Anda di halaman 1dari 48

TERAPI MODALITAS KOGNITIF PADA LANSIA

Makalah
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Gerontik
TIM DOSEN
Lia Nurlianawati S.Kep., Ners., M.Kep

Disusun oleh:
Kelas A
Kelompok 2
AK.1.16.0
Agus Ramdani Azzaki 05
Elih Nurrul Hasanah AK.1.16.016
Evi Siti Fatimah AK.1.16.018
Lani Ana Fauziah AK.1.16.030
Madaniawati Nurul Fitri AK.1.16.034
Selma Yusriyyah AK.1.16.046
Siska Komariyah AK.1.16.048
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BHAKTI KENCANA
BANDUNG
2019
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT,


karena atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas
makalah ini.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat saran,
dorongan, serta keterangan-keterangan dari berbagai pihak yang merupakan
pengalaman yang tidak dapat diukur secara materi, namun dapat membukakan
mata penulis bahwa sesungguhnya pengalaman dan pengetahuan tersebut adalah
guru yang terbaik bagi penulis.

Dalam penyusunan makalah ini, penulis menyadari masih terdapat banyak


kekurangan yang dibuat baik sengaja maupun tidak sengaja, dikarenakan
keterbatasan ilmu pengetahuan dan wawasan serta pengalaman yang penulis
miliki. Untuk itu kami mohon maaf atas segala kekurangan tersebut dan tidak
menutup diri terhadap segala saran dan kritik serta masukan yang bersifat
kontruktif bagi penulis.

Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Bandung, 24 April 2019

Tim Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1...........................................................................................Latar
Belakang Masalah...................................................................1
1.2...........................................................................................Rum
usan Masalah..........................................................................2
1.3...........................................................................................Tujua
n Penulisan..............................................................................2
1.4...........................................................................................Manf
aat Penulisan...........................................................................2

BAB II TINJAUAN TEORI


2.1...........................................................................................Kons
ep Instrumen...........................................................................3
2.2...........................................................................................Peng
gunaan Instrumen Penelitian Kuantitatif................................22
2.3...........................................................................................Peng
gunaan Instrumen Penelitian Kualitatif..................................24
2.4...........................................................................................Ekser
imen........................................................................................31

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan..............................................................................43
3.2 Saran........................................................................................43

DAFTAR PUSTAKA

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut:
1. Apa yang dimaksud Intsrumen penelitian?
2. Apa yang dimaksud Penelitian Kuantitatif dan Istrumen
Penelitiannya?
3. Apa yang dimaksud Penelitian Kualitatif dan Instrumen
Penelitiannya?
4. Bagaimana Penelitian Eksperimen?

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui dan
mempermudah mahasiswa dalam mempelajari Intsrumen penelitian dalam
desain Kualitatif dan Kuantitatif.

2.1 Manfaat Penulisan


Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami Intsrumen penelitian
dalam desain Kualitatif dan Kuantitatif.

1
1
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Instrumen


2.1.1 Pengertian Instrumen Penelitian
Semua penelitian melibatkan pengumpulan data untuk menguji
hipotesis yang telat ditetapkan dalam penelitian tersebut. Umumnya
peneliti menggunakan instrumen untuk mengumpulkan data penelitian.
Sappaile (2007) menyebutkan bahwa Instrumen merupakan suatu alat
yang memenuhi persyaratan akademis sehingga dapat dipergunakan
sebagai alat untuk mengukur suatu objek ukur atau mengumpulkan data
mengenai suatu variabel. Instrumen dapat berbentuk tes dan juga dapat
berbentuk nontes, namun untuk memperoleh sampel tingkah laku dari
ranah kognitif digunakan tes.
Menurut Darmadi (2011:85) bahwa definisi instrumen adalah
sebagai alat untuk mengukur informasi atau melakukan pengukuran.
Instrumen pengumpul data menurut Suryabrata (2008:52) adalah alat
yang digunakan untuk merekam-pada umumnya secara kuantitatif-
keadaan dan aktivitas atribut-atribut psikologis. Atibut-atribut
psikologis itu secara teknis biasanya digolongkan menjadi atribut
kognitif dan atribut non kognitif. Sumadi mengemukakan bahwa untuk
atribut kognitif, perangsangnya adalah pertanyaan. Sedangkan untuk
atribut non-kognitif, perangsangnya adalah pernyataan. Selanjutnya
menurut Sukarnyana dkk (2003:71) instrumen penelitian merupakan
alat-alat yang digunakan untuk memperoleh atau mengumpulkan data
dalam rangka memecahkan masalah penelitian atau mencapai tujuan
penelitian. Jika, data yang diperoleh tidak akurat (valid), maka
keputusan yang diambil pun akan tidak tepat.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan
untuk mendapatkan dan mengumpulkan data penelitian, sebagai
2
2
langkah untuk menemukan hasil atau kesimpulan dari penelitian dengan
tidak meninggalkan kriteria pembuatan instrumen yang baik.
Hal yang perlu dipertimbangkan dalam penelitian pendidikan atau
sosial, ada empat macam cara mengukur suatu data yang sering
dijumpai. Keempat macam alat ukur jenis data tersebut jika disebutkan
dari cara yang sederhana sampai yang kompleks (lengkap) adalah: data
dari skala nominal, skala ordinal, skala interval, dan skala rasio. Dari
keempat data ini dapat diketahui cara mengukur dan memilih salah satu,
kemudian diterapkan dalam bentuk instrumen yang hendak dicapai
untuk mencari data dari subjek penelitian.

2.1.2 Jenis-Jenis Instrumen Penelitian


Instrumen dalam sebuah penelitian dibedakan menjadi dua yaitu
bentuk tes dan non tes. Instrumen tes terdiri dari tes psikologis dan tes
non-psikologis, sedangkan instrumen non tes teridiri dari angket atau
kuesioner, interview atau wawancara, observasi atau pengamatan, skala
bertingkat dan dokumentasi. Penjelasan secara rinci akan dibahas
sebagai berikut.
1. Instrumen Tes
Tes dalam lingkup dunia pendidikan merupakan istilah
yang sangat populer karena banyak digunakan untuk mengukur
hasil belajar peserta didik setelah mengalami proses belajar-
mengajar. Dilihat dari aspek yang diukur, tes dibedakan menjadi
dua bagian, yaitu tes non-psikologis dan tes psikologis. Jenis tes
psikologis dibedakan lagi menjadi dua macam, yaitu tes psikologi
yang digunakan untuk mengukur aspek afektif dan tes psikologis
yang digunakan untuk mengukur kemampuan intelektual.
Tes psikologis yang dirancang untuk mengukur aspek
afektif atau aspek nonintelektual dari tingkahlaku umumnya
dikenal dengan nama tes kepribadian (personality tests). Dalam
terminologi pengukuran psikologis, tes kepribadian sering

3
3
digunakan untuk mengukur karaterstik seseorang seperti
pernyataan emosional, hubungan interpersonal, motivasi, minat,
dan sikap. Tes psikologis yang digunakan untuk mengukur aspek
kemampuan intelektual disebut dengan tes kemampuan (ability
tests). Tes kemampuan dikategorikan menjadi dua, tes bakat
(aptitude tests) dan tes kemahiran (proficiency tests).
Menyusun tes harus sesuai prosedur dan melalui proses
yang benar. Prosedur yang ditempuh dalam menyusun atau
mengembangkan tes kemampuan dalam rangka penelitian pada
dasarnya adalah sebagai berikut:
a. Penetapan Aspek yang Diukur
Menetapkan aspek yang hendak diukur merupakan langkah
pertama dalam upaya penyusunan atau pengembangan tes.
Dalam pengembangan tes hasil belajar, terdapat dua aspek
yang mendapat perhatian, yaitu (1) materi pelajaran, dan (2)
aspek kepribadian/ranah kognitif, afektif, dan psikomotor yang
akan dukur.
b. Pendeskripsian Aspek yang Diukur
Pendeskripsian aspek yang diukur merupakan penjabaran
lebih lanjut dari aspek-aspek yang telah ditetapkan
sebelumnya. Dalam proses menyusun tes, deskripsi variabel
yang telah ditetapkan tersebut dituangkan dalam bentuk tabel
spesifikasi atau lebih dikenal dengan kisi-kisi tes. Di dalam
kisi-kisi tes termuat materi pelajaran dan aspek kepribadian
yang diukur, bentuk tes dan tipe soal yang digunakan, serta
jumlah soal.
c. Pemilihan Bentuk Tes
Bentuk tes merupakan tipe soal dilihat dari cara peserta tes
dalam memberikan jawaban soal dan cara peneliti memberikan
skor. Jika peserta tes memiliki kebebasan yang luas dalam
menjawab soal-soal tes, maka dikatakan bahwa tes itu adalah
tes subjektif (free answer tests). Jika peserta tes tidak memiliki
kebebasan dalam menjawab soal-soal tes, bahkan hanya
4
4
tinggal memilih dari jawaban yang telah disediakan oleh
peneliti, maka tes itu disebut tes objektif (restricted answer
tests). Tes juga dapat dibedakan menjadi tes subjektif dan tes
objektif, dilihat dari cara peneliti dalam memberikan skor.
Suatu tes disebut tes subjektif berdasarkan cara peneliti
memberikan skor apabila skor yang diberikan peneliti
dipertimbangkan terlebih dahulu terhadap jawaban peserta tes,
kemudian baru didapat perolehan skor dari tes tersebut. Suatu
tes disebut tes objektif berdasarkan cara peneliti memberikan
skor apabila peneliti memberikan skor secara langsung tanpa
harus mempertimbangkan jawaban yang diberikan oleh peserta
tes.
d. Penyusunan Butir Soal
Penyusunan butir soal ke dalam suatu tes didasarkan atas
bentuk dan tipe soal yang akan dibuat, bukan disusun menurut
urutan materi. Butir-butir soal tes objektif dikelompokkan
tersendiri, begitu juga dengan soal-soal tes subjektif. Jika
dalam tes objektif digunakan beberapa tipe soal (pilihan benar,
pilihan kombinasi, dan/atau pilihan kompleks), maka butir-
butir soal tes objektif harus disusun berdasarkan tipe soal
tersebut.
e. Pelaksanaan Uji Coba
Pelaksanaan uji coba instruman yang berupa tes dilakukan
untuk mengetahui validitas butir soal, tingkat reliabilitas tes,
ketepatan petunjuk dan kejelasan bahasa yang digunakan, dan
jumlah waktu riil yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tes.
Uji coba tes dilakukan pada subjek yang memiliki karakteristik
yang identik dengan subjek penelitian yang sesungguhnya
(relevan) agar hasil yang diperoleh sesuai dengan yang
diharapkan.
f. Analisis Hasil Uji Coba

5
5
Analisis terhadap hasil uji coba tes dilakukan untuk
mengetahui secara empirik validitas butir soal dan tingkat
reliabilitas tes. Ukuran yang digunakan untuk menilai validitas
butir soal adalah indeks kesukaran soal (P) dan indeks daya
beda soal (D), sedangkan untuk mengetahui tingkat reliabilitas
tes adalah dengan menggunakan koefisien reliabilitas yang
biasanya dihitung menggunakan rumus KR-20 atau KR-21
untuk tes objektif dan koefisien Alpha untuk tes subjektif.
g. Seleksi, Penyempurnaan, dan Penataan Butir Soal
Hasil analisis terhadap kualitas butir soal dijadikan dasar
peneliti untuk memilih atau menyempurnakan butir soal yang
akan digunakan dalam tes. Seleksi atau penyempurnaan butir
soal diperlukan karena biasanya selalu ada soal yang tidak
memenuhi syarat dilihat dari kriteria tingkat kesukaran dan
daya beda soal. Oleh sebab itu, jumlah soal yang ditulis untuk
keperluan uji coba selalu harus lebih banyak dari jumlah yang
diperlukan. Penataan soal sebaiknya memperhatikan bentuk tes
dan tipe soal, serta mengindahkan tingkat kesukaran soal. Soal
yang tergolong mudah biasanya berada di bagian paling awal
dari tes, sedangkan sebagian lagi ditempatkan di bagian paling
akhir dan soal-soal yang tergolong sedan dan sukar
ditempatkan di tengah-tengah. Penataan ini didasarkan atas
pertimbangan psikologis pengambil tes.
h. Pencetakan Tes
Pencetakan tes perlu memperhatikan format, jenis, dan
model huruf yang akan digunkanan. Format tes berkaitan
dengan tata letak (lay out) dan soal-soal di dalam tes,
sedangkan jenis dan model huruf memiliki hubungan yang erat
dengan besar dan kejelasan huruf yang digunakan. Pencetakan
tes perlu diperhatikan agar penampilan tes menjadi lebih rapi,
indah, dan jelas sehingga menarik untuk dikerjakan.

6
6
2. Instrumen Inventori
Inventori merupakan instrumen penelitian yang digunakan
untuk mengukur karakteristik psikologis tertentu dari individu.
Inventori berbeda dengan tes (kemampuan), jika dalam tes
(kemampuan) pada umumnya menuntut jawaban yang dilandasi
oleh suatu kemampuan tertentu yang harus dimiliki oleh peserta
tes, maka dalam inventori, jawaban yang diberikan merupakan
suatu keadaan yang sewajarnyam suasan keseharian yang dirasakan
dan dialami, atau sesuatu yang diharapkan, sehingga dalam
menjawab pertanyaan/pernyataan di dalam inventori, orang tidak
perlu belajar terlebih dahulu. Prosedur dalam menyusun inventori
ada 8 tahapan, yaitu:
a) Penetapan Konstruk yang Diukur
Konstruk pada inventori menunjuk pada hal-hal yang
pada dasarnya tidak dapat diamati secara langsung, seperti
persepsi, minat, motivasi, sikap, dan sebagainya. Penetapan
konstruk yang akan diukur merupakan kegiatan
mengidentifikasi variabel penelitian yang datanya akan
diambil dengen menggunakan inventori. Misal, variabel
yang akan diteliti adalah “sikap nasionalisme siswa di
SMA”. Dari variabel penelitian ini dapat diidentifikasi
bahwa konstruk yang akan diukur adalah sikap.
b) Perumusan Definisi Operasional
Definisi operasional adalah definisi yang didasarkan atas
sifat-sifat yang didefinisikan sehingga dapat diamati. Ukuran
dapat diamati tersebut menjadi penting, karena hal yang
dapat diamati itu membuka kemungkinan bagi orang lain
selain peneliti untuk melakukan hal yang serupa, sehingga
apa yang dilaksanakan oleh peneliti terbuka untuk diuji
kembali oleh orang lain (replikabilitas). Perumusan definisi
operasional variabel penelitian yang berupa konstruk lebih
bervariasi dan kompleks ketimbang pada proses perumusan

7
7
definisi operasional dalam menyusun tes, karena ada banyak
cara yang dapat ditempuh untuk menyusunnya. Cara-cara
tersebut adalah:
1) Menekankan pada kegiatan apa yang dilakukan
agar konstruk yang didefinisikan itu terjadi,
2) Memberi aksentuasi kepada bagaimana kegiatan
itu dilakukan, dan
3) Menitik beratkan pada sifat-sifat stasis dari
konstruk yang didefinisikan (Suryabrata, 84 dalam
Sukarnyana dkk, 2003:80).
c) Pendeskripsian Konstruk
Pendeskripsian konstruk bertujuan untuk menujukkan
secara rinci mengenai isi konstruk (variabel) yang hendak
diukur. Untuk mempermudah penyusunan pernyataan dalam
inventori, umumnya peneliti menuangkan deskripsi konstruk
(variabel) tersebut ke dalam bentuk matrik. Contoh dari
deskripsi konstruk (variabel) yang dimaksudkan dan
matriknya dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Deskripsi Variabel Sikap Nasionalisme


Konstruk Variabel Sub- Indikator
variabel

8
8
Sikap Sikap Cinta dan 1. Gemar
nasionalis bangga menggunakan
me siswa sebagai bahasa
di SMA bangsa Indonesia
indonesia 2. Suka produksi
dalam negeri
3. Mengembangka
Rela n kebudayaan
berkorban nasional
untuk
kepenting 1. Mengutamakan
an kepentingan
nasional umum/bangsa
2. Bersedia
mengikuti
WAMIL
3. Mau bekerja di
Memeliha seluruh wilayah
ra Indonesia
persatuan
dan 1. Toleransi
kesatuan 2. Bersedia
bangsa menerima
perbedaan
SARA
3. Bersedia ikut
dalam program
pertukaran
pemuda

d) Penulisan Butir Pernyataan

9
9
Menyusun butir-butir pernyataan (items) dalam inventori
langkah kritis, karena dari pernyataan-pernyataan ini
merupakan langkah yang kritis, karena dari
pernyataanpernyataan inilah akan dihasilkan data yang
diperlukan oleh peneliti. Kualitas pernyataan yang dihasilkan
tidak hanya ditentukan oleh penguasaan pengetahuan yang
bersifat teoritis, tetapi harus didukung oleh latihan yang
terarah, pengalaman yang cukup, kreativitas dan
kesungguhan, disamping faktor kiat yang dimiliki oleh
masingmasing peneliti.
e) Pelaksanaan Uji Coba
Kegiatan uji coba instrumen dalam proses penyusunan
inventori dimaksudkan untuk mengetahui validitas butir
pernyataan, tingkat reliabilitas inventori, ketepatan petunjuk
dan kejelasan bahasa yang digunakan, dan jumlah waktu riil
yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pengerjaan inventori
tersebut oleh responden. Teknik yang digunakan untuk
menguji validitas butir pernyataan dan mengestimasi tingkat
reliabilitas instrumen inventori berbeda dengan tes, karena
pemberian skor pada inventori bersifat bergradasi. Subjek uji
coba inventori haruslah memiliki karakteristik yang sama
atau identik dengan subjek penelitian. Mengenai jumlah
subjek yang diperlukan untuk keperluan uji coba tersebut
berlaku rumus umum yang menyatakan bahwa semakin
banyak subjek maka akan semakin baik dan seminimal-
minimalnya adalah tidak kurang dari 30 subjek.
f) Analisis Hasil Uji Coba
Analisis hasil uji coba jawaban responden tidak dapat
dinilai benar atau salah, melainkan bergradasi, oleh sebab itu
validitas butir pernyataan hanya didasarkan atas indeks daya
beda soal. Sedangkan perhitungan indeks daya beda soal ini
dapat menggunakan teknik analisis korelasi atau uji beda
10
10
nilai rata-rata. Selanjutnya, estimasi tingkat reliabilitas
instrumen dilakukan dengan menggunakan rumus
penghitungan koefisien Alpha dari Cronbach.

g) Seleksi, Penyempurnaan, dan Penataan Butir Soal


Butir pernyataan yang tidak valid perlu diganti,
sedangkan yang kurang valid masih dapat dipakai setelah
disempurnakan, kemudian barulah dilakukan penataan butir
pernyataan. Hal penting yang perlu ditambahkan dalam
penyusunan inventori adalah kata pengantar. Kata pengantar
umumnya berisi penjelasan tentang maksud dan tujuan
dilaksanakannya penelitian. Hal ini penting untuk
menghilangkan ketidakpastian, kecurigaan, dan
kekhawatiran dalam diri responden, sehingga mereka akan
bersediamemberikan jawaban sebagaimana yang
diharapkan.Rekomendasi dari instansi yang berwenan juga
dapat dicantumkan sebagai kelengkapan isi kata pengantar.
Selain itu, jaminan akan kerahasiaan pribadi dan informasi
yang diberikan responden penting juga untuk diutarakan
pada bagian pengantar. Bagian akhir biasanya berisi ucapan
terima kasih atas kesediaan responden untuk membantu
menyukseskan pelaksanaan penelitian.
h) Pencetakan Inventori
Pencetakan inventori sama seperti halnya pencetakan tes,
perlu memperhatikan format, jenis, dan model huruf yang
akan digunkanan. Format inventori berkaitan dengan tata
letak (lay out) dan soal-soal di dalam tes, sedangkan jenis
dan model huruf memiliki hubungan yang erat dengan besar
dan kejelasan huruf yang digunakan. Pencetakan inventori
perlu diperhatikan agar penampilan inventori menjadi lebih
rapi, indah, dan jelas sehingga menarik untuk dikerjakan
oleh responden.

11
11
i) Angket atau Kuesioner
Angket aau kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis
yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden
dalam arti laporan tentang pribadinya, atau halhal yang ia
ketahui. Kuesioner banyak digunakan dalam penelitian
pendidikan dan penelitian sosial yang menggunakan
rancangan survei, karena ada beberapa keuntungan yang
diperoleh. Pertama, kuesioner dapat disusun secara teliti
dalam situasi yang tenang sehingga pertanyaaan-pertanyaan
yang terdapat di dalamnya dapat mengikuti sistematik dari
masalah yang diteliti. Kedua, penggunaan kuesioner
memungkinkan peneliti menjaring data dari banyak
responden dalam periode waktu yang relatif singkat.
Penyusunan instrumen angket atau kuesioner hampir
sama dengan penyusunan inventori. Bedanya pada langkah
kelima, yaitu pelaksanaan uji coba dalam kuesioner bukanlah
untuk menguji validitas butir pertanyaan secara statistik,
melainkan untuk mengetahui kejelasan petunjuk pengerjaan,
kekomunikatifan bahasa yang digunakan, dan jumlah waktu
riil yang dibutuhkan untuk menjawab semua pertanyaan
secara baik.

3. Interview atau Wawancara


Interview atau wawancara adalah percakapan orang-
perorang (the person–toperson) dan wawancara kelompok (group
interviews). Percakapan dilakukan dilakukan oleh kedua belah
pihak yaitu peneliti sebagai pewawancara dan subjek penelitian
sebagai informan (Ulfatin, 2014:189). Wawancar yang dilakukan
oleh peneliti digunakan untuk menilai keadaan seseorang, misalnya
untuk mencari data tentang variabel latar belakang murid, orang
tua, pendidikan, perhatian, sikap terhadap sesuatu.

12
12
Wawancara dalam penelitian dapat dilakukan secara
berentang mulai dari situasi formal sampai dengan informal, atau
dari pertanyaan yang terstruktur sampai dengan tidak terstruktur.
Ilustrasi situasi wawancara sebagaiman pada Gambar 2.1.
Terstruktur Tidak Terstruktur
----------------------------------- I -------------------------------------- 

Ciri-cirinya: Gabungan Ciri-cirinya

1. Kata-kata dalam 1. Pertanyaan


pertanyaan sangat
terbuka
2. Sudah ditentukan 2. (open ended)
3. Pilihan jawaban sudah 3. Pertanyaan
terfokus sangat
fleksibel
4. Bentuk sejenis angket 4. Bentuk
percakapan
manasukan
5. Situasi sangat formal 5. Situasi tidak
formal
Gambar. Rentangan Wawancara

(Sumber Ulfatin, 2014:189)

4. Observasi atau Pengamatan


Observasi adalah mengadakan pengamatan secara
langsung, observasi dapat dilakukan dengan tes, kuesioner, ragam
gambar, dan rekaman suara. Pedoman observasi berisi sebuah
daftar jenis kegiatan yang mungkin timbul dan akan diamati.
Pedoman observasi atau pengamatan diperlukan terutama jika
peneliti menerapkan pengamatan terfokus dalam proses
13
13
pengumpulan data. Dalam pengamatan terfokus peneliti
memusatkan perhatiannya hanya pada beberapa aspek perilaku atau
fenomena yang menjadi objek sasarannya.
Penyusunan pedoman pengamatan yang perlu dilakukan
diantaranya:
1) Menetapkan objek yang akan diamati
2) Merumuskan definisi operasional mengenai objek yang
akan diamati
3) Membuat deskripsi tentang objek yang akan diamati
4) Membuat dan menyusun butir-butir pertanyaan singkat
tentang indikator dari objek yang diamati
5) Melakukan uji coba
6) Menyempurnakan dan menata butir-butir pertanyaan ke
dalam satu kesatuan yang utuh dan sistematis. Namun untuk
uji coba bukanlah untuk menguji kevalidan butir pertanyaan
dengan menggunakan teknik analisis statistik, melainkan untuk
mengetahui kejelasan rumusan masalah pertanyaan yang
ditunjukkan dengan adanya kesamaan penafsiran oleh
pengamat terhadap objek yang sama.

5. Skala Bertingkat
Rating atau skala bertingkat adalah suatu ukuran subyektif
yang dibuat berskala. Walaupun skala bertingkat ini menghasilkan
data yang kasar, tetapi cukup memberikan informasi tertentu
tentang program atau orang. Instrumen ini dapat dengan mudah
memberikan gambaran penampilan, terutama penampilan di dalam
orang menjalankan tugas, yang menunjukan frekuensi munculnya
sifat-sifat. Di dalam menyusun skala, yang perlu diperhatikan
adalah bagaimana menentukan variabel skala. Apa yang ditanyakan
harus apa yang dapat diamati responden.

6. Dokumentasi dan Data Sekunder


Dokumentasi, dari asal kata dokumen, yang artinya barang-
barang tertulis. Di dalam melaksanakan metode dokumentasi,

14
14
penelitian menyelidiki hal-hal berupa transkip, catatan, buku, surat,
prasasti, notulen rapat, agenda, arsip, jurnal, video dan sebagainya.
Penggolongan dokumen dan data sekunder menurut Johnson dan
Christensen (2004) diantaranya:
1) Dokumen resmi, yaitu bahan atau catatan yang dibuat atau
disusun secara formal baik untuk kepentingan dan keperluan
internal maupun eksternal kelembagaan.
2) Dokumen pribadi, yaitu catatan atau bahan yang ditulis atau
dibuat oleh seseorang yang menggambarkan pengalaman,
peristiwa, dan atau perasaan seseorang individu atau pribadi.
Yang termasuk dokumen pribadi contohnya buku harian, surat
pribadi, riwayat hidup, foto/video pribadi, dan sebagainya.
3) Data fisik, dalam hal ini termasuk di dalamnya tempat-
tempat dan benda fisik yang diperuntukkan sebagai alat untuk
menelusuri bermacam-macam aktivitas.
Misalnya perpustakaan, museum, papan pengumuman dan
yang lain.
4) Data penyelidikan yang di simpan, yaitu data hasil
penelitian yang dapat digunakan untuk penelitian berikutnya.
Data hasil penelitian ini biasanya disimpan dalam bentuk
printout atau floppy disk atau CD-ROM.

2.1.3 Kriteria Instrumen Penelitian yang Baik


Kriteria pokok yang harus dipenuhi oleh suatu instrumen penelitian
agar dapat dinyatakan memiliki kualitas yang baik yaitu validitas,
reliabilitas, dan praktikabilitas (Groun & Linn, dalam Ibnu, Suhadi, dkk
2003:73).
Sedangkan menurut Ibnu Hadjar (1996:160), kualitas instrumen
ditentukan oleh dua kriteria utama: validitas dan reliabilitas. Validitas
suatu instrumen menurutnya menunjukkan seberapa jauh ia dapat
mengukur apa yang hendak diukur. Sedangkan reliabilitas menunjukkan
tingkat konsistensi dan akurasi hasil pengukuran.

15
15
Menurut Suryabrata (2008:60) mengemukakan bahwa validitas
instrumen didefinisikan sebagai sejauh mana instrumen itu
merekam/mengukur apa yang dimaksudkan untuk direkam/diukur.
Sedangkan reliabilitas instrumen merujuk kepada konsistensi hasil
perekaman data (pengukuran) kalau instrumen itu digunakan oleh orang
atau kelompok orang yang sama dalam waktu berlainan, atau kalau
instrumen itu digunakan oleh orang atau kelompok orang yang berbeda
dalam waktu yang sama atau dalam waktu yang berlainan.
Menurut Bungin (2005:96-97) Validitas alat ukur adalah akurasi
alat ukur terhadap yang diukur walaupun dilakukan berkali-kali dan
dimana-mana. Sedangkan reliabilitas alat ukur menurutnya adalah
kesesuaian alat ukur dengan yang diukur, sehingga alat ukur itu dapat
dipercaya atau dapat diandalkan. Misalnya, menimbang beras dengan
timbangan beras, mengukur panjang kain dengan meter, dan
sebagainya.
1. Pengujian Validitas Instrumen
Ada tiga jenis pengujian validitas instrumen menurut (Sugiyono:
2010), yaitu:
a. Pengujian Validitas konstruk
Instrumen yang mempunyai validitas konstruk jika instrumen
tersebut dapat digunakan untuk mengukur gejala sesuai dengan
dengan yang didefinisikan. Misalnya akan mengukur efektivitas
kerja, maka perlu didefinisikan terlebih dahulu apa itu efektivitas
kerja. Setelah itu disiapkan instrumen yang digunakan untuk
mengukur efektivitas kerja sesuai dengan definisi.

16
16
Untuk menguji validitas konstruk, maka dapat digunakan
pendapat ahli. Setelah instrumen dikonstruksikan tentang aspek-
aspek yang akan diukur, dengan berlandaskan teori tertentu, maka
selanjutnya dikonsultasikan dengan ahli. Para ahli diminta
pendapatnya tentang instrumen yang telah disusun itu. Jumlah
tenaga ahli yang digunakan minimal tiga orang, dan umumnya
mereka telah bergelar doktor sesuai dengan lingkup yang diteliti.
Setelah pengujian konstruk dengan ahli, maka diteruskan
dengan uji coba instrumen. Setelah data ditabulasi, maka
pengujian validitas konstruk dilakukan dengan analisis faktor,
yaitu dengan mengkorelasikan antar skor item instrumen.
b. Pengujian Validitas Isi
Instrumen yang harus memiliki validitas isi adalah instrumen
yang digunakan untuk mengukur prestasi belajar dan mengukur
efektivitas pelaksanaan program dan tujuan. Untuk menyusun
instrumen prestasi belajar yang mempunyai validitas isi, maka
instrumen harus disusun berdasarkan materi pelajaran yang telah
diajarkan. Sedangkan instrumen yang digunakan untuk
mengetahui pelaksanaan program, maka instrumen disusun
berdasarkan program yang telah direncanakan.

17
17
Untuk instrumen yang berbentuk tes, maka pengujian validitas
isi dapat dilakukan dengan membandingkan antara isi instrumen
dengan materi pelajaran yang telah diajarkan. Jika dosen
memberikan ujian di luar pelajaran yang telah ditetapkan, berarti
instrumen ujian tersebut tidak mempunyai validitas isi. Secara
teknis, pengujian validitas konstruksi dan validitas isi dapat
dibantu dengan menggunakan kisi-kisi instrumen. Dalam kisi-kisi
itu terdapat variabel yang diteliti, indikator sebagai tolok ukur,
dan nomor butir (item) pertanyaan atau pernyataan yang telah
dijabarkan dari indikator. Dengan kisi-kisi instrumen itu, maka
pengujian validitas dapat dilakukan dengan mudah dan sistematis.
c. Pengujian Validitas Eksternal
Validitas eksternal instrumen diuji dengan cara
membandingkan (untuk mencari kesamaan) antara kriteria yang
ada pada instrumen dengan fakta-fakta empiris yang terjadi di
lapangan. Misalnya instrumen untuk mengukur kinerja
sekelompok pegawai. Maka kriteria kinerja pada instrumen
tersebut dibandingkan dengan catatan-catatan di lapangan
(empiris) tentang kinerja yang baik. Bila telah terdapat kesamaan
antara kriteria dalam instrumen dengan fakta di lapangan, maka
dapat dinyatakan instrumen tersebut mempunyai Validitas
eksternal yang tinggi.

2. Pengujian Reliabilitas Instrumen


Pengujian reliabilitas instrumen menurut Sugiyono (2010:354)
dapat dilakukan secara eksternal dan internal. Secara eksternal,
pengujian dilakukan dengan test–retest (stability), equivalent, dan
gabungan keduanya. Secara internal pengujian dilakukan dengan
menganalisis konsistensi butir-butir yang ada pada instrumen dengan
teknikteknik tertentu.

18
18
a. Test retest
Instrumen penelitian dicobakan beberapa kali pada
responden yang sama dengan instrumen yang sama dengan
waktu yang berbeda. Reliabilitas diukur dari koefisien korelasi
antara percobaan pertama dengan yang berikutnya. Bila
koefisien korelasi positif dan signifikan, maka instrumen
tersebut sudah dinyatakan reliabel.
b. Ekuivalen
Instrumen yang ekuivalen adalah pertanyaan yang secara
bahasa berbeda, tetapi maksudnya sama, misalnya, “berapa
tahun pengalaman Anda bekerja di lembaga ini?”. Pertanyaan
tersebut ekuivalen dengan “tahun berapa Anda mulai bekerja di
lembaga ini?”. Pengujian dengan cara ini cukup dilakukan
sekali, tetapi instrumennya dua dan berbeda, pada responden
yang sama. Reliabilitas diukur dengan cara mengkorelasikan
antara data instrumen yang satu dengan instrumen yang
dijadikan ekuivalennya. Bila korelasi positif dan signifikan,
maka instrumen dapat dinyatakan reliabel.
c. Gabungan
Pengujian dilakukan dengan cara mencobakan dua
instrumen yang ekuivalen beberapa kali ke responden yang
sama. cara ini merupakan gabungan dari test-retest (stability)
dan ekuivalen. Reliabilitas instrumen dilakukan dengan
mengkorelasikan dua instrumen, setelah itu dikorelasikan pada
pengujian kedua dan selanjutnya dikorelasikan secara silang.
Jika dengan dua kali pengujian dalam waktu yang berbeda,
maka akan dapat dianalisis keenam koefisien reliabilitas. Bila
keenam koefisien korelasi itu semuanya positif dan signifikan,
maka dapat dinyatakan bahwa instrumen itu reliabel.
d. Konsistensi internal
Pengujian reliabilitas dengan internal consistency,
dilakukan dengan cara mencobakan instrumen sekali saja,
kemudian data yang diperoleh dianalisis dengan teknik-teknik
19
19
tertentu. Hasil analisis dapat digunakan untuk memprediksi
reliabilitas instrumen. Pengujian reliabilitas instrumen dapat
dilakukan dengan teknik belah dua dari Spearman Brown (Split
half), KR20, KR21 dan Anova Hoyt.

3. Praktikabilitas
Syarat ketiga yang harus dipenuhi oleh instrumen untuk dapat
dikatakan baik ialah kepraktisan dan keterpakaian (usability).
Instrumen yang baik pertama-tama harus ekonomis baik ditinjau
dari sudut uang maupun waktu.
Kedua, ia harus mudah dilaksanakan dan diberi skor, dan yang
terakhir, instrumen harus mampu menyediakan hasil yang dapat
diinterpretasikan secara akurat serta dapat digunakan oleh pihak-
pihak yang memerlukan.

2.1.4 Langkah-Langkah Penyusunan Instrumen Penelitian


Langkah-langkah yang ditempuh dalam menyusun sebuah
instrumen penelitian menurut (Margono, 1997) diantaranya.
1. Analisis variabel penelitian yakni mengkaji variabel
menjadi subpenelitian sejelas-jelasnya, sehingga indikator tersebut
bisa diukur dan menghasilkan data yang diinginkan peneliti.
2. Menetapkan jenis instrumen yang digunakan untuk
mengukur variabel atau subvariabel dan indikator-indikatornya.
3. Peneliti menyusun kisi-kisi atau lay out instrumen. Kisi-kisi
ini berisi lingkup materi pertanyaan, abilitas yang diukur, jenis
pertanyaan, banyak pertanyaan, waktu yang dibutuhkan. Abilitas
dimaksudkan adalah kemampuan yang diharapkan dari subjek yang
diteliti, misalnya kalau diukur prestasi belajar, maka abilitas
prestasi tersebut dilihat dari kemampuan subjek dalam hal
pengenalan, pemahaman, aplikasi analisis, sintesis, dan evaluasi.

20
20
4. Peneliti menyusun item atau pertanyaan sesuai dengan jenis
instrumen dan jumlah yang telah ditetapkn dalam kisi-kisi. Jumlah
pertanyaan bisa dibuat dari yang telah ditetapkan sebagai item
cadangan. Setiap item yang dibuat peneliti harus sudah punya
gambaran jawaban yang diharapkan. Artinya, prakiraan jawaban
yang betul atau diinginkan harus dibuat peneliti.
5. Instrumen yang sudah dibuat sebaiknya diuji coba
digunakan untuk revisi intrumen, misalnya membuang instrumen
yang tidak perlu, menggantinya dengan item yang baru, atau
perbaikan isi dan redaksi/bahasanya. Bagaimana uji coba
validitas dan reliabilitas akan dibahas lebih lanjut.

2.2 Penggunaan Instrumen Penelitian Kuantitatif


Penelitian kuantitatif dalam mengambil data menggunakan instrumen yang
berupa:
1. Instrumen Tes dan Inventori
Tes dan iventori digunakan untuk pengambilan data penelitian
kuantitatif karena instrumen tes untuk mengukur kemampuan seseorang
dalam bidang tertentu, seperti bakat matematika, bakat musik, kemampuan
bahasa dan sebagainya. Sedangkan inventori untuk mengetahui
karakteristik (psikologis) tertentu dari individu. Dari kedua instrumen ini
data yang terkumpul berupa angka-angka yang nantinya akan diuji dengan
statistik untuk menentukan tujuan dari penelitian.
2. Instrumen Angket atau Kuesioner
Angket atau kuesioner digunakan dalam penelitian kuantitatif,
untuk menjaring data yang sifatnya informatif dan faktual. Misalnya data
tentang tingkat pendidikan, umur, penilaian terhadap kepribadian dan
sebagainya. Jenis data untuk angket atau kuesioner berupa angka-angka,
kemudian akan diolah dengan bantuan software statistik untuk mengetahui

21
21
hasil datanya. Angket atau kuesoner dalam pengambilan data, sebelumnya
harus sudah tentukan dan sudah diuji coba terlebih dahulu.
3. Instrumen Lembar Observasi
Lembar observasi digunakan dalam pengambilan data penelitian
kuantitatif haruslah disusun terlebih dahulu dan diuji coba, serta
digunakan dalam pengambilan data yang berupa angka-angka.
4. Instrumen Dokumen
Dokumen digunakan dalam pengambilan data penelitian kuantitatif
sebagai pengambilan data atau rekapan data yang terdiri dari data nilai
yang berupa angka dan bisa diseleksi dengan menggunakan statistik.

2.2.1 Contoh-Contoh Instrumen Penelitian Kuantitatif


Kisi-kisi Instrumen
Untuk mengukur tingkat kemandirian belajar dipergunakan angket
dengan daftar pertanyaan berbentuk pilihan ganda menggunakan skala
likert dengan empatkategori jawaban yaitu selalu, sering, kadang-
kadang, dan tidak pernah. Penyusunan instrumen variabel kemandirian
belajar didasarkan pada delapan indikator seperti yang tercantum pada
Tabel dibawah.

22
22
Kuesioner
Petunjuk Pengisian:
1. Tulislah identitas Anda pada tempat yang tersedia
2. Kerjakan soal sesuai dengan petunjuk yang diberikan
3. Pilih jawaban yang paling sesuai dengan kondisi Anda
4. Angket ini hanya untuk kepentingan ilmiah dan jawaban
Anda TIDAK akan berpengaruh pada NILAI serta menjadi
RAHASIA
5. Selamat mengerjakan dan terima kasih

Contoh Cara Menjawab:


Cara menjawab yang benar
1. Yang termasuk software adalah
a. Windows 8
b. Keyboard
c. Hardisk
d. Monitor

2.3 Penggunaan Instrumen Penelitian Kualitatif


Dalam penelitian kualitatif, alat atau instrumen utama pengumpulan data
adalah manusia atau peneliti itu sendiri dengan cara mengamati, bertanya,
23
23
mendengar, meminta dan mengambil data penelitian. Peneliti harus
mendapatkan data yang valid sehingga tidak sembarang narasumber yang
diwawancarai. Oleh karena itu, kondisi informan pun harus jelas sesuai
dengan kebutuhan data agar dapat diakui kebenaran datanya.
Untuk mengumpulkan data dari sumber informasi (informan), peneliti
sebagai instrument utama penelitian memerlukan instrumen bantuan. Ada dua
macam instrument bantuan yang lazim digunakan yaitu: 1) panduan atau
pedoman wawancara mendalam. Ini adalah suatu tulisan singkat yang
berisikan daftar informasi yang perlu dikumpulkan. Pertanyaan-pertanyaan
lazimnya bersifat umum yang memerlukan jawaban panjang, bukan jawaban
ya atau tidak; 2) alat rekaman. Peneliti dapat menggunakan alat rekaman
seperti, tape recorder, telepon seluler, kamera fot, dan kamera video untuk
merekam hasil wawancara. Alat rekaman dapat dipergunakan apabila peneliti
mengalami kesulitan untuk mencatat hasil wawancara (Afrizal, 2014).
Instrumen penting dalam penelitian kualitatif adalah penelitian sendiri.
keikutsertaan peneliti dalam penjaringan data menentukan keabsahan data
yang dikumpulkan dalam penelitian. Perpanjangan keikutsertaan peneliti
memungkinkan adanya peningkatan derajat kepercayaan data yang
dikumpulkan (F Nugrahani & M Hum, 2014) . Hal itu dapat dijelaskan atas
alasan sebagai berikut:
1) Peneliti mempunyai kesempatan untuk mempelajari kebudayaan
subjek yang diteliti sehingga dapat menguji ketidak benaran informasi
yang disebabkan distorsi, baik berasal dari diri sendiri maupun dari
informan (seperti berpura-pura, berbohong, menipu dsb).
2) Peneliti mempunyai kesempatan untuk mengenali konteks lebih
baik, sehingga lebih mudah untuk menghindari adanya kemungkinan
terjadinya distorsi.
3) Peneliti mempunyai kesempatan untuk membangun kepercayaan
para subjek dan kepercayaan peneliti pada diri sendiri. Hal ini juga penting
untuk mencegah subjek untuk melakukan usaha "coba-coba".

24
24
4) Memungkinkan peneliti untuk bersikap terbuka terhadap pengaruh
ganda, yaitu faktor-faktor konsektual dan pengaruh bersama pada peneliti
dan subjek

Menurut (Ulfatin, 2014:188) penelitian kualitatif dalam pengumpulan


datanya, instrumen yang dapat digunakan antara lain:
a) Instrumen Wawancara
Instrumen wawancara digunakan dalam penelitian kualitatif karena
dapat mengungkap informasi lintas waktu, yaitu berkaitan dengan dengan
masa lampau, masa sekarang, dan masa yang akan datang. Dan data yang
dihasilkan dari wawancara bersifat terbuka, menyeluruh, dan tidak
terbatas, sehingga mampu membentuk informasi yang utuh dan
menyuluruh dalam mengungkap penelian kualitatif.
b) Instrumen Observasi atau Pengamatan
Instrumen observasi digunakan dalam penelitian kualitatif sebagai
pelengkap dari teknik wawancara yang telah dilakukan. Observasi dalam
penelitian kualitatis digunakan untuk melihat dan mengamati secara
langsung objek penelitian, sehingga peneliti mampu mencatat dan
menghimpun data yang diperlukan untuk mengungkap penelitian yang
dilakukan. Observasi dalam penelitian kualitatif peneliti harus memahami
terlebih dahulu variasi pengamatan dan peran-peran yang dilakukan
peneliti.
c) Instrumen Dokumen
Dokumen dalam penelitian kualitatif digunakan sebagai penyempurna
dari data wawancara dan observasi yang telah dilakukan. Dokumen dalam
penelitian kualitatif dapat berupa tulisan, gambar, atau karya monumental
dari obyek yang diteliti.

25
25
2.3.1 Contoh-Contoh Instrumen Penelitian Kualitatif
Dalam penelitian kualitatif, peneliti merupakan instrumen utama
dalam mengumpulkan data dan menginterpretasikan data dengan
dibimbing oleh pedoman wawancara dan pedoman observasi. Dengan
mengadakan observasi dan wawancara mendalam dapat memahami
makna interaksi sosial. mendalami perasaan dan nilai-nilai yang
tergambar dalam ucapan dan perilaku responden. Agar penelitian ini
terarah, peneliti terlebih dahulu menyusun kisi-kisi instrumen penelitian
yang selanjutnya dijadikan acuan untuk membuat pedoman wawancara
dan observasi. Adapun kisi-kisi untuk pedoman wawancara adalah
sebagai berikut:
Tabel 2. Kisi-Kisi Pedoman Wawancara
No Indikator
1. Perencanaan implementasi pendidikan karakter dalam
Pendidikan Kewarganegara
2. Langkah -langkah yang dilaksanakan dalam
implementasi pendidikan karakter melalui Pendidikan
Kewarganegaraan.
3. Metode yang digunakan dalam implementasi
pendidikan karakter melalui Pendidikan
Kewarganegaraan.
4. Media dalam pelaksanaan pendidikan karakter melalui
mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.
5. Penilaian pendidikan karakter melalui mata pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan.
6. Kendala yang terjadi dalam implementasi pendidikan
karakter melalui mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan.
7. Solusi dari kendala yang terjadi dalam implementasi
pendidikan karakter melalui mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan.

26
26
Sedangkan untuk observasi peneliti membagi pengamatan dalam
kegiatan awal, inti, dan penutup. Adapun kisi-kisi untuk pedoman
observasi adalah sebagai berikut:
Tabel 3. Kisi-Kisi Pedoman Observasi

No Tahap Indikator No Butir


1. Pendahulu 1. Mengucapkan salam
an dengan ramah kepada
siswa ketika memasuki
ruang kelas untuk 1
mencotohkan sikap
santun pada peserta
didik
2. Berdoa sebelum
membuka pelajaran
2
untuk menanamkan nilai
religius
3. Menanyakan karakter
apa yang sudah dimiliki 3
peserta didik
4. Dengan merujuk pada
silabus, RPP, dan bahan
ajar menyampaikan butir
karakter yang hendak
4
dikembangkan selain
yang terkait dengan
SK/KD

2. Inti
a. 5. Melibatkan peserta didik 5
Eksplorasi mencari informasi yang
luas dan dalam tentang
topik yang akan
27
27
dipelajari sehingga
menumbuhkan sikap
mandiri dan gemar
membaca
6. Menggunakan beragam
pendekatan, media
pembelajaran, dan
sumber belajar lain 6
supaya siswa
mempunyai sikap rasa
ingin tahu
7. Memfasilitasi terjadinya
interaksi antarapeserta
didik, peserta didik
dengan guru, lingkungan
dan sumber belajar lain 7
untuk menanamkan
sikap kerjasama, saling
menghargai dan peduli
lingkungan
8. Melibatkan peserta
didik secara aktif dalam
setiap kegiatan
pembelajaran sehingga 8
mereka mempunyai
sikap percaya diri dan
mandiri
3. b. 9. Memfasilitasi peserta 9
Elaborasi didik untuk
memperdalam materi
melalui pemberian tugas
dan diskusi sehingga
28
28
memiliki sikap kerja
keras
10. Memberi kesempatan
berfikir dan
menyelesaikan masalah
10
untuk menumbuhkan
sikap berfikir kreatif dan
kritis
11. Memfasilitasi peserta
didik dengan
pembelajaran kooperatif
11
supaya siswa dapat
kerjasama dengan orang
lain.
12. Memfasilitasi peserta
didik berkompetensi
secara sehat sehingga
12
menumbuhkan sikap
kerja keras, menghargai
orang lain, dan jujur.
13. Memfasilitasi peserta
didik membuat laporan
eksplorasi yang
dilakukan baik lisan
13
maupun tertulis, secara
individu/ kelompok
untuk menanamkan
sikap bertanggung jawab
14. Memfasilitasi peserta 14
didik untuk menyajikan
hasil kerja individu
maupun kelompok
29
29
supaya siswa
mempunyai sikap
percaya diri
4. c. 15. Memberikan umpan
Konfirma balik positif dan
si penguatan dalam bentuk
lisan, tulisan, isyarat,
maupun hadiah terhadap 15
keberhasilan peserta
didik untuk memberikan
contoh sikap
menghargai.
16. Memberikan konfirmasi
terhadap hasil eksplorasi
dan elaborasi peserta
16
didik melalui berbagai
sumber supaya siswa
mampu berfikir logis.
17. Memfasilitasi peserta
didik melakukan refleksi
untuk memperoleh
pengalaman belajar yang
17
dilakukan sehingga
sehingga dapat
mengetahui kelebihan
dan kekurangan.
5. Penutup
18. Guru membimbing 18
siswa untuk membuat
kesimpulan/rangkuman
pembelajaran supaya
mereka mempunyai
30
30
sikap mandiri, kritis dan
logis.
19. Melakukan penilaian
dan/atau refleksi
terhadap kegiatan yang
sudah dilaksanakan 19
sehingga dapat
mengetahui kelebihan
dan kekurangan
20. Memberikan umpan
balik terhadap proses
dan hasil pembelajaran
20
untuk menanamkan
sikap saling menghargai,
kritis dan logis.
21. Memberitahu materi
pembelajaran untuk
pertemuan berikutnya 21
sehingga siswa dapat
mempersiapkan diri

2.4 Eksperimen
2.4.1 Pengertian Ekserimen
Hakekat penelitian eksperimen (experimental research) adalah
meneliti pengaruh perlakuan terhadap perilaku yang timbul sebagai
akibat perlakuan (Alsa 2004). Menurut Hadi (1985) penelitian
eksperimen adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui akibat
yang ditimbulkan dari suatu perlakuan yang diberikan secara sengaja
oleh peneliti. Sejalan dengan hal tersebut, Latipun (2002)
mengemukakan bahwa penelitian eksperimen merupakan penelitian
yang dilakukan dengan melakukan manipulasi yang bertujuan untuk

31
31
mengetahui akibat manipulasi terhadap perilaku individu yang
diamati. Penelitian eksperimen pada prisipnya dapat didefinisikan
sebagai metode sistematis guna membangun hubungan yang
mengandung fenomena sebab akibat (causal-effect relationship)
(Sukardi 2011:179). Selanjutnya, metode eksperimen adalah metode
penelitian yang digunakan utuk mencari pengaruh perlakuan tertentu
terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan (Sugiyono
2011:72).
Berdasarkan definisi dari beberapa ahli tersebut, dapat dipahami
bahwa penelitian eksperimen adalah penelitian yang dilakukan untuk
mengetahui pengaruh pemberian suatu treatment atau perlakuan
terhadap subjek penelitian. Jadi penelitian eksperimen dalam
pendidikan adalah kegiatan penelitian yang bertujuan untuk menilai
pengaruh suatu perlakuan/tindakan/treatment pendidikan terhadap
tingkah laku siswa atau menguji hipotesis tentang ada-tidaknya
pengaruh tindakan itu jika dibandingkan dengan tindakan lain.
Menurut Sukardi (2011:180), penelitian eksperimen dalam bidang
pendidikan dibedakan menjadi dua yaitu penelitian di dalam
laboratorium dan di luar laboratorium. Sehubungan dengan subjek
dalam pendidikan adalah siswa, penelitian yang paling banyak
dilakukan adalah di luar laboratorium. Hal ini dikarenakan terdapat
beberapa keunggulan yang dimiliki oleh penelitian di luar
laboratorium, diantaranya: (a) variabel eksperimen dapat lebih kuat;
(b) lebih mudah dalam memberikan perlakuan; (c) dapat melakukan
setting yang mendekati keadaan sebenarnya; dan (d) hasil eksperimen
lebih aktual.
Selain itu, penelitian eksperimen juga lebih cocok dilakukan dalam
bidang pendidikan. Hal ini dikarenakan dua alasan sebagai berikut: (1)
metode pengajaran yang lebih tepat disetting secara alami dan
dikomparasikan di dalam keadaan yang tidak bias; (2) penelitian dasar

32
32
dengan tujuan menurunkan prinsip umum teoritis ke dalam ilmu
terapan yang sesuai dengan permasalahan yang dihadapi oleh sekolah.

2.4.2 Tujuan Penelitian Eksperimen


Tujuan umum penelitian eksperimen adalah untuk meneliti
pengaruh dari suatu perlakuan tertentu terhadap gejala suatu kelompok
tertentu dibanding dengan kelompok lain yang menggunakan
perlakuan yang berbeda.

2.4.3 Syarat-syarat Penelitian Eksperimen


Sebuah penelitian dapat berjalan baik dan memberikan hasil yang
akurat jika dilaksanakan dengan mengikuti kaidah tertentu. Seperti
halnya dengan penelitian eksperimen, akan memberikan hasil yang
valid jika dilaksanakan dengan mengikuti syarat-syarat yang ada.
Berkaitan dengan hel tersebut, Wilhelm Wundt dalam Alsa (2004)
mengemukakan syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh peneliti dalam
melaksanakan penelitian eksperimental, yaitu:
1) peneliti harus dapat menentukan secara sengaja kapan dan
dimana ia akan melakukan penelitian
2) penelitian terhadap hal yang sama harus dapat diulang
dalam kondisi yang sama
3) peneliti harus dapat memanipulasi (mengubah, mengontrol)
variabel yang diteliti sesuai dengan yang dikehendakinya
4) diperlukan kelompok pembanding (control group) selain
kelompok yang diberi perlakukan (experimental group).

2.4.4 Bentuk-Bentuk Desain Eksperimen


Terdapat beberapa bentuk desain eksperimen yang dapat digunakan
dalam penelitian bisnis, yaitu: Pre-Experimental Design, True
Experimental Design. Dan Quasi Experimental Design.

33
33
Hal ini dapat digambarkan seperti gambar berikut:

1. Pre- Experimental Designs (Non designs)


Pre- Experimental Designs (nondesigns) belum merupakan
eksperimen sungguh-sungguh karena masih terdapat variabel luar
yang ikut berpengaruh terhadap terbentuknya variabel dependen.
Bentuk Pre- Experimental Designs (nondesigns) ada beberapa
macam yaitu:
a. One-Shot Cose Study
Paradikma dalam penelitian eksperimen model ini dapa di
gambarkan sebagai berikut:

XO

X= Treatment yang diberikan (variabel independen)


O= Observasi (Variabel dependen)

34
34
Adapun cara membacanya sebagai berikut terdapat suatu
kelompok diberi trikmen atau perlakuan dan selanjutnya di
observasi hasilnya.
b. One- Group Pretest-Posttest Design
Bila dalam one-shot case study tidak di beri pretest, maka
pada paradikma ini terdapat pretest sebelum diberi perlakuan
sehingga hasil perlakuan dapat diketahui lebih akurat, karna
dapat membandingkan dengan keadaan sebelum diberi
perlakuan.

O1 X O2

O1= nilai pretest (sebelum diberi diklat)


O2= nilai posttest( setelah diberi diklat)
Pengaruh diklat terhadap prestasi kerja pegawai = (O2- O1)

c. Intact-Group Comparison
Terdapat 1 kelompok yang digunakan untuk penelitian
tetapi dibagi 2 yaitu setengah kelompok eksperimen dan
setengah kelompok untuk kontrol

X O1
O2

O1= Hasil pengukuran setengah kelompok yang diberi


perlakuan
O2= Hasil pengukuran setengah kelompok yang tidak di beri
perlakuan Pengaruh perlakuan = O1 – O2
2.1.1.

2. Tru-Experimental design
Dikemukakan 2 bentuk yaitu:
a. Pottest-Only Control Design

R X O2
R O4 35
35
Dalam desain ini terdapat dua kelompok yang masing-
masing di pilih secara randum (R). Kelompok pertama diberi
perlakuan (X) dan kelompok yang lain tidak. Kelompok yang
di beri perlakuan disebut kelompok eksperimen dan kelompok
yang di beri (treatment) adalah (O1 : O2). Dalam penelitian
yang sesungguhnya pengaruh treatment dianalisis dengan uji
beda, pakai statistik t-test misalnya. Kalau terdapat perbedaan
yang signifikan antara kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol, maka perlakuan yang di berikan berpengaruh secara
signifikan.
b. Pretest-posttest control group design

R O 1 X O2
R O3 O4

Terdapat dua kelompok yang di pilih secara randum,


kemudian di beri pretest untuk mengetahui keadaan awal
adalah perbedaan antara kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol. Hasil pretest yang baik bila nilai kelompok
eksperimen tidak berbeda secara signifikan. Pengaruh
perlakuan adalah (O2 – O1) – (O4 – O3).

3. Factorial Design
Merupakan modifikasi dari design true experimental, yaitu
dengan memperlihatkan kemungkinan adanya variabel moderator
yang mempengaruhi perlakuan ( variabel independen) terhadap
hasil (variabel dependen). Paradigma design faktorial dapat
digambarkan seperti berikut:

R O1 X Y1 O2

R O3 36 Y1 O4

R O5 X 36 Y2 O6

R O7 Y2 O8
Semua kelompok di pilih secara randum, kemudian masing-
masing diberi pretest. Kelompok untuk penelitian dinyatajkan
baik, bila setiap keompok nilai pretestnya sama. Jadi O1 = O3 =
O5 = O7

4. Quasi Experimental Design


Merupakan pengembangan dari true experimental design,
yang sulit dilaksanakan. Mempunyai kelompok kontrol, tetapi
tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-
variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen.
Dua bentuk eksperimen ini yaitu:
a. Time series design
Desain ini tidak dapat di pilih secara randum. Sebelum
diberi perlakuan kelompok diberi pretest sampai empat kali,
dengan maksud untuk mengetahui keistabilan dan kejelasan
kelompok sebelum di beri perlakuan. Bila hasil pretest selama
empat kali ternyata nilanya berbeda-beda, berarti kelompok
tersebut labil, dan konsisten.

O1 O2 O3 O4 X O5 O6 O7 O8

Hasil pre test yang baik adalah O1 = O2= O3 = O4 dan


perlakuan yang baik adalah O5 = O6 = O7 = O8. besarnya
pengaruh perlakuan adalah= (O5 + O6 + O7 O8) – (O1 + O2
+ O3 + O4).

b. Nonequivalent control group design

37
37
Desain ini hampir sama dengan pretest- posttest control
group desain, hanya pada desain ini kelompok eksperimen
maupun kelompk kontrol tidak dipilih secara random.
O1 X O2
O3 O4
2.4.5 Karakterisitik Penelitian Eksperimen
Danim (2002) menyebutkan beberapa karakteristik penelitian
eksperimental, yaitu, (1)Variabel-variabel penelitian dan kondisi
eksperimental diatur secara tertib ketat (rigorous management), baik
dengan menetapkan kontrol, memanipulasi langsung, maupun random
(rambang). (2) Adanya kelompok kontrol sebagai data dasar (base
line) untuk dibandingkan dengan kelompok eksperimental. (3)
Penelitian ini memusatkan diri pada pengontrolan variansi, untuk
memaksimalkan variansi variabel yang berkaitan dengan hipotesis
penelitian, meminimalkan variansi variabel pengganggu yang
mungkin mempengaruhi hasil eksperimen, tetapi tidak menjadi tujuan
penelitian. Di samping itu, penelitian ini meminimalkan variansi
kekeliruan, termasuk kekeliruan pengukuran. Untuk itu, sebaiknya
pemilihan dan penentuan subjek, serta penempatan subjek dalarn
kelompok-kelompok dilakukan secara acak. (4) Validitas internal
(internal validity) mutlak diperlukan pada rancangan penelitian
eksperimental, untuk mengetahui apakah manipulasi eksperimental
yang dilakukan pada saat studi ini memang benar-benar menimbulkan
perbedaan. (5) Validitas eksternalnya (external validity) berkaitan
dengan bagaimana kerepresentatifan penemuan penelitian dan
berkaitan pula dengan penggeneralisasian pada kondisi yang sama. (6)
Semua variabel penting diusahakan konstan, kecuali variabel
perlakuan yang secara sengaja dimanipulasikan atau dibiarkan
bervariasi.

2.4.6 Langkah-langkah Kegiatan Penelitian Eksperimen

38
38
Pada umumnya, penelitian eksperirnental dilakukan dengan
menempuh langkah-langkah seperti berikut, yaitu,
1. Melakukan kajian secara induktif yang berkait erat dengan
permasalahan yang hendak dipecahkan.
2. Mengidentifikasi dan mendefinisikan masalah.
3. Melakukan studi literatur dan beberapa sumber yang
relevan, memformulasikan hipotesis penelitian, menentukan
variabel, dan merumuskan definisi operasional dan definisi
istilah.
4. Membuat rencana penelitian yang didalamnya mencakup
kegiatan:
a.Mengidentifikasi variabel luar yang tidak diperlukan, tetapi
memungkinkan terjadinya kontaminasi proses eksperimen
b. menentukan cara mengontrol
c.memilih rancangan penelitian yang tepat
d. menentukan populasi, memilih sampel (contoh)
yang mewakili serta memilih sejumlah subjek penelitian
e.membagi subjek dalam kelompok kontrol maupun
kelompok eksperimen
f. membuat instrumen, memvalidasi instrumen dan
melakukan studi pendahuluan agar diperoleh instrumen yang
memenuhi persyaratan untuk mengambil data yang
diperlukan
g. mengidentifikasi prosedur pengumpulan data dan
menentukan hipotesis.
a. Melaksanakan eksperimen
b. Mengumpulkan data kasar dan proses eksperimen
c. Mengorganisasikan dan mendeskripsikan data
sesuai dengan vaniabel yang telah ditentukan

39
39
h. Menganalisis data dan melakukan tes signifikansi
dengan teknik statistika yang relevan untuk menentukan
tahap signifikasi hasilnya.
i. Menginterpretasikan basil, perumusan kesimpulan,
pembahasan, dan pembuatan laporan (Sukardi, 2003).

2.4.7 Validitas Penelitian Eksperimen


Kata validitas berarti dapat diterima atau absah. Istilah ini
mengandung pengertian bahwa sesuatu yang dinyatakan valid atau
absah berarti telah sesuai dengan kebenaran yang diharapkan sehingga
dapat diterima dalam suatu kriteria tertentu.
Validitas dalam penelitian eksperimen mengandung beberapa
kelemahan yang harus dipertimbangkan, antara lain: (1) internal
validity, (2) eksternal validity, (3) statistical conclution validity, dan
(4) construct validity.
Dalam setiap penelitian eksperimental yang berkaitan dengan
validitas internal mengandung beberapa kelemahan. Menurut Cambell
dan Stanley dalam Ross dan Morrison (2003 : 1024) ada beberapa
kelemahan dalam validitas internal, antara lain: history, maturation,
testing, instrumentation, selection, statistical regretion, experiment
mortality, diffusion of treatments. Kelemahan-kelemahan tersebut
dapat dijelaskan sebagai berikut.
1) History
Banyak kejadian di masa lampau yang dapat
mempengaruhi validitas penelitian eksperimental yang
disebabkan oleh adanya interaksi antar individu.
2) Maturation
Beberapa perubahan dapat terjadi pada dependent variable
yang berfungsi dalam kurun waktu dan bukannya kejadian yang
spesifik ataupun kondisi tertentu. Terutama berkaitan dnegan
jangka waktu pengamatan yang memakan waktu lama.
3) Testing

40
40
Proses pengujian juga dapat menimbulkan distorsi yang
akan mempengaruhi hasilhasil eksperimen.
4) Instrumentation
Instrumen yang digunakan dalam penelitian eksperimen
kadang kala sudah tidak sesuai lagi dengan standar yang berlaku.

5) Selection
Peneliti kadang masih menggunakan unsur subjektifitas
dalam memilih orang yang akan dijadikan objek eksperimen yang
baik.
6) Statistical regretion
Peneliti kadangkala dihadapkan pada kesulitan apabila hasil
yang diperoleh dalam penelitian menghasilkan skor yang ekstrim.
7) Experiment mortality
Dalam penelitian eksperimen seringkali terjadi perubahan
komposisi kelompok yang diobservasi. Ada anggota kelompok
yang harus didrop karena tidak sesuai dengan situasi pengetesan
saat tertentu.

Selain dipengaruhi oleh validitas internal, eksperimen juga


dipengaruhi oleh validitas eksternal, antara lain:
1) interaction of treatments and treatments
Kelemahan ini terjadi apabila pengalaman responden lebih
dari satu treatment. Seseorang yang dipilih sebagai objek
eksperimen mungkin pernah mengalami eksperimen yang sama
maka pengamatan kedua terhadap si responden tersebut akan
menjadi bias.
2) interaction of testing and treatment
Dalam eksperimen pretest, responden harus dipekekan agar
mendorong eksperimen dengan alternatif yang berbeda.
3) interaction of selection and treatment
Hal ini menimbulkan pertanyaan dalam membuat
generalisasi antara beberapa kategori manusia antar grup. Sebab

41
41
diantara mereka telah terjadi hubungan original yang telah
terbentuk sebelumnya.
4) interaction of setting and treatment
Antara setting penelitian dengan treatment yang dilakukan
akan terjadi interaksi diantara keduanya. Dengan demikian
interaksi keduanya akan mendukung jalannya proses penelitian
yang sedang dilakukan.
5) interaction of history and treatment
Kadangkala terjadi hubungan sebab akibat antara kejadian
masa lalu dan masa sekarang yang merupakan kejadian tak biasa
dan berpotensi tidak dapat diukur dalam penelitian.

Selanjutnya, untuk mengatasi kelemahan-kelemahan tersebut, ada


empat strategi umum yang dapat digunakan untuk memperbaiki
validitas eksternal, antara lain:
a. Menggunakan pilihan acak (randomly) untuk memilih
orang, setting, atau waktu yang digunakan dari populasi yangada
agar generalisasi menjadi lebih baik.
b. Membuat agar grup individu, manusia ataupun settingnya
dibuat heterogen. Langkah ini ditempuh jika pendekatan random
tidak dapat digunakan.
c. Individu, setting, dan waktu dikonsentrasikan agar
memperoleh satu grup modal populasi.
d. Menggunakan terget populasi yang spesifik (individu,
seting, waktu) untuk memenuhi target yang ingin dicapai. Dalam
setiap penelitian eksperimen perlu diketahui persoalan-persoalan
tentang internal maupun eksternal validitas agar subjektifitas
dalam penelitian dapat dihindari.

42
42
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Instrumen penelitian adalah alat bantu yang digunakan oleh peneliti untuk
mengumpulkan informasi kuantitatif dan kualitatif tentang variabel yang
sedang diteliti.
Pemilihan jenis-jenis instrumen hendahnya didasari oleh pertimbangan
yang berupa jenis data yang akan dikumpulkan, kondisi responden penelitian,
kondisi peneliti, dan kondisi lokasi penelitian. Dengan demikian maka akan
memperoleh hasil yang akurat dan mendekati kenyataan.
Selain pertimbangan yang mendasari pemilihan instrumen, instrumen
pemilihan data memiliki persyaratan yang harus dipenuhi. Persyaratan
tersebut bertumpu pada validitas, reliabilitas, dan kepraktisan. Instrumen
harus valid, reliable dan praktis.

3.2 Saran
Diharapkan kepada para peneliti khususnya peneliti muda memahami
bagaimana cara memilih dan menyusun instrumen penelitian, mengingat sifat
instrumen yang sangat sentral dalam penelitian. Sehingga data yang yang
diperoleh lebih akurat dan mendekati kenyataan.
Tidak ada kata sempurna yang pantas untuk segala hal di dunia, begitu
juga dengan makalah yang telah kami susun, oleh karena itu bagi pihak
terkait kami mengharapkan kritik dan saran guna perbaikan dan semoga
makalah ini dapat bermanfaat.

43
43
DAFTAR PUSTAKA

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:


Alfabeta.
Sukardi. (2011). Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya.
Jakarta: PT Bumi Aksara.
Suryabrata, Sumadi. (2011). Metode Penelitian. Jakarta: PT RajaGravindo
Persada.

44
44

Anda mungkin juga menyukai