Anda di halaman 1dari 11

“KEPEMIMPINAN DAN KONSEP PERUBAHAN”

MATA KULIAH : INTERPROFESIONAL


DOSEN MK : Dr.N.B.Marasabessy,S.ST.,M.Kes

Disusun Oleh :
Nama : Vika Wulandari
Nim : P07120317030
Tingkat : III A

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALUKU
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN MASOHI
TAHUN AKADEMIK 2019 / 2020
KEPEMIMPINAN DAN KONSEP PERUBAHAN

A. KEPEMIMPINAN
1. Definisi Kepemimpinan
Kepemimpinan dalam kolaborasi interprofesi kesehatan merupakan
kepemimpinan kolaboratif dengan karakteristik peningkatan kerja sama dalam
kepemimpinan ditatanan pelayanan, yag membutuhkan pemahaman mendasar
mengenai system, organisasi, individu dan komunitas yang dilayani, serta
keinginan untuk bekerja dan memimpin dengan cara yang inivatif (McKimm.
2011).
Berbagai capaian dalam kolaborasi tersebut melalui proses berikut (Liedtka dan
Whitten. 1998) :
a. Pengambilan keputusan bersama diantara berbagai pihak
b. Kepemimpinan bersama terhadap keputusan yang dihasilkan
c. Tanggung jawab bersama terhadap keputusan yang dihasilkan
d. Bekeja melintasi batasan professional dan fungsional
e. Memantapkan faktor pendukung yang meliputi sumber daya, system, dabn
proses

Kepemimpina kolaboratif merupakan kepemimpinan yang transformative,


situasional, terdistribusi, dan berlandaskan atas nilai-nilai. Dalam kepemimpinan
kolaboratif, kepentingan untuk melayani yaitu melayani organisasi, profesi, atau
sector tertentu, merupakan motivasi yag lebih kuat dibandingkan dengan
dorongan individu tersebut untuk memimpin (McKimm. 2011). Kepemimpinan
seperti ini sangat diperlukan untuk menggerakan kolaborasi interprofesi
kesehatan dalam tatanan pelayanan kesehatan yang sangat dinamis dan terus
berubah. Pemimpin yang hirarkis dapat memiliki posisi yang kuat dan
terlegitimasi, sedangkan assume leadership melandaskan keputusannya pada
kebutuhan dan keahliannya (Dow et al. 2015).
Kepemimpinan kolaboratif memastikan bahwa semua pihak atau pemangku
kepentingan yang berdampak terhadap keputusan yang diambil, juga terlibat
dalam proses pengambilan keputusannya. Oleh karena itu, seluruh tahap yang
terdiri dari identifikasi masalah, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi
dilakukan melalui serangkaian komunikasi intensif, respons aktif, dan perubahan
konstruktif . hal ini memerlukan komotmen tinggi dari pemimpin terhadap
kolaborasi, mengingat proses yang sedemikian rupa membutuhkan waktu dan
proses yang tidak selalu mudah (McKimm. 2011 ; Dow et al. 2015).

Anggota tim dalam pelayanan kesehatan dapat memiliki harapan yang


berbeda terhadap peran dan prilaku kepemimpinan. Dalam banyak aspek
kepemimpinan dalam kepemimpinan interprofesi kesehatan, kepemimpinan
medis dengan pendekatan commond and control atau “perintah dan control”
masih memegang peran penting.pendekatan ini disebut shared leadership yaitu
kepemimpinan yang mendistribusikan tanggung jawab kepemimpinan, yang
bertujuan untuk mengoptimalkan kolaborasi dalam tim pelayanan kesehatan
yang adaptif terhadap perubahan kebutuhan dan lingkungan.

2. Dinamika Dalam Kepemimpinan Kolaboratif


Meskipun setiap individu dalam tim memiliki kesempatan menjadi pemimpin dan
pengikut, posisi individu tersebut dalam hal kepemimpinan tim dapat ditinjau dari
2 aksis, yaitu (Morgeson et al. 2010)
a. Aksis formal dan informal
Pemimpin formal adalah individu yang memiliki posisi atau hierarki tertentu
dalam tim yang biasanya memiliki akses terhadap sumber daya yang ada.
Sedamgkan pemimpin informal adalah individu dalam tim yang tidak memiliki
posisi khusus, tetapi dapat membantu pemimpin formal dalam mengakses
sumber daya eksternal. Pemimpin dalam tim kolaborasi yang dapat timbul
sesuai kondisi pelayanan yang dibutuhkan umumnya adalah pemimpin
informal.
b. Aksis internal dan eksternal
Pemimpin internal adalah pemimpin yang sangat terintegrasi dalam tim
dalamm menjalankan fungsinya sehari-hari. Dengan kata lain, pemimpin
internal ini adalah juga anggota timterkait. Pemimpin internal sangat
memahami proses penyelesaian tugas dan masalah yang ada dalam tim.
Sedangkan pemimpin eksternal adalah pemimpin yang tidak ikut erta dalam
pelaksanaan fungsi tim secara regular. Pemimpin eksternal memiliki
kapasitas yang sangat baik dalam melakukan evaluasi terhadap performa tim
dan memberikan umpan balik.

Setiap peran kepemimpinan memiliki sumber kekuatan sebagaimana yang


tertera sebagai berikut :

1) Legitimate power : kekuatan yang bberasal dari suatu posisi formal


2) Reward power : kekuatan yang berasal dari karena yang bersangkutan
memiliki sesuatu yang diinginkan atau diperlukan pihak lain
3) Coercive power : kekuatan yang berasal dari kekuatan dan intimindasi
4) Expert power : kekuatan yang berasal dari keahlian dan kredensial
5) Information power : kekuatan yang berasal dari kemampuan untuk
mengontrol arus informasi
6) Referent power : kekuatan yang berasal dari karisma dan posisi yang
terhormat
Seluruh anggota tim perlu memahami seluruh kekuatan yang dimiliki anggotanya
dan memanfaatkannya melalui proses diskusi, komunikasi efektif, dan interaksi
didalam tim (Dow et al. 2013).

3. Kegagalan Dalam Kepemimpinan


Tim kolaborasi inter profesi kesehatan yang efektif perlu memiliki beberapa
karakteristik tertentu, yaitu :
a. Tim memiliki pengetahuan dan keterampilan khusus serta dasar kompetensi
kolaborasi yag sama di antara sesame profesi dan sesuai peraturan
perundang-undangan yang berlaku
b. Tim mempunyai rasa percaya terhadap peran dan tanggung jawab masing-
masing anggota tim
c. Tim kolaborasi membuat keputusan secara mandiri dengan tujuan yang
sama, dan keputusan bersama dalam pelaksanaan asuhan pada pasien
d. Tim mempunyai ketergantungan satu dengan yang lainnya dalam
melaksanakan asuhan
e. Adanya kepemimpinan kolektif, dimasa peran dari masing-masing profesi
untuk satu keutuhan dan tujuan tim.

Kegagalan leadership dalam implementasi kolaborasi interprofesi kesehatan


sering dipicu oleh masalah belum adanya kepercayaan antar anggota dan
kendala komunikasi.

B. KONSEP PERUBAHAN

Perubahan merupakan suatu proses dimana terjadinya peralihan atau


perpindahan dari status tetap (statis) menjadi yang bersifat dinamis, artinya dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungan yang ada. Perubahan dapat mencakup
Keseimbangan Personal, sosial maupun organisasi untuk dapat menjadikan
perbaikan atau penyempurnaan serta dapat menerapkan ide atau konsep terbaru
dalam mencapai tujuan tertentu (Lascaster 1982).

1. Definisi Perubahan
Berubah merupakan kegiatan atau proses yang membuat sesuatu atau
seseorang berbeda dengan keadaan sebelumnya ( Atkinson,1987 ). Berubah
merupakan proses yang menyebabkan perubahan pola perilaku individu atau
instuisi ( Brooten, 1987 ).
a. Jenis-Jenis Perubahan
1) Perubahan bersifat Berkembang
Sifat perubahan ini mengikuti dari proses perkembangan yang ada
baik pada individu, kelompok atau masyarakat secara umum. Proses
perkembangan ini dimulai dari keadaan atau yang paling dasar menuju
keadaan yang optimal atau matang, sebagaimana dalam perkembangan
manusia sebagai mahluk individu yang memiliki sifat fisik yang selalu
berubah dalam tingkat pekembangannya.
2) Perubahan bersifat Spontan
Sifat perubahan ini terjadi karena keadaan yang dapat memberikan
respons tersendiri terhadap kejadian - kejadian yang bersifat alamiah
yang diluar kehendak manusia, yang tidak dapat diramalkan atau
diprediksi sehingga sulit untuk diantisipasi seperti perubahan keadaan
alam, tanah longsor, banjir dan lain-lain. Semuanya akan menimbulkan
terjadi perubahan baik dalam diri, kelompok atau masyarakat, bahkan
pada sistem yang mengaturnya.
3) Perubahan bersifat Direncanakan
Perubahan yag bersifat direncanakan ini dilakukan bagi individu,
kelompok “atau ” masyarakat yang ingin mengadakan perubahan kearah
yang lebih maju atau mencapai tingkat perembangan yang lebih baik dari
keadaan sebelumnya, sebagaimana perkembangan profesi keperawatan
tidak terlepas dari konsep berubah yang dimiliki oleh para praktisi,
akademis atau seseorang yang masih ingin mengembangkan
keperawatan, yang memiliki keyakinan dan teori perubahan yang
dimiliknya.
b. Faktor Yang Mendukung Perubahan
1) Kebutuhan Dasar Manusia
Manusia memiliki kebutuhan dasar yang tersusun berdasarkan
hirarki kepentingan. Kebutuhan yang belum terpenuhi akan memotivasi
perilaku sebagaimana teori kebutuhan dari Maslow (1945). Didalam
keperawatan kebutuhan ini bisa dilihat darimana keperawatan dapat
mempertahankan diri sebagai profesi dalam upaya memenuhi kebutuhan
masyarakat akan pelayanan / asuhan keperawatan yang profesional.
2) Kebutuhan Dasar Interpersonal
Masyarakat memiliki tiga kebutuhan dasar interpersonal yang
melandasi sebagian besar perilaku seseorang :
a) Kebutuhan untuk berkumpul bersama-sama.
b) Kebutuhan untuk mengendalikan / melakukan kontrol.
c) Kebutuhan untuk dikasihi, kedekatan dan perasaan emosional.
c. Faktor Penghambat Perubahan
Menurut New dan Couillard (1981) faktor penghambat (restraining force) :
1) Mengancam kepentingan peribadi.
2) Persepsi yang kurang tepat.
3) Reaksi psikologis.
4) Toleransi untuk berubah rendah.
5) Kebiasaan.
6) Ketergantungan.
7) Perasaan tidak aman.
8) Norma.
d. Tingkatan Dalam Perubahan
1) Pengetahuan.
Merupakan perubahan yang paling mudah dibuat karena bisa merupakan
akibat dari membaca buku, atau mendengarkan dosen.
2) Sikap.
Biasanya digerakkan oleh emosi dengan cara yang positif dan atau
negatif. Karenanya perubahan sikap akan lebih sulit dibandingkan dengan
perubahan pengetahuan.
3) Perilaku individu.
Misalnya seorang manajer mungkin saja mengetahui dan mengerti bahwa
keperawatan primer jauh lebih baik dibandingkan beberapa model asuhan
keperawatan lainnya, tetapi tetap tidak menerapkannya dalam perilakunya
karena berbagai alasan, misalnya merasa tidak nyaman dengan perilaku
tersebut.
4) Perilaku kelompok
Merupakan tahap yang paling sulit untuk diubah karena melibatkan
banyak orang. Disamping kita harus merubah banyak orang, kita juga
harus mencoba mengubah kebiasaan adat istiadat, dan tradisi juga
sangat sulit .
e. Perencanaan Dan Pelaksanaan Berubah
Menurut Kron dalam Kozier (1998) untuk merencanakan dan
mengimplementasikan perubahan disarankan 7 (tujuh) pertanyaan yang
harus dijawab.
1) Apa ?
Apa masalah yang spesifik dan perubahan apa yang direncanakan?
2) Mengapa ?
Mengapa perubahan tersebut diperlukan ? Apakah situasi yang baru
akan lebih baik ? Apa yang dirubah ? Apa yang di dapat ?
3) Siapa ?
Siapa yang akan terlibat dan siapa yang menjadi sasaran/target
perubahan?
4) Bagaimana ?
Bagaimana perubahan tersebut dilaksanakan?
5) Kapan ?
Rencanakan waktu perencanaan dan pelaksanannya?
6) Dimana ?
Dimana perubahan tersebut akan dilaksanakan ?
7) Mungkinkah ?
Mungkinkah perubahan tersebut dapat dilaksanakan ? Apakah sumber-
sumber yang ada mendukung atau menolak ?
f. Strategi Untuk Berubah
Ada beberapa strategi untuk memecahkan masalah-masalah dalam
perubahan , strategi tersebut antara lain yaitu :
1) Strategi rasional empiris.
Strategi ini didasarkan karena manusia sebagai komponen dalam
perubahan memilki sifat rasional untuk kepentingan diri dalam berperilaku.
2) Strategi redukatif normatif.
Strategi ini dilaksanakan berdasarkan standar normal yang diadakan di
masyarakat dan dilaksanakan dengan cara melibatkan individu, kelompok
atau masyarakat dan proses penyusunan rancangan untuk perubahan.
3) Strategi paksaan / kekuatan.
Dikatakan strategi paksaan / kekuatan karena adanya penggunaan
kekuatan atau kekuasaan yang dilaksanakan secara paksa dengan
menggunakan kekuatan moral dan politik.
g. Model Perubahan
1) Model penelitian dan pengembangan
Model ini didasarkan atas penelitian dan perencanaan dalam
pengembangan untuk mencapai tujuan yang diharapkan..
2) Model interaksi sosial.
Model ini menggunakan langkah-langkah sebagaimana dalam teori Roger
di antaranya , menyadari akan perubahan, adanya minat dalam
perubahan, melkukan evaluasi tentang hal-hal yang akan dilakukan
perubahan, melakukan uji coba sesuatu hal yang akan dilakukan
perubahan serta menerima perubahan.
3) Model penyelesaian masalah
Model ini menekankan pada penyelesaian masalah dengan menggunakan
langkah mengidentifikasi kebutuhan yang menjadi masalah, mendiagnosis
masala, menemukan cara penyelesaian masalah yang akan di gunakan,
melakukan uji coba, dan melakukan evaluasi dari hasil uji coba untuk
digunakan dalam perubahan.
h. Tipe Berubah Yang Terdapat Pada Proses Adaptasi
Tipe Perubahan Pengertian :
1) Indoktrinasi
Suatu perubahan yang dilakukan oleh sekelompok yang menginginkan
tujuan yang diharapkan dengan cara menggunakan kekuatan sepihak
untuk dapat berubah.
2) Paksaan atau Kekerasan
Tipe perubahan dengan melakukan pemaksaan atau kekerasan pada
seseorang dengan harapan tujuan yang hendak dicapai dapat terlaksana.
3) Teknokratik
Perubahan dengan melibatkan kekuatan lain dalam mencapai tujuan
yang diharapkan terdapat satu pihak merumuskan tujuan dan pihak lain
untuk membantu mencapai tujuannya.
4) Interaksional
Perubahan dengan menggunakan kekuatan kelompok yang saling
berinteraksi satu dengan yang lain dalam mencapai tujuan yang
diharapkan
5) Sosialisasi
Suatu perubahan dalam mencapai tujuan dengan menggunakan
kerjasama kelompok lain tetapi masih menggunakan kekuatan untuk
mencapai tujuan yang hendak dicapai
6) Emultif
Suatu perubahan dengan menggunakan kekuatan unilateral, dengan
tidak merumuskan tujuan terlebih dahulu secara sungguh-sungguh,
perubahan ini dapat dilakukan pada sistem di organisasi yang
bawahannya berusaha menyamai pimpinan atau atasannya.
7) Alamiah
Perubahan yang terjadi akibat sesuatu yang tidak disengaja tetapi dalam
merumuskan dilakukan secara tidak sungguh-sungguh, seperti
kecelakaan, maka seseorang ingin mengadakan perubahan untuk lebih
berhati- hati dalam berkendaraan.
DAFTAR PUSTAKA

Soemantri.D et al. (2019). Kolaborasi Dan Kerja Sama Tim Kesehatan. Rumpun Ilmu
Kesehatan Universitas Indonesia

Anda mungkin juga menyukai