Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Later Belakang

Stunting (pendek) adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita

(bayi dibawah lima tahun) akibat dari kekurangan zat gizi yang

bersifat kronik sehingga anak terlalu pendek untuk anak seusianya.

Stunting menggambarkan status gizi kurang yang bersifat kronik pada

masa pertumbuhan dan perkembangan sejak awal kehidupan.

Pengukuran stunting dapat dilakukan dengan menggunaka nilai z-

score yaitu tinggi badan menurut umur (TB/U) kurang dari -2 standar

deviasi (SD) berdasarkan standar pertumbuhan. (WHO.2010)

Masalah gizi trutama stunting juga dapat meningkatkan risiko

kesakitan dan kematian, serta terhambatnya pertumbuhan

kemampuan motorik dan mental. Balita yang mengalami stunting

memiliki risiko terjadinya penurunan kemampuan intelektual,

produktivitas, dan peningkatan risiko terhadap terjadinya penyakit

degenerative. (Purwandini K.2013, Anugraheni.2012)

Faktor yang berhubungan dengan stunting adalah asupan ASI

Eksklusif pada balita.slah satu kandungan didalam ASI yaitu: laktosa

yang berfungsi untuk menyerap kalsium fosfor dan magnesium dalam

tulang. Salah satu fungsi kalsium dan magnesium antara lain adalah :

Sebagai penguat struktur tulang, pembentukan tukag dan gigi, ,

pembentukan dan pemeliharaan tulang dan gigi,mencegah

1
osteoporosis. menjaga tulag agar tetap sehat, dan menyerap

mineral.(amandia, sulistiani.F.K.Gigi Universitas.Jember)

Faktor lain seperti status sosial ekonomi keluarga seperti

pendapatan keluarga, pendidikan orang tua, pengetahuan ibu tentang

gizi, dan jumlah anggota keluarga secara tidak langsung juga dapat

berhubungan dengan kejadian stunting. (Riskesdas 2013)

Menurut World Health Organization (WHO) angka kejadian

stunting mencapai 22,2% atau sekitar 150,8 juta balita didunia

mengalami stunting. Angka ini sudah mengalami penurunan, jika

dibandingkan dengan angka stunting pada tahun 2000 yaitu sebanyak

32,6%.(WHO.2018)

Berdasarkan laporan resmi dari Riset Kesehatan Dasar

(RISKESDAS 2018), angka stunting atau anak tumbuh pendek turun

dari 37,2% pada Riskesdas 2013, dan berubah menjadi 30,8% untuk

balita, dan untuk baduta angka kejadian stunting sendiri mencapai

28% pada Riskesdas 2018. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar

tahun 2018, di Maluku angka kejadian stunting berada pada angka

31,4%. (RISKESDAS.2018)

Resiko stunting dapat meningkat jika bayi menerima MP-ASI

terlalu dini. Karena apabila bayi sudah mulai dikenalkan dengan

makanan sebelum usia 6 bula, maka keadaan seperti ini akan

2
membuat bayi lebih tertarik dengan makanan tersebut dibandingka

dengan ASI. (Cahyo Ismawati S.,dkk .2010)

Pendidikan kesehatan adalah istilah yang diterapkan pada

penggunaan proses pendidikan secara terencana untuk mencapai

tujuan kesehatan yang meliputi beberapa kombinasi dan kesempatan

pembelajaran. (Uha Sulih,dkk.2001)

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka peneliti tertarik

untuk melakukan penelitia studi kasus dengan judul “Asuhan

Keperawatan Melalui Penerapan Pendidikan Kesehatan Tentang

Pemberian Asi Pada Ibu Dengan Anak Yang Beresiko Stunting Usia

0-12 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Letwaru”.

B. Rumusan Masalah

Bagaimanakah asuhan keperawatan melalui penerapan

pendidikan kesehatan pada ibu dengan anak yang beresiko

mengalami stunting di wilayah kerja Puskesmas Letwaru?

C. Tujuan Studi Kasus

Menggambarkan asuhan keperawatan melalui penerapan

pendidikan kesehatan pada ibu dengan anak yang beresiko

mengalami stunting untuk meningkatkan pengetahuan ibu dalam

mencegah resiko stunting pada anak di wilayah kerja Puskesmas

Letwaru.

3
D. Manfaat Studi Kasus

Studi kasus ini, diharapkan dapat memberikan manfaat bagi:

1. Ibu

Ibu yang mempunyai anak usia 0-12 bulan dengan resiko

mengalami stunting, agar mampu menerapkan langkah-langkah

pencegahan resiko stunting pada anak yang rentan terhadap resiko

terjadinya stunting.

2. Bagi Pengembangan Ilmu dan Teknologi Keperawatan

Menambah keluasan ilmu dan teknologi terapan bidang

keperawatan anak dalam upaya preventif dan promotif tentang

pendidikan kesehatan pada ibu dengan masalah pada anak yang

mempunyai resiko terjadinya stunting.

3. Penulis

Menambah pengetahuan wawasan, serta pengalaman dalam

mengaplikasikan teori-teori keperawatan anak, khususnya pada ibu

dengan anak yang beresiko mengalami stunting.

4
DAFTAR PUSTAKA

Cahyo Ismawati S.,dkk (2010). Posyandu Dan Desa Siaga, Panduan Untuk Bidan
dan Kader. Nuha Medika.
Uha Sulih, dkk. (2001). Pendidikan Kesehatan Dalam Keperawatan, Penerbit
Buku Kedokteran : EGC
UNICEF. (2012). Ringkasan kajian gizi Oktober 2012. Jakarta: UNICEF Indonesia.

RISKESDAS. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar Indonesia Tahun 2010 dan

2013. Jakarta: Departemen Kesehatan RI, 2011 dan 2014.

United Nations Children’s Fund, World Health Organization, World Bank Group.

2018. Levels and Trends in Child Malnutrition: Key Findings of The 2018 Edition

of The Joint Child Malnutrition Estimates

WHO. (2010). Nutrition landscape information system (NLIS) country profile

indicators: Interpretation guide. Geneva: World Health Organization.

Purwandini K, Kartasurya M I.Pengaruh Pemberian Mikronutrient Sprinkle

Terhadap Perkembangan Motorik Anak Stunting Usia 12-36 Bulan. Journal of

Nutrition College 2013; Volume 2 Nomor 1 Halaman 147-163.

Anugraheni, H. S. Faktor Risiko Kejadian Stunting pada Anak Usia 12-36 Bulan di

Kecamatan Pati, Kabupaten Pati. Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran

Universitas Diponegoro. Semarang; 2012

5
KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN MELALUI PENERAPAN PENDIDIKAN KESEHATAN


TENTANG PEMBERIAN ASI PADA IBU DENGAN ANAK YANG
BERESIKO STUNTING USIA 0-12 BULAN
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LETWARU

VIKA WULANDARI
P07120317030

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


BPPSDM KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALUKU
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN MASOHI
2019

Anda mungkin juga menyukai