Anda di halaman 1dari 14

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Tugas Ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal
Bedah III

Dosen Pembimbing : Alfrina Hany, S.Kp, M.Ng (AC)

Kelompok 1 Reguler 2 :

1. Zazirotul Aviva 175070200111002


2. Ika Sri Wahyuni 175070200111004
3. Fina Alfiyatun Nada 175070200111006
4. Gerry Rinaldi 175070207111012
5. Gracella Moneta Risma P.M 175070201111008
6. Niluh Gita D.K 175070207111010
7. Ziza Imas Veyah 175070201111006
8. M. Satria Herdiyono 175070201111010

Program Studi Ilmu Keperawatan


Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya
Tahun Ajaran 2019
Satuan Acara Penyuluhan

Mata Kuliah : Keperawatan Medikal Bedah III

Pokok Bahasan : Stroke

Sasaran : Pasien dan Keluarga Pasien di Unit Stroke Ruang 26

Jumlah : 10 orang yang terdiri dari 4 pasien dan 6 orang keluarga pasien

Tempat : Unit Stroke Ruang 26 RSUD Dr. Saiful Anwar Malang

Metode : Ceramah

Hari/Tanggal : Senin, 16 September 2019

Alokasi Waktu : 30 menit

Pertemuan Ke :1

Pengajar : Mahasiswa Semester V PSIK FKUB

Alat yang digunakan : Leaflet

A. Tujuan Instruksional
- Tujuan Umum
Setelah dilakukan tindakan edukasi diharapkan peserta dapat memahami
mengenai stroke, gangguan menelan pada pasien stroke, dan
tatalaksananya.
- Tujuan Khusus
1. Peserta dapat memahami pengertian stroke
2. Peserta dapat memahami penyebab terjadinya stroke
3. Peserta dapat memahami faktor risiko stroke
4. Peserta dapat mengetahui tanda gejala pada pasien stroke
5. Peserta dapat memahami terkait gangguan menelan pada pasien stroke
6. Peserta dapat memahami terkait tatalaksana pasien stroke dengan
gangguan menelan
7. Peserta dapat menerapkan materi yang didapat di kehidupan sehari –
hari
B. Sub Pokok Bahasan
Peserta dapat memahami tentang pengertian stroke, penyebab terjadinya
stroke, faktor risiko stroke, tanda dan gejala stroke, gangguan menelan pada
pasien stroke dan tatalaksana pasien stroke dengan gangguan menelan.

C. Kegiatan Edukasi

Tahap Waktu Kegiatan Pengajar Kegiatan Peserta Metode Media


Pendahulu 5 menit Memperkenalkan diri Menjawab salam Ceramah Leaflet
an kepada Peserta, salam Memperhatikan penjelasan dan
dari pengajar Tanya
Jwab
Menjelaskan tujuan Ikut serta dalam penentuan
dilakukan penyuluhan kontrak waktu
kesehatan tersebut

Kontrak waktu Mendengarkan penjelasan


dari pengajar

Menjelaskan sedikit Menjawab dan menjelaskan


gambaran terkait topik terkait pengetahuan
yang akan dijelaskan tentang topik yang dibahas
berdasarkan apa yang
diketahui

Menanyakan kepada
peserta terkait
pengetahuan tentang
topik yang akan dibahas
(pre test lisan)
Pengaja 20 Pengajar memulai Mendengarkan dengan Ceramah Leaflet
ran menit menjelaskan tema seksama materi yang
dengan bahasa yang disampaikan oleh pengajar
mudah dimengerti dan
menarik :

1.Dimulai dengan
menjelaskan pengertian
stroke secara umum

2.Menjelaskan dengan
sederhana apa yang
menjadi penyebab
terjadinya stroke

3.Menjelaskan dengan
sederhana faktor resiko
terjadinya stroke

4.Menjelaskan terkait
tanda dan gejala dari
stroke

5. Menjelaskan tentang
gangguan menelan pada
pasien stroke

6. Menjelaskan tentang
tatalaksana pasien stroke
dengan gangguan
menelan
Penutup 5 menit Mereview ulang poin- Mendengarkan review Ceramah Leaflet
poin penting yang telah materi yang disampaikan dan
disampaikan oleh pengajar Tanya
Jawab
Memastikan peserta Menjawab pertanyaan
dapat memahami yang yang diberikan pengajar
disampaikan dengan berkaitan hal yang
mengajukan beberapa disampaikan
pertanyaan

Mempersilahkan bagi Mengajukan pertanyaan


peserta untuk bertanya jika ada yang belum
hal yang belum dipahami dipahami atau mengenai
hal yang ingin diketahui
lebih dalam

Evaluasi pemahaman dari Menjawab dan menjelaskan


peserta dengan jawaban dari pertanyaan
memberikan beberapa yang diajukan oleh pengajar
pertanyaan (post test
lisan)

Menyampaikan Mendengarkan kesimpulan


kesimpulan materi yang disampaikan oleh
dengan persuasif agar pengajar
materi yang disampakan
dapat diaplikasikan dalam
kehidupan sehari - sehari

Kontrak pertemuan Ikut serta dalam penentuan


berikutnya kontrak waktu

Salam Menjawab salam


D. Evaluasi
1. Evaluasi Struktural
a. Materi : materi disampaikan secara ringkas, menarik, dan mudah
dimengerti oleh peserta serta seluruh materi tersampaikan kepada
peserta
b. Media : Jenis media sesuai dengan peserta yaitu leaflet yang digunakan
berupa leaflet sehingga saat penjelasan oleh pengajar, peserta dapat
membacanya dan setelah sesi selesai peserta dapat membawanya
c. Tempat : tempat penyuluhan nyaman dan kondusif
d. Peserta penyuluhan : peserta adalah pasien dan keluarga pasien
2. Evaluasi Proses
a. Proses penyuluhan berlangsung lancar dan baik
b. Peserta antusias terhadap materi yang disampaikan
c. Selama proses penyuluhan, ada interaksi antara pengajar dan peserta
d. Peserta memperhatikan materi dan berpartisipasi aktif dalam kegiatan
penyuluhan
3. Evaluasi Hasil
Peserta mampu memahami materi dan dapat menjawab pertanyaan
minimal 2 dari 3 pertanyaan yang diajukan oleh pengajar, antara lain :
a. Apa saja penyebab terjadinya stroke?
b. Bagaiman tanda dan gejala luka stroke?
c. Bagaimana tatalaksana pasien stroke dengan gangguan menelan?

E. Materi
1. Pengertian Stroke
Definisi Stroke adalah suatu gangguan fungsional otak yang terjadi
secara mendadak (dalam beberapa detik) atau secara cepat (dalam
beberapa jam) dengan tanda dan gejala klinis baik fokal maupun global yang
berlangsung lebih dari 24 jam, disebabkan oleh terhambatnya aliran darah
ke otak karena perdarahan (stroke hemoragik) ataupun sumbatan (stroke
iskemik) dengan gejala dan tanda sesuai bagian otak yang terkena, yang
dapat sembuh sempurna, sembuh dengan cacat, atau kematian (Junaidi,
2011).
2. Penyebab Stroke
Hilangnya fungsi sistem saraf pusat fokal atau global yang terjadi
secara cepat dan mendadak (dalam menit atau pun detik) yang berlangsung
lebih dari 24 jam atau menyebabkan kematian. Jadi, stroke dapat terjadi
karena gangguan fungsi saraf yang disebabkan oleh gangguan aliran darah
pada otak yang dapat timbul secara mendadak dalam beberapa detik atau
secara cepat dalam beberapa menit dan jam.

3. Faktor Resiko Stroke


Menurut Israr (2008) ada beberapa macam faktor resiko yang
menyebabkan terjadinya stroke yaitu faktor risiko yang dapat dimodifikasi
merupakan faktor yang dapat dicegah terjadinya suatu penyakit dengan cara
memberikan intervensi. Faktor risiko ini dipengaruhi oleh banyak hal
terutama perilaku. Faktor risiko yang dapat dimodifikasi meliputi hipertensi,
stress, diabetes melitus, penyakit jantung, merokok, dan konsumsi alkohol.
Faktor yang tidak dapat dimodifikasi adalah faktor risiko yang tidak dapat
dirubah walaupun dilakukan intervensi karena termasuk karakteristik
seseorang mulai dari awal kehidupannya. Faktor yang tidak dapat
dimodifikasi meliputi usia dan jenis kelamin.
a. Faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi
 Usia
Stroke dapat terjadi pada semua orang dan pada semua
usia, termasuk anak-anak. Kejadian penderita stroke iskemik
biasanya berusia lanjut (60 tahun keatas) dan resiko stroke
meningkat seiring bertambahnya usia dikarenakan
mengalaminya degeneratif organ-organ dalam tubuh (Amin
& Hardhi, 2013).
 Jenis Kelamin
Pria memiliki kecenderungan lebih besar untuk terkena
stroke pada usia dewasa awal dibandingkan dengan wanita
dengan perbandingan 2:1. Insiden stroke lebih tinggi terjadi
pada lakilaki daripada perempuan dengan rata-rata 25%-
30% Walaupun para pria lebih rawan daripada wanita pada
usia yang lebih muda, tetapi para wanita akan menyusul
setelah usia mereka mencapai menopause.
b. Faktor resiko yang dapat dimodifikasi
 Stres
Pengaruh stres dapat meningkatan pengeluaran hormon
seperti hormon kortisol, epinefrin, adernaline dan
ketokolamin yang akan berefek pada peningkatan tekanan
darah dan denyut jantung. Sehingga bila terlalu sering dapat
merusak dinding pembuluh darah dan menyebabkan
terjadinya plak. Jika sudah terbentuk plak akan
menghambat atau berhentinya peredaran darah ke bagian
otak sehingga menyebabkan suplai darah atau oksigen tidak
adekuat
 Hipertensi
Merupakan peningkatan tekanan darah di atas normal
(140/90 mmHg) yang dapat mengakibatkan pecahnya
maupun menyempitnya pembuluh darah otak, sedangkan
penyempitan pembuluh darah dapat mengurangi suplai
darah otak dan menyebabkan kematian sel-sel otak.
Hipertensi mempercepat pengerasan dinding pembuluh
darah arteri dan mengakibatkan penghancuran lemak pada
sel otot polos sehingga mempercepat proses arterisklerosis,
melalui efek penekanan pada sel endotel atau lapisan dalam
dinding arteri yang berakibat pembentukan plak pada
pembuluh darah semakin cepat (Junaidi, 2011).
 Diabetes Melitus
Diabetes melitus mempercepat terjadinya arteriskelorosis
baik pada pembuluh darah kecil maupun pembuluh darah
besar atau pembuluh darah otak dan jantung. Kadar glukosa
darah yang tinggi akan menghambat aliran darah
dikarenakan pada kadar gula darah tinggi terjadinya
pengentalan darah sehingga menghamabat aliran darah ke
otak. Hiperglikemia dapat menurunkan sintesis prostasiklin
yang berfungsi melebarkan saluran arteri, meningkatkanya
pembentukan trombosis dan menyebabkan glikolisis protein
pada dinding arteri (Wang, 2005).
 Hiperkolestrolemia
Secara alamiah tubuh kita lewat fungsi hati membentuk
kolesterol sekitar 1000 mg setiap hari dari lemak jenuh.
Kolestrol merupakan zat di dalam aliran darah di mana
semakin tinggi kolestrol semakin besar kolestrol tertimbun
pada dinding pembuluh darah. Hal ini menyebabkan saluran
pembuluh darah menjadi lebih sempit sehingga
mengganggu suplai darah ke otak. Hiperkolestrol akan
meningkatkanya LDL (lemak jahat) yang akan
mengakibatkan terbentuknya arterosklerosis yang kemudian
diikuti dengan penurunan elastisitas pembuluh darah yang
akan menghambat aliran darah (Junaidi, 2011).
 Merokok
Merokok adalah salah satu faktor resiko terbentuknya lesi
aterosklerosis yang paling kuat. Nikotin akan menurunkan
aliran darah ke eksterminitas dan meningkatkan frekuensi
jantung atau tekanan darah dengan menstimulasi sistem
saraf simpatis. Merokok dapat menurunkan elastisitas
pembuluh darah yang disebabkan oleh kandungan nikotin di
rokok dan terganggunya konsentrasi fibrinogen, kondisi ini
mempermudah terjadinya penebalan dinding pembuluh
darah dan peningkatan kekentalan darah (Priyanto, 2008).
 Konsumsi Alkohol
Alkohol merupakan faktor resiko untuk stroke iskemik dan
kemungkinan juga terkena serangan stroke hemoragik.
Alkohol merupakan racun untuk otak dan apabila seseorang
mengkonsumsi alkohol akan mengakibatkan otak akan
berhenti berfungsi (Priyanto, 2008).

4. Tanda dan gejala stroke


Berdasarkan manifestasi klinis menurut ESO excecutive committe
dan ESO writting committee (2008) dan Jauch dkk (2013) yaitu:
a. TIA (transient ischemic attack) atau serangan stroke sementara:
gejala defisit neurologis hanya berlangsung kurang dari 24 jam. TIA
menyebabkan penurunan jangka pendek dalam aliran darah ke
suatu bagian dari otak. TIA biasanya berlangsung selama 10-30
menit.
b. RIND (Reversible Ischemic Neurologic Deficit): gejala defisit
neurologi yang akan menghilang dalam waktu lebih lama dari 24
jam, tetapi gejala akan menghilang tidak lebih dari 7 hari.
c. Stroke evaluasi (Progressing Stroke): kelainan atau defisit neurologi
yang berlangsung secara bertahap dari yang ringan sampai yang
berat sehingga makin lama makin berat. 4) Stroke komplit
(Completed Stroke): kelainan neurologis yang sudah menetap dan
tidak berkembang lagi.

Tanda dan gejala stroke yang dialami oleh setiap orang berbeda dan
bervariasi, tergantung pada daerah otak mana yang terganggu. Beberapa
tanda dan gejala secara umum pada pasien stroke berupa :

a. Terasa semutan/seperti terbakar


b. Lumpuh/kelemahan separuh badan kanan/kiri (Hemiparesis)
c. Kesulitan menelan, sering tersedak
d. Mulut mencong dan sulit untuk bicara
e. Suara pelo, cadel (Disartia)
5. Ganguan Menelan Pada Pasien Stroke
Masalah kesehatan yang timbul akibat stroke sangat bervariasi,
tergantung pada luasnya daerah otak yang mengalami nekrosis atau
kematian jaringan, dan lokasi yang terkena. Salah satu gangguan klinis
yang sering ditemukan akibat stroke adalah gangguan menelan atau
disfagia (Rasyid & Soertidewi, 2011) Disfagia sendiri adalah kesulitan
menelan cairan atau makanan yang disebabkan gangguan pada proses
menelan (Rasyid & Soertidewi, 2011). Angka kejadiannya yaitu sekitar
30-50% pasien. Disfagia sendiri adalah kesulitan dalam menelan cairan
dan atau makanan yang disebabkan karena adanya gangguan pada
proses menelan (Wemer, 2005). Gejala gangguan menelan bervariasi
dari yang paling ringan seperti rasa tidak nyaman di kerongkongan
hingga tidak mampu menelan makanan dan cairan. Tanda dan gejala
disfagia yang lain meliputi tidak mampu menahan air liur, kesulitan
mengunyah, makanan tertahan di mulut, memerlukan waktu lama saat
menelan, batuk, tersedak, suara serak, makanan melekat di
kerongkongan, berat badan menurun, rasa panas di dada atau heart
burn, keluar makanan dari hidung, dan aspirasi pneumonia.

6. Tatalaksana Pasien Stroke dengan gangguan menelan


Pasien stroke dengan gangguan menelan perlu untuk diberikan
latihan menelan atau swallowing therapy yaitu memfasilitasi menelan
dan mencegah komplikasi yang mungkin terjadi akibat gangguan
menelan (Dochierman, 2004).
Contoh latihan menelan:
1. Podisi duduk 90 o waktu makan, di kursi atau tempat duduk
2. Leher dan kepala agak ditekuk
3. Kepala ditengok ke arah sisi yang lemah, tatkala menelan
4. Gunakan sendok kecil dan letakkan makanan pada sisi yang sehat
5. Pastikan makanan sudah tertelan semua sebelum memberikan
suapan berikutnya
6. Pertahankan pasien tetap duduk setengah jam, setelah Ia makan
7. Bersihkan mulut pasien setelah makan
8. Bila pasien batuk saat makan, hentikan menyuapi. Segera lapor
dokter maupun perawat.

Penderita stroke yang mengalami disfagia rentan mengalami penurunan


status nutrisi, hal ini dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor yang mendukungnya,
antara lain adalah kesulitan dalam mengkonsumsi makanan, metabolisme pasien
stroke yang meningkat, serta status ekonomi pasien juga mempengaruhi
pemenuhan nutrisi tersebut. Konsistensi makanan pasien stroke yang disfagia
dapat berubah. Berdasarkan National Dysphagia Diet (NDD) ada tingkatan
konsistensi makanan untuk pasien disfagia yakni dalam bentuk padat dan cair.

Terdapat empat tingkatan makanan bentuk cair: thin, nectar thick, honey
thick, spoon thick. Ada 3 tingkatan bentuk makanan padat untuk pasien disfagia:
dysphagia puree, dysphagia mechanically altered, dysphagia advanced. Bentuk
puree diperuntukkan bagi pasien yang memiliki disfagia dari tingkatan sedang
sampai berat dan memiliki fase oral yang kurang baik, serta kemampuan pasien
untuk memproteksi jalan nafas atas menurun. Pada bentuk tingkatan dysphagia
mechanically altered, bentuk makanan lebih bertekstur lembut. Tingkatan
dysphagia mechanically altered diperuntukkan bagi pasien yang mengalami
disfagia ringan sampai berat, tetapi memiliki kemampuan untuk mengunyah.
Bentuk makanan dysphagia advances, tekstur makanan lebih keras, garing, lengket.
Bentuk makanan pasien stroke dianjurkan kecil dengan frekuensi makan sering
sehingga dapat meningkatkan asupan makan pasien. Fungsi menelan pasien dapat
ditingkatkan dengan menekankan pada rasa, tekstur dan suhu makanan. Minuman
dalam bentuk jus dapat mensubsitusi air dan memberikan rasa, zat gizi dan kalori.
Suhu makanan yang dingin dapat memudahkan pasien untuk menelan, oleh karena
suhu makanan dingin lebih dapat ditoleransi dengan baik oleh pasien. Cairan kuah
dari makanan akan mendorong makanan selama proses menelan dan membantu
memfragmentasi makanan selama proses pengunyahan di kavitas oral
LAMPIRAN : LEAFLET

Anda mungkin juga menyukai