Wax adalah campuran dua atau lebih bahan sintetis dan alami seperti lilin, damar,
zat pewarna dan bahan tambahan lainnya. Digunakan dalam bidang kedokteran
gigi untuk membuat cetakan, membuat konstruksi gigi palsu non logam, membuat
catatan tentang hubungan rahang, sebagai bahan penolong kerja laboratorium.
• Wax merupakan salah satu bahan termoplastik yang jika dipanaskan akan
menjadi lunak dan bila didinginkan akan mengeras.
• Terbentuk dari mineral (Parafin dan mikrokristalin), tumbuhan (Carnauba dan
Candelila), dan hewan bees wax)
(Anusavice et al., 2012)
✘ Jarak lebur
SIFAT DENTAL WAX
o Malam kedokteran gigi lebih cenderung mempunyai melting range dan pada melting point
karena malam tersebut terdiri dan molekul yang sama tetapi berat molekulnya berbeda,
atau beberapa tipe molekul yang berbeda dan masingmasing memiliki variasi berat
molekul.
o Misalnya : paraffin 44-62 °C
Carnauba 50-90 °C
✘ Temperatur peralihan solid
Sewaktu suhu malam meningkat terjadi transisi padat-padat di mana bentuk kisikristal
yang stabil (dalam kebanyakan malam berbentuk orthorhombic) mulai berubahmenjadi bentuk
hexagonal yang terjadi di bawah titik cair malam tersebut.
✘ Termal ekspansi dan kontraksi
o Terjadi perubahan pada satuan luas dan panjang, yaitu berupa ekspansi(pemuaian) dan
kontraksi (mengerut).
o koefisien ekspansi terbesar diantara material material lain yang digunakan di bidang
kedokteran gigi. (E.C. Combe, 1992)
✘ Daya alir (flow)
o Perubahan plastis ini atau presentase ‘aliran’ tergantung pada suhu
o Apabila temperature rendah, daya alir kecil
o Apabila temperature tinggi/naik, daya alir akan meningkat
(E.C. Combe, 1992)
✘ Stres internal (Internal stress)
o Stres internal sering juga disebut residual stress.
o Terjadi bila malam dicetak atau dibentuk tanpa pemanasan yang cukup di
atas suhu transisi padat-padat
o Dapat menyebabkan distorsi
(Annusavice, Kenneth J. 2003).
Syarat Wax yang Baik
(Wilson,1992)
Konstitusi Utama
Dental Wax
KONSTITUSI UTAMA DENTAL WAX
1/ Mineral
CONTENT 2 / H e w a n
3/ Tumbuhan
C. Mineral Wax Wax B . Animal Wax C. Vegetal Wax
Parafin Carnauba Wax
Bee Wax
Campuran kompleks Fatty ester (80- 85%)
Palmitat,
hidrokarbon sari metan Free alcohol (10- 15%)
dengan sejumlah kecil fase palmitoleate,
Asam (3-6%)
amof atau mikrokristalin hidroksipalmitat, Hidrokarbon (1-35%)
Hidrokarbon jenuh rantai dan oleate ester Ester
lurus, dengan 26- 30 atom C Rantai panjang
Minyak (0,5%) alcohol Candelila Wax
Mikrokristalin Hidrokarbon (50%, 29-
Hidrokarbon rantai bercabang 23 atom C)
Ester (28- 29%)
Ceresin Alkohol
Hidrokarbon rantai lurus dan Free fatty acid (7-9%)
panjang Resin (12-14%)
(Anusavice, 2013)
Sumber: E.C. Combe ,
1992
Klasifikasi dan
aplikasi wax
kedokteran gigi
✘ American Dental Association mengklasifikasikan
wax atas 3 tipe, yang dapat dilihat pada tabel:
Tabel. Klasifikasi Wax (Craig, R.G., 2002)
✘ Inlay wax tipe II, wax yang lunak digunakan sebagai wax pada teknik tidak
langsung. Wax ini mempunyai flow yang lebih besar dibandingkan wax type
1. temperatur pada type ll lebih rendah untuk mendapatkan flow yang
cukup sehingga mudah untuk dimodelir (Craig, R.G, 2002)
Inlay wax pada mahkota
Sumber: https://image.slidesharecdn.com/dentalwaxs-
160420110726/95/dental-waxs-20-638.jpg?cb=1461150550
Ceresin
80%
✗ Ekspansi thermis limer pada suhu 25-40°C lebih kecil dari 0,8%.
✗ Tidak mengiritasi jaringan mulut.
✗ Tidak flaky.
✗ Mudah diukir pada suhu 23°C.
✗ Permukaan halus setelah di flaming (disentuhkan pada api).
✗ Tidak berbekas pada porselen dan gigi tiruan.
✗ Tidak mewarnai gigi.
Klasifikasi base plate wax Tiga tipe base plate wax menurut ADAS :
✘ Tipe I : malam lunak (soft wax) untuk membangun/membentuk
bagian luar pola gigi tiruan malam
✘ Tipe II : medium wax untuk membuat pola malam yang dapat
dicobakan dalam mulut
✘ Tipe III : hard wax untuk pengukiran pola malam yang dapat
dicobakan dan Paling sering digunakan untuk membuat dan
mengukir pola malam dari GT akrilik. Dapat juga digunakan
untuk pembuatan pola dari plat ortodontik yang nantinya akan
terbuat dari bahan akrilik heat curing
Casting Wax
✘ Komposisi dari Casting wax hampir sama dengan
Inlay wax.
✘ Sediaan casting wax berbentuk
lembaran,biasanya tersedia dalam ukuran 28 dan
30 (tebal 0,32 – 0,4 mm) berdasar
ketebalannya, dan ready-made shape dengan
bentuk round, half round, half-pear-shaped rods
dan wires dengan ukran sekitar 10 cm
(Craig,2002). Berwarna biru, merah atau hijau
Fungsi dari casting wax (Craig, 2002)
Sumber: Powers JM, Wataha JC. 2013. Dental Materials Properties and Manipulation. St.Louis: Mosby Elsevier:2, 286
Bite registration wax
Sumber: Powers JM, Wataha JC. 2013. Dental Materials Properties and Manipulation.
St.Louis: Mosby Elsevier:2, 286
Cara Manipulasi
Wax
Inlay Wax
✘ Direct – diaplikasikan pada ✘ Indirect – pada Die.
mulut secara langsung. Pertama die dilumasi dengan
Tekanan yang diaplikasian bahan pembasah, kemudian
menggunakan jari. Atau malam yang sudah dicairkan bisa
meminta pasien untuk menggigit ditambahkan selapis demi
malam nya. pelepasannya harus selapis dengan spatula dan diulas
dilakukan dengan hati hati, dengan sikat. Kemudian diukir ke
dicantol dengan unjung explorer kontur yang tepat dengan hati-
dan diputar ke luar. Setelah hati agar permukaan tidak aus.
dilepas, model jangan disentuh Pada teknik ini menghindari
dengan tangan karena tekanan untuk mencegah
menghindari perubahan model. distorsi (Anusavice, 2013).
✘ Mencairkan lilin dengan cara memanaskan di atas sumber panas
kering.
(Sumber: di akses di
https://www.youtube.com/watch?v=jhJ4VmOTxvA&t=209s)
✘ Hasil maksimal adalah seluruh malam
dapat diaplikasikan pada model dengan
ketebalan yang sama dan tepi yang rapi
sesuai garis outline, halus dan
permukaannya rata.
✘ Seluruh permukaan malam menempel
rapat pada model sesuai dengan outline
(Petunjuk skill lab biomaterial dan teknologi FKG UNEJ, 2019)
Sticky wax
Pertama dilakukan pemanasan, agar lengket dan menempel secara kuat pada
bahan.
Selanjutnya proses pengolesan, misalnya pada gips atau logam,
Setelah itu proses pendinginan untuk menghasilkan hasil yang lebih rekat.
(Syafiar, 2011)
(Sumber : di akses di
MANIPULASI UTILITY WAX
Penggunaan pada pada bidang orthodonsia untuk menutupi kawat maupun braket
•Utility wax di bentuk menyerupai bulatan
•Di tempelkan pada bagian braket yang mengiritasi pipi atau mukosa pada rongga mulut
Bunsen burner merupakan alat pembakar (burner) pertama yang dapat menghasilkan nyala
api premix (premix flame). Alat ini ditemukan oleh Robert William Bunsen (1811-1899) pada
tahun 1855. Bunsen burner ini menggunakan prinsip pengaturan aliran campuran udara-
bahan bakar gas secara kontinyu. Bahan bakar gas masuk ke dalam burner melalui saluran
masuk pipa di dasar burner yang ujung pipanya berbentuk nozzle agar bahan bakar gas
langsung dapat bercampur dengan baik dengan udara primer (primary air) yang masuk secara
radial melalui control ring. Sepanjang melewati tabung pembakar (barrel), gas dan udara akan
bercampur dengan baik mendekati campuran homogen dan mengalir keluar dari ujung
tabung pembakar secara kontinyu (Rachmat, 2008).
www.lontar.ui.ac.id/file?file=digital/126791-R020814-Penelitian%20kestabilan-
Literatur.pdf pembakaran bunsen burner
Pada daerah luminous terjadi reaksi dan pelepasan energi panas sebagai entalpi reaksi gas yang
terbakar, sedangkan di bawahnya terdapat daerah gelap (dark zone), yaitu tempat dimana molekul gas
yang belum terbakar berubah alirannya dari arah sejajar sumbu tabung pembakar ke arah luar tegak
lurus permukaan batas daerah gelap. Selanjutnya gas yang belum terbakar mendapatkan energi panas
sepanjang tebal daerah Preheating Zone sampai temperatur 0˚ nyala (Ignition Temperature: Ti) tercapai
dan kemudian bereaksi secara berulang dengan cepat sepanjang tebal daerah Reaction Zone diiringi
dengan pelepasan energi panas yang lebih besar lagi hingga mencapai temperatur nyala api (Flame
Temperature: Tf ). Warna dari daerah luminous biasanya berubah menurut rasio udara-bahan bakar
yaitu jika rasio campuran kurus (lean mixture) maka warna permukaan kerucut nyala luminous adalah
ungu, yang menandakan banyaknya dihasilkan CH radikal. Dan jika rasio campuran kaya bahan bakar
(rich mixture), maka permukaan kerucut nyala luminous akan berwarna hijau mendekati kebiruan, yang
menandakan banyaknya konsentrasi molekul C2 (Rachmat,2008).
T H A N K S