Anda di halaman 1dari 6

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Perekonomian Indonesia saat ini terus mengalami perkembangan, hal tersebut
menyebabkan sektor perbankan mempunyai kekuatan dan peluang yang besar untuk
memenuhi kebutuhan keuangan masyarakat. Masyarakat mengenal bank sebagai suatu
lembaga keuangan yang berfungsi sebagai tempat untuk menyimpan dana dan
meminjam dana. Di Indonesia memiliki banyak lembaga keuangan yang dikenal dengan
bank, salah satunya adalah PT. Bank Rakyat Indonesia Syariah Tbk (Persero). Bank
tersebut menjadi salah satu bank terbesar di Indonesia yang sudah dikenal masyarakat
luas.
Kinerja keuangan yang telah dicapai oleh bank BRI, menunjukkan tingkat
kesehatan keuangan. Salah cara untuk melihat sehat atau tidaknya keuangan bank, maka
dapat dilihat dari laporan keuangan. Penilaian kinerja keuangan dapat dilihat dengn cara
menganalisis laporan keuangan bank tersebut, sehingga dapat dijadikan alat bantu
apabila akan menginvestasikan asset di bank tersebut.

B. Gambaran Umum
BRI Syariah resmi beroperasi pada tanggal 17 November 2008, dengan visi
menjadi bank ritel modern terkemuka dengan ragam layanan finansial sesuai kebutuhan
nasabah dengan jangkauan termudah untuk kehidupan lebih bermakna. Sesuai dengan
visinya saat ini PT. BRI Syariah merintis sinergi dengan PT. BRI (persero) Tbk dengan
memanfaatkan jaringan kerja PT. BRI (persero) Tbk sebagai kantor layanan syariah
dalam mengembangkan bisnis yang berfokus pada kegiatan penghimpunan dana
masyarakat dan kegiatan konsumen berdasarkan prinsip syariah.
Kehadiran PT. BRI Syariah ditengah industri perbankan nasional dipertegas oleh
makna pendar cahaya yang mengikuti logo perusahaan. Logo ini menggambarkan
keinginan dan tuntutan masyarakat terhadap sebuah bank modern yang mampu
melayani masyarakat dalam kehidupan modern.

1
PEMBAHASAN

Informasi laporan keuangan PT. BRI Syariah tahun 2017 sudah sesuai dengan PSAK
No. 101 tentang penyajian laporan keuangan syariah. Analisis laporan keuangan PT. BRI
Syariah tersaji sebagai berikut:
1. Aset.
 Dalam PSAK No. 102 tentang Akuntansi Murabahah, Piutang murabahah
disajikan sebesar nilai neto yang dapat direalisasikan, yaitu saldo piutang
murabahah dikurangi penyisihan kerugian piutang yaitu sebesar
Rp10.457.017.000.000,-. Terdiri dari piutang murabahah pihak ketiga sebesar
Rp10.758.085.000.000,- ditambah dengan piutang murabahah pihak berelasi
sebesar Rp128.880.000.000,- dikurangi dengan cadangan kerugian penurunan
nilai pada piutang murabahah Rp429.948.000.000,-.
 Dalam PSAK No. 104 tentang Akuntansi Istishna’, Piutang istishna’ yang berasal
dari transaksi istishna’ sebesar jumlah yang belum dilunasi oleh pembeli akhir
adalah sebesar Rp4.421.000.000,- dikurangi dengan cadangan kerugian penurunan
nilai pada piutang istishna’ Rp112.000.000,- Hasil piutang istishna’ adalah
Rp4.309.000.000,-.
 Dalam PSAK No. 105 tentang Akuntansi Mudharabah, dana pembiayaan
mudharabah yang disalurkan oleh pemilik dana diakui sebagai investasi
mudharabah pada saat pembayaran kas atau penyerahan aset nonkas kepada
pengelola dana adalah Rp840.974.000.000,-. Terdiri dari pembiayan mudharabah
pihak ketiga Rp832.087.000.000,- ditambah dengan pembiayaan mudharabah
Rp25.932.000.000 dikurangi cadangan kerugian penurunan nilai pada pembiayaan
mudharabah Rp17.045.000.000,-.
 Dalam PSAK No. 106 tentang Akuntansi Musyarakah, pembiayaan Musyarakah
sebesar Rp5.447.998.000.000,-. Terdiri dari pembiayaan musyarakah pihak ketiga
Rp4.739.770.000.000,- ditambah dengan pembiayaan musyarakah pihak berelasi
Rp837.450.000.000,- dikurangu cadangan kerugian penurunan nilai pada
pembiayaan musyarakah Rp129.222.000.000,-.
 Dalam PSAK No. 107 tentang Akuntansi Ijarah, Aset yang diperoleh untuk Ijarah
adalah Rp1.146.920.000.000,-

2
 Pinjaman qardh akad pinjaman (penyaluran dana) kepada nasabah dengan
ketentuan bahwa nasabah wajib mengembalikan dana yang diterimanya kepada
Lembaga Keuangan Syariah (LKS) pada waktu yang telah disepakati antara
nasabah dan LKS yang diatur dalam PSAK No. 59. Terdiri dari pinjaman qardh
pihak ketiga Rp534.226.000.000,- ditambah dengan pinjaman qardh pihak
berelasi Rp4.017.000.000,- dikurangi dengan cadangan kerugian penurunan pada
pinjaman qardh Rp14.142.000.000,- yaitu Rp524.101.000.000,-.
 Aset per 31 Desember 2017 sejumlah Rp31.543.384.000.000,-
Berdasarkan data diatas bahwa pada perusahaan perbankan PT. BRI Syariah jumlah
total aset/harta yang dimiliki dikontribusikan melalui Piutang murabahah
Rp10.457.017.000.000,-, Piutang istishna’ Rp4.309.000.000,-, dana pembiayaan mudharabah
Rp840.974.000.000,-, pembiayaan Musyarakah sebesar Rp5.447.998.000.000,-, dan dari
Pinjaman qardh Rp524.101.000.000,-. Jumlah yang dikontribusikan adalah
Rp17.274.399.000.000,- dibagi dengan total aset per 31 Desember 2017
Rp31.543.384.000.000,- lebih dari setengahnya dari piutang dan pembiayaan yang diberikan
yaitu sebesar 54,8%.

2. Kewajiban.
 Simpanan nasabah pada giro wadiah adalah sebesar Rp1.769.344.000.000,-.
Terdiri dari giro wadiah pihak ketiga Rp1.753.268.000.000,- ditambah dengan
giro wadiah pihak berelasi Rp16.076.000.000,-.
 Simpanan nasabah pada tabungan wadiah adalah sebesar Rp4.749.652.000.000,-.
Terdiri dari tabungan wadiah pihak ketiga Rp4.741.835.000.000,- ditambah
dengan tabungan wadiah pihak berelasi Rp7.817.000.000,-.
 Kewajiban per 31 Desember 2017 sejumlah Rp8.100.455.000.000,-
Berdasarkan data diatas bisa dilihat bahwa total liabilitas pada PT. BRI Syariah banyak
dikontribusikan dari tabungan wadiah yaitu sebesar Rp Rp4.749.652.000.000,- dibagi dengan
total kewajiban Rp8.100.455.000.000,- dengan persentase 58,6%.

3. Dana syirkah temporer.


 Dalam PSAK No. 105 tentang Akuntansi Mudharabah adalah dana yang diterima
dari pemilik dana dalam akad mudharabah diakui sebagai dana syirkah temporer
sebesar jumlah kas atau nilai wajar aset nonkas yang diterima. Pada akhir periode

3
akuntansi, dana syirkah temporer diukur sebesar nilai tercatatnya adalah sebesar
Rp20.840.088.000.000,-.
Terdiri dari dana syirkah temporer bukan bank yaitu giro mudharabah pihak
ketiga Rp139.535.000.000,- ditambah dengan tabungan mudharabah pihak ketiga
Rp1.270.484.000.000,- ditambah dengan deposito berjangka mudharabah pihak
ketiga Rp18.372.067.000.000,- ditambah dengan deposito berjangka mudharabah
pihak berelasi Rp58.002.000.000,-. dan ditambah dengan sukuk mudharabah
subordinasi Rp1000.000.000.000,-.
 Dalam PSAK No. 110 tentang Akuntansi Sukuk, Sukuk adalah efek syariah
berupa sertifikat atau bukti kepemilikan yang bernilai sama dan mewakili bagian
yang tidak tertentu (tidak terpisahkan atau tidak terbagi) besarnya sukuk
mudharabah adalah Rp1.000.000.000.000,-.

4. Ekuitas.
 Ekuitas per 31 Desember 2017 adalah sebesar Rp2.602.841.000.000,-. Terdiri dari
saham biasa Rp1.979.000.000.000,- ditambah dengan cadangan pengukuran
kembali program imbalan pasti Rp3.451.000.000,-. Ditambahkan dengan
cadangan umum dan wajib Rp42.899.000.000,- dan saldo laba yang belum
ditentukan penggunaannya sebesar Rp577.491.000.000,-.
Berdasarkan data diatas, dari total ekuitas PT. BRI Syariah paling besar didapat dari
saham biasa pada tahun 2017 yaitu Rp1.979.000.000 dibagi dengan total ekuitas
Rp2.602.841.000.000,- didapat presentase 76%.

5. Pendapatan dan beban termasuk keuntungan dan kerugian.


 Pendapatan pengelolaan dana oleh bank sebagai mudharib adalah sebesar
Rp2.816.524.000.000,- dikurangi dengan hak pihak ketiga atas bagi hasil dana
syirkah temporer Rp1.193.918.000.000,- yaitu Rp1.622.606.000.000,-.
 Pendapatan operasional lainnya adalah Rp149.003.000.000,-.
 Pembentukan kerugian penurunan nilai adalah Rp453.372.000.000,-.
 Beban operasional lainnya adalah Rp1.178.743.000.000,-.
 Laba operasional sebelum pajak adalah Rp150.957.000.000,-.
 Laba setelah pajak per 31 Desember 2017 adalah Rp101.091.000.000,-.

4
Berdasarkan laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain terjadi penurunan laba
dari tahun 2016 sebesar Rp69.118.000.000,-. Laba per 31 Desember 2016 adalah
Rp170.202.000.000,-. Penurunan ini sangat signifikan. Apabila penurunan tersebut sudah
terjadi, maka bisa masuk dalam zona bahaya. Perlu dilakukan analisa lebih jauh, untuk
mendapatkan informasi apa penyebab terjadinya penurunan laba. Penyebab turunnya laba bisa
dari internal maupun eksternal. Oleh karena itu manajemen harus bisa memberikan
kesimpulan yang tepat tentang terjadinya penurunan laba tersebut, sehingga informasi tersebut
dapat dijadikan landasan untuk memperbaiki kinerja di tahun berikutnya.

6. Arus kas.
 Arus kas dari aktivitas operasi adalah sebesar Rp3.993.431.000.000,-.
 Arus kas dari aktivitas investasi adalah sebesar (Rp2.769.661.000.000,-)
 Arus kas dari aktivitas pendanaan adalah sebesar (Rp100.000.000.000,-)
 Terjadi kenaikan neto kas dan setara kas sebesar Rp1.123.770.000.000,-.
 Arus kas 31 Desember 2017 adalah sebesar Rp4.359.444.000.000,-.

7. Posisi Ekuitas.
 Saldo awal periode sebelum penyajian kembali adalah Rp2.510.014.000.000,-.
 Laba per 31 Desember 2017 adalah Rp101.091.000.000,-.
 Pendapatan komprehensif lainnya adalah (Rp8.264.000.000,-).
 Posisi ekuitas akhir periode adalah Rp2.602.841.000.000,-.

5
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pembahasan di atas tentang analisis laporan keuangan bank syariah
dengan PSAK syariah, dapat ditarik kesimpulan bahwa Laporan keuangan Bank Rakyat
Indonesia Syariah pada tahun 2017 sudah sesuai dengan PSAK syariah.

Anda mungkin juga menyukai