Anda di halaman 1dari 23

ANALISIS HUKUM MENGENAI PENYALAHGUNAAN

NARKOTIKA OLEH ANAK DALAM PERSPEKTIF


KRIMINOLOGI

Oleh kelompok 1:

1. Tazkiyah Aunun (2016


2. A. Heuna Ega W (201701001)
3. Adelia W. P (201701002)
4. Anda Maratus S (201701003)
5. Anggita Rachma P (201701004)
6. Anindia Putri YY (201701005)
7. Annisatul Ulfiati R (201701006)
8. Auliya Alfatika W (201701007)
9. Bintoro Krisdyanto (201701010)
10. Daila Rahayu MD (201701011)
11. Dian Citra P (201701012)
12. Duwitayati L (201701013)

POLTEKKES KEMENKES MALANG


PRODI DIII KEPERAWATAN
KAMPUS VI PONOROGO
TAHUN 2019/2020
BAB I

A. PENDAHULUAN

Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau
bukan tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis, yang dapat
menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa,
mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan
ketergantungan, yang dibedakan kedalam golongan-golongan sebagaimana
terlampir dalam undang-undang.
Menurut Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika membagi narkotika menjadi tiga golongan, sesuai dengan pasal
6 ayat 1:
Huruf a
Ketentuan ini yang dimaksud dengan ”Narkotika Golongan I” adalah
Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu
pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi
sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan.
Huruf b
Ketentuan ini yang dimaksud dengan ”Narkotika Golongan II” adalah
Narkotika berkhasiat pengobatan digunakan sebagai pilihan terakhir dan
dapat digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu
pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan
ketergantungan.
Huruf c
Ketentuan ini yang dimaksud dengan ”Narkotika Golongan III” adalah
Narkotika berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi
dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai
potensi ringan mengakibatkan ketergantungan.
Masalah penyalahgunaan narkoba telah menjadi masalah nasional
maupun masalah internasional yang tidak pernah henti-hentinya
dibicarakan. Hampir setiap hari terdapat berita mengenai masalah
penyalahgunaan narkoba. Penyalahgunaan narkoba dapat menimbulkan
kerusakan fisik, mental, emosi maupun sikap dalam masyarakat. Lebih
memprihatinkan lagi bahwa narkoba bahkan telah mengancam masa depan
anak. Anak sebagai bagian dari generasi muda merupakan penerus cita-cita
perjuangan bangsa dan sumber daya manusia bagi pembangunan nasional.
Diperlukan upaya pembinaan dan perlindungan terhadap anak agar anak
terhindar dari penyalahgunaan narkoba.7 Penyalahgunaan narkoba yang
dilakukan anak merupakan suatu penyimpangan tingkah laku atau
perbuatan melanggar hukum.
Menurut Pasal 1 angka (1) UU Nomor 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak, bahwa
“perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan
melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh,
berkembang dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan
harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan
dari kekerasan dan diskriminasi
Upaya perlindungan anak dilakukan demi terwujudnya anak Indonesia yang
berkualitas, berahlak mulia dan sejahtera.

B. PERUMUSAN MASALAH
Adapun yang menjadi pokok permasalahan sehubungan dengan
judul skripsi ini adalah :
1. Bagaimana pengaturan hukum mengenai narkotika dan anak ?
2. Bagaimana faktor penyebab terjadinya penyalahgunaan narkotika oleh
anak ?
3. Bagaimana kebijakan Hukum Pidana Dalam Upaya Pencegahan
Terhadap Penyalahgunaan Narkotika Oleh Anak ?
BAB II
KASUS :
Judul : 5 pelajar di Jombang jadi pengedar pil koplo, dikemas menyerupai
rokok
Narasi : Jombang,Kompas.com –Jajaran Kepolisian Resor ( Polres) Jombang
Jawa Timur meringkus 5 pelajar karena mengedarkan narkoba jenis pil koplo.
Kepala Satuan Reserse Narkoba Polres Jombang, AKP Moch Mukid mengatakan.
Kelima pelajar yang diringkus merupakan siswa kelas 1 dan 2 tingkat SMA di
Kabupaten Jombang.
“kita amankan tersangka anak – anak, 5 anak menjadi pengedar pil koplo. Ini ada
yang SMA kelas 2 ada juga yang SMA kelas 1”, kata Mukid di Mapolres
Jombang, Jumat (2/8/2019)
Mukid mengatakan, kelima pelajar yang menjadi pengedar pil koplo tersebut, rata
– rata sudah menjalankan aksinya selama 1 tahun. Adapun sasarannya adalah
rekan sesama pelajar atau remaja yang putus sekolah. Sebelum menjadi pengedar,
menurut Mukid para pelajar tersebut sudah mengonsumsi pil koplo sejak SMP.
“mereka mengonsumsi pil koplo sejak kelas 1 SMP”, Kata Mukid. Mukid
menjelaskan, selama setahun mengedarkan pil koplo, kelima pelajar tersebut
bekerja cukup rapi. Supaya tidak terendus orang lain, mereka mengemas pil koplo
menjadi mirip filter rokok. Sementara itu, selama 7 bulan terakhir jajajaran Polres
Jombang menangkap 240 orang terkait peredaran dan penyalahgunaan narkoba.
Adapun bukti yang diamankan polisi yakni 96.633 butir pil doble L atau pil koplo,
serta sabu – sabu sebanyak 161,45 gram. “untuk barang bukti sabu – sabu nilainya
sekitar Rp 600 juta” ujar Mukid.

1. Pengaturan Hukum Mengenai Narkotika dan Anak


a. Pengaturan Hukum Mengenai Narkotika
Lahirnya undang-undang tentang narkotika yang baru ini
didahului dengan keluarnya Undang-Undang No.7 Tahun 1997 tentang
Pengesahan Konvensi Pemberantasan Peredaran Gelap Narkotika dan
Psikotropika 1988. Kemudian karena tindak pidana narkotika telah bersifat
transnasional yang dilakukan dengan modus operandi yang tinggi, dan
teknologi canggih, sehingga UU No.22 tahun 1997 sudah tidak sesuai lagi
dengan perkembangan situasi dan kondisi, maka Undang-Undang tersebut
diganti dengan UU No.35 Tahun 2009 yang diundangkan pada tanggal 12
Oktober 2009 dalam Lembaran Negara RI Tahun 2009 Nomor 143 dan
Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 5062.
b. Pengaturan Hukum Mengenai Anak
Upaya perlindungan hukum anak pada prinsipnya sudah lama
diupayakan oleh pemerintah, hal ini terbukti dari berbagai peraturan
perundang- undangan yang diundangkan oleh pemerintah. Berbagai
peraturan perundang- undangan tersebut antara lain adalah Undang-
Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak, Undang-
Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang KUHAP yang mengatur
perlindungan hukum terhadap setiap orang yang terlibat dalam tindak
pidana termasuk juga bagi anak, Undang-Undang Nomor 3 Tahun
1997 UU No. 11 Tahun 2012 tentang Pengadilan Anak yang memuat
ketentuan hukum pidana formil dan ketentuan hukum pidana materiil
terhadap anak, Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi
Manusia Pasal 59 sampai Pasal 66 dan secara khusus dalam Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.
Ketika menetapkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002
tentang Perlindungan Anak yang diundangkan dalam Lembaran Negara RI
tahun 2002 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4235 dan
diundangkan tanggal 22 Oktober 2003 pemerintah menyandarkan sejumlah
asumsi mengapa disusun Undang-Undang ini. Alasan diundangkannya
Undang-Undang ini diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Bahwa negara Indonesia menjamin kesejahteraan tiap-tiap
warga negaranya, termasuk perlindungan terhadap hak anak
yang merupakan hak asasi manusia;
b. Bahwa anak adalah amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa,
yang dalam dirinya melekat harkat dan martabat sebagai
manusia seutuhnya;
c. Bahwa anak adalah tunas, potensi, dan generasi muda penerus
cita-cita perjuangan bangsa, memiliki peran strategis yang
mempunyai ciri dan sifat khusus yang menjamin kelangsungan
eksistensi bangsa dan negara pada masa depan;

d. Bahwa agar setiap anak kelak mampu memikul tanggung jawab


tersebut, maka ia perlu mendapat kesempatan yang seluas-
luasnya untuk tumbuh dan berkembang secara optimal, baik fisik,
mental, maupun sosial dan berahlak mulia, perlu dilakukan
upaya perlindungan serta untuk mewujudkan kesejahteraan anak
dengan memberikan jaminan terhadap pemenuhan hak-haknya
serta adanya perlakuan tanpa diskriminasi. Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
pemerintah telah mengatur tentang ketentuan pidana, yaitu yang terdapat
dalam Pasal 77 sampai dengan Pasal 90. Apabila diperinci maka ketentuan
pidana dalam undang-undang ini ditinjau dari segi perumusan sanksi
pidana (strafsoort) menggunakan jenis-jenis perumusan kumulatif dan
kumulatif alternatif, sedangkan dari segi lamanya sanksi pidana maksimum
(strafmaat) menggunakan sistem pidana maksimum dan sistem batas
minimum / maksimum lamanya ancaman pidana.
Penjatuhan pidana bukan semata-mata sebagai pembalasan
dendam, yang terpenting adalah pemberian bimbingan dan pengayoman
yang sekaligus kepada masyarakat dan kepada sipelaku tindak pidana agar
menjadi insaf dan dapat menjadi anggota masyarakat yang baik. Sebagai
pengaruh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, kemajuan budaya
dan perkembangan pembangunan bukan hanya orang dewasa yang
terjebak dalam pelanggaran norma, terutama norma hukum. Anak-anak
terjebak dalam pola konsumerisme dan asosial yang makin lama dapat
menjerumus kearah tindakan pidana, seperti narkoba, pemerasan,
pencurian, penganiayaan, pemerkosaan dan sebagainya.
Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 tidak ada mengatur hukuman
terhadap anak yang terlibat dalam penyalahgunaan narkoba. Apabila
terjadi kasus yang melibatkan anak dalam penyalahgunaan narkoba maka
anak tersebut merupakan anak nakal dan ketentuan hukum yang
dipergunakan adalah undang- undang pengadilan anak. Undang-Undang
tersebut tidak hanya mengatur ketentuan pidana formil namun juga
mengatur ketentuan pidana materiil terhadap anak yang terlibat dalam
masalah hukum, khususnya dalam hukum pidana.
2. Faktor Penyebab Terjadinya Penyalahgunaan Narkotika Oleh
Anak
Menurut penuturan Hakim Achmad Semma, SH yang bertugas
sebagai hakim anak di Pengadilan Negeri Medan bahwa faktor-faktor yang
menyebabkan seseorang anak terlibat dalam penyalahgunaan narkoba
adalah bersifat kasuistis, yaitu antara satu kasus dengan kasus yang lainnya
berbeda karena perbedaan latar belakang sianak tersebut. Namun dari
kebanyakan kasus yang terjadi yang pernah ditangani bahwa penyebab
anak terlibat dalam narkoba karena ingin coba-coba yang mana anak
tersebut sebelumnya sudah merokok.
M. Taufik Makarao dkk dalam bukunya menyatakan pada
umumnya secara keseluruhan faktor-faktor yang menyebabkan seseorang
melakukan penyalahgunaan narkoba dapat dibedakan atas faktor internal
dan faktor eksternal.

Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri sendiri,
sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar dirinya.21
Bahasan mengenai faktor penyebab terjadinya penyalahgunaan
narkotika oleh anak diuraikan sebagai berikut:
1. Faktor Internal
Faktor internal yaitu faktor-faktor yang berasal dari seseorang
sendiri dan dapat mempengaruhi terhadap apa yang kemudian akan
dilakakukannya dalam penyalahgunaan narkoba. Faktor individu ini yang
menjadi bagian faktor internal. Faktor individu terdiri dari aspek
kepribadian, dan kecemasan / depresi. Hal ini termasuk dalam aspek
kepribadian antara lain kepribadian yang ingin tahu, mudah kecewa, sifat
tidak sabar dan rendah diri. Adapun yang termasuk dalam kecemasan /
depresi adalah karena tidak mampu menyelesaikan kesulitan hidup
sehingga melarikan diri dalam penggunaan narkoba.
2. Faktor Eksternal
Selain faktor internal adapula faktor eksternal yang dapat
mempengaruhi prilaku remaja dalam tindak penyalah gunaan narkoba.
Faktor eksternal yaitu hal- hal yang mendorong timbulnya kenakalan
remaja dalam tindak penyalahgunaan narkoba yang bersumber dari luar
diri pribadi remaja yang bersangkutan yaitu lingkungan sekitar, keluarga
atau keadaan masyarakat.
Penjelasan faktor eksternal terbagi dari beberapa unsur yaitu :
a. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan memiliki pengaruh yang besar terhadap
jatuhnya seseorang ke dalam penyalahgunaan narkotika, terutama faktor
keluarga, dimana keluarga merupakan wadah pembentukan karakter dan
kepribadian, pertumbuhan dan perkembangan hidup seseorang tidak
terlepas dari apa yang disediakan dan diberikan keluarganya. Faktor
lingkungan sekitar juga merupakan sarana pembentuk kepribadian
seseorang.
b. Faktor Keluarga
Keluarga merupakan wadah utama dalam pendidikan. Kebiasaan
orang tua sehari-hari sangat berpengaruh terhadap pembentukan mental
anak. Anak yang hidup pada keluarga yang damai maka mereka akan
berperilaku yang positif, sedangkan anak yang hidup pada keluarga yang
kurang baik maka hal itu dapat menyebabkan kenakalan.
c. Lingkungan Sosio Budaya
Ligkungan tempat anak berpijak adalah masyarakat. Tidah jauh
juga dengan lingkungan keluarga, apabila anak hidup dalam masyarakat
yang baik maka perilaku anak akan menjadi baik begitu juga sebaliknya,
anak yang hidup di lingkungan masyarakat yang kurang baik juga akan
berpengaruh buruk pada pribadi anak.
Oleh sebab itu sangat diperlukannya pengawasan dari orang tua
kepada anak-anaknya yang mulai mengalami perubahan beranjak kearah
remaja.

Mengingat faktor eksternal juga tidak kalah berpengaruh terhadap


psikologi maupun tingkahlaku anak.
3. Kebijakan Hukum Pidana Dalam Upaya Pencegahan
Terhadap Penyalahgunaan Narkotika Oleh Anak
1. Kebijakan Penal atau Penal Policy
Upaya penanggulangan Kejahatan dengan menggunakan sanksi
(hukum) pidana merupakan cara yang paling tua, setua peradaban manusia
itu sendiri.23 Penal policy atau kebijakan hukum pidana pada intinya,
bagaimana hukum pidana dapat dirumuskan dengan baik dan memberikan
pedoman kepada pembuat undang- undang (kebijakan legislatif), kebijakan
aplikasi (kebijakan yudikatif) dan pelaksana hukum pidana (kebijakan
eksekutif). Kebijakan legislatif merupakan tahap yang sangat menentukan
bagi tahap-tahap berikutnya, karena etika peraturan perundang-undangan
pidana dibuat maka sudah ditentukan arah yang hendak dituju atau dengan
kata lain, perbuatan perbuatan apa yang dipandang perlu untuk dijadikan
sebagai suatu perbuatan yang dilarang oleh hukum pidana.
Apabila dicermati terdapat beberapa pasal di dalam Undang-
undang Nomor 35 Tahun 2009 yang berhubungan dengan anak baik
sebagai pelaku maupun dianggap sebagai korban. Pasal-pasal tersebut bila
dikaji lebih dalam lagi melalui perspektif politik kriminal maka dapat
ditemui bahwa pasal-pasal tersebut mengandung upaya penanggulangan
kejahatan baik secara penal maupun non penal.

Upaya penanggulangan kejahatan melalui jalur penal adalah


penanganan melalui jalur hukum pidana. Secara kasar dapatlah dikatakan
bahwa upaya penanggulangan kejahatan lewat jalur penal lebih
menitikberatkan pada sifat “repressive” (penindasan / pemberantasan /
penumpasan) sesudah terjadi kejahatan.
Tidak ada Undang-Undang khusus yang mengatur tentang tindak
pidana narkotika yang dilakukan oleh anak, ataupun pasal yang secara
khusus mengatur tentang tindak pidana penyalahgunaan narkotika yang
dilakukan oleh anak di bawah umur, khususnya terkait Undang-Undang
Narkotika ini. Ketentuan di dalam Undang-Undang Narkotika Nomor 35
Tahun 2009 ini, lebih menekankan anak sebagai korban tindak pidana
narkotika bukan sebagai pelaku tindak pidana narkotika. Hal ini dapat
terlihat dalam pasal 55, 128, dan 133 UU No. 35 Tahun 2009.
Pasal di atas juga merupakan pasal yang mencantumkan anak
sebagai korban tindak pidana penyalahgunaan narkotika, namun tidak
menempatkan anak sebagai pelaku namun sebagai korban. Unsur
menyurh, memberi atau menjanjikan sesuatu, memberikan kesempatan,
menganjurkan, memberikan kemudahan, memaksa dengan acaman,
memaksa dengan kekerasan, melakukan tipu muslihat, atau membujuk
anak yang belum cukup umur. Menyuruh bermakna memerintah (supaya
melakukan sesuatu), memberi berarti menyerahkan (membagikan,
menyampakan) sesuatu, menjanjikan sesuatu berarti menyatakan
kesediaan dan kesanggupan untuk berbuat sesuatu kepada orang lain.
Memberikan kemudahan dapat berupa sarana, fasilitas maupun
kesempatan, sehingga dalam kemudahan yang diberikan perbuatan
menjadi terlaksana, memaksa dengan ancaman dan memaksa dengan
kekerasan menyangkut pemaksaan ancaman fisik maupun psikis,
melakukan tipu muslihat.
Sanksi yang mungkin timbul untuk tindak pidana di atas terdapat
dalam pasal 103, dan 127 UU No. 35 Tahun 2009
Pasal-pasal di atas tidak ada yang mengaitkan anak sebagai
pelaku namun sebagai korban di dalam tindak pidana narkotika. Karena
usia anak masih dianggap belum matang dalam berfikir dan bertanggung
jawab untuk melakukan suatu tindakan, ini terlihat di dalam Pasal 55 yang
menekankan kepada orang tua si pecandulah tanggung jawab harus
melapor tesebut, walaupun anak di bawah umur tersebutlah yang menjadi
pelaku tindak pidana penyalahgunaan narkotika yang sesungguhnya.
Apabila dengan sengaja tidak melaporkannya maka sanksi yang dikenakan
juga kepada orang tua si pecandu narkotika. Pasal 133 lebih menekankan
anak sebagai korban.
2. Kebijakan Non Penal Atau Non Penal Policy
Penangggulangan kejahatan tidak dapat diselesaikan hanya
dengan penerapan hukum pidana saja, karena hukum pidana memiliki
keterbatasan.
Menurut pandangan dari sudut politik kriminal secara makro,
non-penal policy merupakan kebijakan penanggulangan tindak pidana
yang paling strategis
.hal itu dikarenakan non- penal policy lebih bersifat tindakan pencegahan
sebelum terjadinya suatu tindak pidana . Sasaran utama non-penal policy
adalah menangani dan menghapuskan faktor-faktor kondusif yang
menyebabkan terjadinya suatu tindak pidana. Dalam upaya ini diperlukan
adanya kerja sama yang baik dari aparat pemerintah, penegak hukum, dan
juga masyarakat dalam mencegah terjadinya kejahatan, dalam hal ini
kejahatan Pencurian dengan Kekerasan.
Pendekatan non-penal yaitu pendekatan pencegahan kejahatan
tanpa menggunakan sarana pemidanaan yaitu dapat dilakukan dengan
berbagai pencegahan dibidang ekonomi, pendidikan, desain lingkungan
ataupun strategi- strategi lain yang dapat membatasi ruang gerak pelaku
kejahatan .
Kebijakan melalui jalur non penal dalam upaya penanggulangan
tindak pidana narkotika dengan lebih menitikberatkan pada sifat
“preventive” (pencegahan/penangkalan/pengendalian) sebelum kejahatan
terjadi. Maka syarat-syarat utama dalam melakukan tindakan pencegahan
terhadap tindak pidana narkotika ini adalah dalam hal menangani faktor-
faktor kondusif penyebab terjadinya kejahatan, yang antara lain berpusat
pada masalah-masalah atau kondisi-kondisi sosial yang secara langsung
atau tidak langsung yang dapat menimbulkan atau menumbuh suburkan
kajahatan.
Upaya untuk mengalihkan penanganan anak dari jalur yustisial
menuju jalur non-yustisial (diversi) dianggap penting. Di dalam kasus
tindak pidana narkotika ini, khususnya bagi pelaku tingkat pemula, diversi
merupakan langkah kebijakan non-penal penanganan anak pelaku
kejahatan, karena penanganan dialihkan di luar jalur system peradilan
anak, melalui cara-cara pembinaan jangka pendek atau cara-cara lain
bersifat keperdataan atau administrative. Diversi berangkat dari asumsi
bahwa proses penanganan anak lewat sistem peradilan lebih besar
kemungkinan negatifnya, daripada positifnya bagi perkembangan anak.

Selain itu ternyata upaya untuk menghindarkan anak dari sistem


peradilan ternyata tidak hanya melalui upaya diversi saja namun terdapat
pula upaya diskresi.
Selain dari penanggulangan tindak pidana narkotika yang
dilakukan melalui langkah non-yudisial, dalam undang-undang narkotika
juga diberikan upaya non-penal lainnya yaitu pelaksanaan rehabilitasi yang
diberikan kepada pecandu narkotika. Pasal 1 angka 16-17 menyatakan
bahwa rehabilitasi terbagi atas 2 yaitu Rehabilitasi Medis yang adalah
suatu proses kegiatan pengobatan secara terpadu untuk membebaskan
pecandu dari ketergantungan Narkotika dan Rehabilitasi Sosial yang
adalah suatu proses kegiatan pemulihan secara terpadu, baik fisik, mental
maupun sosial, agar bekas pecandu Narkotika dapat kembali melaksanakan
fungsi sosial dala kehidupan masyarakat.
3a. Analisis Putusan No 311 K/ Pid.Sus/2014
Terdakwa Sefriadi Bin Manadi pada hari Selasa tanggal 25
September 2012 sekira pukul 23.30 WIB atau setidak-tidaknya pada
suatuwaktu lain dalam bulan September 2012 bertempat di sebuah rumah
kost yangterletak di Jalan Soekarno Hatta, Gang Rambutan, Kecamatan
Metro Barat, Kota Metro atau setidak-tidaknya pada suatu tempat lain
yang masih termasukdalam daerah Hukum Pengadilan Negeri Metro, tanpa
hak atau melawan hukum menanam, memelihara, memiliki, menyimpan,
menguasai atau menyediakan Narkotika Golongan I dalam bentuk
tanaman, perbuatan tersebut dilakukan dengan cara sebagai berikut ;

- Tuntutan Hukum

Membaca tuntutan pidana Penuntut Umum pada Kejaksaan Negeri


Metro tanggal 26 November 2012 sebagai berikut :
1) Menyatakan Terdakwa Sefriadi Bin Manadi telah bersalah
melakukan tindak pidana “Penyalah guna Narkotika
Golongan I (Ganja) bagi diri sendiri”. Sebagaimana yang
diatur dalam Pasal 127 Ayat (1) Huruf a Undang-Undang
Nomor : 35 Tahun 2009 tentang Narkotika seperti dalam
dakwaan Kedua kami;
2) Menjatuhkan pidana penjara terhadap Terdakwa selama 7
(tujuh) bulan dikurangi selama Terdakwa dalam tahanan
sementara dengan perintah Terdakwa tetap ditahan.
3) Memerintahkan barang bukti berupa :
1 (satu) bungkus kecil kertas koran yang berisikan Narkotika
jenis ganja1,35 gram. Digunakan dalam perkara Dian
Chandra Ardani bin Syaripudin.
4) Menetapkan agar Terdakwa membayar biaya perkara sebesar
Rp 2.000,00 (dua ribu rupiah).
- Putusan
Membaca putusan Pengadilan Negeri Metro Nomor :
136/Pid.A/2012/PN.M. tanggal 04 Desember 2012 yang amar lengkapnya
sebagai berikut :
1) Menyatakan Terdakwa Sefriadi Bin Manadi telah terbukti
secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana
:
“Menyalahgunakan Narkotika Golongan I dalam bentuk
tanaman bagi diri sendiri”.
2) Menjatuhkan hukuman berupa tindakan : Terdakwa
dikembalikan kepada orang tua di bawah Pengawasan Balai
Pemasyarakatan Kelas II Metro.
3) Memerintahkan agar Terdakwa segera dikeluarkan dari
Rumah Tahanan Negara Anak segera setelah putusan ini
diucapkan.
4) Memerintahkan kepada Pejabat Pembimbing
Kemasyarakatan Balai Pemasyarakatan Kelas II Metro untuk
membimbing dan mengawasi Terdakwa hingga berusia 18
(delapan belas) tahun.
5) Memerintahkan barang bukti berupa : 1 (satu) bungkus kecil
kertas koran yang berisikan Narkotika jenis ganja 1,35 gr
(satu koma tiga puluh lima gram); Digunakan dalam perkara
Dian Chandra Ardani Bin Syaripudin.
6) Membebankan Terdakwa untuk membayar biaya perkara
sebesar Rp 2.000,00 (dua ribu rupiah).
Membaca putusan Pengadilan Tinggi Tanjung Karang
Nomor:19/PID/2013/PT.TK tanggal 13 Februari 2013 yang amar
lengkapnya sebagai berikut:
1) Menerima permohonan banding dari Jaksa Penuntut Umum
pada KejaksaanNegeri Metro tersebut.
2) Menguatkan putusan Pengadilan Negeri Metro, tanggal 4
Desember 2012, Nomor: 136/Pid.A/2012/PN.M. yang
dimohonkan banding tersebut, dengan perbaikan amar
seperlunya, sehingga amar selengkapnya sebagai
berikut :
a) Menyatakan Terdakwa SEPRIADI Bin MANADI telah
terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan
tindak pidana MENYALAHGUNAKAN NARKOTIKA
GOLONGAN I BAGI DIRI SENDIRI.
b) Menjatuhkan Tindakan berupa mengembalikan
Terdakwa kepada orang tua kandungnya, yaitu Manadi
(ayah) dan Sumiyana (ibu), beralamat di Wangun Jaya,
RT/RW : 001/006, Kelurahan Fajar Bulan, Kecamatan
Way Tenong, Lampung Barat.
c) Memerintahkan kepada Pejabat Pembimbing
Kemasyarakatan pada BAPAS Kelas II Metro untuk
melakukan pembimbingan dan pengawasan kepada
Terdakwa hingga yang bersangkutan berusia 18 (delapan
belas) tahun.
d) Menetapkan agar Barang Bukti berupa 1 (satu) bungkus
kecil kertas koran berisikan narkotika jenis ganja, seberat
1,35 gram, dipergunakan dalam perkara Dian Chandra
Ardani Bin Syaripudin.
e) Membebankan biaya perkara pada tingkat banding
kepada Terdakwa sebanyak Rp 2.500,00 (dua ribu lima
ratus rupiah).
Mengingat akan akta tentang permohonan kasasi
Nomor: 01/Akta.Pid./2013/PN.M. yang dibuat oleh
Panitera Pengadilan Negeri Metro yang menerangkan, bahwa pada tanggal
05 Maret 2013 Penuntut Umum pada Kejaksaan Negeri Metro mengajukan
permohonan kasasi terhadap putusan Pengadilan Tinggi tersebut.
Memperhatikan Memori Kasasi tanggal 14 Maret 2013 dari
Penuntut Umum sebagai Pemohon Kasasi yang diterima di Kepaniteraan
Pengadilan Negeri Metro pada tanggal 15 Maret 2013.
Membaca surat-surat yang bersangkutan:
Menimbang, bahwa putusan Pengadilan Tinggi tersebut telah
diberitahukan kepada Penuntut Umum pada Kejaksaan Negeri Metro pada
tanggal
27 Februari 2013 dan Penuntut Umum mengajukan permohonan kasasi
pada tanggal 05 Maret 2013 serta Memori Kasasinya telah diterima di
Kepaniteraan Pengadilan Negeri Tanjung Karang pada tanggal 15 Maret
2013 dengan demikian permohonan Kasasi beserta dengan alasan-
alasannya telah diajukan dalam tenggang waktu dan dengan cara menurut
undang-undang, oleh karena itu permohonan kasasi tersebut formal dapat
diterima.
2) Analisis Kasus
Setelah penulis membaca dan menganalisa berkas perkara
136/Pid.A/2012/PN.M, maka penulis mengambil analisa sebagai berikut :
Berdasarkan keterangan saksi-saksi yang ada dan uraian Jaksa
Penuntut Umum dapat disimpulkan bahwa terdakwa Sefriadi Bin Manadi
telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak
pidana: “Penyalahgunaan Narkotika Golongan I dalam bentuk tanaman
bagi diri sendiri”.

Dengan memperhatikan kedudukan posisi perkara dan keterangan


saksi serta bukti-bukti maka hukuman yang diberikan oleh hakim adalah
mengembalikan Terdakwa kepada orang tua kandungnya, yaitu Manadi
(ayah) dan Sumiyana (ibu), beralamat di Wangun Jaya, RT/RW : 001/006,
Kelurahan Fajar Bulan, Kecamatan Way Tenong, Lampung Barat,
memerintahkan kepada Pejabat Pembimbing Kemasyarakatan pada
BAPAS Kelas II Metro untuk melakukan pembimbingan dan pengawasan
kepada Terdakwa hingga yang bersangkutan berusia 18 (delapan belas)
tahun serta membebankan Terdakwa tersebut untuk membayar biaya
perkara dalam tingkat Kasasi ini sebesar Rp2.500,00 (dua ribu lima ratus
rupiah) sudah tepat.
C. PEN
UTU
PAN

1. Pengaturan hukum mengenai narkotika dan anak:

- Undang-Undang Narkotika tidak mengatur secara khusus


tentang sanksi bagi anak syang terlibat penyalahgunaan
narkotika melainkan mengatur sanksi bagi anak sebagai
korban dalam suatu tindak pidana narkotika yaitu tindak
pidana narkotika yang berkaitan dengan pemanfaatan anak
(Pasal 133 Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009), dalam
merumuskan berlakunya sanksi dalam Undang-Undang
Narkotika penegak hukum juga harus memberlakukan
Undang- Undang Sistem Peradilan Pidana Anak sebagai
ketentuan khusus yang diterapkan terhadap anak, maka
disinilah berlakunya asas lex specialis derogate legi generalis

- Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem


Peradilan Pidana Anak, Undang-undang Nomor 35 Tahun
2014 tentang Perubahan Atas Undang- Undang Nomor 23
Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak karena peraturan
tentang anak yang berhadapan dengan hukum telah diatur
secara khusus agar anak tidak diperlakukan sama selayaknya
orang yang sudah dewasa.
- Undang-undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem
Peradilan Pidana Anak Pasal 69 menyebutkan bahwa anak
yang melakukan tindak pidana hanya dapat dijatuhi pidana 1/2
dari masa hukuman orang dewasa, atau dikenai tindakan, dan
bagi anak yang belum berusia 14 (empat belas) tahun hanya
dapat dikenai tindakan.

2. Faktor penyebab terjadinya penyalahgunaan narkotika oleh anak:

- Ada beberapa faktor yang dominan penyebab penyalahgunaan


narkotika di kalangan remaja yaitu : Faktor yang berasal dari
diri remaja itu sendiri, karena remaja ingin mengetahui apa
yang belum pernah ia lakukan, perasaan ingin tahu, ingin
tampil beda, melarikan diri dari kenyataan dan rasa kesetia
kawanan. Dengan didasari proses coba-coba karena ingin tahu
dan iseng kemudian menjadi pemakai tetap dan lalu menjadi
pemakai yang ketergantungan.
- Kebijakan hukum pidana dalam upaya pencegahan terhadap
penyalahgunaan narkotika oleh anak:

a. Dalam upaya pencegahan terhadap penyalahgunaan


narkotika, ada 2 kebijakan hukum pidana yang dapat
digunakan yaitu kebijakan penal atau penal policy yaitu
upaya penanggulangan Kejahatan dengan menggunakan
sanksi (hukum) pidana, dan kebijakan non-penal atau
non penal policy yaitu pencegahan kejahatan tanpa
menggunakan sarana pemidanaan yaitu dapat dilakukan
dengan berbagai pencegahan dibidang ekonomi,
pendidikan, desain lingkungan ataupun strategi-strategi
lain yang dapat membatasi ruang gerak pelaku kejahatan.
b. Penangggulangan kejahatan tidak dapat diselesaikan
hanya dengan penerapan hukum pidana, karena hukum
pidana memiliki keterbatasan. Terdapat dua sisi
keterbatasan hukum pidana dalam penanggulangan
Kejahatan, yaitu:
i. Dari sisi terjadinya kejahatan. Kejahatan sebagai
suatu masalah yang berdimensi sosial dan
kemanusiaan disebabkan faktor yang kompleks dan
berada diluar jangkauan hukum pidana. Jadi,
hukum pidana tidak akan mampu melihat secara
mendalam akar persoalan kejahatan jika tidak
dibantu oleh disiplin ilmu lain. Oleh karena itu ,
hukum pidana harus terpadu dengan pendekatan
sosial..

Saran

Berdasarkan uraian tersebut diatas penulis memberikan saran atau


rekomendasi agar Undang-Undang yang sudah ada untuk direvisi kembali
dan lebih memperjelas tentang anak yang terlibat dalam penyalahgunaan
Narkotika karena di dalam Undang-Undang Narkotika saat ini tidak ada
dijelaskan lebih rinci bagaimana pengaturan tentang anak yang terlibat
dalam penyalahgunaan narkotika.
DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Badan Narkotika Nasional. Buku Bacaan Bagi Pelajar SMA-Kampanye


Anti Narkoba.

Bunga, Reh BR PA. Skripsi: Perspektif Krimiologi Tentang


Penyalahgunaan Narkotika di Kotamadya Binjai. Fak. Hukum
USU, Medan, 2002.

Ediwarman, Penegakan Hukum Pidana dalam Perspektif


Kriminologi, Genta Publishing, Yogyakarta, 2014.

Lilik Mulyadi, S.H.,M.H., Wajah Sistem Peradilan Pidana Anak Indonesia,


Bandung, PT.Alumni, 2014

Makarao, M. Taufik, Suhasril dan H.M Zakky A.S. Tindak Pidana


Narkotika, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2005.

Muladi (editor). Hak Asasi Manusia- Hakekat, Konsep & Implikasinya


Dalam Perspektitf Hukum & Masyarakat. Refika Aditama,
Bandung, 2005.

Mulyadi, Lilik. Kapita Selekta Hukum Pidana Kriminologi dan Victimologi.


Djambatan. Jakarta, 2004.
Nawawi Arief, Barda. Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana:
Perkembangan Penyusunan Konsep KUHP Baru. Jakarta :
Kencana, 2008

Tampil Anshari Siregar, Metodologi Penelitian Hukum Penulisan Skripsi,


Pustaka Bangsa Press, Medan, 2005, Halaman 75
Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 2009,
Halaman 24
B. Perundang-undangan
Undang-undang No. 22 Tahun 1997 Tentang
Narkotika. Undang-undang No. 35 Tahun 2009
tentang Narkotika. Undang-undang No. 5 Tahun
1997 tentang Psikotropika. Undang-Undang No.3
Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak.
Undang-undang No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem
Peradilan Anak Undang-undang No. 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak
C. Website
http://galihpakuan.depsos.go.id/modules.php?name=News&file=article
&sid=39 Penyebaran Narkoba di Kalangan Anak-anak dan Remaja,
diakses tanggal 17 oktober 2013.

Anda mungkin juga menyukai