Anda di halaman 1dari 4

2.

mahasiswa mampu mengkaji secara teoritis tentang etiologi dan faktor


predisposisi dari dislokasi temporomandibula

Dislokasi mandibula biasanya disebabkan oleh ketidakcocokan otot dalam


pembukaan lebar saat makan atau menguap dan lebih jarang disebabkan karena
trauma; bisa unilateral maupun bilateral (Glick, 2015).

Penyebab dari beberapa kasus dislokasi mandibula Joint adalah lewat


trauma yang dialami rahang, degenerasi jaringan disekitar sendi rahang,
osteoetritis, reumatoid artritis atau inflamasi, dan Tonsilektomi (Wanri, 2009).

Pergeseran kondilus dari fossa glenoid juga sangat dipengaruhi oleh


morfologi kondilus, fossa glenoid, eminensia artikularis, arkus zigomatikus, dan
fisura squamotimpani. Faktor-faktor tersebut dapat mempengaruhi jenis dan arah
dislokasi. Selain itu, umur, gigi geligi, serta fungsi otot pengunyahan berpengaruh
dalam hal ini (Septadina, 2015).

Etiologi dislokasi pada 60% kasus disebabkan oleh trauma akibat jatuh,
kecelakaan lalu lintas, kecelakaan rumah tangga, kekerasan, dan penyebab lain
seperti membuka mulut yang berlebihan saat menguap, tertawa, bernyanyi,
membuka mulut berkepanjangan dari prosedur lisan dan THT, membuka mulut
secara kuat dari prosedur anestesi dan endoskopi memberikan kontribusi sekitar
40% (Wahab, 2009).

Perubahan pada komponen struktural seperti kapsul longgar, ligamen , dan


atropi kondilus kecil atau pendek, atropi artikular, artikular memanjang, hipoplasia
lengkungan zygomatik, fossa glenoid kurang berlekuk dapat menjadi penyebab
terjadinya dislokasi. Faktor predisposisi meliputi epilepsi, muntah parah, sindrom
Ehlers-Danlos dan sindrom Marfan dan gerakan distonik dari neuroleptic pada
penyakit neuropsikiatri (Septadina, 2015)

Kelemahan ligamen, kapsul dan kelainan otot merupakan faktor


predisposisi untuk kejadian dislokasi akut maupun kronik. Kelainan oklusal dan
hilangnya dimensi vertikal dapat juga berperan menimbulkan kelemahan dan
terjadinya dislokasi rekuren (Merrill, 2009).
Dislokasi sendi temporomandibular dipengaruhi oleh faktor-faktor spesifik
pada struktur dan integritas komponen sendi: kondilus, glenoid fossa, disk artikular,
dan eminensia artikular.Pada komponen-komponen ini merupakan predisposisi
pasien terhadap insiden yang lebih tinggi dari cedera ini. Faktor yang lebih umum
dengan insiden yang lebih tinggi termasuk usia pasien (setengah baya atau lanjut),
pertumbuhan gigi (tidak stabil), dan jenis kelamin (perempuan) juga merupakan
kontributor utama (Akinbami, 2011).

Pradhan, Jaisani, Sagtani, dan Win (2015) mengidentifikasi terdapat enam


kategori faktor predisposisi untuk dislokasi TMJ, yaitu kelemahan bawaan pada
ligamen artikular, faktor iatrogenik, trauma, faktor yang diinduksi oleh obat, faktor
fisiologis, dan sistemik. Penyebab iatrogenik meliputi prosedur oral yang
berkepanjangan, ekstraksi traumatis, dan manipulasi dengan anestesi umum
mengikuti prosedur seperti endoskopi gastrointestinal, bronkoskopi, manipulasi
jalan napas, induksi anestesi dan pengujian fungsi paru. Cedera yang terkait dengan
trauma pada mandibula atau komponen sendi menyebabkan peradangan jaringan,
kejang otot, patah tulang, atau cedera yang menghancurkan yang mengubah fungsi
sendi. Obat-obatan, terutama antipsikotik dan obat neuroleptik, dapat menyebabkan
dislokasi TMJ terkait dystonia. Tindakan fisiologis yang terkait dengan rahang
terbuka dalam keadaan berlebihan seperti menguap, batuk, muntah, tertawa,
mengunyah, atau mencium dengan penuh gairah sering terjadi. Akhirnya, kondisi
sistemik seperti epilepsi, radang sendi, atau penyebab kontraksi otot tak sadar
lainnya juga membuat pasien rentan terhadap dislokasi TMJ.

Etiologi dislokasi mandibula:

1. Pasien yang mempunyai fossa mandibula dangkal serta kondilus yang tidak
berkembang dengan baik.
2. Anatomi yang abnormal serta kerusakan dari stabilitas ligamen yang akan
mempunyai kecenderungan untuk terjadi kembali.
3. Membuka mulut yang terlalu lebar atau terlalu lama.
4. Adanya riwayat trauma mandibula, biasanya disertai dengan multiple
trauma.
5. Kelemahan kapsuler yang dihubungkan dengan subluksasi kronis
6. Diskoordinasi otot-otot karena pemakaian obat-obatan atau gangguan
neurologis.

Dislokasi kronis berhubungan dengan kelemahan kapsula dan ligamen yang


diakibatkan oleh penyembuhan yang tidak adekuat dari penyakit degeneratif,
hipermobiliti serta adanya trauma dan oklusal disharmoni, yang menyebabkan
spasme dari otot mesetter dan pterygoid lateralis. Problem emosional dan
gangguan neurofisiologis adalah faktor lain yang berhubungan (Kasim, 2009).
Daftar pustaka

Akinbami BO. 2011 Evaluation of the mechanism and principles of management


of temporomandibular joint dislocation. Systematic review of literature and a
proposed new classification of temporomandibular joint dislocation. Head
Face Med; 7: 10

Glick M, dkk. 2015. Burket’s Oral Medicine Diagnosis and Treatment 12th Edition.
Hamilton. BC Decker Inc.

Merrill RG. Mandibular Dislocation. 2009. In: Keith, D.A (Ed). Surgery of The
Temporomandibular Joint. 6th ed. Boston: Blackwell Scientific Publications.

Wahab NU, Warraich RA. 2009. Treatment of TMJ recurrent dislocation through
eminectomy:a study. Pakistan Oral Dent J.

Kasim, Alwin. 2009. Dislokasi Mandibula ke Arah Anterior. Bandung: Komit.

Septadina. 2015. Prinsip Penatalaksanaan Dislokasi Sendi Temporomandibula.


Palembang: Universitas Sriwijaya

Anda mungkin juga menyukai