PENDAHULUAN
Penuaan kulit yang bersifat irreversibel dimulai pada usia 20 tahun, meskipun tanda-tanda
tidak terlihat dalam waktu yang lama. Penuaan pada kulit merupakan suatu proses biologis
kompleks yang dihasilkan dari penuaan intrinsic (dari dalam tubuh seperti genetik) dan
perubahan yang berkembang seiring waktu serta dampak ekstrinsik disebabkan oleh faktor
lingkungan. Faktor ekstrinsik yang sangat berperan dalam penuaan adalah ekspresi wajah
repetitive, posisi tidur yang buruk, merokok dll. Tanda-tanda eksternal dari penuaan kulit yakni
kerutan halus, kulit tipis dan transparan, bintik-bintik pigmen, kulit kendur, kulit kering dengan
atau tanpa gatal, ketidak mampuan untuk berkeringat cukup, rambut beruban, rambut rontok,
rambut yang tidak diinginkan, penipisan lempeng kuku, hilangnya kuku setengah bulan dll.
Dari semua faktor tersebut, teori radikal bebas merupakan teori yang sering dikaitkan
sebagai penyebab faktor-faktor penuaan dini. Radikal UV merupakan pemicu yang sangat
potensial dalam pembentukan radikal bebas ROS (Reaktive Oxygen Species) pada kulit (Masaki,
2010). Radikal bebas adalah suatu atom atau molekul yang sangat reaktif dengan elektron yang
tidak memiliki pasangan (Winarsi, M.S, 2007). Pada kulit, radikal bebas yang diproduksi
berlebih akan merusak kolagen pada membran sel kulit, sehingga kulit menjadi kehilangan
antioksidan digunakan untuk melindungi kulit dari kerusakan akibat oksidasi sehingga dapat
mencegah penuaan dini (Masaki, 2010). Antioksidan memiliki berat molekul kecil, tetapi mampu
menghambat reaksi oksidasi, dengan mengikat radikal bebas dan molekul yang sangat reaktif,
akibatnya kerusakan sel akan dihambat. Salah satu antioksidan yang terdapat di alam adalah dari
buah.
Pada penelitian sebelumnya, uji aktivitas antioksidan stroberi menunjukkan bahwa ekstrak
stroberi memiliki kapasitas antioksidan yang tinggi melawan radikal bebas, termasuk radikal
superoksida, hidrogen peroksida, radikal hidroksil, dan oxygen singlet.2 Ekstrak stroberi
sebanyak 0,5 mg/ml atau sebanyak 0,5 % (w/v) memiliki efek fotoprotektif yang dapat
melindungi kulit dari kerusakan akibat radiasi UV-A yang dapat menginduksi timbulnya radikal
bebas.
Antioksidan dapat digunakan sebagai anti-aging yang dapat mencegah penuaan dini, untuk
tinggi agar dapat merawat kulit wajah (Winarsi, M.S, 2007). Antioksidan ini dapat
diformulasikan sebagai sediaan kosmetik baik sediaan yang berbentuk krim, gel ataupun lotion.
Salah satu bentuk sediaan kosmetik yang sering digunakan adalah krim. Krim merupakan
sediaan setengah padat berupa emulsi kental yang mengandung air tidak kurang dari 60% dan
dimaksudkan untuk pemakaian luar (DepKes RI, 1978). Keuntungan penggunaan krim yakni
memiliki nilai estetika yang cukup tinggi dan tingkat kenyamanan dalam penggunaan yang
cukup baik. Disamping itu, sediaan krim ini merupakan sediaan yang mudah dicuci, bersifat
tidak lengket, memberikan efek melembabkan kulit serta memiliki kemampuan penyebaran yang
baik.
Dalam memaksimalkan perawatan kulit melawan penuaan yang disebabkan oleh radikal
bebas, perlu dilakukan formulasi ekstrak stroberi dalam sediaan krim. Sediaan krim yang
diketahui dapat menyebar dengan mudah di kulit dan dapat menghantaran zat aktif dengan baik.
Formulasi sediaan krim ditujukan agar krim dapat menyampaikan zat aktif dengan baik dan
macam golongan surfaktan yang banyak ditemukan di dalam sediaan krim yaitu surfaktan
nonionik (tween 80 dan span 80) dan surfaktan anionik (sodium oleate dan
triethanolamine)?
2. Bagaimana aktivitas antioksidan formulasi krim anti-aging yang terbaik dari ekstrak
strawberry ?
1.3 Tujuan
1. Mendapatkan formulasi terbaik krim anti-aging ekstrak strowberry yang stabil secara
fisik ?
1.4 Manfaat
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah memberikan informasi mengenai aktivitas
antioksi dan dan stabilitas fisik formulasi krim anti-aging ekstrak Stroberi (Fragaria x nanassa).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman strawberry telah dikenal sejak zaman Romawi, tetapi bukan jenis yang dikenal
saat ini. Strawberry yang dibudidayakan sekarang ini disebut strawberry modern (komersial)
dengan nama ilmiah Fragaria x ananassa var duchesne. Strawberry ini adalah hasil persilangan
antara Fragaria virginiana L. var duschene dari Amerika Utara dengan Fragaria chiloensis L.
var duschene dari Chili, Amerika Selatan. Persilangan kedua jenis strawberry tersebut dilakukan
pada tahun 1750. Persilangan-persilangan lebih lanjut menghasilkan jenis strawberry dengan
Dari segi ciri khusus lahiriahnya, strawberry adalah tumbuhan keluarga rumput yang
memiliki dahan dua jenis, jenis rebah dan tegak. Ketinggian jenis tegak mencapai 8 sampai 15
sentimeter dan ujungnya berakhir dengan bunga. Daunnya terdiri dari tiga daun kecil bergigi
dengan ekor panjang dan berwarna hijau cerah. Bunga-bunganya teratur, berwarna putih, dan
berkumpul dalam jumlah dua sampai lima atau bahkan lebih (Tim Karya Tani Mandiri, 2010).
Tanaman strawberry dapat tumbuh subur pada wilayah dengan lama penyinaran matahari
yang berkisar antara 8-10 jam per hari. Untuk faktor suhu udara optimum antara 17OC-20oC dan
suhu udara minimum 4oC-5oC, dengan kelembapan udara 80%-90%. Didukung pula dengan
ketinggian tempat yang ideal antara 1.000-2.000 m di atas permukaan laut (Tim Karya Tani
Mandiri, 2010).
2.1.1 Sistematika tanaman strawberry
sebagai berikut :
Ordo : Rosales
Famili : Rosaceae
Genus : Fragaria
quarcetin, ellagic acid, antosianin, dan kaempferol. Kandungan tersebut menjadikan strawberry
untuk meningkatkan kesehatan jantung dan mengurangi resiko terjadinya kanker. Buah
strawberry juga membantu proses diet bagi penderita diabetes. Buah strawberry juga
gigi, serta meningkatkan kekuatan otak dan penglihatan (Tim Karya Tani Mandiri, 2010).
Daun strawbeery berpreran sebagai diuretik dan antireumatik. Daun strawberry juga
mengandung zat astringent yang berguna untuk mencegah pengeriputan kulit wajah.. Kandungan
vitamin C dan E berfungsi untuk merawat dan mengencangkan kulit serta sebagai anti-aging.
Akar strawberry mengandung zat anti radang untuk memulihkan pembengkakan akibat nyeri
sendi dan asam urat. Akar strawberry juga bermanfaat sebagai obat diabetes (Tim Karya Tani
Mandiri, 2010).
Antosianin merupakan pigmen warna merah pada buah strawberry. Senyawa ini berkhasiat
menurunkan tekanan darah, cocok dikonsumsi bagi penderita hipertensi. Antosianin juga mampu
menurunkan kolesterol jahat LDL, mencegah penyempitan pembuluh darah, penyebab stroke
Antosianin yang memberikan warna merah pada strawberry berfungsi sebagai antioksidan
yang sangat kuat dan terbukti mampu melindungi struktur sel dalam tubuh dan mencegah
kerusakan oksigen dalam organ tubuh manusia. Akibatnya buah ini bisa juga dikatakan sebagai
anti kanker, anti radang dan pelindung jantung. Selain itu beri ini juga dikenal memiliki dampak
baik untuk menekan peradangan yang timbul seperti akibat rematis, osteoarthritis dan asma.
Kandungan fenol, flavonoid dan antosianin dalam stroberi Juga terbukti mampu mencegah
Vitamin E, zat besi, dan magnesium yang berfungsi untuk membuat kulit lebih bersinar.
Makan stawberry juga bisa mendorong regenerasi sel kulit dan melawan bakteri penyebab
jerawat. Vitamin E merupakan antioksidan kuat yang membantu proses perbaikan kulit. Zinc
yang terkandung dalam labu juga bisa sebagai obat bagi mereka yang jerawat (Tim Karya Tani
Mandiri, 2010).
2.2 Krim
Definisi krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih bahan
obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Sediaan ini merupakan sediaan
setengan padat (semisolid) dari emulsi yang terdiri dari campuran antara fase minyak dan fase air
Krim umunya kurang kental dan lebih ringan daripada salep, sehingga krim lebih disukai
daripada salep. Umumnya krim mudah menyebar rata dan karena krim merupakan emulsi
minyak dalam air, maka akan lebih mudah dibersihkan daripada sebagian besar salep. Krim
ianggap mempunyai daya tarik estetik lebih besar karena sifatnya yang tidak berminyak dan
a. Stabil selama masih dipakai untuk mengobati. Oleh karena itu, krim harus bebas dari
b. Lunak. Semua zat harus dalam keadaan halus dan seluruh produk yang Dihasilkan
c. Mudah dipakai. Umumnya, krim tipe emulsi adalah yang paling mudah dipakai dan
dihilangkandari kulit.
d. Terdistribusi secara merata. Obat harus terdispersi merata melalui dasar krim padat atau
Krim terdiri dari emulsi minyak dalam air sehingga dapat dicuci dengan air serta lebih
ditujukan untuk pemakaian kosmetik dan estetika. Krim digolongkan menjadi dua tipe, yakni:
1. Tipe a/m, yakni air terdispersi dalam minyak. Contohnya cold cream. Cold cream adalah
sediaan kosmetika yang digunakan untuk memberi rasa dingin dan nyaman pada kulit.
2. Tipe m/a, yakni minyak terdispersi dalam air. Contohnya, vanishing cream. Vanishing
Umumnya suatu emulsi diangkap tidak setabil secara fisika jika, fase dalam atau fase
terdispersi pada pendiaman cenderung untuk membentuk agregat dari bulatan-bulatan, jika
bulatan-bulata atau agregat dari agregat naik ke permukaan atau turun kedasar emulsi tersebut
akan membentuk suatu lapisan bekat dari fase dalam, dan jika semua atau sebagian dari cairan
fase dalam tidak teremulsikan dan membentuk suatu lapisan yang berbeda pada permukaan atau
pada dasar emulsi, yang merupakan hasil dari bergabungnya bulatan-bulatan fase dalam.
Disamping itu suatu emulsi mungkin sangat dipegaruhi oleh kontaminasi dan pertumbuhan
mikroba (Ansel,.2005).
Ketidakstabilan fisika dari sediaan ditandai dengan adanya pemucatan warna atau
munculnya warna, timul bau, perubahan atau emisahan fase, pecahnya emulsi, pengendapan
suspensi atau caking, perubahan konsistensi, pertumbuhan kristal, terbentuknya gas, dan
perubahan fisik lainnya. Kestabilan dari emulsi ditandai dengan tidak adanya penggabungan fase
dalam, tidak adanya creaming, dan memberikan penampilan, bau, warna dan fisik lainnyayang
baik (Martin, et al., 1983) Ketidakstabilan dalam emulsi farmasi dapat digolongkan sebagai
berikut :
‘Creaming’ merupakan pemisahan dari emulsi menjadi beberapa lapis cairan, dimana
masing-masing lapis mengandung fase dispersi yang berbeda (Anief., 1987). Creaming ke arah
atas terjadi dalam suatu emulsi a/m atau m/a yang tidak stabil dimana fase terdispersi
mempunyai kerapatan lebih kecil daripada kerapatan fase luar. Creaming ke arah bawah dalam
emulsi yang tidak stabil dimana kerapatan fase dalam lebih besar daripada kerapatan fase luar
(Ansel,.2005).
Creaming adalah suatu proses yang bersifat dapat kembali, berbeda dengan proses
creaking (pecahnya emulsi) yang bersifat tidak dapat kembali (Anief.,1987). Hal ini dikarenakan
lapisan pelindung disekitar bulatan-bulatan fase terdispersi tidak ada lagi (Ansel.,2005).
1. Fase minyak, yaitu bahan obat yang larut dalam minyak, bersifat asam.
Contoh : asam stearat, adepslanae, paraffin liquidum, paraffin solidum, minyak lemak,
2. Fase air, yaitu bahan obat yang larut dalam air, bersifat basa.
Gliserin, Polietilenglikol/ PEG, Propilenglikol, Surfaktan (Na lauril sulfat, Na setostearil alkohol,
a. Zat berkhasiat
b. Minyak
c. Air
d. Pengemulsi
e. Bahan Pengemulsi
Bahan pengemulsi yang digunakan dalam sediaan krim disesuaikan dengan jenis dan
sifat krim yang akan dibuat /dikehendaki. Sebagai bahan pengemulsi dapat digunakan
emulgide, lemak bulu domba, setaseum, setil alkohol, stearil alkohol, trietanolamin stearat,
polisorbat, PEG. Sedangkan, bahan-bahan tambahan dalam sediaan krim, antara lain: Zat
f. Bahan Pengawet
Bahan pengawet sering digunakan umumnya metil paraben (nipagin) 0,12-0,18%, propil
Antioksidan, untuk mencegah ketengikan akibat oksidasi oleh cahaya pada minyak tak
jenuh.
Surfaktan merupakan suatu molekul yang memiliki gugus hidrofilik dan gugus lipofilik
sehingga dapat mempersatukan campuran yang terdiri dari air dan minyak. Surfaktan adalah
bahan aktif permukaan. Aktifitas surfaktan diperoleh karena sifat ganda dari molekulnya.
Molekul surfaktan memiliki bagian polar yang suka akan air (hidrofilik) dan bagian non polar
yang suka akan minyak/lemak (lipofilik). Bagian polar molekul surfaktan dapat bermuatan
positif, negatif atau netral. Sifat rangkap ini yang menyebabkan surfaktan dapat diadsorbsi pada
antar muka udara-air, minyak-air dan zat padat-air, membentuk lapisan tunggal dimana gugus
hidrofilik berada pada fase air dan rantai hidrokarbon ke udara, dalam kontak dengan zat padat
ataupun terendam dalam fase minyak. Umumnya bagian non polar (lipofilik) adalah merupakan
rantai alkil yang panjang, sementara bagian yang polar (hidrofilik) mengandung gugus hidroksil.
Surfaktan dapat digolongkan menjadi dua golongan besar, yaitu surfaktan yang larut dalam
Ada tiga yang termasuk dalam golongan ini, yaitu senyawa polar berantai panjang,
Golongan ini banyak digunakan antara lain sebagai zat pembasah, zat pembusa, zat
pengemulsi, zat anti busa, detergen, zat flotasi, pencegah korosi, dan lain-lain. Ada empat
yang termasuk dalam golongan ini, yaitu surfaktan anion yang bermuatan negatif, surfaktan
yang bermuatan positif, surfaktan nonion yang tak terionisasi dalam larutan, dan surfaktan
Penggunaan surfaktan ini bertujuan untuk meningkatkan kestabilan emulsi dengan cara
menurunkan tegangan antarmuka, antara fasa minyak dan fasa air. Surfaktan dipergunakan
baik berbentuk emulsi minyak dalam air maupun berbentuk emulsi air dalam minyak.
2.3.2 Klasifikasi surfaktan berdasarkan muatannya dibagi menjadi empat golongan yaitu:
a. Surfaktan anionik yaitu surfaktan yang bagian alkilnya terikat pada suatu anion.
Surfaktan ini membentuk kelompok surfaktan yang paling besar dari jumlahnya. Sifat
hidroliknya berasal dari bagian kepala ionik yang biasanya merupakan gugus sulfat atau
sulfonat. Pada kasus ini, gugus hidrofob diikat ke bagian hidrofil dengan ikatan C-O-S yang
labil, yang mudah dihidrolisis. Beberapa contoh dari surfaktan anionik adalah linier
alkilbenzen sulfonat (LAS), alkohol sulfat (AS), alpha olefin sulfonat (AOS) dan parafin
b. Surfaktan kationik yaitu surfaktan yang bagian alkilnya terikat pada suatu kation.
Surfaktan sejenis ini tidak berdisosiasi dalam air, tetapi bergantung pada struktur (bukan
keadaan ion-nya) untuk mengubah hidrofilitas yang membuat zat tersebut larut dalam air.
Surfaktan nonionik biasanya digunakan bersama-sama dengan surfaktan aniomik. Jenis ini
polihidroksi alkohol. Contohnya ester gliserin asam lemak, ester sorbitan asam lemak, ester
sukrosa asam lemak, polietilena alkil amina, glukamina, alkil poliglukosida, mono alkanol
Polioksietilendodekileter : C12H25-O-(CH2-CH2O)2H
d. Surfaktan amfoter yaitu surfaktan yang bagian alkilnya mempunyai muatan positif dan
Surfaktan pada umumnya disintesis dari turunan minyak bumi, seperti linier alkilbensen
sulfonat (LAS), alkil sulfonat (AS), alkil etoksilat (AE) dan alkil etoksilat sulfat (AES)
Surfaktan dari turunan minyak bumi dan gas alam ini dapat menimbulkan pencemaran
terhadap lingkungan, karena surfaktan ini setelah digunakan akan menjadi limbah yang
sukar terdegradasi. Disamping itu, minyak bumi yang digunakan merupakan sumber bahan
baku yang tidak dapat diperbaharui. Masalah inilah yang menyebabkan banyak pihak
mencari alternatif surfaktan yang mudah terdegradasi dan berasal dari bahan baku yang
Pembuatan sediaan krim meliputi proses peleburan dan proses emulsifikasi. Biasanya
komponen yang tidak bercampur dengan air seperti minyak dan lilin dicairkan bersama-sama di
penangas air pada suhu 70-75°C, sementara itu semua larutan berair yang tahan panas,
komponen yang larut dalam air dipanaskan pada suhu yang sama dengan komponen lemak.
Kemudian larutan berair secara perlahan-lahan ditambahkan ke dalam campuran lemak yang cair
dan diaduk secara konstan, temperatur dipertahankan selama 5-10 menit untuk mencegah
pengadukan yang terus-menerus sampai campuran mengental. Bila larutan berair tidak sama
temperaturnya dengan leburan lemak, maka beberapa lilin akan menjadi padat, sehingga terjadi
METODOLOGI PENELITIAN
BAB IV
PEMBAHASAN
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa formulasi sediaan krim ekstrak
stroberi (Fragaria x ananassa) dapat menghasilkan krim yang memiliki stabilitas yang baik
dengan komposisi ekstrak stroberi, basis minyak yang terdiri dari mineral oil, paraffin, dan
asam stearat, stiffening agent yaitu setil alkohol, antioksidan yaitu butyl hydroxytoluene,
humektan yaitu gliserin, preservative yang menggunakan propilen glikol, emulgator yaitu
sodium oleate dan trietanolamine, dan larutan pH adjuster yaitu asam sitrat. Sementara formula
B yang menggunakan emulgator anionik yang terdiri dari sodium oleate dan trietanolamin yang
dapat menghasilkan stabilitas dan konsistensi krim yang baik.
5.2 Saran
Berdasarkan keterbatasan dalam penelitian ini dapat disarankan bahwa:
a. Perlu adanya penelitian lebih lanjut untuk mengetahui pengaruh kombinasi jenis emulgator
lain, yaitu emulgator kationik dan emulgator amfoterik terhadap kestabilan sediaan krim.
b. Perlu adanya evaluasi tambahan untuk sediaan krim yaitu uji viskositas dan uji pelepasan zat
aktif sediaan krim.
DARTAR PUSTAKA
Mackiewicz Z, Rimkevičius A. Theory and Practice: Skin Aging. Gerontologija. 2008; 9(2):103–108.
Panico AM, Garufi F, Nitto S et al. Antioxidant Activity and Phenolic Content of Strawberry Genotypes
from Fragaria X Ananassa. Pharmacological Biology. 2009; 47:203-208
Giampieri F, Alvarez-Suarez JM, Tulipani S et al. Photoprotective Potential of Strawberry (Fragaria x
ananassa) Extract Against UV-A Irradiation Damage on Human Fibroblasts. Journal of
Agricultural and Food Chemistry. 2012; 60(9):2322-7. DOI: 10.1021/jf205065x
[Depkes RI] Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Farmakope Indonesia III. Jakarta. 1979.
Mollet H, Grubenmann A. Formulation Technology: Emulsions, Suspensions, Solid Forms. German:
Wiley-vch. 2001.
[Depkes RI] Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Farmakope Indonesia IV. Jakarta. 1995.
Khopkar SM. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI Press. 1990.
Wanasundara PKJPD, Shahidi F. Antioxidants: Science, Technology, and Applications. Canada: John Wiley
& Sons Inc. 2005.
Ueda CT, Shah VP, Derdzinski K, Ewing G, Flynn G, Maibach H et al. Topical and Transdermal Drug
Product-Stimuli to the revision process. Pharmacopeial Forum. 2009; 35:750-64.
Levin J, Miller R. A Guide to the Ingredients and Potential Benefits of Over-the-Counter Cleansers and
Moisturizers for Rosacea Patients. J Clin Aesthet Dermatol. 2011; 4(8):31-49