Anda di halaman 1dari 13

ANALGESIK ANTI-INFLAMASI NON STEROID (NSAIDs)

Obat analgesik antipiretik serta obat anti-inflamasi nonsteroid (AINS) merupakan suatu
kelompok obat yang heterogen, bahkan beberapa obat sangat berbeda secara kimia. Walaupun
demikian obat-obat ini ternyata memiliki banyak persamaan dalam efek terapi maupun efek
samping. Prototip obat golongan ini adalah aspirin, karena itu obat golongan ini sering disebut
juga sebagai obat miripaspirin (aspirin-like drugs).

Kemajuan penelitian dalam dasawarsa terakhir ini memberi penjelasan mengapa


kelompok heterogen tersebut memiliki kesamaan efek terapi dan elek samping. Ternyata
sebagian besar efek terapi dan elek sampingnya berdasarkan atas penghambatan biosintesis
prostaglandin (PG), Akan diuraikan dahulu mekanisme dan silat dasar obat mirip-aspirin

sebelum membahas masingmasing sub golongan.

Gambar. Obat analgesik anti intlamasi non steroid (obat AINS)


Gambar. Biosintesis prostaglandin

Farmakodinamik, Farmakokinetik, dosis, indikasi, kontra indikasi dan efek samping obat NSAID
(Non Steroid Anti Inflamatory Drugs)

1. ASAM KARBOKSILAT
a. Asam Asetat
a) Derivat Asam Asetat
INDOMETASIN
Merupakan derivat indol-asam asetat. Obat ini sudah dikenal sejak 1963
untuk pengobatan artritis reumatoid dan sejenisnya. Walaupun obat ini etektif
tetapi karena toksik maka penggunaan obat ini dibatasi. lndometasin memiliki
efek anti-inflamasi dan analgesik-antipiretik yang kira-kira sebanding dengan
aspirin. Telah terbukti bahwa indometasin memiliki efek analgesik periler
maupun sentral, ln vitro, indometasin menghambat enzim siklo- ksigenase.
Seperti kolkisin, indometasin menghambat motilitas leukosit polimorfonuklear.
Absorpsi indometasin setelah pemberian oral cukup baik; 92-99 %
indometasin terikat pada protein plasma, Metabolismenya terjadi di hati.
lndometasin diekskresi dalam bentuk asal maupun metabolit melalui urin dan
empedu. Waktu paruh plasma kira-kira 2-4 jam.
Efek samping indometasin tergantung dosis dan insidennya cukup tinggi.
Pada dosis terapi, sepertiga penderita menghentikan pengobatan karena elek
samping. Elek samping saluran cerna berupa nyeri abdomln, diare, perdarahan
lambung ddn pankreatitis. Sakit kepala hebat dialami oleh kirakira 20-25 %
penderita dan sering disertai pusing, depresi dan rasa bingung. Halusinasi dan
psikosis pernah dilaporkan. lndometasin juga dilaporkan menyebabkan
agranulositosis, anemia aplastik dan trombositopenia. Vasokonstriksi pembuluh
koroner pernah dilaporkan. Hiperkalemia dapat teriadi akibat hambatan yang kuat
terhadap biosintesis PG di ginjal. Alergi dapat pula timbul dengan manilestasi
urtikaria, gatal dan serangan asma. Obat ini mengurangi efek natriuretik dari diu-
retik tiazid dan furosemid serta memperlemah efek hipotensil obat beta bloker.
Karena toksisitasnya, indometasin tidak dianjurkan diberikan kepada anak,
wanita hamil, penderita gangguan psikiatris dan penderita penyakit lambung.
Penggunaannya kini dianjurkan hanya bila AINS lain kurang berhasil misalnya
pada spondilitis ankilosa, artritis pirai akut dan osteoartritis tungkai. lndometasin
tidak berguna pada penyakit pirai kronik karena tidak berelek urikosurik. Dosis
indometasin yang lazim ialah 2-4 kali 25 mg sehari. Untuk mengurangi gejala
reumatik di malam hari, indometasin diberikan 50-100 mg sebelum tidur.
b) Derivat Asam Fenilasetat
DIKLOFENAK
Absorpsi obat ini melalui saluran cerna ber_ langsung cepat dan lengkap.
Obat ini terikat 99% pada protein plasma dan mengalami efek lintas_ awal (/fusf-
pass) sebesar 40-50%. Walaupun waktu paruh singkat yakni 1-3 jam, diklofenak
diakumu_ lasi di cairan sinovia yang menjelaskan efek terapi di sendi jauh lebih
panjang dari waktu paruh obat tersebut.
Efek samping yang lazim ialah mual, gastritis, eritema kulit dan sakit
kepala sama seperti semua obat AINS, pemakaian obat ini harus berhati_hati pada
penderita tukak lambung. peningkatan enzim transaminasi dapat terjadi pada 15%
pasien dan umumnya kembali ke normal.
Pemakaian selama kehamilan tidak dianjur_ kan. Dosis orang dewasa 100-
150 mg sehari terbagi dua atau 3 dosis,
b. Derivat Asam Salisilat
SALISILAT
Memiliki nama generic Aspirin (Aspilet, Farmasal, Aptor). Asam asetil salisilat yang
lebih dikenal sebagai asetosal atau aspirin adalah analgesik antipiretik dan anti-
inflamasi yang sangat luas digunakan dan digolongkan dalam obat bebas. Selain
sebagai prototip, obat ini merupakan standar dalam menilai elek obat sejenis.

FARMAKODINAMIK.
Salisilat merupakan obat yang paling banyak digunakan sebagai analgesik,
antipiretik dan anti-inllamasi. Aspirin dosis terapi bekerja cepat dan elektil sebagai
antipiretik. Dengan dosis ini laju metabolisme juga meningkat. Pada dosis toksik obat
ini justru memperlihatkan efek piretik sehingga terjadi demam dan hiperhidrosis pada
keracunan berat,
Untuk memperoleh elek anti-inflamasi yang baik kadar plasma perlu
dipertahankan antara 250- 300 mcg/ml. Kadar ini tercapai dengan dosis aspirin oral 4
gram per hari untuk orang dewasa. Pada penyakil demam reumatik, aspirin masih
tetap belum dapat digantikan oleh obat AINS yang lain dan masih dianggap sebagai
slandard dalam studi perbandingan penyakit artritis reumatoid.
Elek terhadap pernapasan.
Efek salisilat pada pernapasan sangat penling dimengerti, karena gejala pada
pernapasan tercermin seriusnya gangguan keseimbangan asam basa dalam darah.
Salisilat merangsang pernapasan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Pada
dosis terapi salisilat mempertinggi konsumsi oksigen dan produksi CO2. Peninggian
Pcoz akan merangsang pernapasan sehingga pengeluaran CO2 melalui alveoli
bertambah dan Pcoz dalam plasma turun. Meningkatnya venlilasi ini pada awalnya
ditandai dengan pernapasan yang lebih dalam sedangkan lrekuensi hanya sedikil
bertambah, seperti pada latihan tisik atau menghisap.banyak CO2. Lebih lanjut
salisilat yang mencapai medula, merangsang langsung pusat pernapasan sehingga
terjadi hiperventilasi dengan pernapasan yang dalam dan cepat. Pada keadaan
intoksikasi, hal ini berlanjut menjadi alkalosis respiratoar.
Efek terhadap keseimbangan asam-basa.
Dalam dosis terapi yang tinggi, salisilat menyebabkan peningkatan konsumsi oksigen
dan produksi COe terutama di otot skelet karena perangsangan losforilasi oksidatif.
Karbon dioksida yang dihasilkan selanjutnya mengakibatkan perangsangan
pernapasan sehingga karbon dioksida dalam darah tidak meningkat. Ekskresi
bikarbonat yang disertai Na* dan K+ melalui ginjal meningkat, sehingga bikarbonat
dalam plasma menurun dan pH darah kembali normal. Keadaan ini disebut alkalosis
respiratoar yang terkompensasi, dan sering dijumpai pada orang dewasa yang
mendapat terapi salisilat secara intensif. Keadaan yang lebih buruk biasanya terjadi
pada bayi dan anak yang mendapat dosis toksik atau orang dewasa yang menelan
dosis salisilat yang sangat besar. Pada bayi dan anak fase alkalosis respiratoar sering
tidak lerdeteksi sehingga mereka baru dibawa ke dokter setelah keadaannya
memburuk, yaitu setelah terjadi asidosis metabolik.

Efek urikosurik. efek ini sangat ditentukan oleh besarnya dosis. Dosis kecil (1 g atau
2 g sehari) menghambat ekskresi asam urat, sehingga kadar asam ural dalam darah
meningkat. Dosis 2 atau 39 sehari biasanya tidak mengubah ekskresi asam urat.
Tetapi pada dosis lebih dari 5 g per hari terjadi peningkatan ekskresi asam urat
melalui urin, sehingga kadar asam urat dalam darah menurun. Hal ini terjadi karena
pada dosis rendah salisilat menghambat sekresi tubuli sedangkan pada dosis tinggi
salisilat juga menghambat reabsorpsinya dengan hasil akhir peningkatan ekskresi
asam urat. Efek urikosurik ini bertambah bila urin bersilat basa. Dengan memberikan
NaHCOs kelarutan asam urat dalam urin meningkat sehingga tidak terbentuk kristal
asam urat dalam tubuli ginjal.

Efek terhadap darah. Pada orang sehat aspirin menyebabkan perpanjangan masa
perdarahan. Hal ini bukan karena hipoprotrombinaemia, letapi karena asetilasi siklo-
oksigenase trombosit sehingga pembentukan TXAz terhambat. Dosis tulggal 650 mg
aspirin dapat memperpanjang masa perdarahan kira-kira 2 kali lipat. Pada pemakaian
obat anlikoagulan jangka lama sebaiknya berhati-hati memberikan aspirin, karena
bahaya perdarahan mukosa tetapi dosis 3 g sehari kadang-kadang cukup memuaskan.

Penggunaan lain. Aspirin digunakan untuk mencegah trombus koroner dan trombus
vena-dalam berdasarkan etek penghambatan agregasi trombosit. Laporan
menunjukkan bahwa dosis aspirin kecil (325 mg/hari) yang diminum tiap hari dapat
mengurangi insiden inlark miokard akut, dan kematian pada penderita angina tidak
stabil.
Dosis
Generik Tablet 80mg, 500 mg
Paten: Tab salutenteric 50 mg, 80mg, 100 mg, 160mg, 500 mg
Dosis : Dewasa 325-1000mg/4-6 dosisAnak 10-15mg/kg/dosis
Interaksi Obat
a. Dengan ACE inhibitor dapat menurunkan efek antihipertens
b. Dengan Antasida dapat menurunkan konsentrasi salisilat
c. Dengan Kortikosteroid dapat meningkatkan resiko ulkus gastrointestinal tract dan
meningkatkan ekskresi salisilat
d. Dengan Dilitiazem dapat meningkatkan efek antiplatelet
e. Dengan antikoagulan dapat meningkatkan resiko pendarahan
Indikasi
a. Analgesic
b. Antipiretik
c. Antiinflamasi
d. Antiplatelet
e. Agregasi
Efek samping
Gangguan GIT seperti mual, rasa tidak enak diperut, kram, heartburn, reaksi alergi
c. DERIVAT ASAM PROPIONAT
Memiliki nama generic Ibuprofen(Bufect,bufect forte,Fenris,Proris,Dofen200/400)
Farmakodinamik
Menghambat siklooksigenase secara reversible (menghambat sintesa PG), secara
nonselektif menurunkan pemkembangan phorpyromonas Gingivalis & tromboksan
A2 dan efek bervariasi pada sintesis lipoksigenase & produksi leukotrien,
antiinflamasi, antipiretik, aktivitas analgetik, menghambat agregasi platelet.

FENIBUFEN
Berbeda dengan obat AINS lainnya, lenbulen merupakan suatu pro- drug. Jadi
lenbulen sendiri bersifat inaktil dan metabollt aktifnya adalah asam 4-bifenil-asetat.
Zat ini memiliki waktu paruh 10 jam sehingga cukup diberikan satu atau dua kali
sehari. Absorpsi obat melalui lambung baik, dan kadar pun_ cak metabolit aktif
dicapai dalam 7,5 iam. LteX samping obat ini sama seperti obat AINS lain. pe_
makaian pada penderita tukak lambung harus ber_ hati-hati. Pada gangguan ginjal,
dosislarus diku_ rangi. Dosis untuk indikasi penyakit reumatik sendi adalah dua
kali300 mg sehari dan dosis penunjang satu kali sehari 600 mg sebelum tidur.

IBUPROFEN
lbuprofen merupakan derivat asam propionat yang diperkenalkan pertama kali di
banyak negara. Obat ini bersifat analgesik dengan daya anti-inflamasi yang tidak
terlalu kuat. Efek analgesiknya sama seperti aspirin. Efek anti-inflamasinya terlihat
dengan dosis 1200-2400 mg sehari. Absorpsi ibuprolen cepal melalui lambung dan
kadar maksimum dalam plasma dicapai setelah 1-2 jam.Waktu paruh dalam plasma
sekitar 2 jam. Sembilan puluh % ibuprofen terikat pada protein plasma. Eksiresinya
berlangsung cepat dan lengkap. Kira-kira 90% dari dosis yang diabsorpsi akan
diekskresi melalui urin sebagai metabolit atau konyugatnya. Metabolit utama
merupakan hasil hidroksilasi dan karboksilasi.
Obat AINS derivat asam propionat hampir seluruhnya terikat pada protein
plasma, efek inleraksi misalnya penggeseran obat warfarin dan oral hipoglikemik
hampir tidak ada. Tetapi pada pemberian bersama dengan warfarin, tetap harus
waspada karena adanya gangguan fungsi trombosit yang memperpanjang masa
perdarahan. Derivat asam propionat dapat mengurangi efek diuresis dan natriuresis
furosemid dan tiazid, juga mengurangi efek antihipertensi obat beta bloker, prazosin
dan kaptopril. Efek ini mungkin akibat hambatan biosintesis PG ginjal. Efek samping
terhadap saluran cerna lebih ringan dibandingkan dengan aspirin, indometasin atau
naproksen. Efek samping lainnya yang jarang ialah eritema kulit, sakit kepala,
trombositopenia, ambliopia toksik yang reversibel, Dosis sebagai analgesik 4 kali 400
mg sehari tetapi sebaiknya dosis optimal pada tiap orang ditentukan secara individual.
lbuprofen tidak dianjurkan diminum oleh wanita hamil dan menyusui, Dengan alasan
bahwa ibuprofen relatil lebih lama dikenal dan tidak menimbulkan elek samping
serius pada dosis analgesik, maka ibuprolen dijual sebagai obat generik bebas di
beberapa negara antara lain Amerika Serikat dan lnggris.

KETOPROFEN
Derivat asam propionat ini memiliki efektivitas seperti ibuprofen dengan sitat anti-
inflamasi sedang. Absorpsi berlangsung baik dari lambung dan waktu paruh plasma
sekitar 2 jam. Elek samping sama dengan AINS lain terutama menyeb4bkan
gangguan saluran cerna, dan reaksi hipersensitivitas. Dosis 2 kali 100 mg sehari,
tetapi sebaiknya ditentukan secara individual.

NAPROKSEN
Merupakan salah satu derivat asam propionat yang elektil dan insiden efek samping
obat ini lebih rendah dibandingkan derivat asam propionat lain. Absorpsi obat ini
berlangsung baik melalui lambung dan kadar puncak plasma dicapai dalam 2-4 jam.
Bila diberikan dalam bentuk garam natrium naproksen, kadar puncak plasma dicapai
lebih cepat. Waktu paruh obat ini 14 jam, sehingga cukup diberikan dua kali sehari.
Tidak terdapat korelasi anlara efektivitas dan kadar plasma, lkatan obat ini dengan
protein plasma mencapai 98-99 %. Ekskresl terutama dalam urin, baik dalam bentuk
utuh maupun sebagai konyugat glukuronida dan demetilat. lnteraksi obat sama seperti
ibuprofen. Naproksen bersama ibuprolen dianggap yang paling tidak toksik di antara
derivat asam propionat. Efek samping yang dapat timbul ialah dispepsia ringan
sampai perdarahan lambung. Efek samping terhadap SSP berupa sakit kepala, pusing,
rasa lelah dan ototoksisitas. Gangguan terhadap hepar dan ginjal pernah dilaporkan.
Dosis untuk terapi penyakit reumatik sendi adalah 2 kali 250-375 mg sehari. Bila
perlu dapat diberikan 2 kali 500 mg sehari

Dosis
Generik: tablet200 mg, 400 mg
Children’s motrin: syr 100 mg/5mlx60ml
Dosis: antiinflamasi dewasa 3-4x400-800mg. Maksimal 3200mg/hari. Analgetik 3-
4x200-400mg, maksimal 1600mg/hari.
Anak : 20 mg/kgBB/ hari (<1600 mg/hari analgetik, >1600mg/hari inti inflamasi)

Interaksi Obat
a. Dengan Aminoglikosida dapatt menurunkan bersihan aminog dengan
meningkatkan kadar aminoglikosid &potensi toksisitasnya (tuindometasin pdbayi
premature)
b. Dengan Antikoagulan dapat meningkatkan hipoprotrombinemia, menurunkan
agregasi platelet dengan meningkatkan perdarahan lambung
c. Dengan antiHTdapat menghambat efek antiHT obat tersebut
d. Dengan corticosteroid dapat meningkatkan resiko ulkus GIT
e. Dengan siklosporin dapat meningkatkan nefrotoksik

d. DERIVAT ASAM FENAMAT


Asam mefenamat digunakan sebagai analgesik; sebagai anti- inflamasi, asam
mefenamat kurang elektil dibandingkan aspirin. Meklofenamat digunakan sebagai
obat anti-inflamasi pada terapi artritis reumatoid dan osteoartritis. Asam mefenamat
terikat sangat kuat pada protein plasma. Dengan demikian interaksi terhadap obat
antikoagulan harus diperhatikan. Efek samping terhadap saluran cerna sering timbul
misalnya dispepsia dan gejala iritasi lain terhadap mukosa lambung. Pada orang usia
lanjut efek samping diare hebat lebih sering dilaporkan. Efek samping lain yang
berdasarkan hipersensitivitas ialah eritem kulit dan bronkokon-striksi. Anemia
hemolitik pernah dilaporkan' Dosis asam mefenamat adalah 2-3 kali 250-500 mg
sehari. Sedangkan dosis meklolenamat untuk terapi penyakit sendi adalah 200-400
mg sehari. Karena efek toksiknya maka di Amerika Serikat obat ini tidak dianjurkan
untuk diberikan kepada anak dibawah 14 tahun dan wanita hamil, dan pemberian
tidak melebihi 7 hari.

2. ASAM ENOLAT
A. Derivat Oksikam
PIROKSIKAM
Obat ini merupakan salah satu AINS dengan struktur baru yaitu oksikam. Waktu
paruh dalam plasma lebih dari 45 jam sehingga dapat diberikan hanya sekali sehari.
Absorpsi berlangsung cepat di lambung; terikat 99 % pada protein plasma. Obat ini
menjalani siklus enterohepatik. Kadar taral mantap dicapai sekitar 7-10 hari dan kadar
dalam plasma kira-kira sama dengan kadar di cairan sinovia.
Frekuensi kejadian elek samping dengan piroksikam mencapai 11-46 %, dan 4-12
% dari jumlah penderita terpaksa menghentikan obat ini. Elek samping tersering
adalah gangguan saluran cerna, antara lain yang berat adalah tukak lambung. Elek
samping lain adalah pusing, tinitus, nyeri kepala dan eritem kulit. Piroksikam tidak
dianjurkan diberikan pada wanita hamil, penderita tukak lambung dan penderita yang
sedang minum antikoagulan. lndikasi piroksikam hanya untuk penyakit inllamasi
sendi misalnya artritis reumatoid, osteoartritis, spondilitis ankilosa dengan dosis 10-
20 mg sehari.

B. DERIVAT PIRAZOLON
(Fenilbutazon dan oksifenbutazon)
Efek anti-inflamasi fenilbutazon untuk penyakit artritis reumatoid dan sejenisnya
sama kuat dengan salisilat, telapi elek toksiknya berbeda. Efek analgesik terhadap
nyeri yang sebabnya nonreumatik lebih lemah dari salisilat. Walaupun
memperlihatkan efek analgesik-antipiretik, lenilbutazon tidak digunakan sebagai
antipiretik dan analgetik karena toksisitasnya.
Fenilbutazon memperlihatkan efek urikosurik ringan dengan menghambat
reabsorpsi asam urat melalui tubuli. Dosis kecil mengurangi sekresi asam urat oleh
tubuli. Sulfinpirazon, efek urikosuriknya lebih kuat sehingga digunakan untuk
mengobati penyakit pirai (gout) kronik.
Fenilbutazon menyebabkan retensi natrium dan klorida yang nyata, disertai
dengan pengurangan diuresis dan dapat menimbulkan udem. pertambahan volume
plasma dapat mencapai 50 % sehingga dapat terjadi payah jantung.
Farmakokinetik :
Fenilbutazon diabsorpsi dengan cepat dan sempurna pada pemberian per oral.
Kadar tertinggi dicapai dalam waktu 2 jam. Dalam dosis terapi, 98 % fenilbutazon
terikat pada protein plasma, bila kadar lebih tinggi pengikatan dengan plasma protein
mungkin hanya 90 %. Waktu paruh fenilbutazon 50-65 jam.
Biotransformasi fenilbutazon oleh sistem mikrosom hati menghasilkan
oksifenbutazon dan gama-hidroksi-fenilbutazon. Oksifenbutazon juga
memperlihatkan efek antireumatik, retensi air dan garam; afinitasnya pada protein
plasma sama dengan fenilbutazon, dan masa paruhnya beberapa hari.
Fenilbutazon dan oksifenbutazon diekskresi melalui ginjal secara lambat, karena
ikatannya dengan protein plasma membatasi filtrasi glomerulus. Selain itu pKa kedua
obat ini relatif tinggi sehingga zal-zal tersebut lebih banyak direabsorpsi di tubuli
distal. Hanya kira-kira 4 % lenilbutazon diekskresi dalam bentuk asal.

lnteraksi obat. Karena afinitasnya terhadap protein plasma lebih kuat daripada obat
lain, maka lenilbutazon dan oksilenbutazon dapat menggeser obat lain dari ikatannya
dengan protein. Obat- obat yang dapat mengalami pergeseran ikatan protein ini ialah
antikoagulan oral, hipoglikemik oral, sulfonamid dan beberapa obat anti-inflamasi
lain. pemakaian lenilbutazon dan oksifenbutazon bersama dengan antikoagulan oral
dan hipoglikemik oral haruslah diawasi secara ketat.

Sediaan. Fenilbutazon tersedia sebagai tablet bersalut gula 100 mg dan 200 mg. Juga
ada dalam bentuk suntikan. Oksilenbutazon tersedia dalam bentuk tablet 100 mg.

Indikasi. Dalam klinik lenilbutazon dan oksifenbutazon digunakan untuk mengobati


penyakit pirai (gout) akut, artritis reumatoid dan gangguan sendi otot lainnya
misalnya spondilitis ankilosa, osteoartritis. Karena toksisitasnya, lenilbutazon dan
oksilenbutazon hanya digunakan bila obat lain yang lebih aman tidak elektif lagi

Pada penyakit pirai akut diberikan 800 mg/ hari selama dua hari atau hari pertama
800 mg/hari, disusul 300 mg/hari untuk 3 hari berikutnya. Boleh juga diberikan dosis
awal 400 mg, disusul 100 mg tiap 4 jam sampai gejala inllamasi berkurang. Alter'
natif lain, pada hari pertama diberikan 3 atau 4 kali 200 mg, disusul dosis yang lebih
kecil untuk 2 atau 3 hari. Pengobatan ini hendaknya diberikan tidak lebih dari 7 hari.
Dosis untuk artritis reumatoid ialah 3-4 kali 100 mg/hari, diberikan selama seminggu.
Bila dosis penunjang sebesar 100-200 mg/hari mencukupi, pe' ngobatan dapat
diberikan dalam jangka lebih lama dengan pengawasan. Pemakaian iangka lama
hendaknya dihindari.

Efek nonterapi. Alergi terhadap lenilbutazon dan oksifenbutazon sering terjadi


berupa reaksi kulit seperti urtikaria, udem angioneurotik, eritema nodosum, sindrom
Stevens-Johnson, dermatitis eksfoliativa dan lain-lain. Juga dapat terjadianemia
aplastik, agranulositosis, leukopenia, trombosito-penia, nelritis, hepatitis dan
stomatitis ulseratif.
Kedua obat ini mengiritasi lambung cukup kuat sehingga sering menimbulkan
keluhan pada epigastrium, bahkan dapat menyebabkan korosi lambung, tukak
lambung akut atau kronik dan perdarahan lambung. Elek samping lain seperti vertigo,
insomnia, eurofia, hematuria dan penglihatan kabur pernah dilaporkan.
lntoksikasi lenilbutazon atau oksifenbutazon dapat menimbulkan koma, trismus,
keiang tonik dan klonik, syok, asidosis metabolik, depresi sumsum tulang,
proteinuria, hematuria, oliguria, gagal ginjal dan ikterus hepatoselular.

Kontraindikasi. Fenilbutazon dan oksifenbutazon dikontraindikasikan pada


penderita dengan hiper. tensi, penyakit jantung, penyakit ginjal, dan gangguan lungsi
hati sehubungan dengan silatnya yang menyebabkan retensi air dan natrium. Juga
pada penderita dengan riwayat tukak peptik dan alergi terhadap kedua obat.
Daftar Pustaka
Ganiswarna, G S. 1995. Farmakologi dan Terapi. Edisi 4. Bagian Farmakologi
Fakultas Kedokteran-Universitas Indonesia
Katzung, Bertram G. 2012. Farmakologi Dasar dan Klinik. Edisi 12. Mc-Graw Hill Medical
: New York

Anda mungkin juga menyukai