin (atau antikoagulan oral alternatif) direkomendasikan pada penderita
dengan gagal jantung dengan AF yang permanen, persisten atau paroksismal tanpa
kontraindikasi terhadap antikoagulan. Penyesuaian dosis antikoagulan menurunkan
risiko komplikasi tromboemboli termasuk stroke (Kelas Rekomendasi I, Tingkat
Bukti A). Antikoagulan juga direkomendasikan pada penderita dengan trombus
intrakardiak yang dideteksi dengan imaging atau bukti emboli sistemik.