Anda di halaman 1dari 5

NAMA : RIKO YUDHA ARY AGUSTIAN

NPP : 28.0818
KELAS/NO : C7 / 29
MATA KULIAH : MANAJEMEN PERUBAHAN
DOSEN : Dr. Faria Ruhana , SP, MP
Dr. Rahmawati Sururama, S.STP, M.Si

Jawaban :
1) Resistensi terhadap perubahan disampaikan oleh Folger & Skarlicki
(dalam Boohene & Williams, 2012). Resistensi terhadap perubahan
didefinisikan sebagai perilaku karyawan dalam menolak atau
mengacaukan asumsi, wacana, dan kekuatan organisasi yang
berlaku.

2) TEORI KURT LEWIN (1951)


Lewin (1951) mengungkapkan bahwa perubahan dapat dibedakan menjadi 3
(tiga) tahapan, yang meliputi:

A) Tahap Unfreezing (pencairan)

Proses perubahan ini harus memiliki motivasi yang kuat untuk


berubah dari keadaan semula dengan merubah terhadap
keseimbangan yang ada. Masalah biasanya muncul akibat adanya
ketidakseimbangan dalam sistem. Tugas perawat pada tahap ini
adalah mengidentifikasi masalah dan memilih jalan keluar yang
terbaik.

B) Tahap Moving(bergerak)

Proses perubahan tahap ini dapat terjadi apabila seseorang telah


memiliki informasi yang cukup serta sikap dan kemampuan untuk
berubah. Pada tahap ini perawat berusaha mengumpulkan
informasi dan mencari dukungan dari orang-orang yang dapat
membantu memecahkan masalah.

C) Tahap Refreezing (pembekuan)

Tahap ini dimana seseorang yang mengadakan perubahan telah


mencapai tingkat atau tahapan yang baru dengan keseimbangan
yang baru. Tugas perawat sebagai agen berubah berusaha
mengatasi orang-orang yang masih menghambat perubahan.

3) Model Perubahan Kreitner dan Kinicki


Model perubahan yang dikemukakan oleh Kreitner dan Kinicki
adalah model perubahan dengan pendekatan sistem. Dalam model
perubahan ini ditawarkan kerangka kerja untuk menggambarkan
kompleksitas perubahan organisasional. Pendekatan sistem yang
dikemukakan oleh Kreitner dan Kinicki meliputi komponen yang terdiri
atas input, unsur-unsur yang hendak dirubah  (targetelement of change)
dan output.

a) Inputs
Merupakan masukan dan sebagai pendorong bagi terjadinya
proses perubahan. Semua perubahan organisasional harus konsisten
dengan Visi, misi, dan rencana strategis. Di dalamnya terkandung
unsur masukan internal dan masukan eksternal yang keduanya
memiliki kekuatan,kelemahan, peluang dan tantangan. Kondisi
masukan ini sangat mempengaruhi jalannya proses perubahan.
b) Target element of change
Mencerminkan elemen di dalam organisasi yang dalam proses
perubahan. Sasaran perubahan diarahkan pada pengaturan organisasi,
penetapan tujuan, Faktor sosial, metode, desain kerja dan teknologi,
dan aspek manusia.
c) Outputs
Merupakan hasil akhir yang diinginkan dari suatu perubahan.
Hasil akhir ini harus konsisten dengan rencana strategic. Hasil
perubahan dapat diukur pada beberapa tujuan baik pada tingkat
organisasional, tingkat kelompok maupun tingkat individual
4) Pendekatan Kepemimpinan

 Pendekatan Sifat (trait approach)

Keberhasilan atau kegagalan seseorang pemimpin banyak


ditentukan atau dipengaruhi oleh sifat-sifat yang dimiliki oleh pribadi
seorang pemimpin. Sifat-sifat itu ada pada seseorang karena
pembawaan dan keturunan. Jadi, seseorang menjadi pemimpin karena
sifat-sifatnya yang dibawa sejak lahir, bukan karena dibuat atau
dilatih.

 Pendekatan Kekuasaan (power aprroach)

Orang-orang yang berada pada puncak pimpinan suatu


organisasi seperti manajer, direktur, kepala dan sebagainya, memiliki
kekuasaan power) dalam konteks mempengaruhi perilaku orang-orang
yang secara struktural organisator berada di bawahnya. Sebagian
pimpinan menggunakan kekuasaan dengan efektif, sehingga mampu
menumbuhkan motivasi bawahan untuk bekerja dan melaksanakan
tugas dengan lebih baik.

 Pendekatan Perilaku (behaviour approach)

Pendekatan perilaku merupakan pendekatan yang berdasarkan


pemikiran bahwa keberhasilan atau kegagalan pemimpin ditentukan
oleh sikap dan gaya kepemimpinan yang dilakukan oleh pemimpin.
Sikap dan gaya kepemimpinan itu tampak dalam kegiatan sehari-hari,
dalam hal bagaimana cara pemimpin itu memberi perintah, membagi
tugas dan wewenangnya, cara berkomunikasi, cara mendorong
semangat kerja bawahan, cara memberi bimbingan dan pengawasan,
cara membina disiplin kerja bawahan, cara menyelenggarakan dan
memimpin rapat anggota, cara mengambil keputusan dan sebagainya.

 Pendekatan Situasi (situational approach)

Pendekatan situasional biasa disebut dengan pendekatan


kontingensi. Pendekatan ini didasarkan atas asumsi bahwa
keberhasilan kepemimpinan suatu organisasi atau lembaga tidak
hanya bergantung atau dipengaruhi oleh perilaku dan sifat-sifat
pemimpin saja. Tiap organisasi atau lembaga memiliki ciri-ciri khusus
dan unik.

5) Tiga jenis penolakan terhadap perubahan organisasi, oleh Davis d


Newstorm (dalam husaini usman 2008:189)

 Penolakan “Logis”

Berdasarkan alasan nalar dan ilmiah. Penolakan ini timbul dari


waktu dan upayayang diperlukan untuk menyesuaikan diri dengan
perubahan, termasuk tugas pekerjaan baru yang harus dipelajari.

 Penolakan “Psikologis”

Berdasarkan emosi, sentimen dan sikap.Penolakan ini berkaitan


dengan sikap dan perasaan pegawai secaraindividual tentang
perubahan. Mereka mungkin khawatir akan sesuatuyang tidak
diketahui, tidak mempercayai pimpinan/manajer, atau merasa bahwa
rasa aman mereka terancam.

 Penolakan “Sosiologis”
Berdasarkan kepentingan dan nilai kelompok. Penolakan ini
berkaitan dengan nilaidan kepentingan yang disandang kelompok.

Anda mungkin juga menyukai