Anda di halaman 1dari 74

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA: DEFISIT PERAWATAN DIRI

KEPERAWATAN JIWA II

Dosen Pengampu: Ns. Duma Lumban Tobing, M. Kep, Sp.Kep.J

Disusun oleh:

Kelompok 7
Riana Joulanda (1710711037)
Tiara fadjriyaty (1710711081)
Indah fitri amelia (1710711140)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-
Nya kepada penulis sehingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya. Selawat dan salam kita junjungkan kepada Nabi Muhammad SAW..

Makalah yang berjudul asuhan keperawatan pasien dengan defisit perawatan diri ditulis
untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah keperawatan jiwa 2. Harapan kami semoga
makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca.

Pada kesempatan yang baik ini, izinkanlah penyusun makalah menyampaikan rasa
hormat dan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang dengan tulus ikhlas telah memberikan
bantuan dan dorongan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan
sebaik-baiknya. Makalah ini kami akui masih memiliki banyak kekurangan maka penyusun
memohon untuk saran dan kritiknya.

Depok, september 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ………………………………………………………………………………….... i

Daftar Isi ………………………………………………………………………………………… ii

Bab I Pendahuluan
I.1 Latar Belakang ……………………………………………………………………….….. 1
I.2 Rumusan Masalah ………………………………………………………………………. 5
I.3 Tujuan Penulisan ………………………………………………………………………... 6

Bab II Tinjauan Teori


II.1 Pengertian Defisit Perawatan Diri ……………………………………………………..... 7
II.2 Etiologi Defisit Perawatan Diri ……………………………………………………….… 8
II.3 Lingkup Defisit Perawatan Diri ………………………………………………………… 9
II.4 Jenis-Jenis Defisit Perawatan Diri ………………………………………………………. 9
II.5 Rentang Respon ………………………………………………………………………... 11
II.6 Pengkajian Defisit Perawatan Diri …………………………………………………..… 12
II.7 Pohon Masalah Defisit Perawatan Diri ………………………………………………... 16
II.8 Diagnosa Keperawatan Defisit Perawatan Diri ……………………………………...… 16
II.9 Intervensi Keperawatan Defisit Perawatan Diri ……………………………………..… 16
II.10 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan ………………………………………….… 23

Bab III Analisa Kasus


III.1 Studi Kasus Defisit Perawatan Diri ………………………………………………..…. 61
III.2 Pengkajian ………………………………………………………………………..…… 61
III.3 Analisa Data ………………………………………………………………………...… 62
III.4 Pohon Masalah ……………………………………………………………………...… 63
III.5 Diagnosa Keperawatan ……………………………………………………………….. 63
III.6 Intervensi Keperawatan ……………………………………………………………..... 64

Daftar Pustaka ………………………………………………………………………………….. 79

Lampiran ………………………………………………………………………………….……. 80

ii
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

World Health Organitation (WHO dalam Yusuf dkk, 2015),


menjelaskan kriteria orang yang sehat jiwa merupakan orang yang dapat
melakukan, diantaranya menyesuaikan diri secara konstruktif pada
kenyataan, meskipun kenyataan itu buruk, merasa bebas secara relatif dari
ketegangan dan kecemasan, memperoleh kepuasan dari usahanya dan
perjuangan hidupnya, merasa lebih puas untuk memberi dari pada menerima.
Berhubungan dengan orang lain secara tolong-menolong dan saling
memuaskan, mempunyai daya kasih sayang yang besar, menerima
kekecewaan untuk digunakan sebagai pelajaran dikemudian hari,
mengarahkan rasa permusuhan pada penyelesaian yang kreatif dan
konstruktif.
Orang dinyatakan memiliki jiwa yang sehat apabila mampu
mengendalikan diri dalam menghadapi stressor di lingkungan sekitar dengan
selalu berpikir positif dalam keselarasan tanpa adanya tekanan fisik dan
psikologis, baik secara internal maupun eksternal yang mengarah pada
kestabilan emosional (Rochmawati, 2013). Kesehatan jiwa adalah suatu
kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual dan emosional
yang optimal dari seseorang dan perkembangan itu berjalan selaras dengan keadaan orang
lain (UU No 36 tahun 2009 dalam Dermawan, 2013).
Gangguan jiwa merupakan suatu sindrom atau pola psikologis atau
perilaku yang penting secara klinis yang terjadi pada seseorang dan
dikaitkan dengan adanya distres atau disabilitas (kerusakan pada satu atau 2
lebih area fungsi yang penting) atau disertai peningkatan resiko kematian
yang menyakitkan, nyeri, disabilitas, atau sangat kehilangan kebebasan
(Sheila, 2008). Sedangkan menurut (Yosep, 2007) Gangguan jiwa
merupakan gejala-gejala patologok dominan berasal dari unsur psikis. Hal
ini tidak berarti bahwa unsur yang lain tidak terganggu.
Menurut WHO, sampai tahun 2011 tercatat penderita gangguan jiwa
sebesar 542.700.000 jiwa atau 8,1% dari jumlah keseluruhan penduduk

3
dunia yang berjumlah sekitar 6.700.000.000 jiwa sekitar 10% orang dewasa
mengalami gangguan jiwa pada usia tertentu selama hidupnya. Usia ini
biasanya terjadi pada dewasa muda antara usia 18-21 tahun. Menurut
National Institute of Mental Health gangguan jiwa mencapai 13% dari
penyakit secara keseluruhan dan diperkirakan akan berkembang menjadi
25% ditahun 2030 (WHO dalam Rochmawati 2013 ) data tersebut
menunjukan bahwa data pertahun di indonesia yang mengalami gangguan
jiwa selalu meningkat, Pasien yang mengalami gangguan jiwa seringkali
kurang mempedulikan perawatan diri.
Berdasarkan dari data yang diluncurkan Riset Kesehatan Dasar
tahun 2013 (Riskesdas, 2013) oleh Pusat Komunikasi Publik Sekretariat Jenderal
Kementrian Kesehatan RI mengatakan, dari temuan di
lapangan terlihat prevalensi gangguan mental emosional yang
ditunjukkan dengan gejala-gejala depresi dan kecemasan adalah sebesar
6% untuk usia 15 tahun ke atas atau sekitar 14 juta orang. Sedangkan
prevelensi gangguan jiwa berat, seperti schizophrenia adalah 1,7 per 1000
penduduk atau sekitar 400.000 orang. Berdasarkan jumlah tersebut, ternyata
14,3% diantaranya atau sekitar 57.000 orang pernah atau sedang
dipasung. Angka pemasungan dipedesaan adalah sebesar 18,2% Angka
ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan angka diperkotaan yaitu sekitar
10,7% (Pusat Komunikasi Publik Sekretariat Jenderal Kementrian
Kesehatan RI, 2014)
Kurangnya perawatan diri pada pasien dengan gangguan jiwa terjadi
akibat adanya perubahan proses pikir sehingga kemampuan untuk
melakukan aktifitas perawatan diri menurun. Kurang perawatan diri tampak
dari ketidak mampuan merawat kebersihan diri, makan secara 3 mandiri,
berhias secara mandiri, dan toileting, buang air besar/buang air kecil
(Damaiyanti, 2008). Personal Hygiene merupakan perawatan diri sendiri
yang dilakukan untuk mempertahankan kesehatan, baik secara fisik maupun
psikologis. Pemenuhan perawatan diri dipengaruhi berbagai faktor
diantaranya : budaya, nilai sosial pada individu, atau kelurga, pengetahuan
terhadap perawatan diri, serta persepsi terhadap perawatan diri (Hidayat,
2006).

4
I. 2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian defisit perawatan diri?
2. Bagaimana etiologi defisit perawatan diri?
3. Bagaimana lingkup pada deficit perawatan diri?
4. Bagaimana jenis-jenis deficit perawatan diri?
5. Bagaimana rentang respon pada defisit perawatan diri?
6. Bagaimana pengkajian defisit perawatan diri?
7. Bagaimana pohon masalah defisit perawatan diri?
8. Bagaimana diagnosa keperawatan defisit perawatan diri?
9. Bagaimana intervensi keperawatan defisit perawatan diri?
10. Bagaimana implementasi dan evaluasi keperawatan defisit perawatan diri?

I.3 Tujuan Penulisan


1. Tujuan Umum
Mengetahui tentang konsep teori dan asuhan keperawatan klien dengan deficit
perawatan diri.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui pengertian defisit perawatan diri.
b. Mengetahui etiologi defisit perawatan diri.
c. Mengetahui lingkup defisit perawatan diri
d. Mengetahui jenis-jenis defisit perawatan diri
e. Mengetahui rentang respon defisit perawatan diri.
f. Mengetahui pengkajian defisit perawatan diri.
g. Mengetahui pohon masalah defisit perawatan diri.
h. Mengetahui diagnosa keperawatan defisit perawatan diri.
i. Mengetahui intervensi keperawatan defisit perawatan diri.
j. Mengetahui implementasi dan evaluasi keperawatan defisit perawatan diri.

5
BAB II
TINJAUAN TEORI

1. Pengertian Defisit Perawatan Diri

Perawatan diri (personal hygiene) mencakup aktivitas yang dibutuhkan untuk


memenuhi kebutuhan sehari-hari. Yang biasa dikenal dengan aktivitas kehidupan sehari-
sehari (ADLs).Aktivitas ini dipelajari dari waktu ke waktu dan menjadi kebiasaan
seumur hidup. Kegiatan perawatan diri tidak hanya melibatkan apa yang harus dilakukan
(kebersihan, mandi, berpakain, toilet, makan).tetapi juga berapa, kapan, dimana, dengan
siapa , dan bagaimana ( militer dalam carpenito moyet, 2009).
Defisit perawatan diri adalah ketidakmampuan dalam: kebersihan diri, makan,
berpakaian, berhias diri, makan sendiri, buang air besar atau kecil sendiri (toileting)
(keliat B.A ,dkk, 2011).
Defisit perawatan diri adalah kurangnya perawatan diri pada pasien dengan
gangguan jiwa terjadi akibat adanya perubahan proses pikir sehingga kemampuan untuk
melakukan aktivitas perawatan diri menurun. Kurang perawatan diri terlihat dari
ketidakmampuan merawat kebersihan diri antaranya mandi, makan minum secara
mandiri, berhias secara mandiri, toileting (BAK/BAB) (Damaiyanti, 2012).
Keadaan seseorang yang mengalami kelainan dalam kemampuan untuk melakukan
atau menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari-hari secara mandiri disebut dengan deficit
perawatan diri.Tidak ada keinginan klien untuk mandi secara teratur, tidak menyisir
rambut, pakaian kotor bau badan, bau napas, dan penampilan tidak rapi, deficit
perawatan diri merupakan salah satu masalah yang timbul pada klien gangguan
jiwa.Klien gangguan jiwa kronis sering mengalami ketidakpedulian merawat diri,
keadaan ini merupakan gejala perilaku negative dan menyebabkan klien dikucilkan, baik
dalam keluarga maupun masyarakat.

2. Etiologi Defisit Perawatan Diri


Menurut potter dan perry (2009), terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi personal
hygiene , yaitu :

6
a. Citra Tubuh
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihin
diri.Perubahan fisik akibat operasi bedah, misalnya, dapat memicu individu untuk
tidak peduli terhadap kebersihannya.
b. Status sosial ekonomi
Sumber penghasilan atau sumber ekonomi mempengaruhi jenis dan tingkat
praktik perawatan diri yang dilakukan. Perawat harus menuntukan apakah apakah
pasien dapat mencukupi perlengkapan perawatan diri yang penting, seperti sabun,
pasta gigi, sikat gigi, sampo.Selain itu, hal yang perlu diperhatikan adalah apakah
penggunaan perlengkapan tersebut sesuai dengan kebiasaan sosial yang dipraktikan
oleh kelompok sosial pasien.
c. Pengetahuan
Pengetahuan tentang perawatan diri sangat penting karena pengetahuan yang
baik dapat meningkatkan kesahatan.Kurangnya pengetahuan tentang pentingnya
perawatan diri dan implikasinya bagi kesehatan dapat mempengaruhi praktik
perawatan diri.
d. Variabel kebudayaan
Kepercayaan akan nilai kebudayaan dan nilai diri mempengaruhi perawatan
diri. Orang dari latar belakang kebudayaan yang berbeda mengikuti praktik
kesehatan yang berbeda pula. Disebagaian masyarakat, misalnya , ada yang
menerapkan mandi setiap hari, tetapi masyarakat dengan lingkup budaya yang
berbeda hanya mandi seminggu sekali.
e. kondisi fisik
Pada keadaan tertentu atau sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang
dan memerlukan bantuan.Biasanya, jika tidak mampu, klien dengan kondisi fisik
yang tidak sehat lebih memilih untuk tidak melakukan perawatan diri.

3. Lingkup Defisit Perawatan Diri


a. kebersihan diri
Tidak ada keinginan untuk mandi secara teratur, pakaian kotor, bau badan, bau
napas, dan penampilan tidak rapi
b. berdandanan atau berhias

7
Kurangnya minat dalam memilih pakaian yang sesuai, tidak menyisir rambut, atau
mencukur kumis.
c. Makan
Mengalami kesukaran dalam mengambil, ketidakmampuan membawa makanan dari
piring ke mulut, dan makan hanya beberapa suap makanan dari piring.
d. Toileting
Ketidakmampuan atau tidak adanya keinginan untuk melakukan defekasi atau
berkemih tanpa bantuan

4. Jenis defisit perawatan diri

Menurut (NANDA, 2012) dalam mukhripah damaiyanti (2014) jenis perawatan diri
terdiri dari :

a. Defisit perawatan diri : mandi


Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan mandi/beraktivitas
perawatan diri sendiri

Batasan karakteristiknya meliputi :

1) gangguan kemampuan mengeringkan tubuh


2) gangguan kemampuan untuk mengakses kamar mandi
3) gangguan kemampuan untuk mengakses air
4) gangguan kemampuan untuk mengambil perlengkapan mandi
5) gangguan kemampuan untuk mengatur air mandi
6) gangguan kemampuan membasuh tubuh

b. Defisit perawatan diri : berpakaian


Hambatan kemampuan untuk melakukan ata menyelesaikan aktivitas berpakaian dan
berhias untuk diri sendiri.
Batasan karekteristiknya meliputi :
1) ketidakmampuan memilih pakaian
2) ketidakmampuan memadupadankan pakaian
3) ketidakmampuan mempertahankan penampilan yang memuaskan
4) ketidakmampuan mengambil pakaian
5) ketidakmampuan mengenakan pakaian pada bagian bawah tubuh

8
6) ketidakmampuan mengenakan pakaian pada bagan atas tubuh
7) ketidakmampuan memakai berbagai item pakaian (mis : kemeja, kaus kaki)
8) ketidakmampuan melepaskan atribut pakaian (mis : kemeja, kaus kaki)
9) ketidakmampuan menggunakan alat bantu alat
10) ketidakmampuan menggunakan resleting
11) ketidakmampuan mengancingkan pakaian

c. Defisit perawatan diri : makan


Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas makan
sendiri.
Batasa karakteristiknya meliputi :
1) ketidakmampuan mengambil dan memasukkan makanan ke mulut
2) ketidakmampuan menggunakan alat bantu
3) ketidakmampuan mengunyah makanan
4) ketidakmampuan memanipulasi makanan dimulut
5) ketidakmampuan membuka container/wadah makanan
6) ketidakmampuan mengambil cangkir
7) ketidakmampuan meletakkan makanan kealat makan
8) ketidakmampuan menyiapkan makanan utuk di makan
9) ketidakmampuan makan dengan tata cara yang biasa diterima
10) ketidakmampuan menelan makanan
11) ketidakmampuan menelan jumlah makanan yang memadai
12) ketidakmampuan memegang alat makan
13) ketidakmampuan menghabiskan makanan secara mandiri

d. Defisit perawatan diri : toileting


Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas kegiatan
toileting sendiri.
Batasan karakteristiknya meliputi :
1) ketidakmampuan untuk melakukan hygiene eleminasi secara komplet
2) ketidakmampuan untuk menyiram toilet
3) kemampuan untuk memanipulasi pakaian untuk toileting
4) ketidakmampuan untuk mencapai toilet
5) ketidakmampuan untuk naik ke toilet

9
6) ketidakmampuan duduk ditoilet

5. Pengkajian Defisit Perawatan Diri


Defisit perawatan diri pada klien terjadi akibat adanya perubahan proses pikir,
yang menyebabkan menurunnya kemampuan untuk melakukan aktivitas perawatan
diri. Defisit perawatan diri tampak dari ketidakmampuan individu merawat
kebersihin diri, makan, berhias, dan eliminasi ( buang air besar atau buang air
kecil) secara mandiri

1) Faktor predisposisi
Faktor predisposisi merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya suatu
kondisi. Faktor predisposisi deficit perawatan diri meliputi :
a. Faktor psikologis
Pada faktor ini keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien, sehingga
klien menjadi begitu bergantung dan perkembangan inisiatifnya terganggu.pasien
gangguan jiwa, misalnya, mengalami deficit perawatan diri dikarenakan
kemampuan realitas yang kurang. Hal ini menyebabkan klien tidak peduli
terhadap terhadap diri dan lingkungannya, termasuk perawatan diri
b. Faktor biologis
Pada faktor ini, penyakit kronis berperan sebagai penyebab klien tidak mampu
melakukan perawatan diri.Deficit perawatan diri disebabkan oleh adanya
penyakit fisik dan mental yang menyebabkan pasien tidak mampu melakukan
perawatan diri. Selain itu, faktor herediter (keturunan) berupa anggota keluarga
yang mengalami gangguan jiwa, juga turut menjadi penyebab
c. Faktor sosial
Faktor sosial ini berkaitan dengan kerungnya dukungan dan latihan
kemampuan perawatan diri lingkungannya.

2) Faktor presipitasi
Faktor presipitasi deficit perawatan diri, meliputi kurang nya motivasi,
kerusakan kognitif atau perceptual , cemas dan kelelahan yang dialami klien.

3) Penilaian Terhadap Stressor/ Tanda dan gejela


Penilaian terhadap stressor antara lain :

10
 Kognitif : tidak dapat berpikir logis, inkoheren, disorientasi, gangguan memori jangka
pendek maupun jangka panjang, konsentrasi rendah, kekacauan alur pikir,
ketidakmampuan mengambil keputusan, flight or idea, gangguan berbicara dan
perubahan isi pikir.
 Afektif : tidak spesifik, reaksi kecemasan secara umum, kegembiraan yang
berlebihan, kesedihan yang berlarut dan takut berlebihan, curiga yang berlebihan dan
defensive sensitive
 Fisiologis : pusing, kelelahan, keletihan, denyut jantung meningkat, keringat dingin,
gangguan tidur, muka merah/tegang, frekuensi napas meningkat, ketidakseimbangan
neurotransmitter dopamine dan serotonine
 Perilaku : berperilaku aneh sesuai dengan isi halusinasi, berbicara dan tertawa sendiri,
daya tilik diri kurang, kurang dapat mengontrol diri, penampilan tidak sesuai, perilaku
yang diulang-ulang, agresif, gelisah, melakukan pekerjaan yang tidak tuntas, gerakan
katonia, gangguan ekstrapiramidal, gerakan mata abnormal, komat-kamit,
menggerakan bibir tanpa adanya suara yang keluar
 Social : ketidakmampuan untuk berkomunikasi, acuh dengan lingkungan, penurunan
kemampuan bersosialisasi, paranoid, personal hygiene jelek, sulit berinterkasi dengan
orang lain, tidak tertarik dengan kegiatan yang sifatnya menghibur, penyimpangan
seksual dan menarik diri.
4) Tanda dan gejela
Tanda dan gejala yang tampak pada klien dengan gangguan deficit perawatan
diri,antara lain :
a. Data subjektif
klien mengatakan tentang :
1) malas mandi
2) tidak mau menyisir rambut
3) tidak mau menggosok gigi
4) tidak mau memotong kaku
5) tidak mau berhias atau berdandan
6) tidak bisa atau tidak mau menggunakan alat mandi atau kebersihan diri
7) tidak menggunakan alat makan dan minum saat makan dan minum
8) BAB dan BAK sembarangan
9) tidak membersihkan diri dan tidak membersihkan tempat BAB dan BAK
setelah BAB dan BAK

11
10) tidak mengetahui cara perawatan diri yang bener

b. Data Objektif
1) badan klien bau, kotor, berdaki, rambut kotor, gigi kotor, kuku panjang
2) tidak menggunakan alat-alat mandi pada saat mandi dan tidak mandi dengan
bener
3) rambut kusut, berantakan, kumis dan jenggot tidak rapi, serta tidak mampu
berdandan
4) pakaian tidak rapi, tidak mampu memilih, mengambil, memakai
mengencangkan dan memindahkan pakaian
5) memakai barang-barang yang tidak perlu dalam berpakaian, misalnya
memakai pakain berlapis-lapis, penggunaan pakaian yang tidak sesuai, melepa
barang-barang yang perlu dalam berpakaian misalnya telanjang.
6) makan dan minum sembarangan serta berceceran, tidak menggunakan alat
makan, tidak mampu menyiapkan makanan, memindahkan makanan ke alat
makan ( dari panci ke piring atau mangkok, tidak mampu menggunakan
sendok dan tidak mengetahui fungsi alat-alat makan), memegang alat makan,
membawa makanan dari pirimg ke mulut, mengunyah , menelan makanan
secara aman dan menghabiskan makanan.
7) BAB dan BAK tidak pada tempatnya, klien tidak membersihkan diri setelah
BAB dan BAK serta tidak mampu menjaga kebersihan toilet dan menyirim
toilet setelah BAB dan BAK.

Tanda dan gejala yang tampak pada klien dengan gangguan deficit perawatan
diri,antara lain :
c. Data subjektif
klien mengatakan tentang :
11) malas mandi
12) tidak mau menyisir rambut
13) tidak mau menggosok gigi
14) tidak mau memotong kaku
15) tidak mau berhias atau berdandan
16) tidak bisa atau tidak mau menggunakan alat mandi atau kebersihan diri
17) tidak menggunakan alat makan dan minum saat makan dan minum

12
18) BAB dan BAK sembarangan
19) tidak membersihkan diri dan tidak membersihkan tempat BAB dan BAK
setelah BAB dan BAK
20) tidak mengetahui cara perawatan diri yang bener

d. Data Objektif
8) badan klien bau, kotor, berdaki, rambut kotor, gigi kotor, kuku panjang
9) tidak menggunakan alat-alat mandi pada saat mandi dan tidak mandi dengan
bener
10) rambut kusut, berantakan, kumis dan jenggot tidak rapi, serta tidak mampu
berdandan
11) pakaian tidak rapi, tidak mampu memilih, mengambil, memakai
mengencangkan dan memindahkan pakaian
12) memakai barang-barang yang tidak perlu dalam berpakaian, misalnya
memakai pakain berlapis-lapis, penggunaan pakaian yang tidak sesuai, melepa
barang-barang yang perlu dalam berpakaian misalnya telanjang.
13) makan dan minum sembarangan serta berceceran, tidak menggunakan alat
makan, tidak mampu menyiapkan makanan, memindahkan makanan ke alat
makan ( dari panci ke piring atau mangkok, tidak mampu menggunakan
sendok dan tidak mengetahui fungsi alat-alat makan), memegang alat makan,
membawa makanan dari pirimg ke mulut, mengunyah , menelan makanan
secara aman dan menghabiskan makanan.

Tanda dan gejala yang tampak pada klien dengan gangguan deficit perawatan diri
pada kasus ,antara lain :

e. Data subjektif
Keluarga klien mengatakan tentang :
1) Mengurung diri
2) Tidak mau makan
3) malas mandi
4) sering menangis
5) menyendiri selama dirumah

13
6) 1 bulan yang lalu pasien baru saja terkena PHK dan ditipu oleh seseorang
dengan jumlah uang milyaran rupiah (dt)
7) Pasien berpikir tidak ada yang salah dengan tubuhnya yang bau atau kotor (dt)
8) pasien merasa nyaman dengan keadaan tubuhnya saat ini ( dt)
9) Pasien merasa takut untuk berinteraksi dengan orang lain karena kejadian yang
dialaminya

f. Data Objektif
1) Klien mandi tidak bersih
2) Gigi dan rambut kotor
3) Berpakaian tidak sesuai
4) Kadang BAK di kamar tidur
5) Sebelum dan sesudah makan jarang cuci tangan
6) kontak mata kurang, sering menunduk dan memainkan jari saat berkomunikasi ( dt)

Menurut Depkes (2000) tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan diri adalah:
1) Fisik
a) Badan bau, pakaian kotor
b) Rambut dan kulit kotor
c) Kuku panjang dan kotor
d) Gigi kotor disertai mulut bau
e) Penampilan tidak rapi.

2) Psikologis
a) Malas, tidak ada inisiatif
b) Menarik diri, isolasi diri
c) Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina.

3) Social
a) Interaksi kurang
b) Kegiatan kurang
c) Tidak mampu berperilaku sesuai norma
d) Cara makan tidak teratur

14
e) BAK dan BAB di sembarang tempat, gosok gigi dan mandi tidak mampu
mandiri.

Menurut kasus tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan diri adalah:
Fisik
1. Badan bau, pakaian kotor
2. Gigi kotor dan rambut kotor
3. Penampilan tidak rapi

Psikologis
1. Mengurung diri
2. Menyendiri selama dirumah
3. Sering menangis
4. Pasien berpikir tidak ada yang salah dengan tubuhnya yang bau atau kotor (dt)
5. 1 bulan yang lalu pasien baru saja terkena PHK dan ditipu oleh seseorang
dengan jumlah uang milyaran rupiah (dt)
6. pasien merasa nyaman dengan keadaan tubuhnya saat ini ( dt)

Social
1. berpakaian tidak sesuai
2. Interaksi kurang
3. Tidak mau makan / makan tidak teratur
4. BAK ditempat tidur

5) Sumber koping
Individu dapat mengatasi stress dan kecemasan dengan menggerakkan sumber koping
di lingkungan. Sumber koping tersebut dapat kemampuan individu menyelesaikan
masalah (personal ability), dukungan social dari keluarga, teman dan lingkungan
(social support) dan keyakinan positif (positive belief) dan ketersediaan keuangan,
ketersediaan waktu dan tenaga (material assets) dapat membantu individu

15
mengintegrasikan pengalaman yang menimbulkan stress dan mengadopsi strategi
koping yang berhasil (Stuart, 2006)

1) Personal ability : Kemampuan individu dalam menyelesaikan masalah


Sumber koping deficit perawatan diri mencakup kemampuan personal ( personal
ability) akan :
a) kemampuan klien dalam melakukan kebersihan diri secara mandiri
b) berhias dan berdandan secara baik
c) melakukan makan dengan baik
d) melaksanakan BAB/BAK secara mandiri
e) mengidentifikasi perilaku kebersihan diri yang maladaptif
f) kemampuan klien dalam mengubah perilaku maladaptif menjadi perilaku
adaptif

2) Social support : Dukungan dari lingkungan terdekat klien.


3) Material aset : Dukungan material yang dimiliki pasien (ekonomi,
pendidikan, asuransi, dan transportasi, jarak mencapai pelayanan kesehatan )
4) Positif belief : Keyakinan pasien akan kesembuhannya

6) Mekanisme Koping

Mekanisme koping berdasarkan penggolongannya dibagi menjadi 2 (dua) (Stuart


dan Sundeen, 1995), yaitu:

a. Mekanisme Koping Adaptif


Mekanisme koping yang mendukung fungsi integrasi, pertumbuhan, belajar dan
mencapai tujuan.

b. Mekanisme Koping Maladaptif


Mekanisme koping yang menghambat fungsi integrasi, memecah pertumbuhan,
menurunkan otonomi dan cenderung menguasai lingkungan.
Menurut Stuart & Sudden rentang mekanime koping digambarkan sebagai
berikut: Sekema Mekanisme Koping

Jadi karakteristik mekanisme koping adalah sebagai berikut:

a.Adaptif, jika memenuhi keriteria sebagai berikut:

1.Masih mengontrol emosi pada dirinya dengan cara berbicara pada orang lain
2.Melakukan aktifitas yang kontruktif

16
3.Memiliki persepsi yang luas
4.Dapat menerima dukungan dari orang lain
5.Dapat memecahkan masalah secara efektif

b.Maladaptif
1.Perilaku cenderung merusak
2.Melakukan aktifitas yang kurang sehat seperti obat-obatan dan alkohol.
3.Tidak mampu berfikir apa-apa atudisorientasi
4.Perilaku cenderung menghindar atau menarik diri
5.Tidak mampu menyelesaikan masalah. (Stuart & Sudden, 2008)

Mekanisme koping berdasarkan penggolongan di bagi menjadi 2 yaitu:


a. Mekanisme koping adaptif
Mekanisme koping yang mendukung fungsi integrasi pertumbuhan belajar dan
mencapai tujuan. Kategori ini adalah klien bisa memenuhi kebutuhan perawatan
diri secara mandiri.
b. Mekanisme koping maladaptive
Mekanisme koping yang menghambat fungsi integrasi, memecah pertumbuhan,
menurunkan otonomi dan cenderung menguasai lingkungan. Kategorinya adalah
tidak mau merawat diri (Damaiyanti, 2012)
Mekanisme koping : Regresi, penyangkalan, isolasi social menarik diri,
intelektualisasi. Defisit perawatan diri bukan merupakan bagian dari komponen pohon
masalah (causa, core problem, effect) tetapi sebagai masalah pendukung.

6. Pohon Masalah Defisit Perawatan Diri

Gangguan pemeliharaan
kesehatan
(Effect)

Defisit Perawatan Diri


(Core problem)

Kehilangan fungsi tubuh,


7. Diagnosa Keperawatan Defisitkurangnya
Perawatanmotivasi
Diri
(Causa)
17
(
Berdasarkan pohon masalah diatas, Core Problem atau inti permasalahan yang
terjadi adalah Defisit Perawatan Diri

8. Intervensi Keperawatan Defisit Perawatan Diri

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

KLIEN DENGAN DEFISIT PERAWATAN DIRI

Nama Klien : …………………… DX Medis : …………………..

RM No. : …………………… Ruangan : …………………..

No Dx Perencanaan Rasional
Tgl
Dx Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi

1 Defisit TUM: 1. Dalam … kali 1. Bina hubungan Kepercayaan


perawatan diri interaksi klien saling percaya : dari klien
Klien dapat
menunjukkan tanda- merupakan hal
memelihara  Beri salam
tanda percaya kepada yang akan
atau merawat setiap
perawat: memudahkan
kebersihan berinteraksi.
perawat dalam
sendiri secara o Wajah cerah,  Perkenalkan
melakukan
mandiri tersenyum nama, nama
pendekatan
o Mau panggilan
keperawatan
berkenalan perawat dan
atau intervensi
TUK: o Ada kontak tujuan perawat
selanjutnya
mata berkenalan
1. Klien dapat terhadap klien
o Menerima  Tanyakan
membina
kehadiran nama dan
hubungan
perawat panggilan
saling
o Bersedia kesukaan klien
percaya
menceritakan  Tunjukkan
dengan

18
perawat perasaannya sikap jujur dan
menepati janji
setiap kali
berinteraksi
 Tanyakan
perasaan dan
masalah yang
dihadapi klien
 Buat kontrak
interaksi yang
jelas
 Dengarkan
ungkapan
perasaan klien
dengan empati
 Penuhi
kebutuhan
dasar klien
2. Klien 2. Dalam … kali 2. Diskusikan Pengetahuan
mengetahu interaksi klien dengan klien: tentang
i menyebutkan: pentingnya
 Penyebab klien
pentingnya perawatan diri
o Penyebab tidak merawat
perawatan dapat
tidak diri
diri meningkatkan
merawat diri  Manfaat
motivasi klien
o Manfaat menjaga
menjaga perawatan diri
perawatan untuk keadaan
diri fisik, mental,
o Tanda-tanda dan sosial.
bersih dan  Tanda-tanda
rapi perawatan diri
o Gangguan yang baik
yang dialami  Penyakit atau

19
jika gangguan
perawatan kesehatan yang
diri tidak bisa dialami
diperhatikan oleh klien bila
perawatan diri
tidak adekuat

3. Klien 3.1. Dalam … kali 3.1.Diskusikan Menyiapkan


mengetahu interaksi klien frekuensi klien untuk
i cara-cara menyebutkan menjaga meningktkan
melakukan frekuensi menjaga perawatan diri kemandirian
perawatan perawatan diri: selama ini
diri  Mandi
o Frekuensi
 Gosok gigi Klien dapat
mandi
 Keramas melakukan
o Frekuensi
 Berpakaian perawatan diri
gosok gigi
 Berhias dengan benar
o Frekuensi
 Gunting kuku sehingga klien
keramas
3.2.Diskusikan cara terbiasa
o Frekuensi
praktek
ganti pakaian
perawatan diri
o Frekuensi
yang baik dan
berhias
benar :
o Frekuensi
gunting kuku  mandi
3.2.Dalam … kali  gosok gigi
interaksi klien  Keramas
menjelaskan cara  Berpakaian
menjaga  Berhias
perawatan diri:  Gunting kuku
o Cara mandi 3.2. Berikan pujian
o Cara gosok untuk setiap
gigi respon klien

20
o Cara yang positif
Keramas
o Cara
Berpakaian
o Cara berhias
o Cara gunting
kuku
4. Klien dapat 4. Dalam … kali 4.1.Bantu klien saat Bimbingan
melaksana interaksi klien perawatan diri : perawat akan
kan mempraktekkan mempermudah
 Mandi
perawatan perawatan diri klien
 Gosok gigi
diri dengan dengan dibantu melakukan
 Keramas
bantuan oleh perawat: perawatan diri
 Ganti pakaian
perawat secara mandiri
o Mandi  Berhias
o Gosok gigi  Gunting kuku
o Keramas 4.2. Beri pujian
o Ganti pakaian setelah klien
o Berhias selesai
o Gunting kuku melaksanakan
perawatan diri

5. Klien dapat 5. Dalam … kali 5.1. Pantau klien Melihat


melaksana interaksi klien dalam perkemban
kan melaksanakan melaksanakan gan klien
perawatan praktek perawatan perawatan diri: dalam
diri secara diri secara mandiri melakukan
 Mandi
mandiri perawatan
o Mandi 2 X  Gosok gigi
diri
sehari  Keramas
o Gosok gigi  Ganti pakaian
sehabis  Berhias
makan  Gunting kuku
o Keramas 2 X 5.2. Beri pujian saat
seminggu klien

21
o Ganti pakaian melaksanakan
1 X sehari perawatan diri
o Berhias secara mandiri.
sehabis
mandi
o Gunting kuku
setelah mulai
panjang
6. Klien 6.1. Dalam … kali 6.1 Diskusikan Identifikasi
mendapatk interaksi keluarga dengan keluarga: mengenai
an menjelaskan cara- penyebab
 Penyebab klien
dukungan cara membantu pasien tidak
tidak
keluarga klien dalam mau
melaksanakan
untuk memenuhi melakukan
perawatan diri
meningkat kebutuhan perawatan diri
 Tindakan yang
kan perawatan dirinya untuk
telah dilakukan
perawatan menentukan
6.2. Dalam … kali klien selama di
diri intervemsi
interaksi keluarga rumah sakit
selanjutnya
menyiapkan dalam menjaga
sarana perawatan perawatan diri
diri klien: sabun dan kemajuan
mandi, pasta gigi, yang telah
sikat gigi, dialami oleh Penguatan
shampoo, handuk, klien (reinforcement)
pakaian bersih,  Dukungan dapat
sandal, dan alat yang bisa meningkatkan
berhias diberikan oleh motivasi diri
keluarga untuk klien
6.3. Keluarga
meningkatkan
mempraktekan
kemampuan
perawatan diri
klien dalam Menamba
pada klien
perawatan diri kenyamanan
6.2. Diskusikan untuk pasien

22
dengan keluarga dalam merawat
tentang: dirinya

 Sarana yang
diperlukan
untuk menjaga
perawatan diri Memberikan
klien kesempatan
 Anjurkan kepada
kepada keluarga untuk
keluarga membantu
menyiapkan klien dan
sarana tersebut emberikn
6.3. Diskusikan motivasi
dengan keluarga
hal-hal yang
perlu dilakukan Keluarga
keluarga dalam sebagai sistem
perawatan diri : pendukung
berperan
 Anjurkan
penting dalam
keluarga untuk
membantu
mempraktekka
klien
n perawatan
diri (mandi,
gosok gigi,
keramas, ganti
baju, berhias
dan gunting
kuku)
 Ingatkan klien
waktu mandi,
gosok gigi,
keramas, ganti

23
baju, berhias,
dan gunting
kuku.
 Bantu jika
klien
mengalami
hambatan
dalam
perawatan diri
 Berikan pujian
atas
keberhasilan
klien

II.10 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan

No
Diagnosa Implementasi
Dx

1 Defisit Pasien Keluarga TAK


Perawatan Diri
SP I SP I Sesi IA

1. Menjelaskan 1. Mendiskusikan 1. Menanyakan


pentingnya masalah yang pentingnya mandi pada
kebersihan diri dirasakan keluarga klien
2. Menjelaskan cara dalam merawat pasien 2. Mendiskusikan alat –
menjaga 2. Menjelaskan alat untuk mandi
kebersihan diri pengertian, tanda dan 3. Mendiskusikan
3. Membantu gejala defisit tahapan mandi yang
pasien perawatan diri, dan benar
mempraktekkan jenis defisit perawatan 4. Melakukan
cara menjaga diri yang dialami demonstrasi mandi
kebersihan diri pasien beserta proses yang benar

24
4. Menganjurkan terjadinya Sesi IB
pasien 3. Menjelaskan cara-cara
1. Mendiskusikan
memasukkan merawat pasien defisit
manfaat keramas,
dalam jadwal perawatan diri
tanya ke masing –
kegiatan harian
masing klien
SP II 2. Mendiskusikan tentang
SP II alat dan bahan yang
1. Melatih keluarga
diperlukan untuk
1. Mengevaluasi mempraktekkan cara
keramas. pendapatnya
jadwal kegiatan merawat pasien
3. Mendiskusikan cara
harian pasien dengan defisit
keramas, tahapan
2. Menjelaskan cara perawatan diri
keramas
berdandan 2. Melatih keluarga
4. Mengajak klien ke
3. Membantu pasien melakukan cara
kamar mandi.
mempraktekkan merawat langsung
5. Memperagakan cara
cara berdandan kepada pasien defisit
keramas tahap demi
4. Menganjurkan perawatan diri
tahap
pasien
6. Meminta salah satu
memasukkan
SP III klien menjadi
dalam jadwal
pemeraga
kegiatan harian 1. Membantu keluarga
7. Meminta semua klien
membuat jadual
lain melakukan
aktivitas di rumah
SP III keramas bersama –
termasuk minum obat
sama
1. Mengevaluasi (discharge planning)
jadwal kegiatan 2. Menjelaskan follow Sesi IC
harian pasien up pasien setelah
1. Mendiskusikan
2. Menjelaskan cara pulang
manfaat sikat gigi.
makan yang baik
2. Mendiskusikan tentang
3. Membantu
alat dan bahan yang
pasien
diperlukan untuk
mempraktekkan
menyikat gigi
cara makan yang
3. Mendiskusikan cara

25
baik menyikat gigi yang
4. Menganjurkan benar
pasien 4. Memperagakan cara
memasukkan menyikat gigi yang
dalam jadwal benar
kegiatan harian 5. Meminta salah satu
klien
mendemonstrasikan
SP IV
cara menyikat gigi
1. Mengevaluasi
Sesi ID
jadwal kegiatan
harian pasien 1. Mendiskusikan
2. Menjelaskan cara manfaat perawatan
eliminasi yang kuku
baik 2. Mendiskusikan alat
3. Membantu dan bahan perawatan
pasien kuku.
mempraktekkan 3. Mendiskusikan cara
cara eliminasi perawatan kuku yang
yang baik dan benar
memasukkan 4. Memperagakan cara
dalam jadual perawatan kuku yang
4. Menganjurkan benar
pasien 5. Meminta salah satu
memasukkan klien
dalam jadwal mendemonstrasikan
kegiatan harian cara perawatan kuku

Sesi IIA

1. Mendiskusikan
manfaat berpakaian
yang baik
2. Mendiskusikan alat

26
dan bahan berpakaian
yang baik
3. Mendiskusikan cara
berpakaian yang baik
dengan benar
4. Memperagakan cara
berpakaian yang baik
5. Meminta salah satu
klien
mendemonstrasikan
cara berpakaian yang
baik

Sesi IIB

1. Mendiskusikan
manfaat berhias diri.
2. Mendiskusikan alat
dan bahan berpakaian
yang baik
3. Mendiskusikan cara
berhias diri yang benar
4. Memperagakan cara
berhias diri
5. Meminta salah satu
klien
mendemonstrasikan
cara berhias diri

Sesi IIIA

1. Mendiskusikan
manfaat tata cara
makan.
2. Mendiskusikan alat

27
dan bahan tata cara
makan
3. Mendiskusikan tata
cara makan yang benar
4. Memperagakan tata
cara makan
5. Meminta salah satu
klien
mendemonstrasikan
tata cara makan

Sesi IIIB

1. Mendiskusikan
manfaat tata cara
minum
2. Mendiskusikan alat
dan bahan tata cara
minum.
3. Mendiskusikan tata
cara minum yang
benar
4. Memperagakan tata
cara minum
5. Meminta salah satu
klien
mendemonstrasikan
tata cara minum

Sesi IVA

1. Mendiskusikan
manfaat tata cara BAB
2. Mendiskusikan alat
dan bahan tata cara

28
BAB yang baik
3. Mendiskusikan tata
cara BAB yang benar
4. Memperagakan tata
cara BAB
5. Meminta salah satu
klien melakukan
simulasi tata cara BAB

Sesi IVB

1. Mendiskusikan
manfaat tata cara BAK
2. Mendiskusikan alat
dan bahan tata cara
BAK yang baik.
3. Mendiskusikan tata
cara BAK yang benar
4. Memperagakan tata
cara BAK
5. Meminta salah satu
klien melakukan
simulasi tata cara BAK

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK)

STIMULASI PERSEPSI (SP) : DEFISIT PERAWATAN DIRI (DPD)

PENGERTIAN

TAK SP : DPD adalah teapi aktivitas kelompok yang dilaksanakan untuk


meningkatkan kemampuan klien merawat diri. Kemampuan merawat diri yang diatih
dalam TAK ini terdiri dari kemampuan dalam kebersihan diri, kemampuan dalam
berdandan, kemampuan makan – minum dan toileting.

29
TUJUAN

Setelah mengikuti TAK SP : DPD klien mampu :

1. Melaksanakan upaya kebersihan diri


2. Meaksanakan berdandan
3. Melaksanakan makan dan minum dengan baik
4. Melaksanakan toileting

INDIKASI

TAK SP : DPD diindikasikan untuk Klien gangguan Jiwa yang mengalami Defisit
Perawatan Diri atau Risiko Defisit Perawatan Diri (pada klien yang mengalami Isolasi
Sosial atau Harga Diri Rendah)

SESI IA

TAK SP : KEBERSIHAN DIRI : MANDI

Tujuan

1. Klien memahami pentingnya andi


2. Klien memahami cara mandi yang baik
3. Klien mampu mandi dengan baik

Setting

1. Diskusi : klien duduk melingkar


2. Praktik : di kamar mandi\
( Catatan : sebaiknya terapis berjenis kelamin sama dengan klien sehingga saat
praktik tidak sungkan )

Alat

30
1. Ember
2. Gayung mandi
3. Handuk bersih
4. Sabun mandi
5. Air bersih

Metode

1. Diskusi
2. Demonstrasi

Langkah Kegiatan

1. Persiapan tempat : pastikan ruang diskusi tenang dan nyaman. Tempat praktik
mandi bersih dan aman
2. Persiapkan alat : siapkan alat selengkap mungkin
3. Persiapan klien :
a. Pilih klien sesuai dengan indikasi terapi
b. Buat kontrak kegiatan, waktu, dan tempat
c. Jelaskan manfaat TAK
d. Jelaskan peraturan yang harus dipatuhi oleh klien :
1) Ikut kegiatan sampai tuntas
2) Bila ingin keluar dari ruangan angkat tangan
3) Bekerjasama dengan kelompok
4. Pelaksanaan
a. Orientasi :
1) Ucapkan salam
2) Tanyakan perasaan klien hari ini
3) Jelaskan kegiatan yang akan dilaksanakan, waktu yang dibutuhkan untuk
melaksanakan kegiatan dan tempat kegiatan
b. Kerja
1. Tanyakan pentingnya mandi pada klien. Beri kesempatan semua peserta
menjawab. Jika ada klien yang pasif, tanya langsung kepada klien tersebut
2. Buat rangkuman pandapat klien yang benar tentang manfaat mandi yang
benar. Tambahkan informasi jika rangkuman pendapat klien masih ada
yang kurang

31
Manfaat mandi :

1. Membersihkan kotoran untuk mencegah infeksi kulit dan gatal – gatal


2. Menghilangkan bau badan
3. Meningkatkan keterampilan diri

3. Diskusikan alat – alat untuk mandi. Beri ksempatakn kepada setiap klien
untuk menjelaskan alat – alat yang sering digunakan untuk mandi
4. Buat rangkuman alat – alat mandi, tunjukkan alat – alat tersebut
Alat / Bahan mandi
1. Sabun
2. Handuk
3. Air bersih
4. Gayung mandi
5. Ember

5. Diskusikan tahapan mandi yang benar. Beri kesempatan klien menjelaskan


cara mandi. Beri pujian pendapat klien yang benar. Bila ada pendapat klien
yang salah, lakukan koreksi dengan meminta pendapat klien yang lain
6. Buat rangkuman cara mandi yang benar dari pendapat klien dan tambahkan
informasi jika kurang
7. Lakukan demonstrasi mandi yang benar. Bila tidak memungkinakan
lakukan simulasi saja dengan menggunakan alat dan bahan yang sudah
disediakan
Cara mandi :
1. Basahi seluruh permukaan tbuh dengan air yang tersedia
2. Ambil sabun, gosokkan ke permukan tubuh mulai dari permukaan
yang dianggap paling bersih ke permukaan yang paling kotor badan
dan anggota badan, wajah, baru kemudian daerah perineal dan area
seputar kelamin
3. Bilas dengan air hingga sisa sabun hilang di seluruh permukaan tubuh

32
dan permukaan kulit terasa kesat
4. Keringkan dengan menggunakan handuk yang bersih

8. Berikan pujian untuk pergaan yang telag dilakukan, koreksi jika ada
tahapan yang kurang tepat

c. Terminasi
1) Evaluasi subjektif : tanyakan perasaan klien setelah peragaan atau praktik
mandi
2) Evaluasi objektif : minta klien bergantian menyebutkan kembali tentang
manfaat mandi. Alat dan bahan mandi serta cara mandi
3) Tidak lanjut : anjurkan klien mandi dengan cara yang telah dilatih sebanyak
2x sehari (pagi dan sore hari)
4) Buat kontrak berikut : belajar keramas. Waktu pelaksanaan dan tempat
pelaksanaan kegiatan
d. Evaluasi dan Dokumentasi
No Kemampuan Nama Pasien

1 Menjelaskan manfaat mandi

2 Menjelaskan alat dan bahan mandi

3 Menjelaskan tahapan mandi

4 Memperagakan mandi dengan tepat

5 Komitmen mandi 2x sehari

Catatan :

1. Beri tanda centang untuk kemampuan yang da[at dilakukan


2. Bila klien tidak mampu, stimulasi/latih sampai klien mampu
3. Klien dianggap mampu jika semua unsur kemampuan tercapai

33
SESI IB

TAK SP : KEBERSIHAN DIRI : KERAMAS

Tujuan

1. Klien memahami manfaat keramas


2. Klien memahami alat dan bahan untuk keramas
3. Klien mampu melakukan keramas

Setting

1. Diskusi : perawat dan klien duduk melingkar (boleh dengan kursi atau ditikar,
bergantung fasilitas yang ada)
2. Demonstrasi / stimulasi : di kamar mandi

Alat

1. Shampoo
2. Ember
3. Gayung bersih
4. Air bersih
5. Handuk bersih

Metode

1. Diskusi
2. Peragaan/ demonstrasi

Langkah kegiatan

1. Persiapan alat dan bahan : siapkan alat dan bahan yang diperlukan
2. Persiapan klien :
a. Pilih klien sesuai dengan indikasi
b. Buat kontrak kegiatan, manfaat kegiatan, tempat, dan waktu

34
c. Persiapan tempat dan setting tempat
1) Tempat diskusi : siapkan kursi melingkar
2) Tempat peragaan : amar mandi yang bersih dan alat yang digunakan
tersedia
3. Pelaksanaan
a. Orientasi
1) Ucapkan salam, perkenalan jika perlu
2) Evaluasi/ validasi : tanyakan perasaan klien hari ini
3) Kontrak : jelaskan kegiatn yang akan dilaksanakan adalah latihan kerams
yang benar, waktunya 1 jam, betempat di ruang diskusi dan kamar mandi
untuk praktik
b. Kerja
1) Diskusikan manfaat keramas, tanya ke masing – masing klien. Bila ada
klien yang tidak bisa menjawab, beri stimulasi hingga pasien bisa
menjawab
2) Buat rangkuman jawaban klien tentang manfaat keramas, tambahkan
informasi jika jawaban klien belum lengkap
Manfaat keramas :
1. Mencegah gata
2. Mencegah infeksi / kutu kulit kepala
3. Menghilangkan bau rambut
4. Meningkatkan penampilan diri
3) Diskusikan tentang alat dan bahan yang diperlukan untuk keramas.
Upayakan semua klien menyampaikan pendapatnya
4) Rangkum jawaban klien, bila ada yang kurang ditambahkan oleh perawat
5) Diskusikan cara keramas, tahapan keramas
Alat dan bahan untuk keramas :
1. Shampoo
2. Air bersi
3. Gayung mandi
4. Handuk besih
5. Ember
6) Tanya tiap – tiap klien sesuai dengan pengalamannya

35
7) Rangkum jawaban klien tnetang cara keraamas. Tambahkan informasi jika
jawaban klien kurang
Cara keramas :
1. Siapkan alat
2. Basahi rambut sampai merata
3. Ambil sampo secukupnya, gosokkan secara merata di seluruh
permukaan kepala
4. Bilas dengan air sampai tidak ada sisa sampo
5. Keringkan rambut
8) Ajak klien ke kamar mandi. Peragakan cara keramas tahap demi tahap.
Minta salah satu klien menjadi pemeraga. Sementara klien lain mengamati
9) Minta semua klien lain melakukan keramas bersama – sama
10) Beri pujian untuk kemajuan klien
c. Terminasi
1) Evaluasi subjektif : tanyakan ke tiap – tiap klien perasaannya setlah
melakukan keramas
2) Evaluasi objektif : minta tiap – tiap klien menjelaskan manfaat keramas,
alat, dan bahan keamas serta cara keramas
3) Tindak lanjut : minta klien melakukan keramas 2x seminggu
4) Kontrak yang akan datang : buat kesepakatan dengan klien kegiatan
berikutnya, yaitu TAK SP : DPD : Makan dan Minum. Kapan akan
dilaksanakan dan bertempat dimana.
d. Evaluasi dan Dokumentasi
No Kemampuan Nama Pasien

1 Menjelaskan manfaat keramas

2 Menjelaskan alat dan bahan keranas

3 Menjelaskan tahapan keramas

4 Memperagakan keramas dengan tepat

5 Komitmen keramas 2x seminggu

36
Catatan :

1. Beri tanda centang untuk kemampuan yang da[at dilakukan


2. Bila klien tidak mampu, stimulasi/latih sampai klien mampu
3. Klien dianggap mampu jika semua unsur kemampuan tercapai

SESI IC

TAK SP : KEBERSIHAN DIRI : MENYIKAT GIGI

Tujuan

1. Klien memahami manfaat menyikat gigi


2. Klien mamahami alat dan bahan untuk menyikat gigi
3. Klien mampu melakukan menyikat gigi secara benar

Setting

1. Diskusi : duduk melingkar


2. Demonstrasi : berdiri di washtafel

Alat

1. Sikat gigi
2. Pasta gigi
3. Gelas plastik besar / gayung
4. Air bersih satu gelas
5. Handuk kecil

Metode

1. Diskusi
2. Demonstrasi

Langkah kegiatan

1. Persiapan alat dan bahan : sesuai dengan kebutuhan


2. Persiapan klien : pilih klien sesuai dengan indikasi. Jumlah 5 – 10 klien

37
3. Persiapkan tempat : siapkaan tempat diskusi dan tempat peragaan (di washtafel
atau kamar mandi)
4. Pelaksanaan
a. Orientasi
1) Ucapkan salam, perkenalan jika perlu
2) Evaluasi/ validasi : tanyakan perasaan klien hari ini
3) Kontrak : jelaskan kegiatn yang akan dilaksanakan yaitu belajar menyikat
gigi, waktunya 1 jam, tempatnya di ruang diskusi, dan dekat washtafel/
kamar mandi
b. Kerja
1) Diskusikan manfaat sikat gigi. Tanyakan kepada semua klien secara
bergantian tentang manfaat menyikat gigi. Bila ada klien yang tidak bisa
menjawab, beri stimulasi hingga pasien bisa menjawab
2) Buat rangkuman jawaban klien tentang manfaat sikat gigi, tambahkan
informasi jika jawaban klien belum lengkap
Manfaat menyikat gigi :
1. Mencegah kerusakan gigi dan infeksi gusi
2. Menghilangkan bau mulut
3. Meningkatkan penampilan diri
3) Diskusikan tentang alat dan bahan yang diperlukan untuk menyikat gigi.
Tanyakan kepada klien sesuai kebiasaan klien selama ini
4) Rangkum jawaban klien, bila ada yang kurang ditambahkan oleh perawat
Alat dan bahan untuk sikat gigi :
1. Sikat gigi yang kelembutannya medium
2. Pasta gigi
3. Gelas plastik / gayung
4. Air bersih
5. Handuk kecil/ tisu
5) Diskusikan cara menyikat gigi yang benar
6) Rangkum jawaban klien. Tambahkan informasi jika jawaban yang belum
lengkap
Cara menyikat gigi :
1. Siapkan alat

38
2. Kumur - kumur
3. Ambil sikat gigi, oleskan pasta gigi sebesar biji jagung
4. Gosok gigi minimal 8x gosokkan di masing – masing sisi gigi
5. Kumur secukupnya
6. Bersihkan sikat gigi
7) Peragakan cara menyikat gigi yang benar. Minta salah satu klien
mendemonstrasikan cara menyikat gigi
8) Berikan pujian kepada klien
e. Terminasi
1) Evaluasi subjektif : tanyakan ke tiap – tiap klien perasaannya setelah belajar
menyikat gigi dan setelah mencoba menyikat gigi
2) Evaluasi objektif : minta tiap – tiap klien menjelaskan manfaat menyikat
gigi, alat dan bahan unruk menyikat gigi dan cara menyikat gigi yang benar
3) Tindak lanjut : anjurkan klien untuk menyikat gigi minimal 2x sehari, yaitu
setelah makan pagi dan sebelum tidur malam
4) Evaluasi dan Dokumentasi
No Kemampuan Nama Pasien

1 Menjelaskan manfaat gosok gigi

2 Menjelaskan alat dan bahan gosok gigi

3 Menjelaskan tahapan gosok gigi

4 Memperagakan gosok gigi secara benar

5 Komitmen melakukan gosok gigi 2x


sehari

Catatan :

1. Beri tanda centang untuk kemampuan yang dapat dilakukan


2. Bila klien tidak mampu, stimulasi/latih sampai klien mampu
3. Klien dianggap mampu jika semua unsur kemampuan tercapai

39
SESI ID
TAK SP : KEBERSIHAN DIRI : PERAWATAN KUKU

Tujuan

1. Klien memahami manfaat perawatan kuku


2. Klien memahami cara perawatan kuku

Setting

Diskusi praktik demonstrasi : ruang diskusi, duduk melingkar

Alat

1. Guntig kuku
2. Tisu
3. Piala ginjal / bengkok ( boleh diganti bekas wadah sabun colek )
4. Air bersih, lebih bagus apabila ada air hangat
5. Sabun cuci tangan (sabun mandi)

Metode

1. Diskusi
2. Demonstrasi

Langkah kegiatan

1. Persiapan alat dan bahan : sesuai dengan kebutuhan


2. Persiapan klien : pilih klien sesuai dengan indikasi. Jumlah 5 – 10 klien
3. Persiapkan tempat : siapkaan tempat diskusi dan tempat peragaan
4. Pelaksanaan
a. Orientasi
1) Ucapkan salam, perkenalan jika perlu
2) Evaluasi/ validasi : tanyakan perasaan klien hari ini
3) Kontrak : jelaskan kegiatn yang akan dilaksanakan yaitu perawatan kuku,
waktunya 1 jam dan tempatnya di ruang diskusi

40
b. Kerja
1) Diskusikan manfaat perawatan kuku. Tanyakan kepada semua klien secara
bergantian tentang manfaat perawatan kuku. Jika ada klien yang tidak mau
atau tidak mampu menjawab, beri stimulasi hingga mampu menjawab
2) Buat rangkuman jawaban klien tentang manfaat perawatan kuku. Bla ada
jawaban yang kurang, tambahkan informasi yang diperlukan
Manfaat perawatan kuku :
1. Mencegah infeksi
2. Menjaga penampilan diri
3) Diskusikan alat dan bahan perawatan kuku. Tanyakan kepada klien sesuai
kebiasaan klien selama ini
4) Rangkum jawaban klien. Lengkapi yang belum lengkap
Alat dan bahan perawatan kuku :
1. Gunting kuku yang tajam
2. Tisu
3. Piala ginjal/ bengkok atau wadah sabun colek bekas
4. Air bersih hangat
5. Sabun mandi
5) Diskusikan cara perawatan kuku yang benar
6) Rangkum jawaban klien tentang cara perawatan kuku yang benar
Cara perawatan kuku yang benar :
1. Rendam kuku di air hangat selama kurang lebih 10 menit, keringkan
menggunakan tisu
2. Potong kuku sampai bersih
3. Cuci tangan menggunakan sabun di washtafel atau air mengalir
4. Keringkan tangan menggunakan tisu
7) Peragakan cara perawatan kuku yang benar. Minta salah satu klien
mendemonstrasikan cara perawatan kuku
8) Berikan pujian kepada klien
c. Terminasi
1) Evaluasi subjektif : tanyakan perasaan klien setelah belajar perawatan kuku
dan setelah mencoba perawatan kuku

41
2) Evaluasi objektif : minta klien menjelaskan manfaat perawatan kuku, alat
dan bahan untuk perawatan kuku dan cara perawatan kuku yang benar
3) Tindak lanjut : anjurkan klien untuk perawatan kuku minimal 1x seminggu
d. Evaluasi dan Dokumentasi
No Kemampuan Nama Pasien

1 Menjelaskan manfaat perawatan kuku

2 Menjelaskan alat dan bahan perawatan


kuku
3 Menjelaskan tahapan perawatan kuku

4 Memperagakan perawatan kuku secara


benar
5 Komitmen melakukan perawatan kuku
1x seminggu

Catatan :

1. Beri tanda centang untuk kemampuan yang dapat dilakukan


2. Bila klien tidak mampu, stimulasi/latih sampai klien mampu
3. Klien dianggap mampu jika semua unsur kemampuan tercapai

SESI IIA
TAK SP : BERDANDAN : BERPAKAIAN RAPI

Tujuan

1. Klien memahami manfaat bepakaian rapi


2. Klien mampu mengelola pakaian bekas pakai
3. Klien mampu memmilih pakaian yang sesuai
4. Klien mampu menggunakan pakaian yang sesuai

42
Setting

Diruang diskusi, duduk melingkar

Alat

1. Satu set pakaian dalam : celana dalam, kaos dalam, BH (wanita)


2. Satu set pakaian luar : kemeja, celana panjang atau rok, jilbab (jika wanita
berjilbab)
3. Kaca cermin

Metode

1. Diskusi
2. Demonstrasi

Langkah kegiatan

1. Persiapan alat dan bahan : sesuai dengan kebutuhan


2. Persiapan klien : pilih klien sesuai dengan indikasi. Jumlah 5 – 10 klien
3. Persiapkan tempat : siapkaan tempat diskusi dan tempat peragaan
4. Pelaksanaan
a. Orientasi
1) Ucapkan salam, perkenalan jika perlu
2) Evaluasi/ validasi : tanyakan perasaan klien hari ini
3) Kontrak : jelaskan kegiatn yang akan dilaksanakan yaitu berpakaian yang
baik, waktunya 1 jam dan tempatnya di ruang diskusi
b. Kerja
1) Diskusikan manfaat berpakaian yang baik. Tanyakan kepada semua klien
secara bergantian tentang manfaat berpakaian yang baik. Jika ada klien
yang tidak mau atau tidak mampu menjawab, beri stimulasi hingga mampu
menjawab
2) Buat rangkuman jawaban klien tentang manfaat berpakaian yang baik. Bila
ada jawaban yang kurang, tambahkan informasi yang diperlukan
Manfaat berpakaian yang baik :

43
1. Mencegah infeksi
2. Menjaga penampilan diri
3) Diskusikan alat dan bahan berpakaian yang baik. Tanyakan kepada klien
sesuai kebiasaan klien selama ini
4) Rangkum jawaban klien. Lengkapi yang belum lengkap
Alat dan bahan berpakaian yang baik :
1. Satu set pakaian dalam : celana dalam, kaos dalam, BH (wanita)
2. Satu set pakaian luar : kemeja, celana panjang, atau rok, jilbab (jika
wanita berjilbab)
3. Kaca bercermin
5) Diskusikan cara berpakaian yang baik dengan benar
6) Rangkum jawaban klien tentang cara berpakaian yang baik dengan benar
Cara berpakaian :
1. Siapkan pakaian bersih
2. Pakai pakaian dalam
3. Pakai pakaian luar
4. Bercermin, perhatikan sudah rapi
5. Simpan pakaian kotor di tempat yang disediakan
7) Peragakan cara berpakaian yang baik. Minta salah satu klien
mendemonstrasikan cara berpakaian yang baik
8) Berikan pujian kepada klien

c. Terminasi
1) Evaluasi subjektif : tanyakan perasaan klien setelah belajar berpakaian yang
baik dan setelah mencoba perawatan kuku
2) Evaluasi objektif : minta klien menjelaskan manfaat berpakaian yang baik,
alat dan bahan untuk berpakaian yang baik dan cara berpakaian yang baik
yang benar
3) Tindak lanjut : anjurkan klien untuk berpakaian yang baik minimal 2x
sehari
d. Evaluasi dan Dokumentasi
No Kemampuan Nama Pasien

44
1 Menjelaskan manfaat berpakaian yang
baik
2 Menjelaskan alat dan bahan berpakaian
yang baik
3 Menjelaskan tahapan berpakaian yang
baik
4 Memperagakan berpakaian yang baik
secara benar
5 Komitmen melakukan berpakaian yang
baik 2x sehari

Catatan :

1. Beri tanda centang untuk kemampuan yang dapat dilakukan


2. Bila klien tidak mampu, stimulasi/latih sampai klien mampu
3. Klien dianggap mampu jika semua unsur kemampuan tercapai

SESI IIB

TAK SP : BERDANDAN : BERHIAS DIRI

Tujuan

1. Klien mampu memahami manfaat berhias diri


2. Klien memahami alat dan bahan berdandan diri
3. Klien mampu memahami cara berhias diri

Setting

1. Diskusi : ruang diskusi yang tenang dan nyaman


2. Demonstrasi : ruang hias/ ruang ganti

Alat

1. Alat rias wanita : sisir, bedak, lipstik, ikat rambut

45
2. Alat rias pria : sisir, alat cukur kumis
3. Cermin

Metode

1. Diskusi
2. Demonstrasi

Langkah kegiatan

1. Persiapan alat dan bahan : sesuai dengan kebutuhan


2. Persiapan klien : pilih klien sesuai dengan indikasi. Jumlah 5 – 10 klien
3. Persiapkan tempat : siapkaan tempat diskusi dan tempat peragaan
4. Pelaksanaan
a. Orientasi
1) Ucapkan salam, perkenalan jika perlu
2) Evaluasi/ validasi : tanyakan perasaan klien hari ini
3) Kontrak : jelaskan kegiatan yang akan dilaksanakan yaitu berhias diri,
waktunya 1 jam dan tempatnya di ruang diskusi
b. Kerja
1) Diskusikan manfaat berhias diri. Tanyakan kepada semua klien secara
bergantian tentang manfaat berhias diri. Jika ada klien yang tidak mau atau
tidak mampu menjawab, beri stimulasi hingga mampu menjawab
2) Rangkum jawaban klien tentang manfaat berhias diri. Bila ada jawaban yang
kurang, tambahkan informasi yang diperlukan
Manfaat berhias diri :
1. Membuat rasa nyaman
2. Menjaga penampilan diri
3) Diskusikan alat dan bahan berpakaian yang baik. Tanyakan kepada klien
sesuai kebiasaan klien selama ini
4) Rangkum jawaban klien. Lengkapi yang belum lengkap
Alat dan bahan berhias diri :
1. Alat rias wanita : sisir, bedak, lipstik, ikat rambut
2. Alat rias pria : sisir, alat cukur kumis
3. Cermin
5) Diskusikan cara berhias diri yang benar
46
6) Rangkum jawaban klien tentang cara berhias diri yang benar
Cara berdandan wanita :
1. Pakai bedak
2. Pakai lipstik
3. Pakai sisir rambut dan ikat rapi
Cara berdandan pria :
1. Rapikan kumis/ cukur rapi
2. Bersih
3. Bercermin, pastikan rapi
7) Peragakan cara berhias diri. Minta salah satu klien mendemonstrasikan cara
berhias diri
8) Berikan pujian kepada klien
c. Terminasi
1) Evaluasi subjektif : tanyakan perasaan klien setelah belajar berhias diri dan
setelah mencoba berhias diri
2) Evaluasi objektif : minta klien menjelaskan manfaat berhias diri, alat dan
bahan untuk berhias diri dan cara berhias diri yang benar
3) Tindak lanjut : anjurkan klien untuk berhias diri minimal 2x sehari setelah
madi
d. Evaluasi dan Dokumentasi
No Kemampuan Nama Pasien

1 Menjelaskan manfaat berhias diri

2 Menjelaskan alat dan bahan berhias diri

3 Menjelaskan tahapan berhias diri

4 Memperagakan berhias diri dengan


benar
5 Komitmen melakukan berhias diri 2x
sehari setelah mandi

Catatan :

47
1. Beri tanda centang untuk kemampuan yang dapat dilakukan
2. Bila klien tidak mampu, stimulasi/latih sampai klien mampu
3. Klien dianggap mampu jika semua unsur kemampuan tercapai

SESI IIIA

TAK SP : TATA CARA MAKAN

Tujuan

1. Klien mampu memahami manfaat makan yang baik


2. Klien memahami tata cara makan yang baik
3. Klien mampu megelola peralatan makan

Setting

Di ruang makan. Duduk mengelilingi meja makan

Alat

1. Piring
2. Sendok
3. Garpu
4. Tisu
5. Washtafel dan sabun cuci tangan

Metode

1. Diskusi
2. Demonstrasi

Langkah kegiatan

1. Persiapkan alat dan bahan : sesuai dengan kebutuhan


2. Persiapan klien : pilih klien sesuai dengan indikasi. Jumlah 5 – 10 klien
3. Persiapan tempat : siapkan tempat diskusi dan tempat peragaan
4. Pelaksanaan
a. Orientasi

48
1) Ucapkan salam, perkenalan jika perlu
2) Evaluasi/ validasi : tanyakan perasaan klien hari ini
3) Kontrak : jelaskan kegiatan yang akan dilaksanakan yaitu tata cara makan,
waktunya 1 jam dan tempatnya di ruang makan
b. Kerja
1) Diskusikan manfaat tata cara makan. Tanyakan kepada semua klien secara
bergantian tentang manfaat tata cara makan. Jika ada klien yang tidak mau
atau tidak mampu menjawab, beri stimulasi hingga mampu menjawab
2) Rangkum jawaban klien tentang manfaat tata cara makan. Bila ada jawaban
yang kurang, tambahkan informasi yang diperlukan
Manfaat tata cara makan :
1. Meningkatka selera makan
2. Meningkatkan penghargaan diri
3) Diskusikan alat dan bahan tata cara makan. Tanyakan kepada klien sesuai
kebiasaan klien selama ini
4) Rangkum jawaban klien. Lengkapi yang belum lengkap
Alat dan bahan tata cara makan :
1. Piring
2. Sendok
3. Garpu
4. Tisu
5. Washtafel dan sabun cuci tangan
5) Diskusikan tata cara makan yang benar
6) Rangkum jawaban klien tentang tata cara makan yang benar
Tata cara makan :
1. Cuci tangan
2. Duduk tertib
3. Siapkan alat makan
4. Ambil makanan dengan tertib
5. Makan pelan dan tertib
6. Selesai makan alat makan dikumpulkan
7. Cuci tangan dan keringkan tangan

49
7) Peragakan tata cara makan. Minta salah satu klien mendemonstrasikan tata
cara makan
8) Berikan pujian kepada klien
c. Terminasi
1) Evaluasi subjektif : tanyakan perasaan klien setelah belajar tata cara makan
dan setelah mencoba tata cara makan yang sudah dilatih
2) Evaluasi objektif : minta klien menjelaskan manfaat tata cara makan, alat dan
bahan untuk tata cara makan dan tata cara makan yang benar
3) Tindak lanjut : anjurkan klien untuk makan sesuai tata cara makan sebanyak
3x sehari, seperti yang sudah dilatih
d. Evaluasi dan Dokumentasi
No Kemampuan Nama Pasien

1 Menjelaskan manfaat tata cara makan

2 Menjelaskan alat dan bahan tata cara


makan
3 Menjelaskan tahapan tata cara maan

4 Memperagakan tata cara makan dengan


benar
5 Komitmen menerapkan tata cara makan
3x sehari

Catatan :
1. Beri tanda centang untuk kemampuan yang dapat dilakukan
2. Bila klien tidak mampu, stimulasi/latih sampai klien mampu
3. Klien dianggap mampu jika semua unsur kemampuan tercapai

SESI IIIB

TAK SP : TATA CARA MINUM

Tujuan

50
1. Klien mampu memahami cara minum yang baik
2. Klien memahami manfaat minum yang baik

Setting

Di ruang makan, duduk melingkar

Alat

1. Gelas
2. Air minum

Metode

1. Diskusi
2. Demonstrasi

Langkah kegiatan

1. Persiapkan alat dan bahan : sesuai dengan kebutuhan


2. Persiapan klien : pilih klien sesuai dengan indikasi. Jumlah 5 – 10 klien
3. Persiapan tempat : siapkan tempat diskusi dan tempat peragaan
4. Pelaksanaan
a. Orientasi
1) Ucapkan salam, perkenalan jika perlu
2) Evaluasi/ validasi : tanyakan perasaan klien hari ini
3) Kontrak : jelaskan kegiatan yang akan dilaksanakan yaitu tata cara minum,
waktunya 1 jam dan tempatnya di ruang makan

b. Kerja
1) Diskusikan manfaat tata cara minum. Tanyakan kepada semua klien secara
bergantian tentang manfaat minum. Jika ada klien yang tidak mau atau tidak
mampu menjawab, beri stimulasi hingga mampu menjawab
2) Rangkum jawaban klien tentang manfaat minum yang baik. Bila ada jawaban
yang kurang, tambahkan informasi yang diperlukan

51
Manfaat minum :
1. Mencegah dehidrasi
2. Meningkatkan harga diri
3) Diskusikan alat dan bahan tata cara minum. Tanyakan kepada klien sesuai
kebiasaan klien selama ini
4) Rangkum jawaban klien. Lengkapi yang belum lengkap
Alat dan bahan tata cara minum :
1. Gelas
2. Air minum
5) Diskusikan tata cara minum yang benar
6) Rangkum jawaban klien tentang tata cara minum yang benar
Tata cara minum :
1. Pilih air minum yang bersih dan sehat
2. Jumlah air minum sehari kurang lebih 1500cc atau 7 – 8 gelas sehari
3. Jenis miuman sebaiknya air putih
4. Pakai gelas pribadi, bukan gelas orang lain untuk mencegah penularan
infeksi
5. Simpan gelas kotor di bak cuci piring
7) Peragakan tata cara minum. Minta salah satu klien mendemonstrasikan tata
cara minum
8) Berikan pujian kepada klien
c. Terminasi
1) Evaluasi subjektif : tanyakan perasaan klien setelah belajar tata cara minum
dan setelah mencoba tata cara minum yang sudah dilatihkan
2) Evaluasi objektif : minta klien menjelaskan manfaat minum, alat dan bahan
untuk minum dan tata cara minum
3) Tindak lanjut : anjurkan klien untuk makan sesuai tata cara minum yang
sudah dilatihkan sesuai kebutuhan
d. Evaluasi dan Dokumentasi
No Kemampuan Nama Pasien

1 Menjelaskan manfaat tata cara minum

52
2 Menjelaskan alat dan bahan tata cara
minum
3 Menjelaskan tahapan tata cara minum

4 Memperagakan tata cara minum


dengan benar
5 Komitmen menerapkan tata cara
minum sesuai kebutuhan

Catatan :

1. Beri tanda centang untuk kemampuan yang dapat dilakukan


2. Bila klien tidak mampu, stimulasi/latih sampai klien mampu
3. Klien dianggap mampu jika semua unsur kemampuan tercapai

SESI IVA

TAK SP : TATA CARA BUANG AIR BESAR

Tujuan
1. Klien memahami manfaat buang air besar (BAB) yang benar
2. Klien mampu menggunakan peralatan BAB dengan tepat
3. Klien mampu BAB dengan benar

Setting

1. Di ruang diskusi, duduk melingkar


2. Simulasi : di WC

Alat

1. Ember
2. Air bersih
3. Gayung mandi
4. Sabun
5. Handuk

53
Metode

1. Diskusi
2. Simulasi

Langkah kegiatan

1. Persiapkan alat dan bahan : sesuai dengan kebutuhan


2. Persiapan klien : pilih klien sesuai dengan indikasi. Jumlah 5 – 10 klien
3. Persiapan tempat : siapkan tempat diskusi dan tempat peragaan
4. Pelaksanaan
a. Orientasi
1) Ucapkan salam, perkenalan jika perlu
2) Evaluasi/ validasi : tanyakan perasaan klien hari ini
3) Kontrak : jelaskan kegiatan yang akan dilaksanakan yaitu tata cara BAB,
waktunya 1 jam dan tempatnya di ruang diskusi
b. Kerja
1) Diskusikan manfaat tata cara BAB. Tanyakan kepada semua klien secara
bergantian tentang manfaat tata cara BAB yang baik. Jika ada klien yang tidak
mau atau tidak mampu menjawab, beri stimulasi hingga mampu menjawab
2) Rangkum jawaban klien tentang manfaat BAB yang baik. Bila ada jawaban
yang kurang, tambahkan informasi yang diperlukan
Manfaat BAB :
1. Mencegah penyakit
2. Meningkatkan kenyamanan lingkungan
3) Diskusikan alat dan bahan tata cara BAB yang baik. Tanyakan kepada klien
sesuai kebiasaan klien selama ini
4) Rangkum jawaban klien. Lengkapi yang belum lengkap
Alat dan bahan tata cara BAB yang baik :
1. Ember
2. Air bersih
3. Gayung mandi
4. Sabun
5. Handuk
5) Diskusikan tata cara BAB yang benar

54
6) Rangkum jawaban klien tentang tata cara BAB yang benar
Tata cara BAB :
1. Siram kloset
2. Buka pakaian bawah
3. Lakukan BAB
4. Siram kloset sampai bersih
5. Bersihkan area perineal menggunakan air dan sabun
6. Keringkan menggunakan handuk
7) Peragakan tata cara BAB. Minta salah satu klien melakukan simulasi tata cara
BAB
8) Berikan pujian kepada klien
c. Terminasi
1) Evaluasi subjektif : tanyakan perasaan klien setelah belajar tata cara BAB dan
setelah mencoba tata cara BAB yang sudah dilatihkan
2) Evaluasi objektif : minta klien menjelaskan manfaat BAB, alat dan bahan
untuk BAB dan tata cara BAB
3) Tindak lanjut : anjurkan klien untuk BAB sesuai tata cara BAB yang sudah
dilatihkan sesuai kebutuhan
d. Evaluasi dan Dokumentasi
No Kemampuan Nama Pasien

1 Menjelaskan manfaat tata cara BAB

2 Menjelaskan alat dan bahan tata cara


BAB
3 Menjelaskan tahapan tata cara BAB

4 Memperagakan tata cara BAB dengan


benar
5 Komitmen menerapkan tata cara BAB
sesuai kebutuhan

Catatan :

55
1. Beri tanda centang untuk kemampuan yang dapat dilakukan
2. Bila klien tidak mampu, stimulasi/latih sampai klien mampu
3. Klien dianggap mampu jika semua unsur kemampuan tercapai

SESI IVB

TAK SP : TATA CARA BUANG AIR KECIL

Tujuan

3. Klien memahami manfaat buang air kecil (BAK) yang benar


4. Klien mampu menggunakan peralatan BAK dengan baik
4. Klien mampu BAK dengan benar

Setting

1. Diskusi di ruang diskusi, duduk melingkar


3. Simulasi : di WC

Alat

1. Ember
2. Air bersih
3. Gayung mandi
4. Sabun
5. Handuk

Metode

1. Diskusi
2. Simulasi

Langkah kegiatan

1. Persiapkan alat dan bahan : sesuai dengan kebutuhan

56
2. Persiapan klien : pilih klien sesuai dengan indikasi. Jumlah 5 – 10 klien
3. Persiapan tempat : siapkan tempat diskusi dan tempat peragaan
4. Pelaksanaan
a. Orientasi
1) Ucapkan salam, perkenalan jika perlu
2) Evaluasi/ validasi : tanyakan perasaan klien hari ini
3) Kontrak : jelaskan kegiatan yang akan dilaksanakan yaitu tata cara BAK,
waktunya 1 jam dan tempatnya di ruang diskusi
b. Kerja
1) Diskusikan manfaat tata cara BAK. Tanyakan kepada semua klien secara
bergantian tentang manfaat tata cara BAK yang baik. Jika ada klien yang tidak
mau atau tidak mampu menjawab, beri stimulasi hingga mampu menjawab
2) Rangkum jawaban klien tentang manfaat BAK yang baik. Bila ada jawaban
yang kurang, tambahkan informasi yang diperlukan
Manfaat BAK :
1. Mencegah penyakit
2. Meningkatkan kenyamanan lingkungan
3) Diskusikan alat dan bahan tata cara BAK yang baik. Tanyakan kepada klien
sesuai kebiasaan klien selama ini
4) Rangkum jawaban klien. Lengkapi yang belum lengkap
Alat dan bahan tata cara BAK yang baik :
1. Ember
2. Air bersih
3. Gayung mandi
4. Sabun
5. Handuk
5) Diskusikan tata cara BAK yang benar
6) Rangkum jawaban klien tentang tata cara BAK yang benar
Tata cara BAK yang baik :
1. Pergi ke WC
2. Siram kloset
3. Mulai BAK di kloset
4. Siram kloset secukupnya

57
5. Bersihkan area perineal
6. Keringkan menggunakan tisu atau handuk
7) Peragakan tata cara BAK. Minta salah satu klien melakukan simulasi tata cara
BAK
8) Berikan pujian kepada klien
c. Terminasi
1) Evaluasi subjektif : tanyakan perasaan klien setelah belajar tata cara BAK dan
setelah mencoba tata cara BAK yang sudah dilatihkan
2) Evaluasi objektif : minta klien menjelaskan manfaat BAK, alat dan bahan
untuk BAK dan tata cara BAK
3) Tindak lanjut : anjurkan klien untuk BAK sesuai tata cara BAK yang sudah
dilatihkan sesuai kebutuhan
d. Evaluasi dan Dokumentasi
No Kemampuan Nama Pasien

1 Menjelaskan manfaat tata cara BAK

2 Menjelaskan alat dan bahan tata cara


BAK
3 Menjelaskan tahapan tata cara BAK

4 Memperagakan tata cara BAK dengan


benar
5 Komitmen menerapkan tata cara BAK
sesuai kebutuhan

Catatan :
1. Beri tanda centang untuk kemampuan yang dapat dilakukan
2. Bila klien tidak mampu, stimulasi/latih sampai klien mampu
3. Klien dianggap mampu jika semua unsur kemampuan tercapai

58
BAB III

ANALISA DATA

Studi Kasus Defisit Perawatan Diri


Seorang perempuan berusia 40 tahun dibawa ke RSJ 1 minggu yang lalu oleh
keluarganya, dengan keluhan: mengurung diri, tidak mau makan, mandi, sering
menangis dan menyendiri selama di rumah. Hasil pengkajian: mandi tidak bersih, gigi
dan rambut kotor, berpakaian tidak sesuai, kadang BAK di tempat tidur, sebelum dan
sesudah makan jarang cuci tangan.

Data tambahan :

Pasien datang ke RSJ dengan wajah murung,kontak mata kurang, sering menunduk
dan memainkan jari saat berkomunikasi. Pasien pernah dirawat di RSJ yang sama satu
tahun yang lalu dan sejak saat itu pasien kurang mendapat perhatian dari keluarganya.
Keluarga pasien mengatakan 1 bulan yang lalu pasien baru saja terkena PHK dan ditipu
oleh seseorang dengan jumlah uang milyaran rupiah. Sehingga kehilangan pendapatan
dan motivasinya untuk membersihkan diri. Pasien berpikir tidak ada yang salah dengan
tubuhnya yang bau atau kotor dan mengatakan merasa nyaman dengan keadaan tubuhnya
saat ini. Pasien merasa takut untuk berinteraksi dengan orang lain karena kejadian yang
dialaminya.

Pengkajian
a. Predisposisi : -
b. Presipitasi

Faktor Psikologis :

o Pasien baru saja terkena PHK dan ditipu miliyaran rupiah

o Pasien kurang mendapat perhatian saat dirawat di RSJ .

o Kehilangan pendapatan menyebabkan motivasi untuk membersihkan diri berkurang.

Sosial: Klien mengalami kebangkrutan 2 minggu yang lalu sehingga kehilangan


rumah pribadinya, pendapatan, dan motivasinya untuk membersihkan diri.
c. Penilaian Stresor
d. Sumber Koping
e. Mekanisme Koping

59
Analisa Data

No. Data yang Ditemukan Masalah


1. DS: Defisit Perawatan Diri
1. Keluarga mengatakan pasien tidak mau makan
dan mandi.
2. Keluarga pasien mengatakan 1 bulan yang
lalu pasien baru saja terkena PHK dan ditipu
oleh seseorang dengan jumlah uang milyaran.
3. Pasien berpikir tidak ada yang salah dengan
tubuhnya yang bau atau kotor
4. Pasien mengatakan merasa nyaman dengan
keadaan tubuhnya saat ini
DO:
1. Mandi tidak bersih
2. Gigi dan rambut kotor
3. Berpakaian tidak sesuai
4. Kadang BAK di tempat tidur
5. Jarang cuci tangan sebelum dan sesudah
makan

2. DS: Isolasi Sosial


1. Keluarga pasien mengatakan pasien
mengurung diri, sering mengangis dan
menyendiri selama di rumah .
2. Pasien merasa takut untuk berinteraksi dengan
orang lain karena kejadian yang dialami.
DO:
1. Kontak mata kurang
2. Pasien sering menunduk dan memainkan jari
saat berkomunikasi
3. Pasien murung

60
Pohon Masalah

Gangguan pemeliharaan
kesehatan (BAB/BAK, mandi,
makan, minum)

Defisit Perawatan Diri

Penurun motivasi dalam


perawatan diri

Isolasi Sosial: menarik diri

Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan pohon masalah diatas, Core Problem atau inti permasalahan yang
terjadi adalah
1. Defisit Perawatan Diri
2. Isolasi Sosial

Intervensi Keperawatan

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN DEFISIT


PERAWATAN DIRI : KEBERSIHAN DIRI

Tgl N Dx. Perencanaan


Dx Keperawatan Tujuan Kriteria hasil Intervensi Rasional
I Defisit TUM : 1. Dalam …x 1.Bina hubungan Kepercayaan dari
Perawatan Klien dapat interaksi klien saling percaya dengan pasien
Diri : melakukan menunjukkan : merupakan hal

61
kebersihan perawatan tanda – tanda  Beri salam setiap yang akan
diri, diri secara percaya pada berinteraksi memudah
berdandan,m mandiri perawat :  Perkenalkan perawat dalam
akan , a. Wajah cerah nama, nama melakukan
BAK/BAB TUK 1 : dan tersenyum panggilan pendekatan
Klien dapat ramah perawat, dan keperawatan atau
membina b. Ingin tujuan perawat intervensi
hubungan berkenalan berinteraksi. selanjutnya
saling c. Ada kontak  Tanyakan dan terhadap pasien.
percaya mata panggil nama
d. Bersedia kesukaan klien
menceritakan  Tunjukkan sikap
perasaan empati, jujur dan
e. Bersedia menepati janji
mengungkapk setiap kali
an masalahnya berinteraksi.
 Tanyakan
perasaan klien dan
masalah yang
dihadapi klien
 Buat kontrak
interaksi yang
jelas
 Dengarkan
dengan empati
 Penuhi kebutuhan
dasar klien
TUK 2 : 2. 2.Dalam…x 2. diskusikan dengan Pengetahuan
Klien interaksi klien klien : tentang
mengetahui menyebutkan :  Penyebab klien pentingnya
pentingnya  Penyebab tidak merawat diri perawatan diri
perawatan tidak merawat  Manfaat menjaga dapat
diri diri perawatan diri meningkatkan
 Manfaat untuk keadaan motivasi pasien.
menjaga fisik, mental dan
perawatan diri sosial Menyiapkan
 Tanda-tanda  Tanda-tanda untuk
bersih dan rapi perawatan diri meningkatkan
 Gangguan yang baik kemandirian
yang dialami  Penyakit atau
jika perawatan gangguan Bimbingan
diri tidak kesehatan yang perawat akan
diperhatikan bisa dialami oleh mempermudah
klien pasien
bila
perawatan melakukan
diri
tidak adekuat perawatan diri
secara mandiri
TUK 3 : 3.13.1 Dalam …x 33. 3.1 diskusikan
Nmmembiasakan diri
Klien interaksi klien frekuensi menjaga untuk melakukan

62
mengetahui menyebutkan perawatan diri selama perawatan diri
cara-cara frekuensi menjaga ini sendiri
melakukan perawatan diri :  Mandi
perawatan  Frekuensi  Gosok gigi Bi bimbingan
diri mandi  Keramas perawat akan
 Frekuensi  Berpakain mempermudah
gosok gigi  Berhias pasien
 Frekuensi  Gunting kuku melakukan
keramas 3.2 3.2 diskusikan cara perawatan diri
 Frekuensi praktek perawatan diri secara mandiri
ganti pakaian yang baik dan benar
 Frekuensi pp penguatan
 Mandi
(reinforcement)
berhias  Gosok gigi
 Frekuensi dapat
 Keramas meningkatkan
gunting kuku  Berpakain motivasi pasien
3.23.2 Dalam …x  Berhias
interaksi klien  Gunting kuku
menjelaskan cara op
3.3 berikan pujian
menjaga untuk setiap
perawatan diri : respon kliken
 Cara mandi yang positif
 Cara gosok
gigi
 Cara keramas
 Cara
berpakaian
 Cara berhias
 Cara gunting
kuku
TUK 4 : 4. 4. Dalam …x 4.1 Bantu klien saat Identifikasi
Klien dapat interaksi klien perawatan diri : mengenai
melaksanak mempraktekan  Mandi penyebab pasien
an perawatan diri  Gosok gigi tidak mau makan
perawatan dengan dibantu  Keramas menentukan
diri dengan oleh perawat :  Berpakain intervensi
bantuan  Mandi  Berhias perawat
perawat  Gosok gigi  Gunting kuku selanjutnya
 Keramas 4.2 Beri pujian
 Berpakain setelah klien selesai Pengetahuan
 Berhias melaksanakan tentang
 Gunting kuku perawatan diri pentingnya
perawatan diri
meningkatkan
motivasi pasien

Pasien mungkin
kesulitan dalam
mempersiapkan,
mengambil

63
makanan,
sendiri, dan
merapikan alat

Menambah
wawasan pasien
tentang personal
hygiene : makan

Penguatan ( rein-
forvement) dapat
meningkatkan
motivasi pasien
Mengetahui
TUK 5 : 5. dalam …x 5.1 Pantau klien kebiasaan pasien
Klien dapat interaksi klien dalam melaksanakan ddalam toileting
melaksanak melaksanakan perawatan diri : dapat membantu
an praktek perawatan  Mandi perawat
perawatan diri secara mandiri  Gosok gigi melakukan
secara :  Keramas intervensi
mandiri  Mandi 2x  Berpakain selanjutnya
sehari  Berhias
 Gosok 
gigi Gunting kuku Hambatan
sehabis makan 5.2 Beri pujian saat mobilitas
 Keramas 2x klien melaksanakan menyebabkan
seminggu perawatan diri secara pasien tidak
 Ganti pakaian mandiri mampu
1x sehari melakukan
 Berhias sehabis perawatan diri
mandi secara mandiri
 Gunting kuku
setelah mulai mengetahui
panjang pentingnya
personal hygiene
bagi pasien

Memberikan
kesempatan
kepada keluarga
untuk membantu
pasien
TUK 6 : 6.16.1 Dalam …x 6.1 Diskusikan Memberikan
Klien interaksi keluarga dengan keluarga : kesempatan
mendapatka menjelaskan cara-  Penyebab klien kepada keluarga
n dukungan cara membantu tidak untuk membantu
keluarga klien dalam melaksanakan pasien dan
untuk memenuhi perawatan diri memberikan
meningkatk kebutuhan  Tindakan yang motivasi.
an perawatan dirinya telah dilakukan
perawatan 6.26.2 Dalam …x klien selama di Keluarga sebagai

64
diri interaksi keluarga Rumah Sakit sistem
menyiapakan dalam menjaga pendukung
sarana perawatan perawatan diri dan berperan penting
diri klien : kemajuan yang dalam membantu
 sabun telah dialami oleh pasien
mandi, klien
pasta gigi,  Dukungan yang
sikat gigi, bisa diberika oleh
sampo, keluarga untuk
handuk, meningkatkan
pakaian kemempuan klien
bersih, dalam perawatan
sandal dan diri
alat berhias 6.2 Diskusikan
denagn keluarga
6.3 tentang :
Keluarga  Sarana yang
memprakte diperlukan untuk
kan menjaga
perawatan perawatan diri
diri kepada klien
klien  Anjurkan kepada
keluarga
menyiapkan
sarana tersebut
6.3 Diskusikan
dengan keluarga hal-
hal yang perlu
dilakukan keluarga
dalam perawatan diri :
 Anjurkan keluarga
untuk
mempraktekan
perawatan diri
(mandi, gosok
gigi, keramas,
ganti baju, berhias
dan gunting kuku)
 Ingatkan klien
waktu mandi,
gosok gigi,
keramas, ganti
baju, berhias dan
gunting kuku
 Bantu jika klien
mengalami
hambatan dalam
perawatan diri
 Berikan pujian
atas keberhasilan

65
klien

JURNAL

METODE PENELITIAN
Instrumen adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi
dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui (Nursalam,
2008). Penelitian ini menggunakan observasi sebagai instrument penelitian. Instrumen pada
penelitian ini menggunakan lembar observasi yang akan dilihat oleh peneliti kepada
responden dalam hal ini adalah pasien devisit perawatan diri yang berada di Ruangan Katrili
dan Alabadiri RSJ Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang Manado sebelum dan sesudah intervensi.
Kemandirian personal hygiene diukur dengan menggunakan Indeks Aktivitas Sehari-hari dari
Barthel (Barthel Index of Activity Daily Living) dengan penetuan skor 14: mandiri, 10-13
Ketergantungan ringan, 7-9 Ketergantungan sedang, 4-6 Ketergantungan berat, dan 0-3
Ketergantungan total

66
Berdasarkan hasil penelitian diketahui, bahwa umur responden yang paling banyak adalah
pada kelompok usia 20- 30 tahun yaitu 11 responden (40.7%), kemudian umur 31-40 tahun
yaitu 9 responden (33.3%), 41-50 tahun 4 responden (14.8%) dan paling sedikit > 50 tahun 3
responden (11.1%). (2001) usia berkaitan erat dengan tingkat kedewasaan atau maturitas,
yang berarti bahwa semakin meningkat usia seseorang, akan semakin meningkat pula
kedewasaannya atau kematangannya baik secara teknis, maupun psikologis, serta akan
semakin mampu melaksanakan tugasnya. Sementara untuk klien lansia (> 45 Tahun),
banyak peneliti gerontologis melakukan penelitian terkait kesehatan dan pengetahuan ilmiah

67
sehubungan kesalahan stereotip yang ada. Beberapa kalangan mempercayai bahwa lansia
berkurang pemahamannyadan pelupa, bersikap kaku, membosankan, sering sakit dan tidak
menyenangkan.Akibatnya, professional pelayanan kesehatan seringkali gagal memberi
kesempatan pendidikan kesehatan bagi lansia karena mereka salah mengasumsikan bahwa
klien lansia tidak dapat belajar menjaga diri mereka sendiri. Berdasarkan model perilaku
Green, usia merupakan salah satu faktor yang dapatmempengaruhi perilaku (Abdul, 2015).
A. Pengaruh Penerapan Asuhan Keperawatan Defisit Perawatan Diri Terhadap Personal
Higene Pada Pasien di Ruangan Katrili dan Alabadiri RSJ Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang
Manado Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti sebelum dilakukan intervensi hasil
observasi tingkat kemandirian tentang personal hygiene pada klien ditemukan sebagian besar
berada pada tingkat ketergantungan sedang (66.7%), ketergantungan berat (25.9%) dan
ketergantungan ringan (7.4%). Setelah dilakukan intervensi penerapan asuhan keperawatan
klien di observasi kembali dan hasil diperoleh tingkat ketergantungan sedang (48.1%),
ketergantungan berat (18.5%), dan ketergantugan ringan (33.4%). Berdasarkan hal hasil
diatas bisa dilihat bahwa adanya pengaruh penerapan asuhan keperawatan, hal ini juga
berdasarkan hasil analisa data uji statistic wilcoxon menunjukan p-value=0,046 < α=0,05
maka H1 diterima. Pengaruh yang sangat nyata antar sebelum dan sesudah perlakuan
menurut asumsi penulis dikarenakan oleh: isi pesan yang disampaikan dan kejelasan pesan
yang disampaikan dan cara komunikasi yang baik antara peneliti dan pasien sampai serta cara
pendekatan yang digunakan juga mendukung sehingga penelitian ini mendapatkan hasil yang
sangat signifikan.

1. SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian tentang judul Pengaruh Penerapan Asuhan Keperawatan
Defisit Perawatan Diri Terhadap Kemandirian Personal Hygiene Di Ruangan Katrili
Dan Ruangan Alabadiri RSJ Prof. V. L. Ratumbuysang Manado dapat disimpulkan
sebagai
berikut:
1. Umur pasien sebagian besar berada pada kategori umur 20 tahun-30 tahun
2. Tingkat kemandirian personal hygiene pada pasien sebelum diberikan intervensi
menunjukan paling banyak berada pada kategori ketergantungan sedang.
3. Tingkat kemandirian personal hygiene pada pasien sesudah diberikan intervensi
menunjukan paling banyak berada pada kategori ketergantungan sedang
4. Adanya pengaruh penerapan asuhan keperawatan devisit perawatan diri terhadap
kemandirian personal hygiene pada pasien di Ruangan Katrili dan Alabadiri RSJ.
Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang Manado (p=0,003< α=0,05)

68
69
METODOLOGI PENELITIAN
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen, khususnya Pre-
Experimental Design dengan pendekatan one group pre and posttest. Penelitian ini
dilaksanakan di RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang kepada 28 responden dengan
masalah defisit perawatan diri. Kegiatan penelitian dilaksanakan dari tanggal 10 April hingga
tanggal 3 Mei 2014. Analisa data yang digunakan yaitu analisa univariat dan analisa bivariat
menggunakan uji t dependent dengan nilai p <0.05.

70
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa responden penelitian sebagian besar berusia remaja
16-24 tahun dengan jumlah 13 (46.4%) dari total sampel 28 responden. Pada usia ini individu mulai
beralih dari masa remaja awal menuju remaja akhir dimana dia harus mulai melakukan penyesuain
diri dan menjadi pribadi yang memiliki keinnan teguh untuk dirinya sendiri. Apabila seseorang pada
tahap ini tidak mempunyai kemampuan yang baik untuk menetapkan keputusan tentang sikap
bijaksana untuk dirinya, mengakibatkan depresi dan akan sangat berseiko tinggi terkena gangguan
jiwa salah satunya defisit perawatan diri. Menurut Freud (1969, dalam Santrock 2010) remaja akan
mengalami perubahan yang berhubungan dengan perkembangan psikologi, orangtua dan cita-cita
mereka yang mengakibatkan timbulnya berbagai masalah dalam diri mereka. Masa remaja
adalah masa peralihan dari ketidakmatangan pada masa anak-anak menuju kematangan pada masa
dewasa. Remaja mengalami proses perkembangan dimana proses bertambahnya kematangan,
seseorang dalam pengetahuan, watak, serta cara pandang seseorang. Berdasarkan hasil penelitian ini,
dari 28 responden yang diteliti sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan 15 (53.6%). Hal
ini dikarenakan pengambilan sampel di bangsal perempuan lebih banyak daripada di bangsal laki-laki.

satunya adalah faktor citra tubuh adalah cara pandang sesorang terhadap bentuk tubuhnya citra tubuh
sangat mempengaruhi dalam praktik hygiene seseorang. Perempuan cenderung lebih peduli dengan
citra tubuhnya karena pada dasaranya perempuan cenderung ingin terlihat cantik dan sempurna
dihadapan lawan jenis. Hal ini bisa mempengaruhi praktik hyiene perempuan lebih baik daripada
praktik hygiene laki-laki. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan tingkat pendidikan responden
terbanyak adalah SMP dengan jumlah 10 responden (35.7%). Fenomena sekarang ini, dunia kerja
lebih banyak mencari sesorang yang berpendidikan Diploma atau Sarjana, sedangkan sesorang yang
hanya berpendidikan SMP untuk pekerjaan kasar atau kelas bawah dan orang cenderung tidak mau.
Hal ini bisa berdampak terhadap menurunya kepercayaan diri sesorang maupun kesiapan kerja setelah
lulus SMP, sehingga hal ini bisa mempengaruhi kondisi jiwa sesorang dan dapat terjadi gangguan
jiwa. Hal tersebut dibuktikan dengan pendapat sebagian responden yang menyatakan
ketidakpercayaan dirinya terhadap orang-orang yang berependidikan lebih tinggi darinya. Sesuai teori
yang dikemukakan oleh Hana (1978, dalam yudi, 2013, ¶15) yang berpendapat bahwa sesorang yang
berpendidikan tinggi dan memiliki pengetahuan luas yang lebih dibutuhkan di dalam dunia kerja
disbanding seseorang yang memiliki pendidikan rendah.

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa rata-rata pasien bekerja dan tidak bekerja sama yaitu
14 responden (50.0%). Fenomena yang terjadi sekarang ini, banyak pengangguran karena terbatasnya
lapangan pekerjaan. Hal itu bisa mempengaruhi sesorang terhadap kepercayaan dirinya dimana dia
tidak bisa memenuhi tanggung jawabnya untuk melakukan tanggung jawabnya untuk berkarir. Hal ini
akan berdampak pada kondisi jiwa sesorang yang akan mengakibatkan gangguan jiwa.

Berdasarkan hasil penelitian sesudah diajarkan aktivitas mandiri: personal hygiene (mandi dan
berpakaian) diperoleh hasil kemandirian personal hygiene (mandi dan berpakaian) dengan kategori
baik lebih banyak yaitu 22 (78.6%). Pengetahuan tentang hygiene akan mempengaruhi praktik
hygiene seseorang. Permasalahan yang sering terjadi adalah ketiadaan motivasi karena kurangnya
pengetahuan. Sebagai seorang perawat dalam hal ini yang bisa dilakukan adalah mendiskusikanya
dengan pasien, memeriksa kebutuhan praktik hygiene pasien dan memberikan informasi yang tepat
dan adekuat pada pasien. Hal ini memberikan gambaran bahwa tingkat kemandirian personal hygiene
(mandi dan berpakaian) sesudah menerima aktivitas mandiri: personal hygiene, pasien dengan
kategori buruk mengalami peningkatan menjadi kategori baik,dikarenakan penerimaan yang positif
dari pasien terhadap pengajaran aktivitas mandiri: personal hygiene (mandi dan berpakaian) yang
diberikan oleh perawat dan peneliti.

71
Hasil penelitian sesudah dilakukan aktivitas mandiri: personal hygiene (berdandan) diperoleh hasil
kemandirian personal hygiene (berdandan) adalah dengan kategori baik sebanyak 17 (60.7%). Citra
tubuh adalah cara pandang seseorang terhadap bentuk tubuhnya, citra tubuh sangat mempengaruhi
dalam praktik hygiene seseorang. Ketika seorang perawat dihadapkan pada pasien yang tampak
berantakan, tidak rapi, atau tidak peduli dengan hygiene dirinya, maka dibutuhkan edukasi tentang
pentingnya hygiene untuk kesehatan.

mandiri: personal hygeiene dengan kategori buruk mengalami peningkatan menjadi kategori baik, ini
dikarenakan adanya kepedulian pasien terhadap dirinya sendiri dan karena pemahaman yang diterima
pasien mengenai apa yang telah diajarkan oleh perawat dan peneliti sehingga dapat diaplikasikan
dengan baik oleh pasien. Hasil penelitian sesudah dilakukan aktivitas mandiri: personal hygiene
(makan) diperoleh hasil kemandirian personal hygiene (makan) adalah dengan kategori baik sebanyak
20 (71.4%).beberapa faktor penyebab defisit perawatan diri salah satunya faktor presipitasi defisit
perawatan diri adalah kurang penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau persepsi, cemas, lelah atau
lemah yang dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan
diri. Hal ini memberikan gambaran bahwa kemandirian personal hygiene (makan) responden sesudah
diajarkan aktivitas

mandiri: personal hygeiene dengan kategori buruk mengalami peningkatan menjadi kategori baik, ini
dikarenakan adanya rasa penghormatan terhadap dirinya sendiri, dan karena pemahaman yang
diterima pasien mengenai apa yang telah diajarkan oleh perawat dan peneliti sehingga dapat
diaplikasikan dengan baik oleh pasien. Hasil penelitian sesudah dilakukan aktivitas

mandiri: personal hygiene (BAK/BAB) diperoleh hasil kemandirian personal hygiene (BAK/BAB)
adalah dengan kategori baik sebanyak 26 (92.9%). Perawatan genitalia merupakan bagian dari mandi
lengkap. Oleh karena itu sangat penting mengenai edukasi cara menjaga kebersihan daerah genetalia.
Perawat dapat melatih pasien dan mendukung agar kemampuan pasien dalam perawatan dirinya
meningkat. Hal ini memberikan gambaran bahwa kemandirian personal hygiene (BAK/BAB) pasien
sesudah diajarkan aktivitas mandiri: personal hygeiene dengan kategori buruk mengalami peningkatan
menjadi kategori baik, ini dikarenakan adanya rasa penghormatan terhadap dirinya sendiri dan
fisiknya, dan karena pemahaman yang baik diterima pasien mengenai apa yang telah diajarkan oleh
perawat dan peneliti sehingga dapat diaplikasikan dengan baik oleh pasien mengenai aktivitas
mandiri: personal hygiene (BAK/BAB) yang benar.

SIMPULAN

1. Kemandirian pasien DPD di RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang dalam melakukan personal
hygiene (mandi dan berpakaian) sebelum diajarkan aktivitas mandiri: personal hygiene, kategori
buruk sebanyak 57.1%, dan kategori baik 42.9% . Sedangkan sesudah diajarkan aktivitas mandiri:
personal hygiene kategori baik 78.6% dan kategori buruk 21.4%.
2. Kemandirian pasien DPD di RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang dalam melakukan personal
hygiene (berdandan) sebelum diajarkan aktivitas mandiri: personal hygiene, kategori buruk sebanyak
92.9%, dan kategori baik 7.1%. Sedangkan sesudah diajarkan aktivitas mandiri: personal hygiene
kategori baik 60.7% dan kategori buruk 39.3%.
3. Kemandirian pasien DPD di RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang dalam melakukan personal
hygiene (makan) sebelum diajarkan aktivitas mandiri: personal hygiene, kategori buruk sebanyak
64.3%, dan kategori baik 35.7%. Sedangkan sesudah diajarkan aktivitas mandiri: personal hygiene
kategori baik 71.4% dan kategori buruk 28.6%.

72
4. Kemandirian pasien DPD di RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang dalam melakukan personal
hygiene (BAK/BAB) sebelum diajarkan aktivitas mandiri: personal hygiene, kategori buruk sebanyak
60.7%, dan kategori baik 39.3%. Sedangkan sesudah diajarkan aktivitas mandiri: personal hygiene
kategori baik 92.9% dan kategori buruk 7.1%.
5. Pengaruh aktivitas mandiri: personal hygiene (mandi dan berpakaian, berdandan, makan,
BAK/BAB) terhadap kemandirian pasien DPD di RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang dalam
penelitian didapatkan bahwa ada perubahan kemandirian pasien dalam melakukanaktivitas mandiri:
personal hygiene (mandidan berpakaian, berdandan, makan, dan BAK/BAB) hal itu ditunjukan
dengan adanya perubahan nilai kategori buruk ke baik sesudah diajarkan aktivitas mandiri: personal
hygiene (mandi dan berpakaian, berdandan, makan, dan BAK/BAB) pada pasien DPD di RSJD Dr.
Amino Gondohutomo Semarang. Ada perbedaan yang signifikan antara kemandirian personal hygiene
(mandi dan berpakaian, berdandan, makan, dan BAK/BAB) sebelum dan sesudah diajarkan aktivitas
mandiri: personal hygiene (mandi dan berpakaian, berdandan, makan, dan BAK/BAB) dengan nilai
p=0.000.

DAFTAR PUSTAKA

Keliat, Budi Anna & Akemat Pawirowiyono. 2014. Keperawatan Jiwa Terapi Aktivitas
Kelompok Ed.2. Jakarta: EGC

Sutejo. 2016. Keperawatan Jiwa Konsep dan Praktik Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa:
Gangguan Jiwa dan Psikososial. Jakarta: PB

Jurnal keperawatan, 2016

73

Anda mungkin juga menyukai