Anda di halaman 1dari 14

Asuhan Kegawatdaruratan Distosia Bahu

pada Persalinan Kala I dan II

Setelah mempelajari kegiatan belajar 1 , anda diharapkan dapat memahami


tentang asuhan kegawatdaruratan distosia bahu pada persalinan kala I dan II.

Setelah menyelesaikan kegiatan belajar 1 anda akan mencapai kemampuan


untuk :
1. Mahasiswa mampu pengkajian kegawatdaruratan persalinan kala I dan II pada
distosia bahu
2. Mahasiswa mampu tentang diagnosa kegawatdaruratan persalinan kala I dan II
pada distosia bahu
3. Mahasiswa mampu tentang penatalaksanaan kegawatdaruratan persalinan kala
I dan II pada distosia bahu
4. Mahasiswa mampu tentang pendekomentasian metode SOAP
kegawatdaruratan persalinan kala I dan II pada distosia bahu

1. Pengkajian kegawatdaruratan persalinan kala I dan II pada distosia bahu


2. Diagnosa kegawatdaruratan persalinan kala I dan II pada distosia bahu
3. Penatalaksanaan kegawatdaruratan persalinan kala I dan II pada distosia bahu
4. Pendekomentasian metode SOAP kegawatdaruratan persalinan kala I dan II
pada distosia bahu

1
Asuhan Kegawatdaruratan Distosia Bahu
pada Persalinan Kala I dan II

Pengkajian Kegawatdaruratan Persalinan pada Distosia Bahu Kala I dan II


Metode dan pendekatan pemecahan masalah kesehatan ibu dan anak yang khusus
dilakukan oleh bidan dalam memberikan asuhan kebidanan dimulai dari pembukaan
serviks 1cm sampai dengan 10cm atau pembukaan lengkap (Maryunani, 2013).

Pengertin
Distosia bahu adalah tersangkutnya bahu dan janin dan tidak dapat dilahirkan
setelah kepala janin dilahirkan menggunakan sebuah kategori objektif untuk
menentukan adanya distosia bahu yaitu interval waktu. Antara lain kepala dengan
seluruh tubuh (Maryunani, 2013).

Nilai normal interval waktu antara persalinan kepala dengan persalinan seluruh
tubuh adalah 24 detik, pada distosia bahu 79 detik mereka mengusulkan bahwa distosia
bahu adalah bila interval waktu tersebut lebih dari 60 detik. American Colect
Obstetrician and Ginecologi : angka kejadian distosia bahu bervariasi antara 0,6-14%.
Distosia bahu adalah kondisi darurat oleh karena bila tidak segera ditangani akan
menyebabkan kematian janin dan terdapat ancaman terjadi cidera syaraf daerah leher
akibat regangan berlebihan/terjadi robekan (PJJ_Kemenkes, 2015).

2
Etiologi (PJJ_Kemenkes, 2015)
1. Maternal
- Kelainan bentuk panggul
- Diabetes gestasional
- Kehamilan postpartum
- Riwayat persalinan dengan distosia bahu
- Ibu pendek
2. Fetal
- Dugaan makrosomial

Tanda dan Gejala


American colect obstetri and Ginecologys (PJJ_Kemenkes, 2015) : penelitian
yang dilakukan dengan metode evidance base menyimpulkan bahwa:
a. Sebagian besar kasus distosia bahu tidak dapat diramalkan atau dicegah
b. Adanya kehamilan yang melebihi 5000 gram atau dugaan berat janin yang
dikandungan oleh penderita diabetes lebih dari 4500 gram

Diagnosa Kegawatdaruratan Persalinan Kala I dan II pada Distosia Bahu


Identifikasi tepat waktu dan penatalaksanaan distosia bahu yang akurat sangat
penting dalam mencegah trauma lahir pada ibu dan janin. Kepala janin lahir, khususnya
setelah periode panjang upaya mengejan oleh ibu yang telah kelelahan, serta beretraksi
atau mundur kembali ke perenium ibu dan kemudian gagal untuk berputar kembali ke
posisi sesuai dengan bahu (PJJ_Kemenkes, 2015).
Retraksi kepala janin dikenal sebagai “tanda kura-kura”. Walaupun rotasi
eksternal terlaksana, traksi laternal kekuatan normal tidak efektif dalam mellahirkan
bahu anterior di bawah simfisis. Traksi lateral yang sangat kuat harus dihindari karena
kemungkinan mengakibatkan impaksi bahu yang lebih besar terhadap pintu atas
panggul(PJJ_Kemenkes, 2015).
Jika distosia bahu terjadi pada kelahiran di rumah, ambulans harus di panggil dan
pemindahan ke rumah sakit haru secepat mungkin untuk mendapatkan askes ke fasilitas
resusitas neonatus. Unit meternitas harus diberikan informasi tentang apa yang terjadi
sebelum kedatangan ibu di unit tersebut(PJJ_Kemenkes, 2015).

3
Situasi tersebut menekankan pentingnya ada dua bidan dalam meminta bantuan
dan keduanya dapat saling membantu dalam membuat keputusan klinis serta
memberikan dukungan emosional (PJJ_Kemenkes, 2015).

Penatalaksanaan Kegawatdaruratan Persalinan Kala I dan II pada Distosia Bahu


1. Penatalaksanaan Distosian Bahu (PJJ_Kemenkes, 2015).
a) Mengenakan sarung tangan desinfeksi tingkat tinggi atau steril.
b) Melaksanakan episiotomi secukupnya dengan didahului dengan anestesi
lokal.

c) Mengatur posisi ibu Manuver Mc.Robert.


- Pada posisi ibu berbaring terlentang, minta ibu menarik lututnya sejauh
mungkin kearah dadanya dan diupayakan lurus. Minta suami/keluarga
membantu.
- Lakukan penekanan ke bawah dengan mantap diatas simpisis pubis
untuk menggerakkan bahu dianterior di atas simpisis pubis. Tidak
diperbolehkan mendorong fundus uteri, beresiko menjadi ruptur uteri.

4
d) Ganti posisi ibu dengan posisi merangkak dan kepala berada di atas.
- Tekan ke atas untuk mlahirkan bahu depan.
- Tekan kepala janin mantap kebawah untuk melahirkan bahu belakang.

2. Penatalaksanaan Distosia Bahu (PJJ_Kemenkes, 2015).


a) Bersikap relaks. Hal ini akan mengkondisikan penolong untuk
berkonsentrasi dalam menangani situasi gawatdarurat secara efektif.
b) Memanggil dokter. Bila bidan masih terus menolong sampai bayi lahir
sebelum dokter datang, maka dokter akan menangani perdarahan yang
mungkin atau untuk tindakan resusitasi.
c) Siapkan peralatan tindakkan resusitasi.
d) Menyiapkan peralatan dan obat-obatan untuk penanganan perdarahan.
e) Beritahu ibu prosedur yang akan dilakukan.
f) Atur posisi Mc.Robert.
g) Cek posisi bahu. Ibu diminta tidak mengejan. Putar bahu menjadi diameter
oblik dari pelvis atau anteroposterior bila melintang. Kelima jari satu tangan
diletakkan pada dada janin, sedangkan kelima jari tangan satunya pada
punggung janin sebelah kiri. Perlu tindakkan secara hati-hati karena
tindakkan ini dapat menyebabkan kerusakkan pleksus syaraf brakhialis.
h) Meminta pendamping persalinan untuk menekan daerah supra publik untuk
menekan kepala ke arah bawah dan luar. Hati-hati dalam melaksanakan
tarikkan ke bawah karena dapat menimbulkan kerusakan pleksus syaraf
brakhialis. Cara menekan daerah supra publik dengan cara kedua tangan
saling menumpuk diletakkan di atas simpisis. Selanjutnya ditekan ke arah
luar bawah perut.

5
i) Bila persalinan belum menunjukkan kemajuan, kosongkan kandung kemih
karena dapat mengganggu turunnya bahu, melakukan episiotomi,
melakukan pemeriksaan dalam untuk menari kemungkinan adanya
penyebab lain distosia bahu. Tangan diusahakan memeriksa kemungkinan :
- Tali pusat pendek.
- Bertambah besarnya janin pada daerah thorak dan abdomen oleh karena
tumor.
- Lingkaran bandi yang menindisikan akan terjadi ruptur uteri.
j) Mencoba kembali melahirkan bahu. Bila distosia bahu ringan, janin akan
dapat dilahirkan
k) Lakukan tindakkan perasat seperti menggunakan alat untuk membuka
botol (corkcrew) dengan cara seperti menggunakan prinsip scrup wood.
Lakukan pemutaran dari bahu belakang menjadi bahu depan searah jarum
jam, kemudian diputar kembali dengan posisi bahu belakang menjadi bahu
depan berlawanan arah dengan jarum jam putar 180 c. Lakukan gerakkan
pemutaran paling sedikit 4 kali, kemudian melahirkan baru dengan
menekan kepala ke arah luar belakang disertai dengan penekanan daerah
suprapublik.
l) Bila belum berhasil, ulangi melakukan pemutaran bahu janin.
m) Bila tetap belum berhasil, maka langkah selanjutnya mematahkan klavikula
anterior kemudian melahirkan bahu anterior, bahu posterior dan badan
janin.
n) Melakukan maneuver Zavenelli, yaitu suatu tindakan untuk memasukkan
kepala kembali kedalam jalan lahir dengan cara menekan dinding posterior
vagina, selanjutnya kepala janin di tahan dan dimasukkan, kemudian
lakukan SC.

Pendekomentasian Metode SOAP Kegawatdaruratan Persalinan Kala I dan II


pada Distosia Bahu (Boyle, 2015)
Data Subjektif
- Graviditas dan paritas
- Pernah keguguran atau tidak
- Klien mengatakan hamil 9 bulan
- HPHT dan TP

6
- Klien mengeluh perut mules atau keluar lendir darah, ketuban pecah, cairan
pervaginam
- Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
- Riwayat penyakit yang lalu
Data Objektif
- Keadaan umum baik
- Kesadaran
- Tanda vital normal
- Pemeriksaan fisik dari ujung rambut sampai ujung kaki normal
- TFU > 40cm, LP, TBI, Leopold, His dan BJF
- Pemeriksaan dalam: v/t v/v tampak kepala di vulva seperti kura-kura

Analisa Data
G..P..A Parturient aterm kala II janin tunggal hidup intra uterin dengan distocia
bahu.

Planning
- Membina hubungan baik dengan ibu dan keluarga
- Menjelaskan hasil pemeriksaan
- Melakukan informed consent
- Memberitahukan ibu tentang teknik relaksasi ketika ada his
- Mengobservasikan his dan BJF setiap 5 menit
- Memasang infus RL atau Nacl dengan kateter vena 16-18
- Melakukan pengosongan kandung kemih
- Memberikan dukungan mental dan spiritual
- Melakukan kolaborasi dengan petugas laboratorium
- Melakukan kolaborasi dengan DSOG untuk pertolongan persalinan, sesuai
protap:
1. Buatlah episiotomy yang cukup luas untuk mengurangi obstrusi jaringan
lunak dan memberi ruangan yang cukup untuk tindakan
2. Manuver McRoberts : Dalam posisi ibu berbaring terlentang, mintalah ia
untuk menekuk kedua tungkainya dan mendekatkan lututnya sejauh
mungkin kea rah dadanya. Mintalah dua orang asisten untuk menekan fleksi
kedua lutut ibu ke arah dada.

7
3. Manuver Hibbard & Resnick:
- Dengan memakai sarung tangan yang telah di DTT
- Lakukan tarikan yang kuat dan terus menerus kearah bawah pada kepala
janin untuk menggerakkan bahu depan di bawah simfisis pubis
- Catatan : hindari tarikan yang berlebihan pada kepala yang dapat
mengakibatkan trauma pada pleksus brankhialis
- Mintalah seorang asisten untuk melakukan tekanan secara simultan ke
arah bawah pada daerah suprapubis untuk membantu persalinan bahu
- Catatan : jangan lakukan tekanan fundus. Hal ini dapat mempengaruhi
bahu lebih lanjut dan dapat mengakibatkan rupture uteri.
4. Manuver Wods Cork Screw
- Pakailah sarung tangan yang telah di DTT,
- Masukkan tangan kedalam vagina.
- Lakukan penekanan pada bahu yang terletak di depan dengan arah
sternum bayi untuk memutar bahu dan mengecilkan diameter bahu
- Jika diperlukan, lakukan penekanan pada bahu belakang sesuai dengan
arah sternum.
- Mengobservasi keaadaan umum, tanda vital, his, BJF, dan kemajuan
persalinan.
- Melakukan tindakan sesuai advis dokter.

8
Tidak diragukan lagi bahwa distosia bahu menimbukan banyak kemungkinan.
Seseorang hanya perlu membaca bagian awal bab ini untuk mngidentifikasikan
kesulitan dalam mengantisipasi dan menentukan distosia bahu, lebih banyak
ketidakpastian dibanding kepastian dalam situasi ini. (Maryunani, 2013)
Saya sering kali merasa bahwa distosia bahu merupakan salah satu peristiwa
dalam persalinan yang baru tampak jelas “setelah” terjadi. Banyak tekanan yang baru
terjawab setelah hasil distosia bahu diketahui, namun teka-teki tersebut mudah
diterapkan pada skenario pelahiran tidak berpenyulit. (Maryunani, 2013)
Bab ini berupaya mendemonstrasikan bahwa apabila bidan dapat memahami
mekanisme distosia bahu dan mengetahui dengan pasti tentang prinsip penangananya,
kemungkinan bidan dapat mengadaptasi variasi manuver yang diketahui hingga waktu
tertentu sehingga bayi dilahirkan atau bidan dapat mengakses bantuan ahli obstetric
senior. (Maryunani, 2013)

9
Soal Formatif

1. Tersangkutnya bahu dan janin dan tidak dapat dilahirkan setelah kepala janin
dilahirkan, disebut?
a. Distosia Bahu
b. Letak Sungsang
c. KPD
d. Terlilit Tali Pusat
e. Presentasi Bokong
2. Etiologi distosia bahu pada maternal, kecuali?
a. Kelainan bentuk panggul
b. Diabetes gestasional
c. Kehamilan postpartum
d. Riwayat persalinan dengan distosia bahu
e. Ibu tinggi
3. Penatalaksanaan distosia bahu menurut Varney (2007), kecuali?
a. Bersikap relaks. Hal ini akan mengkondisikan penolong untuk
berkonsentrasi dalam menangani situasi gawatdarurat secara efektif.
b. Memanggil dokter. Bila bidan masih terus menolong sampai bayi lahir
sebelum dokter datang, maka dokter akan menangani perdarahan yang
mungkin atau untuk tindakan resusitasi.
c. Siapkan peralatan tindakkan resusitasi.
d. Menyiapkan peralatan dan obat-obatan untuk penanganan perdarahan
e. Tidak memberitahu ibu prosedur yang akan dilakukan
4. Seorang perempuan umur 35 tahun hamil 9 bulan datang ke rumah sakit. Hasil
pemeriksaan janin tunggal hidup intra uteri. TBJ 4000gram. Telah dipempin
meneran selama 30 menit dan kepala lahir, tetapi bahu anterior belum bias lahir.
Ibu tampak kelelahan. Apakah diagnosa kasus diatas?
a. Partus macet
b. Distosia bahu
c. Distensia uterus
d. Partus presipitatus
e. Partus tak maju

10
5. Ny.F umur 22 tahun G1P0A0, hamil 40 minggu, datang ke rumah sakit dengan
riwayat DM. Saat ini sedang dalam proses persalinan kala II. Setelah kepala
janin lahir, tidak terjadi putar paksi luar, diagnosa untuk Ny. F?
a. Partus macet
b. Distosia bahu
c. Distensia uterus
d. Partus presipitatus
e. Partus tak maju
6. Maternal pada etiologic distosia bahu, kecuali?
a. Kelainan bentuk panggul
b. Diabetes gestasional
c. Kehamilan normal
d. Riwayat persalinan dengan distosia bahu
e. Ibu pendek
7. Retraksi kepala janin pada distosia bahu dikenal sebagai tanda?
a. Kura-kura
b. Lumba-lumba
c. Katak
d. Ular
e. Keong
8. Dalam penatalaksanaan distosia bahu tindakan episiotomi didahului dengan
a. Anestesi lokal
b. Suntikan oksitosin
c. Cairan oksitosin
d. Cairan Infus
e. Suntikan Oksitosin ke 2
9. Dalam penatalaksanaan distosia bahu menggunakan posisi
a. Manuaba
b. Mc.Robert
c. Eka puspita
d. Darwin
e. Mc. Darwin
10. Dalam posisi ibu berbaring terlentang, mintalah ia untuk menekuk kedua
tungkainya dan mendekatkan lututnya sejauh mungkin kea rah dadanya.

11
Mintalah dua orang asisten untuk menekan fleksi kedua lutut ibu ke arah dada,
menurut ahli ?
a. Manuaba
b. Mc.Robert
c. Eka puspita
d. Darwin
e. Mc. Darwin

12
KUNCI JAWABAN

1. A
2. E
3. E
4. B
5. B
6. C
7. A
8. A
9. B
10. B

13
DAFTAR PUSTAKA

Boyle, Maureen. Kedaruratan dalam Persalinan. EGC, Jakarta, 2012

Maryunani, Anik. Asuhan Kegawatdaruratan Maternal & Neonatal. 2013. Jakarta:


TIM

PJJ_Kemenkes. Asuhan Kegawatdaruratan Masa Persalinan Kala I dan II. 2015

14

Anda mungkin juga menyukai